Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu dari Brigade 49 di bawah pimpinan
Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Pasukan itu merupakan bagian dari
Divisi ke-23 di bawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn.
Mereka mendapat tugas dari Panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan
menyelamatkan para interniran Sekutu. Pemimpin pasukan Sekutu menemui R.M. Suryo
(pemegang pemerintahan Indonesia di Jawa Timur). Namun pemerintah Indonesia di Jawa
Timur merasa enggan menerima kedatangan mereka. Setelah diadakan pertemuan antara
wakil pemerintah Republik Indonesia dengan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, disepakati
hal-hal berikut ini.
Inggris berjanji bahwa pada tentara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda. .
Mereka menyetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman
Mereka segera membentuk kontak biro agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-
baiknya
Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Beberapa objek vital berhasil direbut kembali oleh para pemuda. Bahkan pemimpin
pasukan Sekutu Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby berhasil ditawan oleh para pemuda.
Melihat kenyataan seperti itu, komandan pasukan sekutu hubungi Presiden Soekarno untuk
mendamaikan perselisihan antara pemuda dengan asukan Inggris di sana. Pada tanggal 30
Oktober 1945, Presiden Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya untuk
mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian berhasil dicapai, tetapi setelah sekembalinya
Soekarno dan rombongan ke Jakarta, pertempuran kembali terjadi dan menewaskan Jenderal
A.W.S. Mallaby. Pasukan Inggris nyaris hancur, kemudian mereka meminta bantuna dari
Devisi V di bawah pimpinan Mayor Jendral Mansergh dengan kekuatan 24.000 orang.
Karena ultimatum tersebut tidak digubris oleh para pejuang dan rakyat surabaya maka
pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran yang
sangat dahsyat, mereka mengerahkan sekitar 3 Divisi pasukan Infanteri beserta tank dan
senjata berat lainya, 50 pesawat tempur, dan sejumlah kapal perang yang berada disekitar
perairan surabaya.
Hampir seluruh bagian kota Surabaya ditembaki dan dihujani bom secara membabi-
buta oleh moncong moncong meriam pasukan Inggris. Ribuan penduduk menjadi korban,
banyak yang meninggal dan luka-luka. Perlawanan tidak berhenti, Kobaran api semangat di
seluruh kota menyala nyala bak letusan gunung berapi, TKR dan Laskar serta bantuan yang
aktif dari rakyat Surabaya membuat kota Surabaya terbakar bak neraka.
Inggris terkejut mereka mendapatkan badai api di Kota Surabaya, awalnya mereka
menduga perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja,
Nyatanya pengerahkan persenjataan modern dan taktik perang yang mumpuni tidak membuat
kota surabaya mudah untuk diduduki.
Pertempuran semakin sengit dengan hadirnya para ulama, kyai dan para santri di
medan peperangan.Nama nama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah
serta kyai-kyai pesantren lainnya ikut ambil bagian dalam perjuangan dengan mengerahkan
santri-santri (ketika itu masyarakat Jawa khususnya tidak begitu patuh kepada pemerintahan
tetapi mereka sangat patuh dan taat kepada para kyai dan ulama mereka). Tidak ketinggalan
juga seorang orator ulung dan pejuang muda kota surabaya “Bung Tomo” bersama para tokoh
lainnya terus memompa dan mebakar semangat arek arek surabaya agar terus berjuang
hingga titik darah penghabisan.
Tidak terduga sama sekali perlawanan bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke
hari, minggu ke minggu. Perlawanan yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak
terkoordinasi, semakin hari semakin solid dan teratur. Pertempuran dasyat ini memakan
waktu hampir satu bulan lamanya, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa berdarah ini benar benar membuat inggris merasa berperang dipasifik, medan
perang Surabaya mendapat julukan “neraka” bagi mereka karena kerugian yg disebabkan
tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit pengalaman mereka tewas di surabaya serta
puluhan alat perang rusak dan hancur diterjang badai semangat arek arek Surabaya.
Kejadian luar biasa heroik yg terjadi di kota Surabaya telah menggetarkan Bangsa
Indonesia , semangat juang, pantang menyerah dan bertarung sampai titik darah penghabisan
demi tegaknya kedaulatan dan kehormatan bangsa telah mereka tunjukan dengan penuh
kegigihan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itu serta
semangat membara yang membuat Inggris serasa terpanggang di neraka telah membuat kota
Surabaya kemudian dikenang sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 nopember diperingati
setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan.
Kejadian itu merupakan sebuah lambang keberanian dan kebulatan tekad dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa 10 November itu diperingati setiap tahun
sebagai hari Pahlawan oleh seluruh bangsa Indonesia. Merdeka!!