Anda di halaman 1dari 4

Analisis Resensi Novel “Mahamimpi Anak Negeri”

1. Unsur Intrinsik
1) Tema : Perjuangan Untuk Masa Depan
2) Judul : Mahamimpi Anak Negeri
3) Penokohan :
a) Tegar berwatak pintar
Bukti “Namun dia mampu mengepakkan sayap lebih tinggi, mendapatkan
perguruan tinggi hingga luar negeri dibanding Tegar yang secara akademis
lebih pintar.”
b) Darwin berwatak semena-mena
Bukti “ Namun dia hanya mengingatkan Darwin agar dapat belajar
menghargai orang lain dan tidak berlaku semaunya.”
c) Waris berwatak baik hati dan suka menolong
Bukti “Kemarin saya melihat Waris sedang membantu nenek-nenek yang
hendak menyeberang jalan.”
d) Elang berwatak tegas dan religius
Bukti “Elang secara tegas memberi penjelasan pada ayahnya bahwa
ajaran agama yang mereka anut tidak membenarkan untuk memberi
sesajen pada Kaki Thowok dan Nini Thowok.”
e) Senja berwatak pintar
Bukti “ Senja sedang menjalani studi S2 di Kairo, Mesir.”
4) Latar :
a) Latar Tempat :
 Desa Bukit Bayur, bukti “Segenap perubahan hendak mereka jadikan
mahamimpi untuk Desa Bukit Bayur, desa tempat mereka memilin
sayap harapan demi sebuah masa depan yang lebih teduh bagi
kehidupan religi dan sosialnya.”
 Bukit, sungai, dan jalan, bukti “Setiap hari menuruni bukit,
menyebrangi jalan, menyusuri jalan panjang yang jauh untuk sampai
ke tempat menimba ilmu.”
b) Latar Suasana :
 Kental dengan tradisi Animisme dan Dinamisme, bukti “Empat
Pawana hidup dilingkungan yang beragama islam, namun tingkah laku
masyarakatnya masih percaya animisme dan dinamisme yang jelas
bertentangan dengan ajaran agama islam.”

 Miris, bukti “Namun, ironis sekali cita-cita mereka yang luhur tidak
mendapat dukungan dari masyarakat, bahkan orang tua mereka sendiri
menggangap bahwa tidak penting bersekolah dan mengaji.”

c) Latar Sosial :
 Sebuah desa terpencil bernama Bukit Bayur yang warganya masih
kental dengan tradisi Animisme dan Dinamisme
d) Latar Benda :
 Sesajen, bukti “Elang secara tegas memberi penjelasan pada ayahnya
bahwa ajaran agama yang mereka anut tidak membenarkan untuk
memberi sesajen pada Kaki Thowok dan Nini Thowok.”
5) Alur : Alur Maju, bukti “Mereka bertekad seperti angin yang
selalu bergerak melakukan perubahan yang lebih baik, khususnya untuk
kehidupan masyarakat Bukit Bayur yang jauh dari peradaban dan kehidupan
religiusitas.”
6) Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu, karena penulis tahu benar tentang
watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi
sebuah kejadian. Selain itu, didalam novel tersebut menggunakan kata ganti ‘dia’
atau nama tokoh.
7) Majas :
 Majas Personifikasi
1) Mereka rela berjalan berkilo-kilo jauhnya ketika matahari
masih tertidur, demi bersekolah.
2) Bahkan medan terjal selalu menyapa mereka saat pergi sekolah
dan mengaji
 Majas Metafora
1) Desa Bukit Bayur, desa tempat mereka memilin sayap harapan
demi sebuah masa depan yang lebih teduh bagi kehidupan
religi dan sosialnya.
2) Begitulah mimpi Empat Pawana yang haus ilmu.
 Majas Simile
1) Bergerak mengalun laksana angin yang menggiring moktah-
noktah perubahan.
8) Amanat : Segala kesuksesan bisa diraih dengan cara terus berusaha
dan berjuang meraihnya, tidak pantang menyerah, dan mimpi adalah modal awal
segala kesuksesan. Jangan pernah takut bermimpi, berusaha dan berusahalah
disertai dengan doa untuk terus mewujudkannya.
9) Pengalaman Tokoh : Empat pawana tak pernah terjangkau oleh kecanggihan
dunia, melihat mobil saja mereka terperangah setengah mati.
10) Gagasan : Empat Pawana sangat menjunjung tinggi pendidikan
sekolah dan agama, karena pendidikan sekolah menentukan kualitas suatu bangsa,
sedangkan pendidikan agama menentukan moralitas manusianya.

2. Unsur Ekstrinsik
1) Nilai-nilai kehidupan
a. Nilai Moral
“Mereka (Empat Pawana) bertekad seperti angin yang selalu bergerak
melakukan perubahan yang lebih baik, khususnya untuk kehidupan
masyarakat Bukit Bayur yang jauh dari peradaban dan kehidupan
religiusitas.”
b. Nilai Religius
“Tergeraklah hati mereka untuk mendobrak kebiasaan lama masyarakat
Bukit Bayur yang menyimpang dari agama islam.”
c. Nilai Budaya
“Empat Pawana hidup dilingkungan yang beragama islam, namun tingkah
laku masyarakatnya masih percaya Animisme dan Dinamisme yang jelas
bertentangan dengan ajaran agama.”
d. Nilai Pendidikan
“Empat Pawana menjunjung tinggi pendidikan sekolah dan pendidikan
agama, mereka sadar betul pentingnya sekolah dan mengaji.”

2) Keunggulan buku
Jalan cerita yang disampaikan penulis mengalir begitu dengan sangat indah.
Pengarang merangkai itu semua dengan pengetahuan yang begitu luas. Konflik-
konflik yang dibalut dengan filosofi, misalnya Sang Profesor Darwin yang selalu
menanggapi celotehan Elang setiap kali mengeluh dengan kalimat-kalimat
filsufnya.

3) Kekurangan buku
Kekurangan novel ini terletak pada bab 20, diceritakan tokoh senja tiba-tiba hadir
kembali dalam keadaan membalas surat dari tokoh Elang yang sebelumya Senja
dinyatakan hilang ketika sedang bermain petak umpet bersama tokoh Elang dan
Darwin, pada bab 20 ini kondisi Senja sudah menjadi mahasiswa universitas Al-
Azhar Kairo.

3. Identitas Buku
Penulis : Suyatna Pamungkas
Penerbit : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Tebal buku : 438 halaman
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-602-9251-22-7

Anda mungkin juga menyukai