UMAYYAH"
B. Perkembangan Organisasi Negara dan Susunan Pemerintahan Pada Masa Dinasti Umayyah
Organisasi Negara pada masa Daulah Umayah masih seperti pada masa permulaan Islam, yaitu
terdiri dari lima badan:
1. An Nidhamus Siyasi (organisasi politik)
Bidang organisasi politik ini, telah mengalami beberapa perubahan dengan masa permulaan
islam, terutama telah terjadi perubahan yang sangat prinsip di antaranya :
a. Khilafah
Kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
peraturan Syura yang menjadi dasarnya pemilihan Khulafaur Rasyidin. Dengan demikian jabatan
khilafah beralih ke tangan raja satu keluarga, yang memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan
diplomasi. Penyelewengan semakin jauh setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra
mahkota (waliyul ahdi).
b. Al-Kitabah
Seperti halnya pada masa permulaan islam, maka dalam masa daulah Umayah dibentuk semacam
dewan sekretariat negara (Diwaanul kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan. karena
dalam masa ini urusan pemerintahan telah menjadi lebih banyak, maka ditetapkan 5 orang sekretaris
yaitu :
1. Katib Ar-Rasail (sekretaris urusan persuratan)
2. Katib al-Kharraj (sekretaris urusan kuangan / pajak)
3. Katib al-Jund (sekretaris urusan ketentaraan)
4. Katib asy-Syurthah (sekretasis urusan kepolisian)
5. Katib al-Qadhi (sekretasis urusan kehakiman)
c. Al-Hijabah
Dalam masa daulah Umayah diadakan satu jabatan baru yang bernama a-lhijabah, yaitu urusan
pengawalan keselamatan khilafah. mungkin karena khawatir akan terulang peristiwa pembunuhan
terhadap Ali dan percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah danAmr bin Ash, maka diadakanlah
penjagaan yang ketat sekali, sehingga siapapun tidak dapat menghadap sebelum mendapat ijin dari
pengawal (hujjab)
2. An Nidhamul Idari (organisasi tata usaha Negara)
Seperti telah diterangkan, bahwa organisasi tata usaha negara pada permulaan islam sangat
sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus, demikian juga pada masa dinasti Umayah.
organisasi tata usaha negara pada masa ini terdiri dari :
a. Ad Dawaawin
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka Daulah Umayah mengadakan empat buah dewan
yaitu : Diwanul Kharraj, Diwanur Rasail, Diwanul Musytaghilat al-Mutanauwiah dan Diwanul Khatim
b. Al-Imarah Alal Buldan
Daulah Umayah membagi daerah Mamlakah Islamiyah kepada lima wilayah besar, yaitu :
1. Hijaz, yaman, Nejed (pedalaman Jzairah Arab)
2. Irak, Persia, Aman, Khurasan
3. Mesir, Sudan
4. Armenia, Azerbaijan, dan Asia kecil
5. Afrika Utara, Libya, Andalusia, Sicilia
Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara (Gubernur Jenderal), yang
dibawahnya ada beberapa orang Amir (gubernur) yang mengepalai satu wilayah.
c. Barid
Organisasi pos diadakan dalam tata usaha negara islam semenjak Muawiyah memegang jabatan
khalifah. Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa maka diadakan perbaikan dalam organisasi
pos.
d. Syurthah
Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus pada masa dinasti Umayah bahkan
disempurnakan. Pada mulanya organisasi kepolisian menjadi bagian dari organisasi kehakiman yang
bertugas melaksanakan perintah hakim dan keputusan-keputusan pengadilan, dan kepalanya sebagai
pelaksana al-hudud. tak lama kemudian organisasi kepolisian terpisah dari kehakiman dan berdiri sendiri
dengan tugas mengawasi kejahatan.
3. An Nidhamul Mali (organisasi keuangan atau ekonomi)
Sumber uang masuk pada masa daulah Umayah umumnya sama seperti di zaman permulaan islam,
di antaranya : Al-Dharaaib merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh warga negara. Masharif Baitil
Mal
4. An Nidhamul Harbi (organisasi pertahanan)
Oganisasi pertahanan pada masa daulah umayah sama seperti pada masa khalifah Umar, hanya lebih
disempurnakan. bedanya kalau pada masa khulafaur Rasyidin tentara Islam adalah tentara sukarela,
maka pada masa daulah umayah orang masuk tentara kebanyakan dengan paksa atau setengah paksa,
yang dinamakan nidhamut tajnidil ijbary (seperti undang-undang wajib militer)
a. Angkatan laut
Pada masa khalifah Usman telah dimulai dibangun angkatan laut islam tetapi sangat sederhana.
setelah muawiyah memegang kendali negara Islam, maka dibangunlah armada islam yang kuat dengan
tujuan : (1) untuk mempertahankan daerah-daerah islam dari serangan armada Romawi dan (2) untuk
memperluas dakwah islamiyah. Membentuk armada musim panas dan armada musim dingin
5. An Nidhamul Qadhai (organisasi kehakiman)
Di zaman Daulah Umayah, kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari kekuasaan politik.
Kehakiman pada zaman ini mempunyai ciri :
a. Bahwa seorang qadhi (hakim) memutuskan perkara dengan ijtihadnya karena pada waktu itu belum ada
lagi madzhab empat ataupun madzhab-madzhab lainnya. Pada masa itu, para qadli menggali hukum
sendiri dari al-kitab dan as-sunah dengan berijtihad.
Kehakiman belum terpengaruh dengan politik, karena para qadli bebas merdeka dengan hukumnya,
tidak terpengaruh dengan kehendak para pembesar yang berkuasa.
b. Para hakim pada zaman Umayah adalah manusia pilihan, yang bertakwa kepada Allah dan
melaksanakan hukum dengan adil, sementara para khalifah mengawasi gerak-gerik dan perilaku mereka
sehingga kalau ada yang menyeleweng terus dipecat.
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi ke dalam tiga badan :
1. Al-Qadla : tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama.
2. Al-Hisbah : tugas al-Muhasib (kepala hisbah) biasanya menyelesaikan perkara-perkara umum dan soaial
pidana yang memerlukan tindakan cepat.
3. An-Nadhar fil-Madhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pusat kegiatan ilmiah pada masa Dinasti Umayah adalah Kota Basrah dan Kufah di Irak.
Perkembangan ilmu pengetahuan itu ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan muslim dalam
berbagai bidang. Khalid bin Zayid bin Mu'awiyah adalah orang pertama yang menerjemahkan buku
tentang astronomi, kedokteran dan kimia. Disamping itu, Khalid bin Yazid merupakan seorang penyair
dan orator yang terkenal.
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz , sering mengundang para ulama dan
fuqaha untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majlis. Ulama-ulama lain yang muncul pada waktu itu
adalah Hasan al Basri, Ibnu Shihab az Zuhri dan Wasil bin Ata.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa
administrasi negara. Penggunaan bahasa arab yang makin luas membutuhkan suatu panduan
kebahasaan yang dapat dipergunakan oleh semua golongan. Hal itu mendorong lahirnya seorang
bahasawan yang bernama Sibawaihi. Ia mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa
Arab yang berjudul al-kitab. Buku tersebut bahkan termashur hingga saat ini.
Bidang kesusastraan juga mengalami kemajuan.Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan-
sastrawan berikut ini :
1. Qays bin Mulawwah , termasyhur dengan sebutan Laila Majnun ( wafat 699 M)
2. Jamil al-Uzri ( wafat 701 M ).
3. al Akhtal ( wafat 710 M )
4. Umar bin Abi Eabi'ah ( wafat 719 )
5. al Farazdaq ( wafat 732 M )
6. Ibnu al Muqaffa ( wafat 756 M )
7. Jarir ( wafat 792 M ).
Pada masa dinasti Umayah, pembangunan fisik juga mendapat perhatian besar. Dengan
berpindahnya pusat kekuasaan keluaar dari Jazirah Arab, pembangunan fisik juga tidak terpusat di
Jazirah Arab saja. Usaha yang dilakukan oleh Dinasti Umayah dalam kaitannya dengan keberadaan
bangsawan bersejarah adalah :