Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBERONTAKAN PRRI / PERMESTA

Disusun Oleh:

Indah Nuryanti

MA AL-MUHAJIRIN TAPUNG
TAHUN PELAJRAN 2023/2024
KELAS XII MIA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tapung, 11 September 2023

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemerdekaan Indonesia bukan berarti Negara Indonesia terbebas dari segala masalah yang
ada.Terdapat beberapa oknum ataupun organisasi masyarakat yang menginginkan ideologi
mereka yang menjadi landasan negara yang telah disepakati sebelumnya, salah satunya
adalah organisasi dari partai politik Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga saat ini masih
banyak organisasi masyarakat yang menginginkan separatis dengan kedaulatan NKRI.

Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya,pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi
negara komunis.Beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan.

Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi dengan
adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang
sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam
konstelasi politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno mengangap aliansinya dengan PKI
menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalamdemokrasi
terpimpin.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan-permasalahan


sebagai berikut:

1. Pengertian PKI

2. Sejarah Singkat G 30 S PKI

3. Apa tujuan dari G30SPKI?

4. Apa latar belakang dari G30SPKI?

5. Siapa saja tokoh yang berperan dalam pembunuhan dan penculikan?

6. Siapa saja korban dari gerakan ini?

3
7. Apa alasan pemerintah membubarkan dan memusnahkan gerakan dan setiap anggota
gerakan ini?

8. Bagaimana situasi dan kondisi masyarakat saat itu?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah penulis ingin mencaritahu tujuan, latar
belakang dari G30S PKI, siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan korban-korban, serta
alasan pemerintah hingga akhirnya memutuskan untuk membubarkan gerakan ini.

1.4 Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang dipakai penulis yaitu dengan mengadakan studi pustaka
dengan cara membaca dan mengumpulkan sumber-sumber lain dari internet. Penulisan juga
menggunakan metode diskriptif menguraikan hasil telusuran tentang peristiwa G30S/PKI
dan menyajikannya dalam alinea-alinea.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan kajian tentang paham komunis
penulis dan juga pembaca makalah ini, penulis juga mengharapkan tulisan ini
dapat memotifasi pembaca yang kurang menyukai sejarah Indonesia mengetahui lebih
dalam sejarah negeri sendiri yang diharapkan dapat menambah rasa nasionalisme anak
muda.

BAB II

PEMBAHASAN

4
2.1 PENGERTIAN G 30 S PKI

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI), Gestapu (Gerakan


September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang
terjadi selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam
perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha
percobaan kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia,
di luar Tiongkok danUni Soviet.Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar 3,5
juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.PKI juga mengontrol pergerakan serikat
buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia
yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani) , organisasi
penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan
pendukung.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah
dekrit presiden – sekali lagi dengan dukungan penuh dari PKI.Ia memperkuat tangan
angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang
penting.Sukarno menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”.PKI menyambut “Demokrasi
Terpimpin” Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan
NASAKOM.

Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis
nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah. G 30 S PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30
September sampai 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta (pengambilan kekuasaan) yang
kemudian dituduhkan kepada anggota Partai Komunis Indonesia.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan hak
mereka.Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara polisi dan para
pemilik tanah.Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan
karet dan minyak milik Amerika Serikat.

2.3 SEJARAH SINGKAT G 30 S PKI

5
PERISTIWA Madiun (Madiun Affairs) adalah sebuah konflik kekerasan atau situasi chaos
yang terjadi di Jawa Timur bulan September – Desember 1948. Peristiwa ini diawali
dengan diproklamasikannya negara Soviet Republik Indonesia pada tanggal 18 September
1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan didukung pula
oleh Menteri Pertahanan saat itu, Amir Sjarifuddin.

Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun (Madiun
Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI).Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI.
Bersamaan dengan itu terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun, baik
itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
Masih ada kontroversi mengenai peristiwa ini.Sejumlah pihak merasa tuduhan bahwa PKI
yang mendalangi peristiwa ini sebetulnya adalah rekayasa pemerintah Orde Baru (dan
sebagian pelaku Orde Lama).

2.4 Tawaran bantuan dari Belanda

Pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura menawarkan bantuan untuk
menumpas pemberontakan tersebut, namun tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah
Republik Indonesia. Pimpinan militer Indonesia bahkan memperhitungkan, Belanda akan
segera memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total terhadap kekuatan
bersenjata Republik Indonesia. Memang kelompok kiri termasuk Amir Syarifuddin
Harahap, tengah membangun kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI, yang dituduh
telah cenderung berpihak kepada AS.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul berbagai


organisasi yang membina kader-kader mereka, termasuk golongan kiri dan golongan
sosialis. Selain tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis
Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi
Patuk, yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut dalam
kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N. Aidit, Syam
Kamaruzzaman, dll., melainkan kemudian juga dari kalangan militer dan bahkan beberapa
komandan brigade, antara lain Kolonel Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade
III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi
Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Suparjo,
Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.

Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari
Moskow, Rusia.Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan segera menempati
kembali posisi di pimpinan Partai Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan

6
komandan pasukan bergabung dengan Musso, antara lain Mr. Amir Sjarifuddin Harahap,
dr. Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.

Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan,
bahwa pihak lainlah yang memulai.Banyak perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama,
pondok pesantren di Madiun dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.

Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan
mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di Ngawi. Ketiga orang tersebut
dibunuh dan mayatnya dibuang di dalam hutan. Demikian juga dr. Muwardi dari golongan
kiri, diculik dan dibunuh.Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah
yang melakukannya.Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi yang
namanya sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota
Madiun dan nama jalan utama di Kota Madiun.

Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat itu, termasuk Wakil
Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta telah dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk
menghancurkan Partai Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman,
Presiden AS yang mengeluarkan gagasan Domino Theory. Truman menyatakan, bahwa
apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara
tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan
kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh
dunia.

Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di hotel “Huisje Hansje”
Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri Dalam
negeri, Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi Sukanto, sedangkan di
pihak Amerika hadir Gerald Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran
(pengganti Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam
pertemuan Sarangan, yang belakangan dikenal sebagai “Perundingan Sarangan”,
diberitakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia menyetujui Red Drive Proposal
(proposal pembasmian kelompok merah).Dengan bantuan Arturo Campbell, Sukanto
berangkat ke Amerika guna menerima bantuan untuk kepolisian RI. Campbell yang
menyandang gelar resmi Atase Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika di Jakarta,
sesungguhnya adalah anggota Central Intelligence Agency – CIA

Diisukan, bahwa Sumarsoso tokoh Pesindo, pada 18 September 1948 melalui radio di
Madiun telah mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan
Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan bahwa pada
dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah terjadi
pemberontakan PKI. Dia bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan terhadap ancaman dari
Pemerintah Pusat

7
Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio
menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih: Musso-Amir Syarifuddin
atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut
sebagai Madiun Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru terutama di buku-
buku pelajaran sejarah kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI Madiun.

2.5 Peristiwa

A. Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal,
yang mengungkapkan bahwa para petinggi Angkatan Darat tidak puas terhadap Soekarno
dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno memerintahkan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili.Namun secara
tak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut para jenderal tersebut terbunuh.

B. Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia, Andrew
Gilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal.Dokumen ini
oleh beberapa pihak dianggap pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari
KGB Rusia, dokumen ini menyebutkan adanya “Teman Tentara Lokal Kita” yang
mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat.
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberi daftar nama anggota PKI kepada tentara
untuk “ditindaklanjuti”.

C. Isu Keterlibatan Soeharto

Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai Pangkostrad (Panglima
Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat) tidak membawahi pasukan.

2.6 Korban

Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:

 Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando


Operasi Tertinggi)

 Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)

8
 Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)

 Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)

 Brigjen TNI Donald Issac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)

 Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan


Darat)

 Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau,
Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:

 Bripka Karel Satsuin Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II
dr.J.Leimena)

 Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

 Letkol Sugiyanto Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang
dikenal sebagai Lubang Buaya.Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

2.7 Pasca Kejadian

Pasca pembunuhan beberapa perwira TNI Angkatan Darat, PKI mampu menguasai dua
sarana komunikasi vital, yaitu studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor
Telekomunikasi yang terletak di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan
pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditujukan kepada para perwira tinggi
anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah.
Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh Letkol Untung
Sutopo.

Di Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta, PKI melakukan pembunuhan terhadap Kolonel


Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta) dan Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf
Korem 072/Yogyakarta).Mereka diculik PKI pada sore hari 1 Oktober 1965.Kedua perwira
ini dibunuh karena secara tegas menolak berhubungan dengan Dewan Revolusi. Pada
tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI Aidit menanggapi pembentukan
Dewan Revolusioner oleh para “pemberontak” dengan berpindah ke Pangkalan Angkatan
Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan. Pada tanggal 6 Oktober, Sukarno

9
mengimbau rakyat untuk menciptakan “persatuan nasional”, yaitu persatuan antara
angkatan bersenjata dan para korbannya untuk penghentian kekerasan. Biro Politik dari
Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua anggota dan organisasi-organisasi massa
untuk mendukung “pemimpin revolusi Indonesia” dan tidak melawan angkatan bersenjata.

2.8 Penangkapan dan Pembantaian

Dalam bulan-bulan setelah peristiwa ini, semua partai kelas buruh yang diketahui, ratusan
ribu pekerja, dan petani Indonesia dibunuh atau dimasukkan ke kamp-kamp tahanan untuk
disiksa dan diinterogasi.Pembunuhan-pembunuhan ini terjadi di Jawa Tengah (bulan
Oktober), Jawa Timur (bulan November) dan Bali (bulan Desember).Berapa jumlah orang
yang dibantai tidak diketahui dengan persis (perkiraan yang konservatif menyebutkan
500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juga orang).Namun
diduga setidaknya satu juta orang menjadi korban dalam bencana enam bulan yang
mengikuti kudeta itu. Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari
organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng
Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.

Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat
sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu “terbendung mayat”. Pada akhir 1965, antara
500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi
korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi,
tanpa adanya perlawanan sama sekali.

2.9 Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret)

Lima bulan setelah itu, pada tanggal 11 Maret 1966, Sukarno memberi Suharto kekuasaan
tak terbatas melalui Surat Perintah Sebelas Maret.Iamemerintah Suharto untuk mengambil
“langkah-langkah yang sesuai” untuk mengembalikan ketenangan dan untuk melindungi
keamanan pribadi dan wibawanya.Kekuatan tak terbatas ini pertama kali digunakan oleh
Suharto untuk melarang PKI.

Kepemimpinan PKI terus mengimbau massa agar menuruti kewenangan rejim Sukarno-
Suharto. Aidit, yang telah melarikan diri, ditangkap dan dibunuh oleh TNI pada tanggal 24
November, tetapi pekerjaannya diteruskan oleh Sekretaris Kedua PKI, Nyoto.

2.10 Pertemuan Jenewa, Swiss

10
Menyusul peralihan kekuasaan ke tangan Suharto, diselenggarakanlah pertemuan antara
para ekonom orde baru dengan para CEO korporasi multinasional di Swiss. Korporasi
multinasional diantaranya diwakili perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General
Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco,
American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel, ICI,
Leman Brothers, Asian Development Bank, dan Chase Manhattan. Kebijakan ekonomi pro
liberal sejak saat itu diterapkan.

2.11 Peringatan

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan


30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian tersebut juga
ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada tanggal 30
September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara bendera di
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam
para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu
sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.

Pada 29 September 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan untuk mengenang
peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai
pelosok Indonesia.Acara yang bertajuk “Pekan Seni Budaya dalam rangka memperingati 40
tahun tragedi kemanusiaan 1965” ini berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Indonesia, Depok. Selain civitas academica, Universitas Indonesia, acara itu juga dihadiri
para korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko,
dan Putmainah.

2.12 Akhir konflik

Kekuatan pasukan pendukung Musso digempur dari dua arah: Dari barat oleh pasukan
Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto, yang diangkat menjadi Gubernur
Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari
Divisi Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah
pimpinan Kolonel Sungkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur, tanggal
19 September 1948, serta pasukan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, di bawah
pimpinan M. Yasin.

11
Panglima Besar Sudirman menyampaikan kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas
pasukan-pasukan pendukung Musso dalam waktu 2 minggu.Memang benar, kekuatan inti
pasukan-pasukan pendukung Musso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.

Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Pasukan Republik
yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat, bertemu di Hotel
Merdeka di Madiun.Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa pasukan pendukung
mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga tidak dapat segera ditangkap.

Baru pada akhir bulan November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso
tewas atau dapat ditangkap. Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Mr. Amir
Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas
perintah Kol. Gatot Subroto.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peristiwa G 30 S PKI adalah peristiwa berdarah bunuh membunuh yang tidak jelas
kepastiannya, dalam peristiwa ini 6 jendral tewas dan PKI dituduh sebagai pembunuhnya.
Kronologinya akan dibahas pada poin-poin di bawah.

Menurut isu beredar, ada kabar bahwa para jenderal tidak puas dengan pemerintahan
Soekarno, kabar ini disebut Isu Dewan Jenderal, menurut isu beredar, kemudian digerakan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan mengadili mereka, namun dalam proses
penangkapan, secara tak terduga mereka terbunuh pada tanggal 30 September 1965.

Masih berdasarkan isu, setelah ke enam jenderal terbunuh, tersebarlah tuduhan bahwa PKI
yang membunuh para jenderal tersebut.Menurut isu, untuk menyikapi tuduhan atas PKI
tersebut, diberantaslah PKI yang dianggap ingin mengudeta pemerintahan.Banyak anggota-
anggota PKI yang terbunuh, juga banyak orang-orang kita yang terbunuh oleh PKI, semua
itu terjadi pasca terbunuhnya jenderal pada 30 September 1965.

Sampai akhirnya, lima bulan setelah itu, keluarlah Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret). Sukarno memberi Suharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Perintah
sebelas Maret.Semua pihak, terutama Soekarno berharap semoga aksi bunuh membunuh
pasca kejadian 30 September 1965, itu segera selesai.

Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan


30 September.Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari

12
Kesaktian Pancasila.Isu mengenai peristiwa G 30 S PKI, dari mulai tuduhan-tuduhan
kudeta sampai kematian para jenderal tidak begitu jelas.

DAFTAR PUSAKA

https://dailygrin.wordpress.com/2014/02/27/makalah-pki/

13

Anda mungkin juga menyukai