Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang hingga saat ini masih
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH TAHUN 1949
DAN UPAYA PEMERINTAH MASA ORDE LAMA DALAM MENANGANI MASALAH”.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi.
Akhir kata dari kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.
Penulis
Page | i
DAFTAR ISI
Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 2
Priangan Timur. Mayor Utarja kemudian dibunuh oleh anggota DI. Nasib yang sama
dialami oleh Mayor Tobing di daerah Singaparna, Jawa Barat.
Pemerintah RIS berusaha menyelesaikan pemberontakan Kartosuwiryo ini
dengan jalan damai. Sebuah panitia beranggotakan Zainul Arifin (Kementerian Agama),
MakmunSumadipraja (Kementerian Dalam Negeri), dan Kolonel Sadikin (Kementerian
Pertahanan)ditugasi mengadakan kontak dengan Kartosuwiryo, namun usaha ini gagal.
Begitu pula usahaWali Alfatah pada masa Kabinet Natsir Kartosuwiryo hanya bersedia
berunding apabila pemerintah mengakui eksistensi NII atau yang kemudian dikenal
dengan DI.
Setelah usaha secara damai itu gagal, TNI melancarkan operasi militer, yakni
Operasi Merdeka. Operasi ini bersifat insidentil, lokal, dan rutin tanpa rencana yang
tegas dansistematis. Serangan-serangan DI/TII yang bersifat geriliya itu belum dihadapi
denganaktikantigeriliya. Oleh karena itu, inisiatif lebih banyak dilakukan oleh DII/TII
dalam melakukan penyerangan . dDi samping itu, kekuatan TNI juga terpecah
sebab sebagian pasukan terpaksadikirim ke luar Jawa untuk menghadapi DI/TII di
Sulawesi dan Aceh.
Barulah pada tahun 1957 TNI menyusun rencana operasi yang dikenal sebagai
“Rencana Pokok 21”, inti dari operasi ini adalah untuk emnahan DI/TII di daerah daerah
tertentu untuk selanjutnya dihancurkan. Operasi penghancuran dimulai did aerah
Banten danselanjutnya bergerak ke arah timur. Dalam melaksanakan operasi ini rakyat
diikut sertakan,antara lain untuk mencegah masuknya anggota DI/TII ke desa-
desa. Operasi ini kemudian pada tahun 1960, berkembang menjadi Operasi Pagar Betis
yang berhasil memukul mundur pasukan pemberontakan DI/TII Jawa Barat dan
akhirnya Kartosuwiryo tertangkap dan dijatuhihukuman mati. Tidak sediit penderitaan
yang ditanggung rakyat Jawa Barat karena gerombolahDI/TII, sebab pemberontakan
yang mereka lakukan meneror rakyat. Dan untukmenyempurnakan kehidupannya,
DI.TII sering merampok terutama masyarakat yang beradadi pelosokan.
Page | 3
melakukan wingate ke daerah Pekalongan. Selainitu, terdapat pula kesatuan Mobile
Brigade (Mobbrig) terdapat kerja sama antara TNI/Polri dan Amir Fatah untuk
bersama-sama menghadapi Belanda. kerja sama ini kemudian dilanggar olehAmir Fatah
setelah ia diangkat oleh Kartosuwiryo sebagai pemimpin DI/TII di Jawa Tengah.
Amir Fatah salah satu penggerak DI/TII juga memproklamasikan bahwa ia
inginmendirikan negara kekhalifahan di Jawa Tengah. Ia juga mengumandangkan
bahwa JawaTengah secara defacto merupakan bagian dari daerah DI/TII. Bumiayu
dijadikan sebagai basis pertahanan oasukannya. Serangan terhadap pos-pos TNI mulai
dilancarkannya, termasuk pos- pos TNI di Pekalongan. Pasukan Mobbrig yangs edang
mengadakan patroli juga mereka serangdan komisaris Bambang Suprapto mereka
bunuh.
Untuk menghadapi pemberontakan ini, TNI melancarkan operasi terhadao
konsentrasi pasukan DI di Tembangrejo dan Pengasaran. Akibatnya, kekuatan DI mulai
melemah. Operasidilanjutkan setelah berakhirnya perang kemerdekaan. Pada tahun
1950 TNI membentuk komando temour yang disebut Gerakan Benteng Negara (GBN) di
bawah pimpinan LetnalKolonel Sarbini (kemudian digantikan oleh Letnal Kolonel
Bachrun). Tujuan utama didirikanGBN adalah untuk memisahkan DI di Jawa Tengah
dengan DI di Jawa Barat, sehingga lebih mudah untuk menumpasnya. Dalam operasi-
operasi yang dilancarkan GBN, banyak tokoh DI yang terbunuh dan tertangkap. Pada
tanggal 22 Desember 1950 Amir Fatah tertangkap oleh GBN dalam perjalanannya ke
Jawa Barat untuk bergabung dengan Kartosuwiryo. Ditangkapnya Amir Fatah
menandakan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah sirna.
Page | 4
Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di JAWA TENGAH adalah
dengan membentuk pasukan khusus yang dinamai Banteng Raiders. Pasukan ini
menjalankan operasi militer ketat yang dinamakan GBN atau Gerakan Banteng Negara
dan berhasil menumpas pada tahun 1954.
Page | 5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DI/TII adalah salah satu bentuk penyelewengan terhadap Pancasila yang terjadi pada
awal kemerdekaan Indonesia. Tujuan utama dari gerakan DI/TII adalah mendirikan
negara Islam di Indonesia yang tentunya bertentangan dengan semangat Pancasila yang
menjunjung tinggi keberagaman.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh karena itu saran dan
kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan makalah
ini.
Page | 6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38095449/DI_TII_Jawa_Barat
https://mediaindonesia.com/humaniora/511805/sejarah-pemberontakan-ditii-
serta-latar-belakang
https://brainly.co.id/tugas/9899347
https://mipi.ai/forum/thread/Sebutkan-upaya-pemerintah-untuk-mengatasi-
pemberontakan-DI-TII-!549748e8-4269-4030-9cdb-37dd788b0952
https://brainly.co.id/tugas/16730625#:~:text=Pembahasan,Pancasila%20yang
%20menjunjung%20tinggi%20keberagaman.
Page | 7