Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH

DI/TII DI JAWA BARAT

Di susun oleh:

Nurmala Agustin
Michael
Aly Zidan Rayhan
Zakky Fu’ad Fauzan

SMAN 14 KOTA TANGERANG


Jl. Pembangunan I, Darussalam II RT. 006 |, RT.004/RW.004,
Batusari, Kec. Batuceper, Kota Tangerang, Banten 15121
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya dan
Kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini dengan baik dan
semampunya. Tujuan kami membuat tugas kinerja ini agar kami dapat memiliki nilai
kinerja ilmiah mengetahui tentang. Pembrontakan DI / TII dalam mata pelajaran
Sejarah. Selain itu juga tujuan kami yang lain adalah agar kami dapat mengetahui
penyebab dan perjuangan terjadinya pemberontakan (DI/TII,) serta cara pemerintah
pada saat itu untuk menanggulanginya.

Dalam pembuatan ini juga kami  mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah
diberikan oleh Bapak Deri sebagai guru pembimbing pelajaran Sejarah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang membacanya untuk
mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Maka dari itu kami
berharap bagi pembaca/teman – teman yang membacanya dapat memberi saran dan
kritik bagi kami. Maaf apabila ada kata atau pun ada kalimat yang salah digunakan
dalam pengetikannya.

Tangerang, Agustus 2022

Kelompok 2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang dan Tujuan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Latar Belakang dan Tujuan DI/TII.....................................................................3
2.2 Pemberontakan DI/TII DI JAWA BARAT........................................................4
2.3 Upaya Penumpasan DI/TII.................................................................................4
BAB III PENUTUP...................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang diketahui Negara Indonesia merupakan Negara yang


menganut paham demokrasi yang sangat kuat, pada masa gerakan ini
dilakukan Indonesia sudah melewati masa orde baru dan telah memerdekakan
kemerdekaannya. Gerakan 30 september atau sering ddisebut dengan
G30S/PKI ini dilakukan karena akibat ketidakpuasa dari para kelompok
tertentu dengan pemerintahan pada masa itu sehingga para kelompok tertentu
membuat suatu organisasi yang disebut dengan PKI ( Partai Komunis
Indonesia) melakukan gerakan 30 september atau biasa disebut dengan
G30S/PKI, yang membuat pemberontakan hingga penculikan para 7 jendral
yang dikubur dalam satu sumur yang disebut dengan sumur “Lubang buaya”.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang


terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun
1965 anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan
pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai
3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang
mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih
dari 20 juta anggota dan pendukung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peristiwa G30-S/PKI?

1
2. Siapa saja yang menjadi korban G30-S/PKI?

3. Bagaimana penangkapan dan pembantaian PKI?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui seluk beluk terjadinya pemberontakan G30S/PKI


2. Memperluas wawasan tentang apa itu G30S/PKI

BAB II PEMBAHASAN

2
2.1 Peristiwa G30-S/PKI

Peristiwa G30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan yang


dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari
para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang
berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.

Sebab-sebab G30S/PKI

a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia

Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil menarik


anggota cukup besar, tercatat pada tahun 1965, anggota PKI sudah mencapai 3,5
juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang besar dan kuat.

PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :

• Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan


prapagandaprapaganda menyesatkan.
• Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
• Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.
• Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan
organisasi PKI.
• Mendekati Presiden Soekarno.
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur

Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO, sehingga


PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.

c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)

3
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia,
sehingga PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan aksi
kudeta.

2.2 Sejarah Singkat Pemberontakan PKI

Peristiwa Madiun (Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan atau


situasi chaos yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948.
Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik
Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh
Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat
itu, Amir Sjarifuddin.

Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa
Madiun (Madiun Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai
dinamakan pemberontakan PKI.

Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di


Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokohtokoh
masyarakat dan agama.

Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini. Sejumlah pihak merasa


tuduhan bahwa PKI yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa
pemerintah Orde Baru (dan sebagian pelaku Orde Lama).

2.3 Tawaran Bantuan Dari Belanda

Pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan


bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas
ditolak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan
memperhitungkan, Belanda akan segera memanfaatkan situasi tersebut untuk

4
melakukan serangan total terhadap kekuatan bersenjata Republik Indonesia.
Memang kelompok kiri termasuk Amir Syarifuddin Harahap, tengah membangun
kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI, yang dituduh telah cenderung
berpihak kepada AS.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul


berbagai organisasi yang membina kader-kader mereka, termasuk golongan kiri
dan golongan sosialis.

Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis


Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain
Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk,
Yogyakarta. Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan
sipil seperti D.N. Aidit, Syam Kamaruzzaman, dll., melainkan kemudian juga
dari kalangan militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain
Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III),
Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi
Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten
Suparjo, Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.

Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso,
kembali dari Moskow, Rusia. Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan
segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak
politisi sosialis dan komandan pasukan bergabung dengan Musso, antara lain Mr.
Amir Sjarifuddin Harahap, dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.
Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak
menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak perwira TNI, perwira
polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang
diculik dan dibunuh.

Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo

5
(RM Suryo) dan mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi.
Ketiga orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan. Demikian
juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan dibunuh. Tuduhan langsung
dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang melakukannya. Di antara yang menjadi
korban juga adalah Kol. Marhadi yang namanya sekarang diabadikan dengan
Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun dan nama jalan utama
di Kota Madiun.

Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat itu, termasuk


Wakil Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh
Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan
dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS yang mengeluarkan gagasan
Domino Theory.

Truman menyatakan, bahwa apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh
komunis, maka negara-negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan
komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia
sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh dunia.

Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan


melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih:
Musso-Amir Syarifuddin atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik
bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs (Peristiwa
Madiun), dan di zaman Orde Baru terutama di buku-buku pelajaran sejarah
kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI Madiun.

2.4 Pelaksanaan G30S/PKI

Pelaksanaan G30S/PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal
senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan

6
kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan
pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi
Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan
terhadap gerakan tersebut.Tahunya Aidit akan jenis sakitnya Sukarno
membuktikan bahwa hal tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu
ketidakpastian di masyarakat. Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok
Agraria (UU Pokok Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi
Hasil) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk
pada tahun 1948.

Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan
wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik pada
masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah
tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan
pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa
pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang
menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara
dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian
digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya.

Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan
Muhammadiya) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia,
di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal
demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa
mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini
membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30
September tersebut).

7
2.5 Korban G30-S/PKI

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya
dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana
(Cakrabirawa) yang loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol
Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto
kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut. Korban keenam
pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani
2. Mayjen TNI R. Suprapto
3. Mayjen TNI M.T. Haryono
4. Mayjen TNI Siswondo Parman
5. Brigjen TNI D.I. Panjaitan
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun
dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma
Suryani Nasution dan ajudan A.H. Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam
usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
1. Lettu Pierre Tandean
2. AIP Karel Satsuit Tubun
3. Kolonel Katamso Darmokusumo
4. Kolonel Sugiono

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede,


Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3
Oktober.

8
2.6 Isu Keterlibatan Soeharto

Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad
(Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi
pasukan.

2.7 Tujuan G30-S/PKI

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno


dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI
disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai
komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.

Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto,
beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:

1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan


menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan
pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam
membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk
mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional.

2.8 Pasca Kejadian G30-S/PKI

Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu


menguasai dua sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat

9
dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI,
PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan
kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan
kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi”
yang diketuai oleh Letkol Untung Sutopo.

Di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap


Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel
Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta). Mereka diculik PKI pada sore
hari 1 Oktober 1965. Kedua perwira ini dibunuh karena secara tegas menolak
berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan
sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh
para "pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan Udara Halim di
Jakarta untuk mencari perlindungan. Pada tanggal 6 Oktober, Sukarno
mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu persatuan
antara angkatan bersenjata dan para korbannya untuk penghentian kekerasan.
Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan
organisasi-organisasi massa untuk mendukung "pemimpin revolusi Indonesia"
dan tidak melawan angkatan bersenjata.

2.9 Peringatan G30-S/PKI

 Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan


Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film
mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di
Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto
biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang
Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di

10
TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak
ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.

Pada 29 September - 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan


untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan
jiwa di berbagai pelosok Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya
dalam rangka memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung
di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica
Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan
1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, Sasuke, dan Putmainah.

BAB III PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan

Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan


yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham komunis di Indonesia.
Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak korban berasal dari
para Jendral AD. Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang
berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945. Peristiwa G30S/PKI 1965 yang
terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif dalam kehidupan sosial dan
politik masyarakat Indonesia yaitu Dampak politik dan Dampak Ekonomi.
Setelah supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia mengalami masa
transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan supermasinya. MPRS kemudian
meminta Presiden Soekarno untuk mempertanggung jawabkan hasil
pemerintahannya, terutama berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum
MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno memberikan pertanggung jawaban
pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut peristiwa
G30S/PKI.

DAFTAR PUSTAKA

Decequeen, K. (2022, agustus). Makalah G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI).


Retrieved from doc.lalacomputer.com:
https://doc.lalacomputer.com/makalahgerakan-30-september-pki/

12
Dzulfaroh, A. N. (2021, September 30). Sejarah Peristiwa G30S/PKI. Diambil
kembali dari kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/30/095000165/sejarah-
peristiwag30s-pki?page=all
Kristina. (2021, september 30). G30S PKI: Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar
Belakangnya. Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-
tujuankronologi-dan-latar-belakangnya
Makalah 30 S PKI. (n.d.). Retrieved from makalahlangganan.blogspot.com:
http://makalahlangganan.blogspot.com/2017/10/makalah-30-s-pki.html
Pedia, W. (2022, agustus 19). Gerakan 30 September. Retrieved from
id.wikipedia.org: https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
Rabbi, R. (2019). Makalah Sejarah G30SPKI. Retrieved from .academia.edu:
https://www.academia.edu/42774425/Makalah_Sejarah_G30SPKI

13

Anda mungkin juga menyukai