Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SEJARAH

NOKTA
PERISTIWA G30S/PKI

DISUSUN OLEH :

NAMA : PRESEISILYA SELLY PALIMBONG


KELAS : XII UPW 1

SMK NEGERI 2 PALU


2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas
mata pelajaran sejarah.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, baik mengenai materi, mutu, penggunaan bahasa maupun
cara penyajiannya. Maka saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dan apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, 29 Februari 2020


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………… i


Daftar Isi …………………………………………………………… ii
BAB 1. Pendahuluan ……………………………………………… 1
BAB 2. Peristiwa …………………………………………………… 6
BAB 3. Penutup …………………………………………………… 21
Daftar Pustaka …………………………………………………… 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis yang
terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada
tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari
pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang
mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia
yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),
organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih
dari 20 juta anggota dan pendukung.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan


konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan dukungan penuh dari
PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para
jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem
"Demokrasi Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno
dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk
persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM.

Pada era "Demokrasi Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI


dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah
politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign
reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah.

1
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou
Enlai menjanjikan 100.000 pucuk senjata jenis chung, penawaran ini gratis
tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S.

Pada awal tahun 1965 Bung Karno atas saran dari PKI akibat dari
tawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang Angkatan Kelima yang
berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi Angkatan Darat tidak
setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai antara militer
dan PKI.

Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin berusaha


memprovokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan polisi dan
militer. Pemimpin-pemimpin PKI juga menginfiltrasi polisi dan tentara denga
slogan "kepentingan bersama" polisi dan "rakyat". Pemimpin PKI DN Aidit
mengilhami slogan "Untuk Ketentraman Umum Bantu Polisi". Di bulan
Agustus 1964, Aidit menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri
dari "sikap-sikap sektarian" kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua
pengarang dan seniman sayap-kiri untuk membuat "massa tentara" subjek
karya-karya mereka.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerak merampas


tanah yang bukan hak mereka atas hasutan PKI. Bentrokan-bentrokan besar
terjadi antara mereka dan polisi dan para pemilik tanah.

Bentrokan-bentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang


menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah
siapapun (milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar PKI meniru
revolusi Bolsevik di Rusia, di mana di sana rakyat dan partai komunis
menyita milik Tsar dan membagi-bagikannya kepada rakyat.

2
Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-
perusahaan karet dan minyak milik Amerika Serikat. Kepemimpinan PKI
menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu
yang sama, jenderal-jenderal militer tingkat tinggi juga menjadi anggota
kabinet. Jendral-jendral tersebut masuk kabinet karena jabatannya di militer
oleh Sukarno disamakan dengan setingkat mentri. Hal ini dapat dibuktikan
dengan nama jabatannya (Menpangab, Menpangad, dan lain-lain).

Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi militer


di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi yang
sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian dari
revolusi demokratis "rakyat".

Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan


bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan kebersamaan dan persatuan
yang bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-
unsur masyarakat Indonesia, termasuk para komunis".

Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan


melarang aksi-aksi mogok di industri. Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan
karena industri menurut mereka adalah milik pemerintahan NASAKOM.

Tidak lama PKI mengetahui dengan jelas persiapan-persiapan untuk


pembentukan rezim militer, menyatakan keperluan untuk pendirian "angkatan
kelima" di dalam angkatan bersenjata, yang terdiri dari pekerja dan petani
yang bersenjata. Bukannya memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri
sendiri untuk melawan ancaman militer yang sedang berkembang itu,
kepemimpinan PKI malah berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang
makin mendalam ini dalam batas-batas hukum kapitalis negara.

3
Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa
usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke
Komite Sentral PKI bahwa "NASAKOMisasi" angkatan bersenjata dapat
dicapai dan mereka akan bekerjasama untuk menciptakan "angkatan kelima".
Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum
buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi
bahwa aparatus militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek
anti-rakyat dalam alat-alat negara.

Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar isu
sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meninggal dunia. Namun menurut
Subandrio, Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi
hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.

Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok


Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang
sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada
tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil
pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan
partai politik pada masa itu.

Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah


tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap
dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian
massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa
yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di
Sumatera Utara dan peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’
dan kemudian digunakan sebagai dalih oleh militer untuk membersihkannya.

4
Keributan antara PKI dan Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan
Persis dan Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat
di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga
terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-
kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal
ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30
September tersebut).

5
BAB II
PERISTIWA

2.1. Awal peristiwa


PERISTIWA G30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa
pemberontakan yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham
komunis di Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan
banyak korban berasal dari para Jendral AD.

Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan


pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya
laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan
yang berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945.

Pada hari Jum’at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI


Jakarta menyiarkan berita penting.

Sekitar pukul 7 pagi memuat berita bahwa pada hari Kamis tanggal 30
September 1965 di Ibukota RI, Jakarta, telah terjadi “ gerakan militer dalam
AD “ yang dinamakan “ Gerakan 30 September”, dikepalai oleh Letnan
Kolonel Untung, Komandan Batalion Cakrabirawa, pasukan pengawal
pribadi Presiden Soekarno.

Sekitar pukul 13.00 hari itu juga memberitakan “ dekrit no 1” tentang


“pembentukkan dewan revolusi Indonesia” dan “keputusan no.1” tentang
“susunan dewan revolusi Indonesia”. Baru dalam siaran kedua ini
diumumkan susunan “komandan”, Brigjen Soepardjo, Letnan Kolonel
Udara Heru, Kolonel Laut Soenardi, dan Ajun komisaris besar polisi Anwas
sebagai “wakil komandaan”.

6
Pada pukul 19.00 hari itu juga RRI Jakarta menyiarkan pidato radio
Panglima Komando TJadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jendral
Soeharto, yang menyampaikan bahwa gerakan 30 September tersebut adalah
golongan kontra revolusioner yang telah menculik beberapa perwira tinggi
AD, dan telah mengambil alih kekuasaan Negara dari presiden/panglima
tertinggi ABRI/pemimpin besar revolusi dan melempar Kabinet DWIKORA
ke kedudukan demisioner.

Latar belakang G30S/PKI perlu ditelusuri sejak masuknya paham


komunisme/marxisme-leninisme ke Indonesia awal abat ke-20
penyusupanya kedalam organisasi lain, serta kaitannya dengan gerakan
komunisme intenasional. Dalam hal-hal yang mendasar dari politik PKI di
Indonesia terbukti merupakan pelaksanaan perintah dari pimpinan gerakan
komunisme internasional.

Persiapan PKI :
1. Membentuk biro khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzman.
Tugas biro khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan
kekuasan.
2. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri atas buruh dan tani
yang dipersenjatai
3. Melakukan sabotase, aksi sepihak, dan aksi teror. Sabotase terhadap
transportasi kereta yang dilakukan aksi buruh kereta api ( Januari-
Oktober 1964 ) yang mengakibatkan serentetan kecelakaan kereta api
seperti di Purwokerto, Kroya, Tasikmalaya, Bandung, dan Tanah
Abang. Aksi sepihak, misalnya Peristiwa Jengkol, Bandar Betsy, dan
Peristiwa Indramayu. Aksi teror misalnya Peristiwa Kanigoro Kediri.
Hal itu dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan kudeta.
4. Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI khususnya TNI-AD yang
dianggap sebagai penghambat pelaksanaan programnya yaitu dengan
melancarkan isu dewan jendral.tujuanya untuk menghilangkan

7
kepercayaan terhadap TNI-AD dan mengadu domba antara TNI-AD
dengan presiden soekarno.
5. Melakukan latihan kemiliteran di lubang buaya pondok gede jakarta.
Latihan kemiliteran di lubang buaya .pondok gede jakarta latihan
kemiliteran ini merupakan sarana persiapan untuk melakukan
pemberontakan.

Sebab-sebab G30S/PKI
a. PKI merupakan partai terbesar di Indonesia
Dengan melakukan pendekatan kepada kaum berjunis, PKI berhasil
menarik anggota cukup besar, tercatat pada tahun 1965, anggota PKI
sudah mencapai 3,5 juta. Hal ini membuat PKI menjadi partai yang
besar dan kuat.
PKI melakukan beberapa cara untuk mengembangkan diri, antara lain :
- Melakukan gerakan gerilia dipedesaan dan melakuan prapaganda-
prapaganda menyesatkan.
- Melakukan gerakan revosioner oleh kaum buruh di perkotaan.
- Membentukan pekerja intensif dikalangan ABRI.
- Menyusup ke berbagai organisasi lain untuk mentransparansikan
organisasi PKI.
- Mendekati Presiden Soekarno.
b. Politik luar negeri Indonesia yang lebih condong pada blok timur
Pada masa demokrasi terpimpin, indonesia menganut politik NEFO,
sehingga PKI dapat memperoleh dukungan dari Cina dan Unisoviet.
c. Konsep Naskom (Nasionalis, Agama, Komunis)
Dengan konsep ini, PKI dapat memperkuat kedudukannya di Indonesia,
sehingga PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan
aksi kudeta.

8
2.2. Peristiwa
Pada awal konflik Madiun, pemerintah Belanda berpura-pura
menawarkan bantuan untuk menumpas pemberontakan tersebut, namun
tawaran itu jelas ditolak oleh pemerintah Republik Indonesia. Pimpinan
militer Indonesia bahkan memperhitungkan, Belanda akan segera
memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangan total terhadap
kekuatan bersenjata Republik Indonesia.

Memang kelompok kiri termasuk Amir Syarifuddin Harahap, tengah


membangun kekuatan untuk menghadapi Pemerintah RI, yang dituduh telah
cenderung berpihak kepada AS.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus


1945, muncul berbagai organisasi yang membina kader-kader mereka,
termasuk golongan kiri dan golongan sosialis. Selain tergabung dalam
Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), Partai Sosialis Indonesia (PSI) juga
terdapat kelompok-kelompok kiri lain, antara lain Kelompok Diskusi Patuk,
yang diprakarsai oleh Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Yang ikut
dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N.
Aidit, Syam Kamaruzzaman, dll., melainkan kemudian juga dari kalangan
militer dan bahkan beberapa komandan brigade, antara lain Kolonel Joko
Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol
Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi
Komandan Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten
Suparjo, Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.

Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno, Wakil Indonesia di Praha,


Musso, kembali dari Moskow, Rusia. Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di
Yogyakarta dan segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai
Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan komandan pasukan

9
bergabung dengan Musso, antara lain Mr. Amir Sjarifuddin Harahap, dr.
Setiajid, kelompok diskusi Patuk, dll.

Aksi saling menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-


masing pihak menyatakan, bahwa pihak lainlah yang memulai. Banyak
perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun
dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.

Tanggal 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur RM


Ario Soerjo (RM Suryo) dan mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut
PKI di Ngawi. Ketiga orang tersebut dibunuh dan mayatnya dibuang di
dalam hutan. Demikian juga dr. Muwardi dari golongan kiri, diculik dan
dibunuh. Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah yang
melakukannya. Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi
yang namanya sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di
tengah alun-alun Kota Madiun dan nama jalan utama di Kota Madiun.

Kelompok kiri menuduh sejumlah petinggi Pemerintah RI saat


itu, termasuk Wakil Presiden/Perdana Menteri Mohammad Hatta telah
dipengaruhi oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan Partai Komunis
Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS yang
mengeluarkan gagasan Domino Theory. Truman menyatakan, bahwa
apabila ada satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-
negara tetangganya akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti
layaknya dalam permainan kartu domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih
dalam memerangi komunis di seluruh dunia.

Pada 19 September 1948, Presiden Soekarno dalam pidato yang


disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk
memilih: Musso-Amir Syarifuddin atau Soekarno-Hatta. Maka pecahlah
konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun Affairs

10
(Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru terutama di buku-buku
pelajaran sejarah kemudian dinyatakan sebagai pemberontakan PKI
Madiun.

Setelah persiapan dianggap matang oleh para pemimpin PKI, maka


mereka menentukan pelaksanaannya yaitu 30 September. Gerakan untuk
merebut kekuasaan dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan
penculikan dan pembunuhan terhadap jendral jendral TNI-AD yang
dianggap anti PKI. Gerakan 30 September 1965 dipimpin oleh Letnan
Kolonel untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, yaitu pasukan
pengawal presiden.
Gerakan ini dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober dengan menculik
dan membunuh 6 perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan darat.
Mereka yang diculik dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan
Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma oleh anggota-anggota pemuda
rakyat Gerwani dan Ormas PKI yang lain. Ke-6 jendral yang dibunuh itu
adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor
Jendral M. T. Haryono , Mayor Jendral S. Parman, Brigadir DI Panjaitan,
Brigadir Jendral Soetoyo Siswomiharjo. Sementara itu gerakan 30
september telah berhasil menguasai 2 sarana telekomunikasi yakni studio
RRI dan kantor PN telekomunikasi.

2.3. Penumpasan
Dalam situasi yang tidak menentu pimpinan angkatan darat diambil alih
oleh Panglima Kostrad Mayor Jendral Soeharto. Ia melakukan konsolidasi
pasukan TNI yang masih setia kepada pemerintahan. Dengan kekuatan ini,
Mayor Jendral Soeharto melakukan serangkaian operasi penumpasan
G30S/PKI.

11
Setelah merebut kembali stasiun telekomunikasi RRI, Mayor Jendral
Soeharrto menjelaskan melalui siaran radio bahwa telah terjadi
penghianatan yang dilakukan Gerakan 30 September/PKI.

Mereka telah menculik beberapa perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen
soeharto menyampaikan bahwa Presiden Soekarno dan Jendral A. H.
Nasution dalam keadaan sehat dan situasi Jakarta telah dikendalikan.

Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim Perdana Kusuma


yang diduga sebagai pusat Gerakan 30 September/PKI. Dalam waktu
singkat tempat ini dapat dikuasai pasukan RPKAD

Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan masyarakat


menyimpulkan bahwa dibalik Gerakan 30 September/PKI ini telibat PKI.
Maka dimulailah operasi pengejaran terhadap anggota PKI ini.
a. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan
Telkom telah dapat diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa
pertumpahan darah.
b. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal
penting berikut melalui RRI.
1) Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.
2) Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner.
3) Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
c. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai
kembali Bandara Halim Perdanakusuma.
d. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang
bernama Sukitman berhasil ditemukan sumur tua yang digunakan untuk
menguburkan jenazah para perwira AD.
e. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan
dan mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

12
Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi
militer yang dipimpin oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno.
Penumpasan di Jawa Tengah memakan waktu yang lama karena daerah ini
merupakan basis PKI yang cukup kuat dan sulit mengidentifikasi antara
lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30 S/PKI di beberapa daerah
dilakukan operasi-operasi militer berikut.
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan
Kolonel Wetermin.
Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N Aidit
dapat ditembak mati di Boyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di
Tegal.

2.4. Dampak pasca peristiwa G30S PKI


Situasi politik semakin memanas bahkan mencekam karena tuntutan
kepada pemerintah untuk membubarkan PKI belum terpenuhi. Keadaan
ekonomi memburuk, rakyat mulai sulit mendapatkan kebutuhan pokok. 13
Januari 1966 harga bahan bakar minyak naik mengakibatkan kenaikan
harga barang dan jasa di segala bidang naik. Kemudian terjadi devaluasi
uang (1000) lama menjadi (1) baru.

Berikut ini dampak sosial politik dari G 30 S/PKI:


a. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara AD.
b. Sampai bulan Desember 1965 PKI telah hancur sebagai kekuatan
politik di Indonesia.
c. Kekuasaan dan pamor politik Presiden Soekarno memudar.
d. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap
orang-orang PKI atau”dianggap PKI”, yang tidak semuanya melalui
proses pengadilan dengan jumlah yang relatif banyak.

13
2.5. Monumen Peringatan
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari
Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Jenderal besar Nasution adalah satu-satunya Jenderal yang berhasil
lolos namun anak perempuannya Ade Irma Suryani dan ajudannya
Pierre Tendean gugur dari kebiadaban G 30 S/PKI.10 Dalam diri Nasution
selalu berpikir siapa dibalik topeng G 30 S/PKI 1965. Presiden Soekarno
pun berkali-kali melakukan pembelaan bahwa PKI tidak terlibat dalam
peristiwa sebagai partai melainkan karena adanya sejumlah tokoh partai
yang terpancing oleh Barat, lalu melakukan tindakan-tindakan, dan karena
itu Soekarno tidak akan membubarkan PKI. Kemudian, pimpinan dan
sejumlah perwira Angkatan Darat memberi versi keterlibatan PKI
sepenuhnya, dalam penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan seorang
perwira pertama AD pada tengah malam 30 September menuju dinihari 1
Oktober 1965. Tak sampai menunggu lama akhirnya Nasution
mendapatkan jawaban dari
1 Darmawan, Sukarno Memilih untuk Tenggelam agar Suharto Muncul,
Bandung: Hikayat Dunia, 2008, hlm. 129.
2 A.H Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas. Jilid 5; Kenangan Masa
Orde Lama, Jakarta: Haji Masagung, 1986, hlm. 145.
pikirannya, bahwa dalang dibalik peristiwa 30 September 1965 adalah
PKI11. Nasution berkata.
“Dan saya berharap kepada komponen bangsa yang mencintai
kedamaian agar mewaspadai upaya balas dendam dari mereka dan
pemutarbalikan sejarah yang telah dibuktikan oleh pengadilan G 30 S/PKI.
Saya berharap pula kepada mereka yang dipersalahkan pada peristiwa G 30
S/PKI untuk tidak melakukan balas dendam karena akan berbuntut kepada
pembalasan lagi dan bangsa Indonesia akan tetap terpuruk serta terpecah
belah. Kepada seluruh komponen bangsa termasuk yang dipersalahkan pada
peristiwa G 30 S/PKI untuk saling memanfaatkan dan mengubur semua

14
tragedi sedih bangsa, agar bangsa Indonesia tegar kembali menghadapi
tantangan di masa depan”.12

Sejak hari itu tujuan politik militer Nasution semakin jelas yakni
keinginannya menyingkirkan PKI dari peta perpolitikan Indonesia.
Kepemimpinan Nasution, dalam upaya menghancurkan PKI akan
berlangsung dengan sendirinya. Usaha Nasution yang dibantu Angkatan
Darat tempatnya bernaung untuk menyingkirkan PKI ternyata tidak semulus
yang ia harapkan. Disebabkan karena Sukarno mempunyai kepentingan
politik dengan adanya Partai Komunis tersebut, sehingga Orde Lama sangat
melindungi keberadaan PKI. Tujuan Sukarno bukan lain untuk menjaga
kelangsungan Demokrasi Terpimpinnya dengan dalil bahwa ideologi
Nasakom PKI merupakan benteng pertahanan kepemimpinannnya.

Kendati hanya berumur pendek, G 30 S/PKI mempunyai dampak


sejarah yang penting bagi perjalanan kehidupan politik di Indonesia.
Peristiwa tersebut menandai awal berakhirnya masa kepresidenan Soekarno
(Orde Lama), sekaligus bermulanya masa kekuasaan Soeharto (Orde Baru).
Sampai saat itu Soekarno merupakan satu-satunya pemimpin nasional yang
paling terkemuka selama dua dasawarsa lebih, yaitu dari sejak Soekarno
bersama pemimpin nasional lain, Mohammad Hatta, pada 1945
mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Soekarno satu-satunya
Presiden negara dan bangsa baru itu yaitu bangsa Indonesia. Dengan
kharisma, kefasihan lidah, dan patriotismenya yang menggelora, Soekarno
tetap sangat populer di tengah-tengah semua kekacauan politik dan
perekonomian pasca kemerdekaan. Sampai tahun 1965 kedudukannya
sebagai presiden tidak tergoyahkan.

15
Presiden Soekarno merupakan orang yang paling mengutuk PKI pada
awalnya yaitu sejak peristiwa Madiun Affair13 1948 akan tetapi setelah 10
tahun kemudian Soekarno melindungi PKI. Hal ini dikarenakan Soekarno
yang anti imperialis atau anti Barat yang sejalan dengan paham PKI,
sehingga pada masa Orde Lama, PKI sangat dihargai. Terbukti
popularitasnya, baik G 30 S/PKI maupun Mayor Jenderal Soeharto berdalih
bahwa segala tindakan yang mereka lakukan merupakan langkah untuk
membela Soekarno. Kesulitan memahami G 30 S/PKI antara lain karena
gerakan tersebut sudah kalah sebelum kebanyakan orang Indonesia
mengetahui keberadaannya.

Nasution berperan dalam kebangkitan tahun 1966 dengan mengajak


Presedium KAMI dalam salah satu pertemuan di rumahnya, dengan hasil
pembicaraan agar mereka memakai nama Angkatan 66 untuk menghayati
suatu tahap kebangkitan nasional. Sedikit banyak Nasution telah
menyumbangkan pemikiran dan pendapat serta siasat dalam bangkitan
Angkatan 66 tersebut. Tahun 1967 pergeseran pemerintahan terjadi,
akhirnya Soekarno dapat digulingkan dan menjadi tahanan politik yang
dimana Soekarno masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Tahun 1968 Soekarno benar-benar turun dari jabatannya dan digantikan
oleh Jendral Soeharto yang memulai babak Orde Baru.

Peranan Nasution dalam pergeseran pemerintahan Orde Lama ke Orde


Baru banayk dipengaruhi oleh kepangkatannya sebagai Jendral Besar
bintang empat. Penumpasan G 30 S/PKI, Nasution didaulat menjadi
pembimbing dan penasehat dari pasukan TNI AD. Keikutsertaan Nasution
dalam menggulingkan Orde Lama dapat dipastikan karena faktor pribadi,
karena pencopotan jabatan dan wewenangnya sebagai Perwira AD serta
alasan utama karena kematian putrinya Ade Irma Suryani akibat kebiadapan
PKI. Nasution beranggapan bahwa Soekarno jelas-jelas terlibat dalam G 30
S/PKI.

16
Hubungan Nasution dan Soekarno awalnya sangat baik, tetapi pada 17
Oktober 1952 terjadi konflik pribadi di antara mereka. Nasution marah
setelah reorganisasi dan rasionalisasi Angkatan Darat tidak didukung oleh
pemerintah. Perwira yang loyal kepada Nasution mengerahkan 30.000 orang
menuntut dibubarkannya kabinet di depan Istana. Percobaan kudeta itu
gagal, karena Soekarno tidak mempan digertak. Sebaliknya, Nasution malah
dipecat dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan
digantikan Ahmad Yani. Pemerintah terpaksa menolak gagasan
Nasution akibatmunculnya protes dari para Perwira eks Pembela Tanah Air
(PETA).14 Hal ini Nasution sendiri bukannya melakukan konsolidasi
menyelesaikan masalah internal di tubuh Angkatan Darat, sebaliknya justru
mencari sasaran ke Istana.
Setelah dilepas dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat,
Nasution bukan tidak lagi mempunyai posisi yang penting dalam
pemerintahan, tetapi dia ditempatkan sebagai Menteri Pertahanan yang
merangkap sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata.15 Pergeseran
posisi Nasution dari jabatan Angkatan Darat tidak lain karena
penentangannya terhadap paham komunis yang pada waktu itu Soekarno
sedang gencar- gencarnya menyerukan paham NASAKOM kepada seluruh
rakyat Indonesia. Nasution setiap saat berada di belakang mendukung
kebijakan Soekarno, tetapi memiliki keyakinan politik yang berbeda. Tidak
dengan Ahmad Yani,

walaupun tidak sepaham dengan ideologi komunis dia lebih lunak


diajak berkompromi dengan Soekarno. Hubungan Nasution dan Soekarno
semakin memanas setelah beredarnya isu bahwa akan ada genjatan dari
Perwira-perwira tinggi Angkatan Darat yang dibantu oleh CIA
(Amerika Serikat)16 untuk

17
menggulingkan posisi Soekarno sebagai Kepala Negara.17 Isu yang
beredar disebutkan bahwa Dewan Jendral akan menyusun kabinet dengan
Perdana Menteri Jendral Nasution dan Wakil Perdana Menteri atau Menteri
Pertahanan Letnan Jendral Ahmad Yani, dengan tegas Nasution membantah
isu tersebut dan bantahan Nasution dapat masuk akal karena sejak Nasution
menyerahkan jabatan KSAD kepada Ahmad Yani hubungan mereka lebih
renggang dan tidak mungkin Nasution akan bekerja sama dengan Ahmad
Yani untuk melakukan pengambilalihan kekuasaan. Isu itu disebarkan oleh
PKI terhadap Jendral Angkatan Darat tidak lain karena PKI menginginkan
kepercayaan Soekarno kepada Angkatan Darat semakin hilang, sehingga
PKI dengan leluasa memanfaatkan Soekarno untuk kepentingan politiknya.

UUD 1945 pernah diselewengkan dan mencapai puncaknya pada


peristiwa G 30 S/PKI. 30 September 1965 merupakan puncak aksi PKI
untuk memporak-porandakan keadaan politik di Indonesia. G 30 S/PKI
merupakan peristiwa penting di Indonesia, dengan adanya peristiwa ini
Demokrasi Terpimpin pimpinan Soekarno harus berakhir yang kemudian
berakhir pula

kekuasaan Soekarno. Hikmah dari peristiwa G 30 S/PKI ini adalah


kesadaran Bangsa Indonesia pada umumnya dan ABRI pada khususnya
untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Peristiwa 1
Oktober 1965 ini terkandung sejarah persaingan antara kekuatan komunis
dan kekuatan antikomunis yang berkepanjangan dan rumit.

Orde Baru yang kemudian menggantikan Orde Lama mulai


menapakkan kakinya untuk menyusuri jalannya sejarah. Berlangsun
babakan baru bagi perjalanan bagi sejarah Indonesia. Makna Orde Baru
disuarakan dalam dalam seminar Angkatan Darat merupakan suatu sikap
mental yang tujuannya ialah menciptakan kehidupan sosial, politik,
ekonomi, dan kultural yang dijiwai oleh moral Pancasila, khusunya sila

18
pertama yaitu: ketuhanan yang Maha Esa. Dalam skripsi ini penulis akan
menyajikan bagaimana peran Jenderal Nasution seorang Jendral besar
Angkatan Darat dalam peralihan kepemimpinan Orde Lama ke Orde Baru
1965-1969.

Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai


kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia
setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto
biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang
Buaya dan dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan
revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu
sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang
dilanjutkan.

Pada 29 September - 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara


peringatan untuk mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu
hingga jutaan jiwa di berbagai pelosok Indonesia.

19
Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka memperingati
40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica Universitas
Indonesia, acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan 1965,
antara lain Setiadi, Murad Aidit, Haryo Sasongko, dan Putmainah.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa


pemberontakan yang dilakukan PKI, bertujuan untuk menyebarkan paham
komunis di Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban,
dan banyak korban berasal dari para Jendral AD.
Gerakan PKI ini menjadi isu politik untuk menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan
ditolaknya laporan Presiden Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke
pemerintahan yang berazaskan kepada pancasila dan UUD 1945. Peristiwa
G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak negatif
dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu Dampak
politik dan Dampak Ekonomi.
Setelah supersemar diumumkan, perjalanan politik di Indonesia
mengalami masa transisi. Kepemimpinan Soekarno kehilangan
supermasinya. MPRS kemudian meminta Presiden Soekarno untuk
mempertanggung jawabkan hasil pemerintahannya, terutama berkaitan
dengan G30S/PKI.

Dalam Sidang Umum MPRS tahun 1966, Presiden Soekarno


memberikan pertanggung jawaban pemerintahannya, khususnya mengenai
masalah yang menyangkut peristiwa G30S/PKI. Dalam waktu yang
singkat G30S/PKI gagal dalam usahanya mengganti dasar negara pancasila
dengan komunis. Hal ini menunjukan bahwa pancasila memang kokoh,
itulah sebabnya tanggal 1 Oktober 1965 merupakan titik tolak kehancuran

21
G30S/PKI dan kemenangn pancasila dijadikan sebagai hari kesaktian
pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
http://anggiewidya.wordpress.com
http://handikap60.blogspot.comperistiwa-g-30-spki-tahun-1965.html
http://www.indonesiakaya.com/see/read/Monumen-Pancasila-Sakti-Saksi-Bisu-
Peristiwa-G30SPKI

22

Anda mungkin juga menyukai