Kepala daerah Yogyakarta yang dijabat oleh jepang harus meninggalkan kantornya di
jalan malioboro. Tanggal 5 oktober 1945 gedung cokan kantai berhasil direbut dan
kemudian dijadikan sebagai kantor komite nasional Indonesia daerah. Gedung cokan
kantai kemudian dikenal dengan gedung nasional atau gedung agung.
Satu hari setelah perebutan gedung cokan kantai para pejuang yogykarta ingin
melakukan perebutan senjata dan markas osha butai di kotabaru.
Sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 oktober 1945, terjadilah pertempuran antara rakyat,
pemuda, dan kesatuan dengn tentara jepang di Yogyakarta. Butaico pingit segera
menghubungi TKR dan menyatakan menyerah , dengan jaminan anak buahnya tidak
disiksa.
Akhirnya pada tanggal 7 oktober 1945 sekitar pukul 10.00 markas jepang dikotabaru
secara resmi diserahkan ke tangan Yogyakarta. Dalam pertempuran itu pihak Indonesia
yang gugur 21 orang dan 32 orang luka-luka. Sedangkan dari pihak jepang 9 orang tewas
dan 15 orang luka-luka. Setelah markas kotabaru jatuh usaha perebutan kekuasaan
meluas. R.P.Sudarsono kemudian memimpin perlucutan senjata kaigun di maguwo.
Dalam pertempuran itu, pasukan sekutu dapat dipukul mundur, bahkan hampir dapat
dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Beberapa objek vital yang telah dikuasai oleh pihak
inggris berhasil direbut kembali oleh rakyat. Melihat kenyataan seperti itu, komandan
pasukan sekutu menghubungi presiden sukarno untuk mendamaikan perselisihan antara
para pejuang Indonesia dengan pasukan sekutu (inggris) di Surabaya. Bung karno, bung
hatta, dan amir syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu.
Perdamaian berhasil dicapai tapi salah satu kesepakatannya adalah untuk menjaga
keamanan di Surabaya dan sekitarnya. Karena dirasa perlu terus dilakukan komunikasi
antara kedua pihak , maka dibentuklah kontak biro yang anggotanya tokoh-tokoh dari
Indonesia.
Pada tanggal 30 oktober 1945 dengan berkendaraan beberapa mobil, para anggota kontak
biro berusaha menuju gedung internatio yang masih terjadi kontak senjata. Pada saat itu,
gedung ini diduduki oleh tentara inggris. Kedatangan kontak biro yang didalamnya ada
mallaby itu, membuat arek-arek Surabaya menuntut agar mallaby dan tentara inggris
menyerah. Teryata mobil yang ditumpangi mallaby meledak dan ditemukan mallaby
sendiri tewas. Tewasnya mallaby ini memancing kemarahan pasukan inggris. Pada
tanggal 9 november 1945 , Mayjen E.C. Mansergh, sebagai pengganti mallaby
mengeluarkan ultimatum agar pihak Indonesia di Surabaya meletakkan senjata selambat-
lambatnya jam 06.00 tanggal 10 november 1945.
Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman yang berisi ancaman bahwa pihak
inggris akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara. Namun ultimatum itu
teryata tidak ditaati oleh rakyat Surabaya. Akhirnya pertempuran berkobar di Surabaya,
inggris mengerahkan semua kekuatan yang dimilikinya. Pada tanggal 10 november 1945
sungguh terjadi pertempuran di Surabaya. Salah satu tokoh pemuda, yaitu sutomo telah
mendirikan radio pembrontakan untuk mengobarkan semangat juang arek-arek Surabaya.
Tokoh lain misalnya ketut tantric yakni wanita amerika yang juga aktif dalam
mengumandangkan pidato-pidato revolusinya dalam bahsa inggris melalui radio
pemberontakan bung tomo.
Kota Surabaya dibagi dalam 3 sektor pertahanan, meliputi sector barat, tengah, timur.
Sector barat dipimpin oleh kunkiyat , sector tengah antara lain dipimpin oleh marhadi
sedangkan sector timur dipimpin oleh kadim prawirodiarjo. Gerakan pasukan inggris
disertai dengan pengeboman yang ditujukan pada sasaran yang diperkirakan menjadi
tempat pemusatan pemuda. Surabaya yang telah digempur oleh inggris berhasil
dipertahankan oleh pra pemuda hampir 3 minggu lamanya.
Pertempuran disurabaya telah menunjukan begitu heroiknya para pejuang kita untuk
melawan kekuatan asing. Untuk mengenang, peristiwa itu, maka tanggal 10 November
diperingati sebagai Hari Pahlawan.
d. Pertempuran Palagan Ambarawa
Pertempuran ambarawa terjadi pada tanggal 29 November dan berakhir pada tanggal 15
Desember 1945 antara pasukan TKR dan pemuda Indonesia melawan pasukan inggris.
Latar belakang dari peristiwa ini dimulai dengan insiden yang terjadi di magelang
sesudah mendaratnya brigade artileri dari divisi india ke-23 di semarang pada tanggal 20
Oktober 1945. Pada tanggal 26 oktober 1945 pecah insiden magelang yang berkembang
menjadi pertempuran antara TKR dan tentara sekutu. Insiden itu berhenti setelah
kedatangan presiden sukarno dan brigadier jenderal bethel di magelang pada tanggal 2
november 1945. Mereka mengadakan perundingan gencatan senjata dan tercapai kata
sepakat yang dituangkan ke dalam 12 pasal, diantaranya :
1. Pihan sekutu tetap menempatkan pasukannya di magelang untuk melakukan
kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi Allied Prisoners War and
Interneers (APWI- Tawanan perang dan interniran sekutu).
2. Jalan raya magelang-ambarawa terbuka bagi lalu lintas Indonesia – sekutu.
3. Sekutu tidak akan mengakui aktifitas NICA dalam badan-badan yang berada
dibawahnya.
Ternyata pihak sekutu ingkar janji. Pada tanggal 20 November 1945 di ambarawa pecah
pertempuran antara pasukan TKR dibawah pimpinan mayor sumarto melawan tentara
sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 pasukan sekutu yang berada dimagelang ditarik
ke ambarawa dibawah lindungan pesawan tempur. Namun tanggal 22 November
pertempuran berkobar didalam kota dan pasukan sekutu melakukan pengeboman
terhadap kampung-kampung yang berada disekitar amabarawa.
Kehadiran sudirman ini semakin menambah semangat tempur TKR dan para pejuang
yang sedang bertempur diambarawa. Musuh mulai terjepit dan situasi pertempuran
semakin menguntungkan pasukan TKR. Sejak saat itu, pimpinan pasukan TKR
purwokerto dipimpin oleh colonel sudirman. Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari,
pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam
pasukan TKR berhasil mengepung musuh didalam kota. Kota ambarawa dikepung
selama 4 hari 4 malam. Musuh yang merasa kedudukannya terjepit berusaha keras untuk
melakukan pertempuran.
Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meinggalkan kota ambarawa dan mundur ke
semarang. Pertempuran di ambarawa ini mempunyai arti penting karena letaknya yang
sangat strategis apabila musuh menguasai ambarawa, mereka dapat mengancam tiga kota
utama di jawa tengah, yaitu Surakarta, magelang, dan Yogyakarta.
Dalam pertempuran itu, pasukan TKR mengalami kemenangan yang gemilang. Dengan
kemenangan ini nama sudirman semakin popular sebagai komandan dan pimpinan TKR
dan menunjukan bahwa republic Indonesia masih memiliki pasukan yang kuat yaitu dari
pasukan TKR. Untuk mengenang pertempuran Ambarawa tanggal 15 Desember
dijadikan hari infanteri. Di ambarawa juga dibangun monument palagan, ambarawa.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota medan. Pada tanggal 10
Desember 1945 pasukan inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di
Trepes. Selanjutnya menculik seorang seorang perwira inggris dan menghancurkan
beberapa truk.
Perlawanan terus memuncak pada bulan april 1946 tentara inggris mulai berusaha
mendesak pemerintah RI ke luar kota medan. Gubernur markas divisi TKR, walikota RI
pindah ke Pematang Siantar. Dengan demikian inggris berhasil menguasai kota medan.
Pada bulan Oktober di Bandung telah terbentuk Majelis Dewan Perjuangan yang
dipimpin panglima TKR, Aruji Kartawinata. Dewan perjuangan ini terdiri dari wakil-
wakil TKR dan berbagai kelaskaran. Ternyata ultimatum itu tidak diindahkan oleh pihak
pejuang. Insiden terjadi, para pemuda melakukan penyerobotan terhadap kendaraan-
kendaraan belanda yang berlindung di bawah sekutu. Penculikan juga sering terjadi.
Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945. Selain
menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya sungai
Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat
tinggal. Keaadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah
menghadapi musibah.
Majelis yang terdiri dari berbagai kesatuan ini memutuskan untuk melancarkan
perlawanan. Pada malam hari tanggal 24-25 November 1945 rakyat bandung
melancarkan serangan terhadap posisi-posisi sekutu dan NICA.
Tanggal 23 Maret 1946 pihak sekutu kembali mengeluarkan ultimatum. Isinya tentang
agar TKR mengosongkan seluruh kota bandung dan mundur ke luar kota dengan jarak 11
km.
Malam harinya bangunan-bangunan penting mulai dibakar dan ditinggalkan mengungsi
ke Bandung Selatan oleh sekitar 200.000 warganya. Tengah malam kota bandung yang
terbkara telah ditinggalkan menyisakan kenangan perjuangan bandung lautan api. Mars
Halo Halo Bandung diciptakan mounumen pun didirikan di lapangan Tegallega. Sineas
pun tak luput menjadikan peristiwa tersebut dalam film ”Toha Pahlawan Bandung
Selatan” sebuah film karya usmar ismail juga film “ Bandung Lautan Api” karya Alam
Rengga Surawijaya. Tak ketinggalan penulis puisiW.S. Rendra juga mengabadikan
dalam sajak seorng tua tentang bandung lautan api.
Akibat peristiwa itu pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti para
pemuda. Sejak itu pusat gerakan pemuda dipindahkan dari ujung pandang ke
polombangkeng. Berita proklamasi di selawesi tengah diterima di kolaka,kendari. Mula-
mula berita diterima oleh kalangan kaigun dan Heiho yang dibawa oleh tentara jepang.
Sementara berita proklamasi baru diketahui oleh rakyat muna saat jepang menyerahkan
pemerinthan muna kepada ode ipa yang kemudian meninggalkan muna menuju kendari.
Dibuton berita proklamasi diterima rakyat dari para pelayar yang tiba dari Jakarta dan
Bangka serta dari orang-orang jepang yang datang ke makasar. Di Sulawesi tengah berita
proklamasi diterima pada tanggal 17 agustus pada pukul 15.00 waktu setempat. Di
manado berita proklamasi pertama kali diterima dimarkas besar tentara jepang yang
berkedudukan di Minahasa. Pada saat itulah berita tentang proklamasi yang disebarkan
diseluruh penjuru dunia itu diketahuinya., tepatnya tanggal 18 Agustus 1945.
Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar keseluruh penjuru Sulawesi sejak itupula
bendera merah outih mulai berkibar menjadi lambang Indonesia merdeka. Cita-cita yang
sudah lama diinginkan oleh rakyat Indonesia pun terwujud. Di Sulawesi tenggara
misalny bendera merah putih dikibarkan tanggal 17 September 1945 dengan pimpinan D.
Andi Kasim. Di Lasusua bendera merah putih dikibarkan tanggal 5 Oktober 1945 yang
dihadiri oleh kepada distik patampanua dan beberapa pimpinan pemuda RI dari Luwu.
Kondisi itu mendorong letjen urip sumoharjo markas besar TRI Yogyakarta untuk
memutuskan memperkuat TRI sunda kecil dengan bantuan senjata dan amunisi kepada I
gusti ngurah rai. Pasukan ini juga dilengkapi pasukan sandi yang disebut CIS ( Combat
Intelligent Section) yang terdiri dari oada pelajar. Disiapkanlah tiga pasukan, pasukan
pasukan angkatan laut dipimpin oleh kapten makardi, angkatan darat dipimpin oleh
letkol I gusti ngurah rai. Operasi itu direncanakan melalui tiga titik pendaratan. Pasukan
waroka mendarat dipantai gerokgak dan celuk bawang. Pasukan makardi mendarat di
cupel dan candi kusuma, pasukan I gusti ngurah rai mendarat di pantai yeh kuning.
Operasi rahasia itu ditunjukan untuk mendapatkan informasi intelijen yang akurat.
Penyeberangan dilaksanakan malam hari. Rombongan ini dalam penyebrangannya
ditengah laut dipergoki oleh patrol belanda dan langsung menembaki ke arah rombongan
pasukan ngurah rai. Gelombang ketiga pasukan M sebagai induk pasukan berangkat pada
tanggal 4 April 1946 malam hari. Saat fajar menyingsing rombongan pasukan M
dipergoki oleh dua motorboat belanda yang sedang berpatroli. Terjadilah pertempuran
antara pasukan M melawan patroli belanda. Dengan taktik menempel pada motorboat
belanda, pasukan M sulit untuk ditembaki belanda. Setelah berhasil menghancurkan
patroli belanda, pasukan Mm memerintah untuk putar haluan kembli kebanyuwangi
sebab arus laut yang kuat dan kapal markadi sendiri berlobang-lobang.
Keesokan harinya pasukan M kembali berlayar menuju bali mereka berhasil melakukan
pendaratan di klatakan, melaya, dan candikusuma. Sesampainya di bali dilakukan
koordinasi dan dibentuk MGGSK (Markas Gabungan Gerakan Sunda Kecil).
Mula pertama pasukan MGGSK dihalangi oleh pasukan belanda di klatakan. Terjadilah
pertempuran sengit. Pasukan MGGSK terdesak dan pimpinan yang gugur antara lain
Kapten Saestuhadi, Kapten Suryadi.