Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

DISINTEGRASI BANGSA INDONESIA TAHUN 1948 - 1965

Disusun oleh : Risqi Aditiya

Kelas : XII MIPA 3

No. Absen : 21

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 HULU SUNGAI TENGAH

TAHUN PELAJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Disintegrasi Bangsa Indonesia
tahun 1948-1965 ”. Untuk memenuhi tugas sekolah mata pelajaran Sejarah Indonesia dari Bapak
Jasran, S. Pd.

Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bantuan dalam penyusunan tugas ini sehingga penyusunan
makalahdapat dibuat dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini saya menemui berbagai hambatan. Saya menyadari bahwa
karya tulis yang tersusun ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan bermanfaat, demi kesempurnaan
makalah ini saya memohon ampun dan rahmat-Nya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Barabai, 21 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi ........................................... 3
B. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Kepentingan (Vested Interest) .........
............................................................................................................................................ 5
C. Konflik yang Berkaitan dengan Pemerintahan .......................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 8
B. Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar terjadi bila bangsa Indonesia
tidak menyadari adanya potensi semacam im. Karena inilah kita harus selalu waspada dan terus
melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia Sejarah Indonesia telah
menunjukkan bahwa proses disintegrasi sangat mengikan. Antara tahun 1948-1965 saja. gejolak
yang timbul karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait dengan system pemerintahan,
telah berakibat pada banyaknya kerugian fisik, materi mental dan tenaga bangsa. Konflik dan
pergolakan yang berlangsung di antara bangsa Indonesia bahkan bukan saja bersifat internal,
melainkan juga berpotensi ikut campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa
Indonesia.

Beberapa peristiwa konflik yang terjadi pada masa kini, harus kita lihat sebagai potensi
disintegrasi bangsa yang dapat merusak persaman negeri. Maka ada baiknya bila kita belajar dari
perjalanan sejarah nasional kita, yang juga pernah diwarnai dengan aneka proses konflik dengan
segala akibat yang merugikan, baik jiwa, fisik. materi, psikis dan penderitaan rakyat.
Bagaimanapun, salah satu guna sejarah adalah dapat memberi hilamalı atau pelajaran bagi
kehidupan. Selain dari peristiwa sejarah, kita dapat juga mengambil hikmah dari teladan para
tokoh sejarah.Di antara mereka adalah para pahlawan nasional yang berjuang untuk persatuan
bangsa dengan tidak hanya menggunakan senjata, tetapi juga melalui karya berupa seni, tulisan,
musik, sastra atau ilmu pengetahuan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapat menarik rumusan masalah dalam
sebagai berikut:

1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi

2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested interst)

3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan

1
C. Tujuan

Menambahkan wawasan para pembaca tentang perjuangan menghadapi ancaman


disintegrasi bangsa dan berbagai pergolakan yang terjadi tahun 1948-1965.

1.Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi

2.Mengetahui pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested inteser)

3.Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan

2
BAB II PEMBAHASAN

A. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN IDEOLOGI

Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII dan Peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang
diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan
ideologi agama. Pemberontakan PKI (partai komunis Indonesia) Madiun. PKI merupakan partai
politik pertama sesudah proklamasi.

Menurut Herbert Feith, seorang akademis Australia aliran politik besar yang terdapat di Indonesia,
setelah kemerdekaan (sejak pemilu 1955)terbagi lima kelompok:

1. Nasionalisme radikal (diwakili oleh PNI)


2. Islam (Nu dan Masyumi)
3. Komunis PKI
4. Sosialisme demokrat (Partai Sosialis Indonesia/PSI)
5. Tradisional (Partai Indonesia raya/PIR)

Kelompok pada masa itu saling bersaing dengan mengusung ideologi masing-masing.

1. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun

Sejak merdeka sampai tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang
dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini gerakan komunis harus bekerja sama dengan kapitalis
dalam menghadapi kekuasaan fasis. Awal September 1948 pemimpin PKI dipegang Muso.

Pemerintahan mengajak rakyat untuk memilih Sukarno-hatta atau Muso gerakan


operasi militer dan melakukan pembridelan terhadap beberapa surat kabar berhaluan
komunis. Dan hasilnya seluruh kekuatan pemberontakan dapat ditumpas dan kota medium
dapat direbut. Munculnya PKI merupakan perpecahan pada tubuh SI (Syarikat Islam)yang
mendapat pengaruh ISDV (InternasionalismeSosialisme Democratise Vereeniging) yang
didirikan oleh HJFM.

3
Pada tanggal 13 November 1926 melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda.
Pada tanggal 18 September 1948 Muso memimpin pemberontakan terhadap RI di Madiun.
Tujuannya ingin mengubah dasar Negara Pancasila menjadi dasar komunis. Pemberontakan ini
menyebar hampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di gagalkan dengan di tembak
matinya Muso sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.

2. Pemberontakan DII/TII

Pemberontakan DI/TII bermula dari sebuah gerakan di Jawa yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.
Perjanjian Renville membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita
lamanya untuk mendirikan negara Islam.

1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat


Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo karena tidak setuju terhadap isi perjanjian renville.
Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI (Yogyakarta) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau
mengakui Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara.
Untuk itu ia memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul
Ialam (DI).
2. Jawa Tengah
Pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai
Sumolangu. Selam agresi militer Belanda ke II Amir Fatah diberi tugas menggabungkan
laskar-laskar untuk masuk dalam TN. Namun setelah banyak anggotanya beserta anak
buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari DI/TII.
3. Sulawesi Selatan
30 April 1950, banyak pemuda Sulawesi yang tergabung dalam PRI Sulawesi ikut
bertempur untuk mempertahankan kota Surabaya. Yang dipimpin oleh Kahar Muzakar, dia
berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin APRIS (Angkatan PerangRepublik
Indonesia Serikat) dan menuntut agar komando gerilya Sulawesi Selatan, dimasukkan ke
dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan tersebut ditolak oleh
pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara
maka terjadilah pemberontakan tersebut.

4. Aceh

Pada tanggal 20 September 1953, yang dipimpin oleh Daud Beureuh Gubernur
Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah istimewa diturunkan menjadi

4
sebuah keresidenan di bawah provinsi Sumatera Utara ia lalu menyusun kekuatan
dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.

5. Kalimantan Selatan

Pada tahun 1954, Ibnu Hajar di tangkap dan di hukum mati pada 22 Maret 1955
Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan
kelompok rakyat yang tertindas ia dan anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan
tentara serta melakukan tindakan pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri
ditembak mati.
3. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Pada tanggal 30 September 1965 jam 03. 00 dini hari PKI melakukan pemberontakan
yang dipimpin oleh D.N. Aidit dan berhasil membunuh 7 perwira tinggi mereka punya
tekad ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan komunis-marxis. Setelah
jelas terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan:

1. Menginsafkan kesatuan-kesatuan yang dimanfaatkan oleh PKI.


2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy
Wibowo dari RPKD.
3. Gerakan pembersih terhadap tokoh-tokoh terlibat langsung akhirnya PKI
dinyatakan partai terlarang.

B. KONFLIK DAN PERGOLAKAN YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN (VESTED INTEREST)

Termasuk dalam katagori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan Andi Aziz.
vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat pada suatu kelompok.
Baik APRA, RMS dan peristiwa Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan
pasukan KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan
tentara Indonesia di wilayah- wilayah yang sebelumnya mereka kuasai.

1. Pemberontakan APRA

Dibentuk oleh kapten Raymond Westerling pada tahun 1949. ini adalah misi
bersenjata anggotanya berasal dari belanda: KNIL, yang tidak setuju dengan pembentukan
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih
berbentuk Negara bagian Pasundan APRA ingin agar keberadaan Pasundan dipertahankan

5
sekaligus menjadi mereka sebagai tentara negara federal Jawa Barat. APRA malah
bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror, puluhan
anggota APRIS gugur.

2. Peristiwa Andi Aziz

Peristiwa ini berawal dari tuntunan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL
terhadap pemerintahan Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara
Indonesia Timur (NIT). Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan
diperlakukan secara diskriminatif oleh pemimpin APRIS. pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi
Aziz ini kemudian bereaksidengan menduduki beberapa tempat penting bahkan menawan
panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur. Pada April 1950 pemberontakan berhasil ditumpas
oleh tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.

3. Pemberontakan Republik Maluku Selata (RMS)

Yang dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil bekas jaksa agung NIT (Negara
Indonesia Timur). Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku Selata dan memproklamasikan ini
dapat ditumpas setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto
dan Mayor Abdullah.

C. KONFLIK YANG BERKAITAN DENGAN PEMERINTAHAN

Termasuk dalam katagori ini adalah persoalan Negara federal dan BFO (Bijeenkomst Federal
Overleg), serta pemberontakan PPRI dan Permesta. Masalah yang berhubungan dengan Negara
federal mulai timbul ketika berdasarkan perjanjian Linggarjati, Indonesia sepakati akan berbentuk
Negara serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI menjadi bagian RIS.
Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara Pasundan, Negara Madura atau Indonesia
Timur. BFO sendiri adalah badan musyawarah Negara-negara federal di luar RI, yang dibentuk oleh
Negara Belanda. Awalnya, BFO berada di bawah kendali Belanda. Pro-kontra tentang Negara-
negara federal inilah yang kerap juga menimbulkan pertentangan. Sedangkan pemberontakan
PRRI dan Permesta merupakan pemberontakan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan
beberapa daerah di wilayah Indonesia terhadap pemerintahan pusat.

1. Pemberontakan PRRI dan PERMESTA

Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta adanya persoalan di dalam


tubuh angkatan darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di

6
Sumatera dan Sulawesi. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-
dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1965 dan Februari 1957
seperti:

1. Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
2. Dewan Gajah di Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludi Simbolan.
3. Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
4. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.

Tuntutan tersebut jelas di tolak pemerintah. Krisis pun akhirnya memuncak ketika
pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya
pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Sebagai
perdana menteri PRRI ditunjuk Mr. Syarifuddin Prawiranegara. Bagi Syrifuddin,
pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan Negara Indonesia, dan
bukan memisahkan diri. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil
dipadamkan.

2. Persoalan Negara Federal dan BFO

Setelah konsep Meja Bundar (KMB) 1949. pembentukan Angkatan Perang


Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan psikologis. Ketetapan dalam
KMB, menyebutkan bahwa inti anggota APRIS di ambil dari TNI, sedangkan lainnya
diambil dari personil mantan anggota KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan
bekerja sama dengan bekas musuhnya yaitu KNIL. Sebaliknya anggota KNIL menuntut
agar mereka ditetapkan sebagai aparat Negara bagian dan mereka menentang masuknya
anggota TNI ke Negara bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012).

7
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara bila ditinjau dari kondisi
geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralistis, suku, agama, ras
dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bias diterima
begitu saja.

Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk sebuah kasus yang
lain namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang beranak
ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu,
sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif dan tegas walaupun
aspek hukum, keadilan dan sosial bedaya merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran
sendiri.

Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak dan semua wilayah.

B.Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta
upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan pemerintah perlu mengadakan kajian secara
akademik dan terus menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis
multi-kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan
secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga Negara atas kemajemukan dengan segala
perbedaan.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://drive.google.com/file/d/0B3m9QS6Q7PFVmpJT1Z4TFBMbnM/v iew?pli=1

http://shshomework.blogspot.com/2013/03/makalah-tentang-ancaman-disintegrasi.html

Anda mungkin juga menyukai