Anda di halaman 1dari 10

PEMBERONTAKAN DI/TII

Disusun guna memenuhi tugas Sejarah Indonesia

Disusun oleh:
Yunita Putri Firnanda (35)

SMA Negeri 1 Berau


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemberontakan DI/TII” ini
dengan baik.
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada guru mata pelajaran Sejarah
Indonesia dan juga kepada rekan-rekan kelas yang telah memberikan kontribusinya baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun saya menyadari bahwa di dalam makalah yang telah saya susun masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata,
saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat.

Jumat, 08 Desember 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Latar Belakang pemberontakan DI/TII...........................................................................


B. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat..............................................................................
C. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah..........................................................................
D. Pemberontakan DI/TII di Aceh.......................................................................................
E. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan....................................................................
F. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara yang pernah dijajah oleh bangsa asing
selama bertahun-tahun. Hal inilah yang kemudian menjadikan 17 Agustus 1945
sebagai sebuah momentum bersejarah bagi kelahiran Bangsa Indonesia. Meskipun
demikian, momen tersebut belum bisa memberikan jaminan terhadap tumbuhnya rasa
persatuan dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, para tokoh pemimpin Indonesia pun
menyadari tentang pentingnya integrasi bangsa.
Integrasi merupakan suatu upaya untuk menyatukan perbedaan dalam suatu
bangsa demi mempertahankan rasakeutuhan dan kedaulatan negara. Rasa integrasi ini
muncul sebagai akibat dari adanya persamaan nasib dan perjuangan sebagai rakyat
yang pernah mengalami penjajahan. Rasa persatuan inilah yang kemudian membuat
Indonesia dapat meraih kemerdekaan, mempertahankan kedaulatan, serta berani
berjuang untuk membela tanah airnya. Rasa integrasi inilah yang kemudian menjadi
semangat bagi Indonesia untuk melawan setiap ancaman baik dari luar maupun dalam
negeri.
Salah satu negara yang menjadi ancaman bagi kemerdekaan Indonesia adalah
Belanda. Saat itu, Belanda belum mau untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan konflik antara kedua tersebut. Untuk meredam
konflik, maka Indonesia dan Belanda pun sepakat untuk melaksanakan sejumlah
perundingan salah satunya adalah Perjanjian Renville. Melalui perjanjian Renville,
kondisi wilayah Indonesia pun semakin sempit karena hanya meliputi Yogyakarta,
Sumatera, dan Jawa Tengah. Hasil dari Perjanjian Renville ternyata dianggap
merugikan bagi Indonesia karena mengakibatkan wilayah negara ini menjadi sempit.
Akibatnya, perdana menteri Indonesia saat itu yaitu Amir Syarifuddin mendapatkan
mosi tidak percaya sehingga harus melepaskan jabatannya.
Selanjutnya, sejumlah perjanjian pun terus dilakukan untuk menyelesaikan
konflik antara keduanya. Puncak dari penyelesaian konflik ini terjadi saat Konferensi
Meja Bundar (KMB). Perundingan tersebut menjadi sebuah momen Belanda
mengakui kedaulatan Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
Selain ancaman yang timbul dari luar negeri, Indonesia juga harus
menghadapi sejumlah permasalahan dari dalam negeri. Permasalahan tersebut dipicu
oleh sejumlah faktor antara lain:
1. Adanya keinginan untuk mengganti konsep negara
2. Adanya keinginan untuk mengubah ideologi bangsa
3. Adanya keinginan untuk membentuk pemerintahan feodal
Ketiga faktor tersebut membawa Indonesia menuju ke masa revolusi fisik.
Masa ini ditandai dengan banyaknya pemberontakan di daerah antara lain:
1. 1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada 1948 yang
bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia.
2. Pemberontakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan untuk
mendirikan Negara Islam Indonesia.
3. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di Bandung.
4. Pemberontakan Andi Aziz di Makassar.
5. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
Untuk menghadapi semua pemberontakan tersebut, maka pemerintah
Indonesia membentuk operasi militer khusus yang bertujuan untuk menumpas segala
bentuk ancaman tersebut serta untuk mengembalikan kedaulatan negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi pemberontakan DI/TII?
2. Bagaimana Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat terjadi?
3. Bagaimana Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dapat terjadi?
4. Bagaimana Pemberontakan DI/TII di Aceh dapat terjadi?
5. Bagaimana Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dapat terjadi?
6. Bagaimana Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dapat terjadi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang pemberontakan DI/TII
2. Untuk mengetahui pemberontakan yang terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Aceh, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pemberontakan DI/TII


Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia atau DI/TII didirikan oleh
Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Jawa Barat. DI/TII masuk kedalam
Negara Islam Indonesia atau NII, yang menyatakan bahwa Jawa Barat merupakan
wilayah de facto NII. Awal Kartosuwiryo mendirikan NII dan DI/TII karena
menganggap bahwa riwayat Republik Indonesia telah habis setelah Agresi Milliter
Belanda ke II pada 1948. Pemberontakan DI/TII akhirnya menyebar ke beberapa
wilayah di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan dan
Kalimatan Selatan.
B. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
DI/TII di Jawa Barat yang merupakan pusat pemberontakan menganggap
bahwa pasukan TNI merupakan pasukan liar dan harus disingkirkan dari Jawa Barat.
Hal tersebut yang membuat DI/TII menjadi gerakan separatisme karena mengacaukan
kestabilan pemerintah Indonesia dengan mendirikan negara sendiri.
Pemerintah Indonesia menerapkan jalan damai untuk menyelesaikan DI/TII di
Jawa Barat, namun Kartosuwiryo menolak jalan damai karena hanya menerima
perundingan jika Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan NII. Karena jalan damai
ditolak, pemerintah akhirnya melakukan operasi militer. Pasukan Siliwangi
menerapkan Operasi Bharatayuda, dengan mengepung dari segala arah untuk mendesak
kelompok DI/TII. Akhirnya pasukan Siliwangi berhasil menangkap Kartosuwiryo pada
4 Juni 1962 di Gunung Geber, Majalaya, Jawa barat setelah bersembunyi bertahun-
tahun. Pada 5 September 1962, pemerintah Indonesia mengeksekusi mati
Kartosuwiryo di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

(Kartosuwiryo)
C. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Kartosuwiryo sebagai pemimpin DI/TII menunjuk Amir Fatah untuk menjadi
pemimpin DI/TII di Jawa Tengah. Amir Fatah yang merupakan bekas pemimpin Laskar
Hizbullah atau laskar perjuangan kelompok Islam. Amir Fatah memproklamasikan
Negara Islam Jawa Tengah yang masuk kedalam NII pada 23 Agustus 1949. Gerakan
pertama mereka adalah menyerang pos-pos TNI di Jawa Tengah.
Untuk meredam DI/TII di Jawa Tengah, pada 1950 Pemerintah Indonesia
memerintahkan Panglima Kolonel Gatot Subroto untuk membentuk Gerakan Benteng
Negara atau GBN. GBN dipimpin oleh Letnan Kolonel Sarbini, Letkol M. Bachrun,
dan Letkol Ahmad Yani. Tujuan GBN adalah untuk menumpas DI/TII Jawa Tengah
dan mencegah menyebarnya DI/TII ke Jawa Timur. Operasi GBN menangkap Amir
fatah pada 22 Desember 1950.

(Amir Fatah)
D. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh didasari oleh kekecewaan Gubernur Aceh saat
itu Daud Beureuh saat wilayah Aceh diturunkan dari daerah istimewa menjadi daerah
kerisedan atau kabupaten dibawah provinsi Sumatera Utara. Akhirnya pada 21
September 1953, Daud Beureuh manyatakan bahwa Aceh menjadi bagian NII.
Pemerintah Indonesia menerapkan upaya persuasif yang dilakukan oleh
Kolonel Sjamaun Gaharu dengan mengadakan pertemuan sama tokoh-tokoh DI/TII
Aceh. Hasilnya kedua belah pihak sepakat untuk melakukan perdamaian. Pada tanggal
17 sampai 21 Desember 1962, Kolonel M. Yasin yang menjabat Panglima Daerah
Militer atau Pangdam mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh.
Musyawarah itu menghasilkan kesepakatan jika Daud Beureueh akan diberikan
amnesti atau penghapusan hukuman jika menyerahkan diri dan kembali ke masyarakat
Aceh. Akhirnya Daud Beureuh menyerahkan diri.
(Daud Beureuh)
E. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
DI/TII di Sulawesi Selatan didirikan oleh Abdul Kahar Muzakar pada 7 Agustus
1953, karena tidak masuknya Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan ayau KGGS pimpinan
Abdul Kahar Muzakar kedapam Angkatan Perang Republik Indonesia.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini berlangsung dari 1951 sampe
1965. Perlawanan DI/TII di Sulawesi Selatan berhasil diredam saat pasukan Siliwangi
berhasil menembak mati Kahar Muzakar pada 3 Februari 1965 lewat operasi militer.

(Kahar Muzakkar)
F. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
DI/TII Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar dan menyatakan sebagai
bagian dari DI/TII diakhir tahun 1954. Hal tersebut didasari oleh laskar-laskar di
Kalimatan Selatan yang tidak dapat bergabung ke APRIS karena tidak lulus tes.
Akhirnya Ibnu Hajar membentuk Kesatuan Rakjat jang Tertindas atau KRjT.
Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan, Pemerintah
Indonesia melakukan operasi militer dan pada 1959, APRIS berhasil menangkap Ibnu
Hajar dan menjatuhkan hukuman mati pada 22 Maret 1965.

(Ibnu Hajar)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberontakan DI/TII terjadi karena Kartosurwiyo tidak menepati Perjanjian
Renville dengan tidak mau pindah dari Jawa Barat. Pemberontakan ini dimulai dari Jawa
Barat kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Pemberontakan di Jawa Barat dipimpin oleh Kartosuwiryo akibat kekecewaan atas
Perjanjian Renville. Tujuan dari pemberontakan ini adalah ingin mendirikan Negara Islam
Indonesia. Pemberontakan ini berhasil diselesaikan oleh TNI melalui Operasi Pagar Betis
dan Operasi Bharata Yudha.
Pemberontakan di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu
akibat pengurangan divisi tantara dari pemerintah pusat. Tujuan dari pemberontakan ini
adalah ingin mendirikan Negara Islam Jawa Tengah. Pemberontakan ini berhasil
diselesaikan oleh TNI melalui Operasi Banteng Raiders.
Pemberontakan di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh akibat ketidakpuasan rakyat
Aceh karena status Aceh yang menjadi bagian dari Provinsi Sumatra Utara. Pemberontakan
ini berhasil diselesaikan dengan cara Musyarawah Rakyat Aceh sehingga Aceh diberikan
otonomi yang luas kepada rakyat Aceh dalam bidang agama dan hukum adat.
Pemberontakan di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakkar akibat
ditolaknya laskar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) jadi anggota TNI.
Pemberontakan ini berhasil diselesaikan oleh TNI melalui Operasi Kilat dengan menembak
mati Kahar Muzakkar tanggal 3 Februari 1965.
Pemberontakan di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar akibat ditolaknya
Kesatuan Rakjat Jang Tertindas untuk masuk menjadi anggota TNI Upaya penumpasan
gerakan separatis DI/TII di Kalimantan Selatan akhirnya dilakukan melalui operasi militer
TNI. Ibnu Hadjar pun berhasil ditangkap pada 1959.

Anda mungkin juga menyukai