Oleh:
Rama Ramansha Lillah
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………………….i
Bab 1
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………………4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………………..4
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………………………………………………..4
Bab 2
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha memprovokasi
bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan militer. Pemimpin-
pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga slogan "kepentingan
bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit mengilhami slogan "Untuk
Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua
anggota PKI membersihkan diri dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata,
mengimbau semua pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara"
subjek karya-karya mereka.
Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang bukan
hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan
polisi dan para pemilik tanah. Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI
yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah siapapun
(milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru revolusi Bolsevik di Rusia,
di mana di sana rakyat dan partai komunis menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya
kepada rakyat.
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan
minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI menjawab ini dengan memasuki
pemerintahan dengan resmi. Pada waktu yang sama, jenderal-jenderal militer tingkat
tinggi juga menjadi anggota kabinet. Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena
jabatannya di militer oleh Sukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini dapat
dibuktikan dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad, dan lain-lain).
Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer di dalam kabinet
Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang sangat berbahaya bahwa
angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari revolusi demokratis "rakyat". Aidit
memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia
berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan yang bertambah kuat setiap
hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur masyarakat Indonesia, termasuk
para komunis".
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi
mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut
mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas
persiapan-persiapan untuk pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk
pendirian "angkatan kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan
petani yang bersenjata.
2
Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan
ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah berusaha untuk
membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini dalam batas-batas hukum
kapitalis negara. Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa
usul PKI akan memperkuat negara.
Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi"
angkatan bersenjata dapat dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan
"angkatan kelima". Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner
kaum buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa
aparatus militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam
alat-alat negara.
Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu sakit parahnya
Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan apabila
Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung
Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan
tindakan tersebut.Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok
Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya
merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitia
Agraria yang menghasilkan UUPA
Terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10
kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun
pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani
penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian
massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang
menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan
peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai
dalih oleh militer untuk membersihkannya.Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya
NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir
semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa
mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan
bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Terjadinya Peristiwa G30S PKI 1965
2. Untuk Mengetahui Siapa Saja Tokoh Dan Korban Dari Peristiwa G30S PKI
1965
1.4 MANFAAT
1. Untuk Menambah Pengetahuan Dan Wawasan Lebih Dalam Tentang
Sejarah Peristiwa G30S PKI 1965
2. Untuk Menambah Pengetahuan Bagi Pembaca Tentang Latar Belakang
Terjadinya Serangan Pemeberontakan G30S PKI 1965
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. AWAL PERISTIWA
G30S/PKI atau Gerakan 30 September 1965/PKI adalah suatupengkhianatan yang
paling besar yang terjadi pada bangsa Indonesia.Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun
1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI.Di
bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui
sistem parlementer. DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni "If everything
depends on the communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya
bergantung pada komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian)."
Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang
secara terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui
perang.G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30
September dan masuk 1 Oktober 1965.Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh
PKI mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi
target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa
menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara lain
1.Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal Raden Soeprapto
3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
4. Mayor Jenderal Siswondo Parman
5. Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan
6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
5
Setelah persiapan dianggap matang oleh para pemimpin PKI, maka mereka
menentukan pelaksanaannya yaitu 30 September. Gerakan untuk merebut kekuasaan
dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan penculikan dan pembunuhan
terhadap jendral jendral TNI-AD yang dianggap anti PKI. Gerakan 30 September 1965
dipimpin oleh Letnan Kolonel untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, yaitu
pasukan pengawal presiden.
Gerakan ini dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober dengan menculik dan membunuh
6 perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan darat. Mereka yang diculik
dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan Udara Halim Perdana
Kusuma oleh anggota-anggota pemuda rakyat Gerwani dan Ormas PKI yang lain.
Sementara itu gerakan 30 september telah berhasil menguasai 2 sarana telekomunikasi
yakni studio RRI dan kantor PN telekomunikasi.
Pada rapat 22 September 1965, PKI mulai membagi tiga pasukan yang harus
melakukan tugas-tugas yang berbeda, yaitu :
(1) Pasukan Pasopati yang bertugas untuk menculik dan membunuh Jenderal
Angkatan Darat
(2) Pasukan Bimasakti yang bertugas untuk menguasai RRI dan Telekomunikasi,
dan
(3) Pasukan Gatotkaca yang bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan di
Lubang Buaya.
6
Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan
mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut
memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar
ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.
7
Setahun setelahnya, pemberontakan kembali terjadi di Silungkang. Memasuki pukul 11
malam di malam tahun baru 1927, pemberontak sudah mulai melakukan serangan
kepada Kepala Nagari Silungkang, Muhammad Djamil. Mereka juga menyasar Guru
Mahmud, Djumin, dan Ramhman. Dalam peristiwa itu, ketiga guru dibunuh di rumahnya
tanpa melakukan perlawanan. Pedagang emas, Kari Sutan dan Menek, juga tewas di
tangan PKI bersama anaknya yang masih sangat kecil. Dalam pemberontakan saat itu,
PKI membunuh 7 pegawai pemerintahan Belanda dan menghancurkan fasilitas umum.
2.Pemberontakan Madiun
Pemberontakan selanjutnya terjadi di tahun 1948 dan terkenal dengan nama
pemberontakan Madiun atau peristiwa PKI Madiun 1948. Melansir laman Kemendikbud,
peristiwa ini bermula saat Kabinet Amir Sjarifuddin jatuh. Setelahnya, Amir membuat
FDR atau Front Demokrasi Rakyat dan menggalang kerja sama dengan barisan paham
kiri, seperti BTI (Barisan Tani Indonesia), PKI, dan Pesindo (Pemuda Sosialis
Indonesia). Amir juga diketahui mempunyai hubungan dekat dengan Muso dan
berencana ingin menyebarkan paham komunisme lebih luas lagi di Tanah Air.
Propaganda anti pemerintah dilancarkan dan kaum buruh melakukan mogok kerja. PKI
juga melakukan penculikan dan pembunuhan kepada beberapa tokoh, salah satunya
adalah Koloner Sutarto, Gubernur Jawa Tengah RM Ario Soerjo, dan Dr. Moewardi.
Puncak peristiwanya sendiri terjadi di tanggal 18 September 1948, ketika para
pemberontak menguasai Madiun dan menyerukan kehadiran Republik Soviet Indonesia
8
3.G30S PKI
Pemberontakan PKI yang paling terkenal sekaligus menjadi akhir pergerakan partai kiri
ini terjadi di tahun 1965. Dalam peristiwa ini, setidaknya ada 6 jenderal dan 1 perwira
TNI AD yang dibunuh di Jakarta. Sementara itu, ada 2 perwira TNI yang juga tewas di
Yogyakarta, yakni Letkol Sugijono dan Brigjen Katamso. Kelompok pemberontak
tersebut dipimpin oleh DN Aidit.Sebelum dibunuh di Lubang Buaya, Jakarta, para
perwira TNI AD tersebut terlebih dahulu diculik di kediamannya masing-masing.
Beberapa ada yang dibunuh di rumahnya, ada pula yang dibawa dan dibunuh di
Lubang Buaya.
Pemberontak melalui Letkol Untung memberikan pengumuman melalui RRI, yang berisi
bahwa gerakan 30 September dialamatkan kepada Dewan Jenderal dan ingin
melakukan kudeta kepada Presiden Soekarno.
Ada beberapa penyebab atau latar belakang terjadinya pemberontakan ini. Di
antaranya, pengaruh PKI berkembang pesat di kalangan seniman, guru, wartawan,
perwira TNU, dan cendekiawan. Selanjutnya, kondisi sosial-politik Indonesia di era
demokrasi terpimpin memberikan kesempatan kepada PKI untuk menyebarkan doktrik
Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme). Hal ini juga menjadikan PKI sebagai
partai elite di politik Indonesia. Selain itu, PKI cepat bangkit pasca pemberontakan
Madiun 1948. Kebangkitan PKI ini tak lepas dari peran penting DN Aidit yang
menjadikan PKI masuk dalam jajaran 5 besar partai politik terbesar pada pemilu 1955.
9
C.Tokoh-Tokoh Dibalik G30S PKI
1. D.N Aidit
Pemilik nama lengkap Dipa Nusantara Aidit adalah sosok yang diduga dalang di balik
peristiwa G30S PKI. Ia merupakan Ketua Umum Comite Central (CC) Partai Komunis
Indonesia (PKI).Di masa kepemimpinannya, ia berhasil membawa PKI menjadi partai
ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.Pada saat pemerintahan Orde
Baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, mengeluarkan versi resmi bahwa PKI
adalah pelaku pemberontakan G30S. Aidit yang saat itu menjabat sebagai ketua PKI
dituduh sebagai dalang peristiwa tersebut.
Mengetahui dirinya sedang dicari, ia lantas melarikan diri hingga ditangkap di tempat
persembunyianya di Solo yaitu di rumah Kasim/Harjomartono. Setelah itu, Aidit
dieksekusi oleh beberapa militer di sebuah sumur tua di belakang markas TNI di
Boyolali.
2. Syam Kamaruzaman
Tak hanya Aidit, sosok Syam Kamaruzaman yang merupakan Ketua Biro Khusus PKI
juga diduga sebagai dalang dari kudeta dan pembunuhan yang terjadi pada peristiwa
G30S PKI.Biro Khusus yang ia pimpin merupakan sebuah organisasi rahasia PKI yang
bertujuan untuk merancang dan mempersiapkan kudeta. Salah satu strategi yang
dilakukan adalah dengan cara menyusup dan memengaruhi kelompok tentara
berhaluan kiri.Setelah peristiwa G30S terjadi, Syam tertangkap di Cimahi, Jawa barat
pada 9 Maret 1967. Di meja pengadilan, Syam mengakui bahwa ia bergerak di bawah
perintah Aidit. Atas pengakuannya tersebut ia dijatuhi hukuman mati hingga dieksekusi
pada 1986.
10
3. Letkol Untung Syamsuri
Letnan Kolonel Untung Syamsuri adalah kunci di balik gerakan G30S. Ia merupakan
seorang Komandan Batalyon KK I Cakrabirawa, pengawal Presiden Sukarno.Dalam
peristiwa G30S, Letkol Untung diduga sebagai penggerak pasukan Cakrabirawa untuk
melakukan penculikan dan pembunuhan yang terjadi terhadap tujuh jenderal militer.
Setelah peristiwa itu terjadi, Letkol Untung melarikan diri dan menghilang hingga pada
akhirnya ia tertangkap di Brebes, Jawa Tengah dan berujung eksekusi mati pada 1966,
setahun setelah peristiwa G30S.
11
Pemimpin-pemimpin PKI segera ditangkap, bahkan beberapa dibunuh pada saat
penangkapan, sisanya dihukum mati melalui proses persidangan pura-pura untuk
konsumsi HAM Internasional.] Petinggi angkatan bersenjata menyelenggarakan
demonstrasi di Jakarta. Pada tanggal 8 Oktober, markas PKI Jakarta
dibakar. Kelompok pemuda anti-komunis dibentuk, contohnya Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI).] Di Jakarta dan Jawa Barat, lebih dari 10.000 aktivis dan petinggi PKI ditangkap,
salah satunya Pramoedya Ananta Toer
12
Pembantaian ini mengosongkan beberapa bagian desa, dan rumah-rumah korban
dijarah atau diserahkan ke angkatan bersenjata.Pembantaian telah mereda pada Maret
1966, meskipun beberapa pembersihan kecil masih berlangsung hingga tahun 1969.
Penduduk Solo menyatakan bahwa meluapnya sungai Bengawan Solo yang tidak biasa
pada Maret 1966 menandai berakhirnya pembantaian.
4. Secara sosial, ada penangkapan dan pembunuhan atas orang-orang PKI atau
dianggap PKI yang tidak seluruhnya melalui proses pengadilan dengan jumlah
yang cukup banyak.
Dikeluarkannya Supersemar
Gerakan yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 menimbulkan perubahan
yang besar pada keberlangsungan negara Indonesia. Salah satu dampak yang
timbul dari gerakan tersebut adalah munculnya Supersemar. Dalam situasi
negara yang karut-marut dan serba tidak menentukan, Presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan
kewibawaan pemerintah. Mandat tersebut dikenal sebagai Surat Perintah
Sebelas Maret atau Supersemar, yang dikeuarkan pada 11 Maret 1966.
Dalam waktu yang singkat G30S/PKI gagal dalam usahanya mengganti dasar
negara pancasila dengan komunis. Hal ini menunjukan bahwa pancasila
memang kokoh, itulah sebabnya tanggal 1 Oktober 1965 merupakan titik tolak
kehancuran G30S/PKI dan kemenangn pancasila dijadikan sebagai hari
kesaktian pancasila.
16
B.SARAN
Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bangsa yang melupakan sejarah,
akan dengan mudah tercerabut dari akar sejarah itu sendiri, dan menjadi
bangsa antah berantah.
17
C.DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-g30s-pki/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
kronologi-dan-latar-belakangnya
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220927113432-289-853111/tokoh-
tokoh-dalam-peristiwa-g30s-pki-siapa-saja
https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/02/223000279/dampak-peristiwa-
g30s-bagi-bangsa-indonesia?page=all
18