Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6 :


1. SITI SASKIA NUR A. TOYA
2. SALBIA DELVI ZULKIANA
3. REZKYA ALJARIAH ILHAM
4. RESTILIA RAMACHDANI
5. NURALIFAH
6. MOH. SIDDIQ DG. PATIPE
7. PASYA ADITYA

MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA

GURU PEMBIMBING: IBU SAJRAH T. MANDULA

SMA NEGERI 1 AMPANA KOTA


TAHUN AJARAN 2024/2025

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha esa karena dengan
Rahmat karunia-Nya serta Taufik hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan di dalamnya dan kami juga berterimakasi kepada bapak/ibu guru
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka membawa wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami berharap adanya kritik serta
ulasan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada kata sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkesan dari kami membuat
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ........................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 4

A. Latar Belakang ......................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

C. Tujuan ....................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 6

1. Dampak Pendudukan Jepang Di Indonesia........................... 6

a. Bidang politik ................................................................. 6

b. Bidang pendidikan ......................................................... 8

c. Bidang militer ................................................................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................. 12

A. KESIMPULAN ........................................................................ 12

B. SARAN ...................................................................................... 12

3
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942, ketika Jepang berhasil
mengalahkan Belanda dan menguasai wilayah Hindia Belanda. Jepang bermaksud
menjadikan Indonesia sebagai bagian dari Asia Timur Raya, yaitu rencana Jepang
untuk menciptakan suatu blok ekonomi dan politik yang dipimpin oleh Jepang di Asia
dan Pasifik.
Jepang mengklaim bahwa mereka datang sebagai pembebas Asia dari penjajahan
Barat, tetapi kenyataannya mereka melakukan berbagai kebijakan yang menindas dan
mengeksploitasi rakyat Indonesia. Jepang menerapkan sistem kerja paksa (romusha),
mengambil sumber daya alam Indonesia, melarang penggunaan bahasa Belanda dan
bahasa daerah, serta melakukan propaganda dan indoktrinasi melalui media massa dan
pendidikan.
Masuknya Jepang ke Indonesia dimulai ketika pasukan Negeri Sakura berhasil
menyerang Pearl Harbour, pangkalan terbesar angkatan laut Amerika Serikat di
Samudra Pasifik pada 8 Desember 1941.
Akibat dari serangan itu, Jepang berhasil menghancurkan basis militer Amerika di
kawasan tersebut, termasuk di Filipina. Setelah itu, Jepang memperluas basis
militernya ke arah selatan, yaitu Indonesia.
Tujuannya Jepang ke Indonesia adalah untuk mendapatkan cadangan logistik dan
bahan industri perang seperti minyak bumi, timah, dan aluminium, Kala itu Jepang
memperkirakan sumber daya alam Indonesia dapat mencukupi kebutuhan energi
mereka selama Perang Pasifik.
Jepang masuk ke Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 dengan mendarat di
Tarakan, Kalimantan Timur. Ketika datang, Jepang langsung menduduki kota
tersebut. Kemudian dengan cepat, Jepang memperluas kekuasaannya ke kota-kota
sekitar, seperti Balikpapan pada 24 Januari 1942, Pontianak pada 29 Januari 1942,
Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasin pada 10 Februari 1942.
Sembari menguasai Kalimantan, pasukan Jepang juga berekspansi ke wilayah lain,
seperti Ambon yang berhasil dikuasai pada 4 Februari 1942 dan Palembang pada 16
Februari 1942. Setelah berhasil menguasai luar Jawa, Jepang akhirnya tiba di Pulau
Jawa. Pasukan Jepang langsung mendarat di tiga titik, yaitu Teluk Banten, Eretan
Wetan (Jawa Barat), dan Kragen (Jawa Tengah) pada 28 Februari 1942.
Serbuan tentara Jepang yang begitu cepat dan dengan kekuatan yang besar
membuat Belanda yang kala itu masih menduduki Indonesia tidak dapat bertahan.
Akhirnya, Gubernur Jenderal A.W.L Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan
beberapa petinggi militer Belanda pun memutuskan untuk bertemu dengan Letnan
Jenderal Hitoshi Imamura di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada 8 Maret 1942.
Pada pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Belanda juga
langsung menyerahkan Indonesia ke kekuasaan Jepang. Sejak pertemuan itu,
penjajahan Jepang di Indonesia pun resmi dimulai.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penysun ingin mengetaui:

1. Bagaimana awalmula masuknya Jepang di Indonesia?

2. Tujuan jepang Jatang ke Indonesia?

3. Kapan Jepang masuk ke Indonesia?

4. Kapan resmi dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia?

C. TUJUAN

Laporan ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas sejarah serta:

1. Mengetahui awalmula masuknya Jepang di Indonesia.

2. Mengetahui tujuan Jepang ke Indonesia.

3. Mengetahui kapan jepang masuk di Indonesia.

4. Mengetahui kapan resmi dimlainya penjajahan Jepang di Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dampak Pendudukan Jepang Di Indonesia
1. Bidang polotik
Dampak politik dari pendudukan Jepang di Indonesia dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi negatifnya adalah bahwa Jepang
melakukan penindasan dan pengawasan ketat terhadap gerakan-gerakan politik
dan media komunikasi di Indonesia. Jepang melarang penggunaan simbol-
simbol nasionalisme Indonesia, seperti bendera merah putih dan lagu
Indonesia Raya. Jepang juga membatasi kebebasan berpendapat dan
berekspresi dengan mengontrol surat kabar, majalah, radio, film, dan
pertunjukan sandiwara. Selain itu, Jepang juga membubarkan partai-partai
politik dan organisasi-organisasi sosial yang ada di Indonesia.
Sisi positifnya adalah bahwa Jepang memberikan kesempatan kepada para
pemimpin nasionalis Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemerintahan sipil
yang dibentuk oleh Jepang. Pemerintahan sipil ini bertujuan untuk mengelola
urusan-urusan sipil di daerah-daerah tertentu di bawah pengawasan
pemerintah militer Jepang. Beberapa tokoh nasionalis yang terlibat dalam
pemerintahan sipil ini antara lain Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, KH Mas Mansyur, dan lain-lain. Melalui pemerintahan sipil ini,
para pemimpin nasionalis Indonesia dapat memperoleh pengalaman dan
keterampilan dalam mengurus administrasi negara. Selain itu, Jepang juga
mendirikan organisasi-organisasi politik yang bersifat massa, seperti Barisan
Pelopor (BP), Gerakan Tiga A (GTA), dan Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Organisasi-organisasi ini dimaksudkan untuk mendukung kepentingan perang
Jepang, tetapi sebenarnya juga menjadi sarana bagi para pemimpin nasionalis
Indonesia untuk menyebarkan semangat kemerdekaan kepada rakyat.
Sejak awal pendudukannya di Indonesia, Jepang melarang segala aktifitas
politik seperti organisasi politik, organisasi sosial, maupun organisasi
keagamaan serta mengganti organisasi tersebut dengan organisasi bentukan
Jepang. Satu – satunya organisasi yang tidak dibubarkan adalah Majelis Islam
A’la Indonesia (MIAI) yang telah berdiri sejak masa Hindia Belanda. MIAI
berkembang dengan pesat karena mendapatkan simpati dari masyarakat.
Karena mengancam kepentingan Jepang, maka MIAI dibubarkan pada 1943
dan menggantinya dengan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) yang
dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari.
Jepang juga membatasi pergerakan dari tokoh pergerakan yang bersifat
nonkooperatif dengan mengawasi secara ketat melalui polisi rahasia kempetai.
Kempetai juga turun di masyarakat guna menghukum siapa saja yang tidak pro
terhadap Jepang dengan menghukum tanpa proses pengadilan. Hak asasi
manusia pada masa pendudukan Jepang nyaris tidak berlaku. Berikut adalah
hal – hal yang dilakukan Jepang untuk menarik simpati penduduk Indonesia :

6
1. Mendorong Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan melarang
penggunaan Bahasa Belanda
2. Membentuk kerjasama dengan tokoh nasionalis melalui Gerakan Tiga A.
Gerakan 3A berdiri pada tanggal 29 April 1942, sesuai dengan hari ulang
tahun Tenno Haika. Nama Gerakan 3A adalah singkatan dari semboyan
propaganda Jepang pada waktu itu, yaitu "Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia".
Tujuan pemerintah Jepang membentuk Gerakan 3A adalah untuk menarik
simpati dan dukungan rakyat Indonesia agar membantu Jepang dalam
Perang Asia Timur Raya. Bagian propaganda (Sendenbu) sebagai sponsor
Gerakan 3A mengangkat tokoh Parindra Jawa Barat, Mr. Syamsuddin
sebagai ketua Gerakan 3A.
3. Membentuk organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan menempatkan
empat serangkai yaitu Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H.
Mas Mansyur sebagai pemimpinnya. Organisasi ini bertujuan menyatukan
potensi masyarakat untuk kepentingan Jepang. Namun, organisasi Putera
justru dimanfaatkan para tokoh nasionalis untuk menanamkan
nasionalisme. Setelah melihat Putera lebih bermanfaat pada kepentingan
Indonesia, maka Putera dibubarkan oleh pemerintah Jepang.
4. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat atau dinamakan Chuo Sangi In
pada 1 Agustus 1943. Tugas dari Chuo Sangi In adalah memberikan saran
atau tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah Jepang serta menjawab
pertanyaan terkait masalah – masalah politik. adinya, badan ini
dimaksudkan Jepang sebagai pengendali politik di Indonesia. Akan tetapi,
justru oleh para pemimpin pergerakan nasional, saat itu dimanfaatkan
untuk mengimbangi politik Jepang.
5. Mendirikan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) pada tahun 1944.
Berbeda dengan organisasi yang lain, Jawa Hokokai dipimpin oleh seorang
gunseikan atau kepala pemerintahan karena merupakan organisasi resmi
pemerintah. Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan
tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun batin sesuai dengan hokosishin
(semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di
antaranya mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti
6. Membentuk Barisan pelopor (Bahasa Jepang: 推進体 Suishintai) adalah
sayap pemuda dari Jawa Hokokai yang dibentuk Agustus 1944 oleh Ir.
Soekarno. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno, Sudiro, Dr.
Moewardi, RP. Suroso, Otto Iskandardinata dan Dr. Boentaran
Martoatmodjo.
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Dewan Pertimbangan Pusat (
中央参議院 Chuuou-Sangi-In). Salah satu keputusannya adalah
merumuskan cara untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air dan

7
mempererat persaudaraan antara rakyat untuk mencegah penyerangan
langsung maupun tidak langsung dari musuh. Atas dasar ini, Jepang
membentuk barisan pelopor. Karena pada saat itu tanah air masih dikuasai
Jepang, organisasi ini dibentuk untuk mendukung perjuangan Jepang
dalam melawan sekutu dengan dalih mempertahankan Indonesia.
Organisasi ini berkembang di perkotaan. Kegiatan utamanya adalah
melatih kemiliteran kepada anggotanya. Walaupun dengan alat yang
sederhana, seperti menggunakan senapan kayu dan bambu runcing.
Seluruh anggota barisan pelopor itu heterogen dan terdiri dari berbagai
kalangan pemuda, baik itu yang terpelajar, pendidikan rendah, atau tidak
berpendidikan sama sekali. Dari sistem ini diharapkan terbangun
solidaritas untuk persatuan dan kesatuan seluruh anggota.

2. Bidang pendidikan
Zaman penjajahan Jepang di Indonesia merupakan saat yang sulit untuk
perkembangan pendidikan. Kondisi Pendidikan pada jaman pendudukan
Jepang ini jika dibandingkan dengan masa akhir pemerintahan Hindia Belanda
dapat dinilai sangat menurun. Jumlah Sekolah Dasar dari 21.500 pada saat
pendudukan Belanda menurun menjadi 13.500 pada masa pendudukan Jepang.
Sekolah Lanjutan dari 850 menjadi 20.
Selama masa penjajahan, Jepang memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap pendidikan di Indonesia daripada Belanda yang sebelumnya
menguasai Indonesia. Namun, tujuan Jepang dalam memberikan pendidikan
adalah untuk memenuhi kebutuhan kepentingan perangnya, seperti
memproduksi tenaga kerja yang terampil dan mengajarkan doktrin militer.
Beberapa perubahan yang dilakukan oleh Jepang dalam sistem pendidikan
di Indonesia antara lain:
1. Perubahan Kurikulum Pendidikan
Jepang memperkenalkan kurikulum baru yang menekankan pada
pelajaran-pelajaran seperti matematika, sains, dan militer.
Sementara pelajaran-pelajaran yang dianggap tidak penting seperti bahasa
Belanda, sejarah dan agama, disingkirkan.
2. Peningkatan Jumlah Sekolah
Jepang membangun banyak sekolah baru di Indonesia, termasuk
sekolah-sekolah tinggi dan universitas, yang kini menjadi Universitas
Gadjah Mada di Yogyakarta dan Institut Teknologi Bandung.
3. Menerapkan Sistem Pendidikan Wajib
Jepang menerapkan sistem pendidikan wajib untuk anak-anak Indonesia.
Meski begitu, dalam kenyataannya masih banyak anak-anak yang tidak
dapat mengenyam pendidikan karena berbagai kendala, seperti faktor
ekonomi dan geografis.
4. Peningkatan Kualitas Guru

8
Jepang juga meningkatkan kualitas guru dan melatih banyak guru baru
untuk mengajar di sekolah-sekolah yang baru didirikan. Meskipun Jepang
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan di Indonesia,
Jepang cenderung lebih mengutamakan kepentingan Jepang dan tidak
memperhatikan kepentingan jangka panjang bagi Indonesia.
Selain itu, penerapan kurikulum yang tidak seimbang dan kurangnya
pelajaran yang berhubungan dengan sejarah dan budaya Indonesia.
Penghilangan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar mengakibatkan
banyak orang Indonesia yang kesulitan berkomunikasi dengan bangsa asing
setelah kemerdekaan.

Meski begitu, beberapa kebijakan yang dibuat Jepang ternyata ada juga
yang memberikan dampak positif pada masyarakat. Seperti kebijakan
pemerintah Jepang dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Sistem Pendidikan Pada Masa Jepang.
a. Pendidikan Dasar
Pada tingkat pendidikan dasar, masyarakat Indonesia memiliki
masa belajar yang cukup lama, yakni selama enam tahun. Dalam
pendidikan dasar, semua siswa diseragamkan. Hal ini kemudian dikenal
dengan sebutan Sekolah Rakyat. Sekolah Rakyat merupakan konversi
nama dari sekolah dasar tiga atau lima tahun bagi pribumi di masa
Hindia Belanda.
b. Pendidikan Lanjutan
Pada tingkat pendidikan lanjutan, sistem pendidikan di Indonesia
pada masa Jepang itu dibagi menjadi dua jenis, yakni:
- Sekolah Menengah Pertama, tiga tahun
- Sekolah Menengah Tinggi, tiga tahun.
c. Pendidikan Kejuruan
Terdiri dari sekolah lanjutan yang bersifat vokasional antara lain
bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
2. Penggunaan Bahasa Indonesia.
Dampak positif pada masa pendudukan Jepang di bidang pendidikan
adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai pengantar. Saat itu,
pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan terkait penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Hal tersebut juga didukung dengan adanya kebijakan pemerintah Jepang
tentang pendidikan sekolam selama 12 tahun. Lewat sistem itu, pelajaran
bahasa Indonesia sebagai pengantar pun mulai diterapkan di beberapa
sekolah di Indonesia.
Lebih lanjut, bahasa Indonesia pada akhirnya diterapkan sebagai mata
pelajaran utama yang mulai dipergunakan di sekolah tingkat 3. Berkat
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda ini, penggunaan
bahasa Belanda di Indonesia berkurang drastis. Ini karena Jepang memang
tidak memperkenankan penggunaan bahasa Belanda sejak adanya bahasa

9
Indonesia. Segala sesuatu yang berkaitan tentang Belanda juga segera
ditiadakan oleh pemerintah Jepang, termasuk penggunaan bahasanya.
Tanpa disadari, penggunaan bahasa Indonesia di kalangan pribumi ini
justru menjadi sarana persatuan dan kesatuan. Karena dianggap mendukung
pihak Indonesia, kebijakan pemerintah Jepang tentang penggunaan bahasa
ini dapat sambutan baik.
3. Pemeraataan Pendidikan Di Indonesia.
Di masa pendudukan Belanda, tidak semua orang bisa mengenyam
pendidikan di sekolah. Hanya orang keturunan Belanda atau anak-anak
pejabat lah yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah resmi. Pada masa
pendudukan Jepang, pendidikan berdasarkan kelas sosial yang sebelumnya
berlaku ini kemudian dihapuskan.
Di masa pendudukan Jepang, pendidikan tingkat dasar hanya ada satu
macam, yakni sekolah dasar selama enam tahun. Pemerintah Jepang
menyeragamkan sekolah-sekolah dasar di Indonesia agar mudah diawasi.
Ini berdampak positif.
Anak-anak pribumi dari keluarga miskin yang sebelumnya tidak berhak
sekolah, bisa mengenyam pendidikan yang sama. Pemerataan pendidikan
yang dilakukan Jepang ini memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
perang Jepang. Meski begitu, hal ini tetap menjadi dampak positif karena
semua masyarakat Indonesia jadi bisa mengenyam pendidikan yang layak.

3. Bidang militer
Saat pendudukan terjadi, Jepang memanfaatkan masyarakat untuk bisa
terlibat dalam Perang Pasifik melawan Sekutu. Alasannya sudah tentu
dikarenakan Jepang membutuhkan pasukan agar bisa memenangkan perang
tersebut.
Dengan cara membujuk masyarakat Indonesia untuk ikut melawan pihak
musuh, Jepang pada akhirnya berhasil membentuk beberapa organisasi semi-
militer dan memberikan pelatihan militer-semiliter kepada pemuda Indonesia,
serta mempersenjatai pemuda demi keperluan perang jepang. Di antaranya ada
Seinendan, Keibodan, Hizbullah, Fujinkai, Barisan Pelopor, PETA, dan Heiho.
a. Seinendan (Barisan Pemuda )
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan
melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah
airnya dengan kekuatan sendiri.
Maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk
mendapat tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan
bagikemenangan perang jepang.
b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut
tampak bahwa pemerintah penduduk Jepang berusa agar tidak
terpengaruh oleh goolongan nasionalis.

10
c. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda
Islam yang dinamakan Hizbullah (Tetara Allah) yang dalam istilah
Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Theisentai.
d. Fujinkai (Barisan Wanita)
Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara
mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan
bahan makanan untuk kepentingan perang.
e. Syuisyintai (Barisan Pelopor)
Tokoh nasionalis yang berdiri dalam Barisan Pelopor berusaha
memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan
semangat nasionalime di kalangan para pemuda. Para pemuda
dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di
dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata
untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para
pemuda.
f. PETA (Pembela Tanah Air)
Pembentuk PETA ini berbeda dengan organisasi lain betukan jepang.
PETA bertugas mempertahankan tenah air Indonesia.
g. Haiho
Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimaksukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang.
Organisasi tersebut dilatih sedemikian rupa untuk bisa menggunakan
senjata, baris-berbaris, dan latihan militer lainnya. Salah satu organisasi,
PETA, berkembang seiring dengan perubahan situasi Indonesia. Mula-mula,
berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat
(TKR), dan kini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Jepang memperbudak sumber daya manusia Indonesia untuk menjadi
pelengkap kebutuhan perangnya. Mulai dari anak-anak hingga dewasa mereka
wajib melalui pelatihan militer Jepang. Namun, hal tersebut justru
menghadirkan dampak positif bagi pasukan Indonesia. Pasalnya mereka dapat
berkesempatan melihat dan mempelajari berbagai hal terkait dengan dunia
militer secara langsung.
Mereka banyak belajar ilmu kemiliteran baru untuk mempersiapkan
pasukan Indonesia. Salah satunya adalah melalui pelatihan pada Pembela
Tanah Air (PETA). Salah satu bekal ilmu militer ini lantas mereka terapkan
untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.Organisasi militer bentukan dari
Jepang ini juga merupakan cikal bakal terbentuknya pasukan TNI.
Dampak negatifnya bagi Indonesia yaitu. Pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh tentara Jepang karena menghukum keras orang-orang yang
menyimpang/menentang dari Jepang, serta pemerintahan militer Jepang yang
otoriter, mengekang kebebasan berpendapat dan berorganisasi. Sehingga
rakyat Indonesia mengalami keterbatasan hak-hak sipil selama periode ini.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942, ketika Jepang berhasil
mengalahkan Belanda dan menguasai wilayah Hindia Belanda. Pendudukan Jepang di
Indonesia dimulai pada tahun 1942, ketika Jepang berhasil mengalahkan Belanda dan
menguasai wilayah Hindia Belanda. Jepang masuk ke Indonesia pada tanggal 11
Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur. Ketika datang, Jepang
langsung menduduki kota tersebut. Kemudian dengan cepat, Jepang memperluas
kekuasaannya ke kota-kota sekitar, seperti Balikpapan pada 24 Januari 1942,
Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasin
pada 10 Februari 1942.
Sejak awal pendudukannya di Indonesia, Jepang melarang segala aktifitas politik
seperti organisasi politik, organisasi sosial, maupun organisasi keagamaan serta
mengganti organisasi tersebut dengan organisasi bentukan Jepang. Zaman penjajahan
Jepang di Indonesia merupakan saat yang sulit untuk perkembangan pendidikan.
Kondisi Pendidikan pada jaman pendudukan Jepang ini jika dibandingkan dengan
masa akhir pemerintahan Hindia Belanda dapat dinilai sangat menurun. Dan saat
pendudukan terjadi, Jepang memanfaatkan masyarakat untuk bisa terlibat dalam
Perang Pasifik melawan Sekutu. Alasannya sudah tentu dikarenakan Jepang
membutuhkan pasukan agar bisa memenangkan perang tersebut.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita tentang
sejarah datangnya Jepang di Indonsia. Dampak positif maupun negatif pendudukan
Jepang di Indonesia dalam bidang politik, pendidikan, dan militer. Dan dengan
adanya makalah ini serta pengetahuan yang kita miliki, hendaknya kita bisa berbagi
pengetahuan yang kita miliki dengan teman-teman dan orang sekitar, dengan harapan
dapat menambah ilmu pengetahuan mereka.

SEKIAN TERIMAKASIH

12
13

Anda mungkin juga menyukai