Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt, yang hingga saat ini masih
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH TAHUN 1949
DAN UPAYA PEMERINTAH MASA ORDE LAMA DALAM MENANGANI MASALAH”.

Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan atau kesalahan, oleh
karena itu kritik dan saran selalu kami harapkan agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi.

Akhir kata dari kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita, Amin.

Bayeun, 15 Februari 2023

Penulis

Page | i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemberontakan DI/TII Jawa Barat ....................................................................................... 2
2.1 Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah ................................................................................... 3
2.3 Upaya Pemerintah Masa Orde Lama Dalam Menangani Masalah .......................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................................... 6
3.2 Saran .................................................................................................................................................. 6
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 7

Page | ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada dasarnya, pemberontakan dimaksudkan untuk mengganggu kedaulatan
NKRI melalui pengambilan kekuasaan dari pemerintah sah. Pemberontakan DI/TII
dipelopori oleh berbagai alasan dari daerah yang ikut terlibat. Namun, mayoritas alasan
disebabkan oleh ketidakpuasan akan kebijakan pemerintah.
Di Jawa Barat, Kartosuwiryo membentuk DI/TII sebagai bentuk protes dan
ketidakpuasannya atas persetujuan Renville dengan Belanda yang membuat Indonesia
belum mampu sepenuhnya lepas dari penjajahan Belanda. Bentuk protes dilayangkan
dengan mendirikan negara dengan kedaulatan sendiri.
Jawa Tengah juga memiliki alasan yang identik dengan Jawa Barat yaitu
ketidakpuasan daerah akan persetujuan Renville yang dianggap merugikan bangsa
Indonesia dan membuat Indonesia belum bisa merdeka sepenuhnya. 

Page | 1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT


Pada tahun 1949-an pemberontakan ini terjadi karena adanya motif
kekhalifahan. Pembrontakan ini terjadi di Jawa Barat dengan pemimpinnya Sekarmadji
Maridjan Kartosuwiyo. Kartosuwiryo merupakan tokoh partai Serekat Islam Indonesia
(PSII), padatanggal 7 Agustus 1949, Ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII) yangkemudian lebih dikenal dnegan nama Darul Islam (DI), di Desa
Cisampang, KecamatanCisayong, Tasikmalaya. Akan tetapi, gerakannya sudah dimulai
jauh sebelumnya, bahkangagasan untuk mendirikan negara islam sudah muncul dalam
pemikiran Kartosuwiryo padamasa pendudukan Jepang.
Langkah awal yang dilakukan olehnya adalah mendirikan pesantren Suffah
diMalangbong, dekat dengan Garut. Pengikut pesantren Suffah ditanamkan fanatisme
yangdalam dan loyalitas yang tinggi kepada pemimpin. Pesantren ini juga berfungsi
sebagai tempat pelatihan militer dengan memberikan penekanan pada militansi Islam.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Kartosuwiryo menjadi anggota partai Masyumi.
Bahkan, ia terpilih sebagai Komisaris Masyumi. Ia pernah juga dicalonkan sebagai
menteri Muda Pertahanan, akan tetapi,karena sudah mempunyai tujuan sendiri, jabatan
itu tidak pernah dipangkunya.
Kartosuwiryo pada tanggal 14 Agustus 1947, atau pada saat Aksi Militer I
Belanda menyatakan perang suci melawan Belanda. Ia membagi wilayahnya dalam
beberapa daerah yang terdiri dari daerah I (daerah ibu kota), Daerah II, dan Daerah III.
Daerah II adalah daerahyang sebagian besar penduduknya beragama Islam, sedangkan
daeah yang sebagaian penduduknya tidak beragama islan dikategorikan sebagai daerah
III. Penolakannya terhadap perjanjian Renville diwujudkan dengan sikap penolakannya
terhadap hijrah. Bersama dengan pasukannya Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwiryo
tetap tinggal di Jawa Barat.
Pada bulan Februari 1948, dalam konferensi Cisayong Kartosuwiro memutuskan
bahwa gerakan yang akan dijalani tidak lagi dalam bentuk kepartaian melainkan
kenegaraanserta emmbekukan Masyumi Jawa Barat. Melalui Majelis Umat Islam yang
kemudiandibentuk, Kartosuwiryo diangkat sebgai imam dari Negara Islam Indonesia
(NII), atau yang kemudian dikenal dengan Darul Islam (DI). Selanjutnya Karosuwiryo
membentuk angkatan perang yang diberi nama Tentara Islam Indonesia (TII) yang
ditempatkan di daerah pegunungan di sekitar Jawa Barat.
Pada tanggal 19 Desember 1948, jatuhnya ibu kota RI Yogyakarta dan
tertawannya pemimpin negara atau pada hari pertama Belanda melancarkan Agresi
Militer II, Kartosuwiyomenganggap bahwa riwayat RI sudah berakhir. Bersampingan
dengan itu, Kartosuwiromenganggap bahwa Jawa Barat secara de facto merupakan
daerah NII. Setiap pasukan yangmemauski wilayah Jawa Barat diharuskan mengakui NII
atau dihancukan. Pasukan Siliwangiyang melakukan long march ke Jawa Barat dianggap
sebagai tentara liar. Kontak senjata pertama dengan TNI terjadi pada tanggal 25 Januari
1949 ketika pasukan Siliwangi di bawahkepemimpinan Mayor Utarja memasuki daerah

Page | 2
Priangan Timur. Mayor Utarja kemudian dibunuh oleh anggota DI. Nasib yang sama
dialami oleh Mayor Tobing di daerah Singaparna, Jawa Barat.
Pemerintah RIS berusaha menyelesaikan pemberontakan Kartosuwiryo ini
dengan jalan damai. Sebuah panitia beranggotakan Zainul Arifin (Kementerian Agama), 
MakmunSumadipraja (Kementerian Dalam Negeri), dan Kolonel Sadikin (Kementerian
Pertahanan)ditugasi mengadakan kontak dengan Kartosuwiryo, namun usaha ini gagal.
Begitu pula usahaWali Alfatah pada masa Kabinet Natsir Kartosuwiryo hanya bersedia
berunding apabila pemerintah mengakui eksistensi NII atau yang kemudian dikenal
dengan DI.
Setelah usaha secara damai itu gagal, TNI melancarkan operasi militer, yakni
Operasi Merdeka. Operasi ini bersifat insidentil, lokal, dan rutin tanpa rencana yang
tegas dansistematis. Serangan-serangan DI/TII yang bersifat geriliya itu belum dihadapi
denganaktikantigeriliya. Oleh karena itu, inisiatif lebih banyak dilakukan oleh DII/TII
dalam melakukan penyerangan . dDi samping itu, kekuatan TNI juga terpecah
sebab sebagian pasukan terpaksadikirim ke luar Jawa untuk menghadapi DI/TII di
Sulawesi dan Aceh.
Barulah pada tahun 1957 TNI menyusun rencana operasi yang dikenal sebagai
“Rencana Pokok 21”, inti dari operasi ini adalah untuk emnahan DI/TII di daerah daerah
tertentu untuk selanjutnya dihancurkan. Operasi penghancuran dimulai did aerah
Banten danselanjutnya bergerak ke arah timur. Dalam melaksanakan operasi ini rakyat
diikut sertakan,antara lain untuk mencegah masuknya anggota DI/TII ke desa-
desa. Operasi ini kemudian pada tahun 1960, berkembang menjadi Operasi Pagar Betis
yang berhasil memukul mundur pasukan pemberontakan DI/TII Jawa Barat dan
akhirnya Kartosuwiryo tertangkap dan dijatuhihukuman mati. Tidak sediit penderitaan
yang ditanggung rakyat Jawa Barat karena gerombolahDI/TII, sebab pemberontakan
yang mereka lakukan meneror rakyat. Dan untukmenyempurnakan kehidupannya,
DI.TII sering merampok terutama masyarakat yang beradadi pelosokan.

2.2 PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA TENGAH


Sama seperti pemerontakan DI di Jawa Barat. Pemberontakan yang dilaukan di
JawaTengah pun terjadi pada masa Perang Kemerdekaan. Pemimpin DI di Jawa Tengah
ialah AmirFatah, seorang tokoh yang menjaid komandan tempur di Jawa Tengah. Ia
diangkat oleh Kartosuwiyo untuk memimpin pemberontakan tersebut. Tujuan dari
pemberontakan DI/TII diJawa Tengah adalah untuk memperluas wilayah kekuasaan
DI/TII di Indonesia dan memperbanyak pasukan pemberontak agar tujuan asli
mendirikan negara islam benar terselenggara. Pada bulan Agustus 1948, Amir Fatah
membawa tiga kompi pasukan Hizbullah yang tidak mau di-TNI-kan ke daerah
Pekalongan yang sudah ditinggalkan oleh TNI akibat perjanjian renville.
Amir Fatah berhasil berhasil mempengaruhi penduduk setempat dengan
mengatakan bahwa ia dikirim oleh Panglima Besar Soedirman untuk mencegah Belanda
mendirikan negara boneka di Pekalongan. Untuk menghimpu kekuatan, ia mendirikan
Majelis Islam dan Paukan bersenjata Mujahidin. Pada waktu Belanda melancarkan
Agresi Militer Kedua, pasukan TNI di bawah pimpinan Mayor Wongsoatmodjo

Page | 3
melakukan wingate ke daerah Pekalongan. Selainitu, terdapat pula kesatuan Mobile
Brigade (Mobbrig) terdapat kerja sama antara TNI/Polri dan Amir Fatah untuk
bersama-sama menghadapi Belanda. kerja sama ini kemudian dilanggar olehAmir Fatah
setelah ia diangkat oleh Kartosuwiryo sebagai pemimpin DI/TII di Jawa Tengah.
Amir Fatah salah satu penggerak DI/TII juga memproklamasikan bahwa ia
inginmendirikan negara kekhalifahan di Jawa Tengah. Ia juga mengumandangkan
bahwa JawaTengah secara defacto merupakan bagian dari daerah DI/TII. Bumiayu
dijadikan sebagai basis pertahanan oasukannya. Serangan terhadap pos-pos TNI mulai
dilancarkannya, termasuk pos- pos TNI di Pekalongan. Pasukan Mobbrig yangs edang
mengadakan patroli juga mereka serangdan komisaris Bambang Suprapto mereka
bunuh.
Untuk menghadapi pemberontakan ini, TNI melancarkan operasi terhadao
konsentrasi pasukan DI di Tembangrejo dan Pengasaran. Akibatnya, kekuatan DI mulai
melemah. Operasidilanjutkan setelah berakhirnya perang kemerdekaan. Pada tahun
1950 TNI membentuk komando temour yang disebut Gerakan Benteng Negara (GBN) di
bawah pimpinan LetnalKolonel Sarbini (kemudian digantikan oleh Letnal Kolonel
Bachrun). Tujuan utama didirikanGBN adalah untuk memisahkan DI di Jawa Tengah
dengan DI di Jawa Barat, sehingga lebih mudah untuk menumpasnya. Dalam operasi-
operasi yang dilancarkan GBN, banyak tokoh DI yang terbunuh dan tertangkap. Pada
tanggal 22 Desember 1950 Amir Fatah tertangkap oleh GBN dalam perjalanannya ke
Jawa Barat untuk bergabung dengan Kartosuwiryo. Ditangkapnya Amir Fatah
menandakan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah sirna.

2.3 UPAYA PEMERINTAH MASA ORDE LAMA DALAM MENANGANI MASALAH


Cara pertama adalah dengan cara damai. Pada cara ini, pemerintah membentuk
sebuah panitia yang beranggotakan Zainul Arifin (kementerian Agama), Makmun
Sumadipraja (Kementerian Dalam Negeri), dan kolonel Sadikin (Kementerian
Pertahanan). Mereka diberikan tugas untuk mengadakan kontak dengan pimpinan
DI/TII untuk berunding. Namun, usaha ini pun gagal.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah aalah mengirim surat ke Kartosuwiryo
untuk berunding melalui Mohammad Natsir Natsir (mantan perdana menteri dan
pemimpin Masyumi), namun juga tidak berhasil.
Karena kegagalan cara diplomatis, akhirnya pemerintah melakukan tindakan
militer berupa Operasi Pagar Betis. Operasi Pagar Betis adalah operasi militer Indonesia
untuk mengakhiri pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh
Kartosuwiryo, dengan mengepung markas pemberontak di Gunung Geber. Dalam
operasi ini, TNI yang dipimpin oleh Divisi Siliwangi mengepung wilayah-wilayah yang
menjadi basis kekuatan DI/TII dan membatasi gerakkan mereka. Operasi ini dinamakan
“pagar betis” karena pasukan TNI mengepung basis-basis pemberontak DI/TII sehingga
membatasi ruang gerak mereka. Akhirnya pada 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil
ditangkap di Gunung Geber. Tertangkapnya Kartosuwiryo ini mengakhiri
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.

Page | 4
Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di JAWA TENGAH adalah
dengan membentuk pasukan khusus yang dinamai Banteng Raiders. Pasukan ini
menjalankan operasi militer ketat yang dinamakan GBN atau Gerakan Banteng Negara
dan berhasil menumpas pada tahun 1954.

Page | 5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
DI/TII adalah salah satu bentuk penyelewengan terhadap Pancasila yang terjadi pada
awal kemerdekaan Indonesia. Tujuan utama dari gerakan DI/TII adalah mendirikan
negara Islam di Indonesia yang tentunya bertentangan dengan semangat Pancasila yang
menjunjung tinggi keberagaman.

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan
karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh karena itu saran dan
kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan makalah
ini.

Page | 6
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/38095449/DI_TII_Jawa_Barat
 https://mediaindonesia.com/humaniora/511805/sejarah-pemberontakan-ditii-
serta-latar-belakang
 https://brainly.co.id/tugas/9899347
 https://mipi.ai/forum/thread/Sebutkan-upaya-pemerintah-untuk-mengatasi-
pemberontakan-DI-TII-!549748e8-4269-4030-9cdb-37dd788b0952
 https://brainly.co.id/tugas/16730625#:~:text=Pembahasan,Pancasila%20yang
%20menjunjung%20tinggi%20keberagaman.

Page | 7

Anda mungkin juga menyukai