1. Situasi Menjelang Kemerdekaan Indonesia Pada September 1944 Kaisar Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia bersimpati kepada Jepang dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya (Perang Pasifik). Kebijakan ini diikuti dengan sikap pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia yang mulai melunak. Kondisi ini dimanfaatkan tokoh-tokoh untuk segera mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. a. Jepang Menyerah kepada Sekutu Sedikit demi sedikit, wilayah kekuasaan Jepang jatuh ke tangan Sekutu. Jepang harus mengakui kekalahan dalam Perang Pasifik setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang menyebabkan 110.000 penduduk di kedua kota tersebut tewas. Apabila perang tersebut dilanjutkan, maka Jepang akan lebih hancur. Pada 10 Agustus 1945 siaran-siaran radio gelap mengisyaratkan bahwa Jepang akan menyerah. Akhirnya, Jepang menyerah kepada Seutu pada 14 Agustus 1945. Pernyataan menyerah tanpa syarat ini dibacakan oleh Kaisar Hirihito dalam pidatonya yang berjudul Voice of the Crane. Pernyataan menyerah ini tidak tersebar hingga Indonesia karena stasiun radio di Indonesia dalam pengawasan ketat Jepang. Pada saat bersamaan Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat sedang berada di Dalat, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi untuk membicarakan rencana pelaksanaan kemerdekaan Indonrsia. Mereka tidak tahu bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Setibanya di Inonesia pada 15 Agustus 1945, mereka disambut baik oleh golongan muda dan petinggi Jepang di Indonesia. Golongan muda telah mengetahui berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu secara diam-diam melalui siaran radio BBC. Selanjutnya, golongan muda mendesak Soekarno segera memproklamsikan kemerdekaan Indonesia. Kekalahan Jepang dianggap sebagai momentum paling tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena saat itu terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power) di Indonesia. b. Pembentukan PPKI Untuk merealisasikan janji kemerdekaan yang dijanjikan Kaesar Hirohito, Marsekal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI dibentuk menggantikan tugas BPUPKI yang telah dibubarkan. PPKI diketuai oleh Soekarno dengan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Anggota PPKI berjumlah 21 orang yang berasal dari seluruh Indonesia. Pada PPKI, Marsekal Terauchi berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 7 September 1945. c. Sikap dan Gerakan Pemuda Indonesia Pasca Kekalahan Jepang Mendengar kabar Jepang menyerah, semangat pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia semakin membumbung. Sutan Sjahrir sebagai salah satu tokoh pemuda segera bertemu dengan Moh. Hatta untuk memberitahukan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Sutan Sjahrr meminta Moh. Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Moh. Hatta tidak bersedia dan harus membahas rencana tersebut dengan Soekarno serta anggota PPKI. Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir yang ditemani Wikana, Chairul Saleh, serta Darwis kemudian menemui Soekarno. Dalam pertemuan tersebut, para pemuda tetap mendesak Soekarno dan Moh. Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI. Akan tetapi, Soekarno menolak permintaan golongan muda. Sebagai ketua PPKI, Soekarno perlu melakukan musyawarah dengan anggota PPKI. Pendapat Soekarno tersebut didukung Moh. Hatta yang menyatakan bahwa Jepang akan mengakui kemerdekaan Indonesia apabila dilaksanakan oleh PPKI.