Anda di halaman 1dari 25

Politik atau Kebijakan pada masa Pendudukan Jepang

Disusun Oleh :
Raffi Herlyzuliatama
1901155482

ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikankita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “Politik atau Kebijakan pada masa Penjajahan Jepang”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Politik
Pertahanan Di Indonesia. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya
harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Pekanbaru,07 0ktober 2020

Raffi Herlyzuliatama
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………………………….....…….….............….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………......…….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..………........................….iii
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB  I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1. Bagaimana Usaha Spionase Jepang di Indonesia ?....................................................................5
2. Bagaimana Aksi Propaganda Jepang di Indonesia ?..................................................................5
3. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Militer Jepang ?..................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................5
1. Mengetahui Usaha Spionase Jepang di Indonesia......................................................................5
2. Mengetahui Aksi Propaganda Jepang di Indonesia....................................................................5
3. Mengetahui Kebijakan Pemerintah Militer Jepang....................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................7
2.1 Usaha Spionase Jepang di Indonesia...........................................................................................7
2.2 Aksi Propaganda Jepang di Indonesia.........................................................................................8
2.3 Kebijakan Pemerintah Militer Jepang..................................................................................12
2.3.1 Pembentukan Organisasi Sosial..........................................................................................12
2.3.4 Japanisasi................................................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................24
SARAN..............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................25
BAB  I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa pendudukan Jepang di Indonesia merupakan salah satu periode yang


sangat penting dalam sejarah negeri ini. Masa itu sering itu dipandang sebagai
latar belakang terjadinya revolusi dalam masyarakat maupun politik bangsa
indonesia dalam usaha memerdekakan diri dari penjajahan.

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan


berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan
Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Pada Mei 1940, awal perang dunia II Belanda diduduki oleh Nazi Jerman.
Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di bulan Juli mengalihkan
ekspor untuk Jepag ke Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang
yang bertujuan untuk megamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di
bulan Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan
Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan
Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan
Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.

Pada bulan Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk


mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para kyai didekorasi oleh kaisar Jepang pad tahun 1943
tetapi pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat berpariasi,
tergantung dimana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut.

4
Jepang membentuk pesiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI ( Badan
penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau ( Dokuritsu
junbi Chosa-kai ) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk
persiapan-persiapan prakemerdekaan dan membuat dasar Negara dan di
gantikan oleh PPKI yang bertugas menyiapkan kemerdekaan.

Oleh karena itu, pembahasan tentang pendudukan Jepang hingga menjelang


kemerdekaan sangat menarik untuk dikaji karena memberikan pengaruh penting
terhadap revolusi dalam masyarakat maupun politik bangsa indonesia dalam
usaha memerdekakan diri dari penjajahan. Selain itu juga memberikan suatu
informasi sehubungan dengan penjajahan Jepang di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Usaha Spionase Jepang di Indonesia ?
2. Bagaimana Aksi Propaganda Jepang di Indonesia ?
3. Bagaimana Kebijakan Pemerintah Militer Jepang ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Usaha Spionase Jepang di Indonesia
2. Mengetahui Aksi Propaganda Jepang di Indonesia
3. Mengetahui Kebijakan Pemerintah Militer Jepang

1.4 Manfaat Penulisan


 Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah ilmu tentang Sejarah Revolusi Indonesia,


khususnya pada masa pendudukan Jepang hingga menjelang kemerdekaan.
 Umum

Dapat dijadikan bahan bacaan yang menambah wawasan dan pengetahuan


sejarah revolusi Indonesia pada masa pendudukan Jepang hingga menjelang
kemerdekaan.

5
 Lembaga

Makalah ini dapat dijadikan sumber belajar untuk meningkatkan pemahaman


tentang sejarah revolusi Indonesia pada masa pendudukan Jepang hingga
menjelang kemerdekaan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Usaha Spionase Jepang di Indonesia

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan


berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia diawali dengan pendaratan di kota
tarakan pada  10 Januari 1942. selanjutnya menduduki Minahasa, Balikpapan
(Balikpapan merupakan sumber-sumber minyak maka diserang dengan hati-hati
agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda), ambon,
Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali antara Januari sampai
februari 1942.

Adapun serangan-serangan pasukan Jepang di Jawa diawali pada tanggal


1 Maret 1942, Jepang mendarat di Teluk Banten, Indramayu, dan Bojonegoro.
Kemudian tanggal 5 Maret kota Batavia (Jakarta) jatuh ke tangan tentara Jepang
dan dilanjutkan menduduki Buitenzorg (Bogor). Jepang menyerang di Pulau
Jawa karena dipandang sebagai basis kekuatan politik dan militer Belanda.
Serangan-serangan Jepang dalam waktu singkat dapat menjatuhkan negara-
negara imperialis Belanda di Indonesia. Pasukan Belanda terkepung di Cilacap
dan Bandung kemudian menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati,
Subang (Jawa Barat) pada tanggal 8 Maret 1942. Penyerahan ini ditandatangani
oleh Panglima Tentara Hindia Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten dan di
pihak Jepang diwakili Jenderal Hitosyi Imamura. Peristiwa itu menandai
pendudukan Jepang di Indonesia.

Setelah jatuh ke tangan Jepang. Indonesia berada di bawah pemerintahan


militer. Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi dalam tiga daerah
pemerintahan seperti berikut:

7
Wilayah Sumatra di bawah pemerintahan Angakatan Darat (Bala Tentara XXV)
yang berpusat di Bukittinggi. Wilayaha Jawa dan Madura di bawah pemerintahan
Angakatan Darat (Bala Tentara XVI) yang berpusat di Jakarta.

Wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah pemerintahan Angkatan laut


(Armada Selatan II) yang berpusat di Makassar. Pemerintahan di ketiga wilayah itu
dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan sebutan Gunseikan (kepala
pemerintahan militer) dan kantornya disebut Gunseikanbu. Karena kekurangan
tenaga pemerintahan, orang Jepang terpaksa mengangkat orang Indonesia unuk
menduduki jabatan tinggi

2.2 Aksi Propaganda Jepang di Indonesia

Setelah berakhirnya pemerintahan Belanda di Indonesia, maka dimulailah


kekuasaan baru yang dipegang oleh Jepang.

1. Dengan kekuasaan kependudukan Jepang ini, mereka segera


menyusun pemerintahan di daerah yang harus membantu keinginan
dan misi Jepang, yakni tercapainya kemenangan perang bagi Jepang.
Sifat pemerintahan ini lebih tepat dikatakan sebagai pemerintahan
pendudukan dari pada pemerintahan jajahan, sebab perang masih
berlangsung dengan sengitnya. Adapun bentuk pemerintahannya
adalah pemerintahan militer.
2. Pada masa pemerintahan militer ini, kebijakan demi kebijakan yang
diambil senantiasa didasarkan atas perkembangan perang yang sedang
terjadi. Secara garis besar, kebijakan yang dibuat pemerintahan militer
Jepang meliputi tiga tahap, yaitu:tahap pertama (1942-1943) adalah
tahap persuasif, padatahap ini jepang membuat dan memberikan janji-
janji yang samar-samar mengenai konsesi-konsesi politik agar bangsa
1 Onghokham, 1989,

8
Runtuhnya kekuasaan Di Hindia Belanda. Indonesia bersedia bekerja
sama dengan pemerintah pendudukan Jepang. Tahap kedua (1943-
1944) adalah tahap partisipasi dan mobilisasi, pada tahap ini orang-
orang Indonesia dilibatkan dalam jabatan-jabatan pada kantor-kantor
pemerintahan sebagai pendamping atau penasehat pejabat bagi
kepentingan pemerintahan pendudukan Jepang. Tahap ketiga (1944-
1945) adalah tahap peningkatan mobilisasi dengan memberikan suatu
janji-janji politik tentang kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
3. Secara operasional pemerintahan pendudukan Jepang dilaksanakan
oleh kepala staf yang disebut Guenseikan. Guenseikan ini membawahi
departemen-departemen (bu) yang terdiri atas somubu(Departemen
Urusan Umum), Naimubu (DepartemenDalam Negeri), Sangyobu
(Departemen Perekonomian Zaimubu (Departemen Keuangan),
Shidobu (DepartemeKehakiman), Keimubu (Departemen Kepolisian),
Kotsubu (Departemen Lalu Lintas), Sendenbu
(DepartemenPropaganda).
4. Dalam rangka memperlancar pelaksanaan kebijakan mereka di
wilayah pendudukan Jawa, Pemerintahan militer memerlukan alat
untuk mengambil hati rakyat, dan alat inilah yang 3 Pemda
Kotamadya TK. II, 1981, Sejarah Kota Bandung Periode Revolusi
Kemerdekaan1945-1950,Pustaka,digunakan sebagai alat propaganda.
Alat ini disalurkan kelapangan- lapangan yang jauh lebih luas dari
pada lapangan kemiliteran, oleh karena itu organisasi propaganda-
propaganda yang dibentuk jepang mempunyai tugas menyalurkan
pesan ke lapangan masyarakat umum, sampai ke lapangan
penghiburan dan kebudayaan.

Propaganda adalah penyiaran penerangan yang disiarkan dengan maksud


mencari pengikut atau bantuan. Propaganda merupakan kata yang tidak asing lagi
di kalangan orang Indonesia, terutama yang terlibat langsung dalam masa
pendudukan Jepang. Perkataan ini memang sangat populer pada waktu Jepang
menduduki Indonesia, dan merasuki hampir di segala aspek kehidupan.

9
Propaganda Jepang dilakukan seiring dengan penaklukan terhadap negeri-negeri
yang didudukinya. Keinginan yang besar dalam penaklukan ini bukanlah suatu hal
yang baru timbul di dalam sejarah Jepang. Anggapan sebagai “bangsa terpilih”
menguatkan kepercayaan bangsa ini akan tugas suci Jepang untuk menaklukan dan
menguasai negeri orang. Dua ribu enam ratus tahun yang lalu Djinanmu Tennc,
kaisar Jepang yang pertama, disebut-sebut sebagai raja pemberi“sabda suci” Hakko
Ichiu, yang bertujuan menaruh ke delapan penjuru arah mata angin di bawah panji-
panji dari Nippon. Bahkan rencana tertentu di dalam politikpenaklukan Jepang,
seperti rencana “Lingkungan Kesemakmuran Asia Timur Raya”, dapat dicari
kembali pada akhir abad-16.

Napoleon negeri Jepang itu, menyerang Korea dalam tahun 1592 sebagai
batul oncatan untuk menguasai Tiongkok, tidak hanya bertujuan di situ saja.
PolitikToyotomi Hideyoshi ialah suatu rencana kerajaan Asia yang besar dengan
Tiongkok, Jepang dan Korea sebagai kelompok kesatuan yang pertama
dankemudian diperluas dengan wilayah-wilayah Asia lainnya, sampai-sampai
kedaerah Nanyo atau daerah lautan selatan. Dalam melakukan ekspansi dan
imperialisnya, Jepang tidak hanya menjalankannya secara membabi buta tanpa
diiringi sikap moral dan maksud baik dari Jepang. Mereka selalu mengatakan hal-
hal seperti: “ingin membebaskan bangsa asia dari penjajahan barat” atau yang
lainnya seperti “menciptakan Lingkungan Kesemakmuran Asia Timur Raya
terhadap negara-negara yang ditaklukannya”. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
citra dikalangan rakyat jajahan, bahwa sebenarnya Jepang mempunyai maksud
yang baik dan cita-cita yang besar untuk kebesaran bangsa Asia. Dengan bantuan
para propagandis yang bersama-sama datang dengan tentara Jepang, mereka terus
giat dengan berbagai semboyan yang muluk-muluk. Semboyan-semboyan ini
umumnya berdasarkan pada politik rasial.

Sebelum Jepang datang ke Indonesia usaha-usaha untuk menarik simpati


orang Indonesia sudah pernah dilakukan. Seperti, diundangnya para tokoh
pergerakan, baik pergerakan nasional maupun pergerakan Islam ke Jepang, untuk
melihat-lihat keberhasilan yang telah dicapai Jepang. Kepada kaum pelajar, Jepang
memberikan beasiswa bagi mereka yang ingin menuntut ilmu di sana.

10
Pada masa pergerakan nasional banyak orang Jepang yang mencari nafkah di
Hindia Belanda sebagai pedagang, Mereka dikenal sebagai tuan-tuan toko. Sikap
mereka terhadap orang-orang Indonesia yang sangat ramah, menjadikan mereka
mendapat simpati dari masyarakat. Maka tak heran ketika Jepang datang, sambutan
yang hangat pun diberikan penduduk begitu antusias.

Media audio-visual ini dianggap paling efektif untuk mempengaruhi


penduduk yang tidak berpendidikan dan buta huruf serta haus hiburan.Pada masa
Jepang sendiri, film digunakan sebagai alat propaganda politik. Film mempunyai
keunggulan dalam mengekpresikan gambar bergerak yang dapat dengan mudah
dimengerti oleh penonton. Hal ini menyebabkan film dengan mudah mendapatkan
banyak penggemar. Film merupakan salah satu media propaganda penting pada
masa perang. Sebelum Perang Dunia Kedua, media ini tidak pernah digunakan
sebagai alat indoktrinasi pilitik di Indonesia.

Jepang merupakan satu-satunya negara yang memanfaatkan mediafilm


sebagai alat propaganda di dalam masyarakat Indonesia, khususnya Jawa.
Kebijaksanaan kebijaksanaan yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan
pemutaran film di 7 Aiko Kurasawa, 1993, Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang
Perubahan Sosial diPedesaan di Jawa 1942-1945.Jawa masa pendudukan
merupakan tiruan yang digunakan di Jepang masa perang melawan Cina tahun
1930-an.Segera setelah Angkatan Darat Ke-16 mengambil alih Jawa, staf
Sendenbu bersama-sama pihak militer menyita semua perusahaan film, kemudian
padabulan Oktober 1942, mereka membentuk suatu organisasi sementara untuk
menjalankan kebijakan film. Organisasi ini disebut Djawa Eiga Kosha
(KorporasiFilm Djawa) dan dikepalai oleh Oya Saichi, seorang penulis terkenal
Jepang yangdipekerjakan sebagai anggota staf Sendenbu.Di Jawa, secara khusus
dikembangkan produksi film yang bermula pada bulan September 1942, setelah
korporasi film Jawa membuka studio mereka diJatinegara, dan setelah bulan April
1943 dilanjutkan oleh Nicchi-ei (perusahaan film Jepang).

11
2.3 Kebijakan Pemerintah Militer Jepang

Dengan menyerah tanpa syarat oleh Letnan Jendral H. Terpoorten


Panglima Angkatan perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang
Serikat di Indonesia kepada Tentara Ekspedisi Jepang di bawah pimpinan
Letnan Jendral Hitoshi Imamura pada taggal 8 Maret 1942, berakhirlah
pemeritahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi ditegakan
kekuasaan kemaharajaan Jepang.  Masa pendudukan Jepang dari bulan
Maret 1942 sampai Agustus 1945 merupakan suatu pengalaman berat dan
pahit bagi kebanyakan orang Indonesia. Kebijakan pemerintah  militer
Jepang diantaranya yaitu:

2.3.1 Pembentukan Organisasi Sosial

Pada zaman Jepang, semua partai politik dibubarkan. Kegiatan politik


pergerakan nasional Indonesia dikendalikan oleh Jepang untuk membantu Jepang
dalam perang. Jawatan propaganda giat melancarkan propaganda. Isi propaganda
adalah bahwa Jepang mengobarkan perang Asia Timur Raya untuk membebaskan
seluruh Asia dari penjajahan bangsa Barat. Selain itu, Jepang mempersatukan Asia
dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya di bawah
kepemimpinan Jepang.

Salah satu upaya pemerintah Jepang agar rakyat dan pemimpin nasional Indonesia
mau mendukung Jepang adalah dengan mendirikan beberapa organisasi dan
perkumpulan. Organisasi dan perkumpulan yang didirikan pemerintah Jepang di
antaranya adalah Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan Masyumi.

12
1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A didirikan pada bulan April 1942. Kantor
propaganda Jepang mendirikan Gerakan ini dengan semboyannya:

1. Nippon Pemimpin Asia,


2. Nippon Pelindung Asia, dan
3. Nippon Cahaya Asia.

Gerakan ini mengadakan kursus-kursus bagi para pemuda untuk


menanamkan semangat pro Jepang demi menghadapi pasukan sekutu dalam
Perang Asia Timur Raya. Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Syamsuddin.
Mr. Syamsudin adalah bekas anggota Parindra pada zaman Hindia Belanda.
Pada tahun 1943, Gerakan Tiga A dibubarkan karena dianggap gagal dan
tidak memberikan keuntungan bagi pihak Jepang.

2. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)

Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dibentuk untuk mengganti Gerakan


Tiga A. Gerakan yang didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 ini dipimpin oleh
empat serangkai, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur,
dan Ki Hajar Dewantara. Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk
memusatkan seluruh kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang.
Tugas pemimpin Putera adalah memimpin rakyat supaya kewajib dan
bertanggug jawab dalam menghapus pengaruh Barat. Rakyat Indonesia
harus mengambil bagian dalam usaha mempertahankan Asia Timur Raya
dan mempererat persaudaraan Indonesia dan Jepang dengan menggiatkan
pelajaran bahasa Jepang.

Jepang menganggap Empat Serangkai sebagai lambang dari aliran-


aliran pergerakan nasional Indonesia yang dapat menggerakkan seluruh
Indonesia untuk kepentingannya. Putera mendapat sambutan dari organisasi-
organisasi yang ada.

13
Beberapa organisasi yang bergabung dengan Putera adalah Persatuan Guru
Indonesia, Perkumpulan Pos Telepon dan Telegraf, Pengurus Besar Isteri
Indonesia, Badan Perantaraan Pelajar-pelajar Indonesia (Baperpi). Karena
kegiatan Putera lebih menguntungkan pejuang kemerdekaan dari-pada
menguntungkan Jepang, maka Putera dibubarkan pada tahun 1944.

3. Jawa Hokokai

Pada tahun 1944, Panglima Tentara Jepang di Jawa menyatakan


berdirinya Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk
karena karena semakin menghebatnya perang di Asia dan Pasifik. Oleh
karena itu, segenap rakyat lahir dan batin perlu digiatkan dan dipersatukan.
Jawa Hokokai berasal dari hoko seishin (semangat kebaktian). Kebaktian itu
memiliki tiga dasar, yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan,
dan melaksanakan tugas untuk Jepang. Tiga hal inilah yang dituntut dari
seluruh lapisan masyarakat Indonesia berhubung dengan semakin gawatnya
perang. Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah yang
langsung berada di bawah pengawasan pejabat-pejabat Jepang. Kegiatan
Jawa Hokokai meliputi hal-hal berikut.

1. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk


menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
2. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan
semangat persaudaraan antar segala bangsa.
3. Memperkokoh pembelaan tanah air.

4. MIAI dan Masyumi


MIAI adalah singkatan dari Majelis Islam Ala Indonesia. MIAI secara
resmi didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI pertama adalah
K.H. Mas Mansyur dan Wondoamiseno.

14
Organisasi ini dibiarkan berkembang oleh Jepang karena golongan Islam dinilai
paling anti barat. Jepang juga ikut membantu MIAI dalam bentuk memberikan
zakat dan mendirikan masjid. Bantuan Jepang ini berhasil dimanfaatkan oleh
pemuka-pemuka Islam untuk kepentingan umat Islam di Indonesia. MIAI
secara resmi dibubarkan Pemerintah Jepang di akhir Oktober 1943. Sebagai
gantinya, dibentuklah Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang
dipimpin oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur. Masyumi yang
didirikan pada bulan November 1943 ini merupakan wadah bagi seluruh
kekuatan Islam.

Pemerintah militer Jepang memberi perhatian khusus kepada para


pemuda. Para pemuda dibina untuk mendukung program Jepang menggalang
keluarga besar Asia. Para pemuda mendapat prioritas pendidikan, berupa
pengembangan kemampuan intelektual maupun latihan-latihan keterampilan
dan kedisiplinan. Mereka diharapkan mampu mempropagandakan Gerakan
Tiga A Jepang. Jepang mengalami kekalahan dalam perang Laut Karang (Mei
1942) dan perang Guadalkanal (Agustus 1942). Oleh karena itu, pemerintah
militer

Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka


mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943,
pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda.
Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah
untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah
air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu Organisasi militer bentukan Jepang
Yang termasuk ke dalam organisasi militer bentukan Jepang adalah Heiho dan
Peta.

1. Heiho

Heiho adalah organisasi prajurit pembantu Jepang. Heiho dibentuk


pada bulan April 1943.

15
Organisasi ini memberi kesempatan kepada pemuda Indonesia untuk
menjadi prajurit Jepang (baik angkatan darat maupun angkatan laut). Sejak
mengalami kemunduran, Jepang memerlukan tambahan tenaga militer untuk
mengganti pasukannya yang hancur. Mereka terpaksa mengerahkan tenaga
dari kalangan rakyat yang negaranya mereka duduki.

1. PETA

PETA (Pembela Tanah Air) didirikan pada tanggal 3 Oktober 1945.


Sebelumnya, pada tanggal 7 September 1943, seorang tokoh pergerakan
nasional yang bernama Gatot Mangunprojo mengusulkan kepada Panglima
Tertinggi Pasukan Jepang untuk membentuk pasukan bersenjata guna
membela tanah air. Permohonanitu dikabulkan oleh Jenderal Kumakici
Harada (Panglima Tentara Keenambelas) pada tanggal 3 Oktober 1945.
Pembentukan PETA ini juga sesuai dengan tuntutan perang yang
semakinmendesak.

Bersamaan dengan pembentukan organisasi PETA di Pulau Jawa, di


Pulau Sumatera juga dibentuk Giyugun (Tentara Sukarela). Dengan adanya
tentara sukarela ini, berarti ada orang Indonesia yang memperoleh
pendidikan militer. Pada zaman pendudukan Jepang, mereka menjadi
golongan penting dalam masyarakat Indonesia. Sesudah Indonesia merdeka,
banyak di antara mereka yang menjadi pemimpin TNI, seperti Jenderal
Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Abdul
Haris Nasution.

 Romush
Romusha adalah panggilan bagi orang Indonesia yang dipekerjakan
secara paksa pada masa penjajahan jepang di Indonesia dari tahun1942
hingga 1945. Kebanyakan romusha adalah petani, dan sejak oktober 1943
pihak jepang mewajibkan para petani menjadi romusha, jumlah orang-orang

16
yang menjadi romusha tidak diketahui pasti perkiraan yang ada bervariasai
dari 4 hingga 10 juta. Dalam sidang yang pertam, Chuo Sangi In
mengusulkan beberapa syarat antara lain supara dibentuk badan-badan yang
memotivasi rakyat menjadi tenaga sukarela, melalui kerja sama dengan
bupati, wedana, camat dan kepala desa untuk pengarahan tenaga kerja
(buruh) sukarela diperusahaan-perusahaan bala tentara jepang.

Namun   dalam pelaksanaannya persyaratan disampaikan oleh Chuo


Sangi In itu diabaikan. Pada hakikatnya mereka tidak lebih dari pekerja
paksa. Seperti halnya di Yogyakarta tepatnya di desa Timbul Hajro, Bantul
pengarahan romusha dilakukan oleh perangkat desa dengan cara mendatangi
keluarga-keluarga yang memiliki tenaga potensial untuk dijadikan romusha,
keluarga yang menolak mereka ditakut-takuti akan dikucilkan. Jika anak
yang dipinta itu tidak berada dirumah, mereka biasanya mencari kesawah
dan kalau sudah ketemu dibawa secara paksa ketempat pengerahan.

Selama berada ditempat kerja sampai pulang kampung halamannya


ternyata romusha mendapat fasilitas sangat minim dan banyak yang tidak
diberi upah tetapi tidak dapat menuntut karena memang tidak ada perjanjian
kerja tertulis. Mereka dikerahkan menjadi kerja paksa dan buruh yang diberi
upah sekedarnya. Sebelum penyerahan Belanda kepada Jepang 18
maret1942, Jepang telah memperhitungkan bahwa pulau Jawa akan mampu
menyediakan tenaga manusia dalam jumlah yang memadai untuk
memenangkan perang. Perhitungan itu didasarkan atas kenyataan bhwa
penduduk di pulau Jawa sangat banyak, ditambaah lagi dengan pertumbuhan
yang begitu pesat. Sehingga Jepang tidak bakal lagi mengalami kesulitan
dalam hal kebutuhan tenaga kerja romusha, karena disamping itu manusia
cukup banyak  juga biaya muarah, tenaga diambil secara paksa, dan tidak
perlu banyak pengeluaran biaya baik untuk makan maupun untuk
pengobatan, begitu pula untuk mencari pengganti bagi tenaga romusha yang
mati, karena di Jawa terdapat persediaan manusia cukup banyak.
Berdasarkan pola pemikiran itulah maka Jepang leluasa memanfaatkan
tenaga manusia yang ada di pulau Jawa dan dengan matinya beribu-ribu
romusha seakan-akan tidak menjadi beban moral.

17
Mereka meninggal karena kekurangan makan, kelelahan, malaria dan
terserang penyakit, sealin itu juga karenakesrasnya pengawasan dan siksaan
jepang yang kejam dan tidak berprikemanusiaan. Dibarak-barak romusha
tidak tersedia perawatan dan tenaga keseahatan. Seakan-akan tealah menjadi
rumus bahwa siapa yang tidak lagi kuat bekerja maka akan mati. Sebagai
mana alam pemikiran Jepang, bahwa bukan manusianya yang
diperhitungkan melainkan tujuannya yaitu”menang perang”.

Lama-kelamaan karena kebutuhan yang terus meningkat diseluruh Asia


Tenggara, pengerahan tenaga yang bersifat sukarela berubah menjadi paksaan,
pemerintah tentara ke-16 membentuk suatu badan khusus yang melaksanakan
pengerahan romusha secara besar-besaran pada tahun 1944. Badan ini disebut
Romukyoku.

Romukyoku membuat peraturan sebagai berikut: orang atu badan yang


membutuhkan romusha lebih dari 30 orang harus mengajukan permohonan kepada
kepala daerah setempat. Sebaliknya adapula ada kepala desa yang menunjuk
seseorang yang menjadi romusha sebagai tindakan balas dendam atau rasa tidak
suka. Dengan uang pula seseorang yang sudah terdapat sebagi romusha dapat
menunjuk orang lain sebgai gantinya.

 Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA)

Pemerintahan pendudukan Jepang merupakan pemerintahan militer, oleh


karena itu, sesuai dengan keadaan perang pada saat itu, semua jenis kegiatan
diarahkan untuk kepentingan perang. Pemerintah pendudukan Jepang telah
melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia
serta tenaga manusia yang ada demi memenangkan perang melawan sekutu.

1. Cara Jepang di Indonesia mengeksploitasi sumber kekayaan alam


2. Petani harus menyerahkan hasil panen, ternak dan harta milik serta
mereka yang lain kepada pendudukan Jepang untuk biaya perang Asia
Pasifik.

17
3. Hasil kekayaan alam Indonesia yang berupa hasil tambang
perkebunan dan hutan diangkut ke Jepang
4. Jepang memaksa penduduk untuk menanam pohon jarak pada lahan
pertanian
5. Pemerintah Jeapang mengeluarkan peraturan untuk melakukan
pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan
barang diperketat.
6. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan milik orang Belanda
disita dan beberapa perusahaan vital seperti pertambangan, listrik,
telekomunikasi, dan perusahaan transport dikuasai oleh pemerintah.
7. Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, kopi, karet dan
kina.
8. Jepang melancarkan kampanye penyerahan barang-barang dan
menambah bahan pangan secara besar-besaran.
9. Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi, dimusnahkan,dan
diganti dengan tanaman bahan makan seperti teh, kopi, tembakau
yang diganti oleh tebu untuk pembuatan gula.
10.Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai untuk ditanami
bahan makanan.
11.Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40% dari hasil pertaniannya,
sedangkan 60% lainnya harus disetorkan kepada pemerintah Jepang
dan Lumbung desa.

2.3.4 Japanisasi
Proses Japanisasi di Indonesia sangat berpengaruh dalam berbagai bidang,
diantaranya:

1. Bidang Politik
Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepan
Didirikan/ dibentuknya berbagai organisasi Jepan Kehidupan politik rakyat diatur
oleh pemerintah Jepang Meskipun ada organisasi politik yang masih terus berjuang
menentang Jepang.

2. Bidang Ekonomi
Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan masalah ekonomi

18
yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari pemasaran untuk hasil-hasil
industrinya. Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.

3. Bidang Pendidikan
4. Pendidikan berkembang pesat di banding masa Hindia Belanda
5. Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang
dibangun pemerintah
6. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-
sekolah
7. Berbagai nama diIndonesiakan
Tetapi semua yang dilakukan oleh Jepang tersebut hanya untuk menarik simpati
rakyat agar mau membantu Jepang mengahadapi lawan-lawannya dalam Perang
Pasifik.

4. Bidang Sosial
5. Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT)
yang tergabung dalam Ku (desa)
6. Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat
harus memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi
musuhnya.
7. Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha.
Dari kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat
kelaparan dan terkena penyakit.
8. Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun
Ianfu” pada masa itu.
9. Bidang Birokrasi
10.Kekuasaan Jepang di Indonesia di pegang oleh kalangan militer yaitu
Angkatan Darat (Rikugun) dan Angkatan Laut (Kaigun)
11.Sistem pemerintahan diatur berdasar aturan militer
12.Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki
jabatan yang lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh
orang Belanda, dengan masih dalam pengawasan Jepang.
13.Bidang Kebudayaan

19
14.Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit
sebagai keturunan Dewa Matahari
15.Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan
drama sebagai alat propaganda mereka.
16.Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan
Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi
akan harga dirinya.
17.Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk
kesehatan mereka.
18.Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk
menghormati bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu
kebangsaan nasional.
Semua itu merupakan warisan kebiasaan Jepang bagi bangsa Indonesia.

7. Bidang Militer
Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA. Mereka
akhirnya menjadi inti kekuatan dan pergerakan perjuangan rakyat Indonesia
mencapai kemerdekaan.

 Sistem Pemerintahan Jepang di Indonesia


1. Sistem pemerintahan Jepang di Indonesia menegakan pemerintahan
militer yang diperintah oleh angkatan darat dan angkatan laut.
2. Mendirikan beberapa organisasi dan perkumpulan.
Organisasi dan perkumpulan yang didirikan Jepang diantaranya adalah: Gerakan
Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan masyumi.

1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A didirikanpada bulan april 1942. Kantor propaganda Jepang
mendirikan gerakan ini dengan semboyang: Nippon pemimpin Asia, Nippon
Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia.

20
2. Pusat Tenaga Rakyat (putera)

Gerakan ini dibentuk untuk mengganti Gerakan Tiga A. Gerakan yang didirikan
pada tanggal 1 maret 1943 Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara.)
Bagi Jepang, Putera dibentuk dengan tujuan untuk memusatkan untuk seluruh
kekuatan masyarakat demi membantu usaha Jepang.

3. Jawa Hokokai
Jawa Hokokai pada tahun1944, panglima tentara Jepang di Jawa menyatakan
berdirinya Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Organisasi ini dibentuk
karena semakin menghebatnya perang di Asia Pasifik. Kebaktian itu memiliki tiga
dasar yaitu: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan,dan melaksanakan
tugas untuk Jepang.

1. MIAI (majelis islam ala Indonesia)


MIAI secara resmi didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pemimpin MIAI
pertama adalah K.H. Mas Mansyur danWondoamiseno.

2. Pengerahan pemuda
Jepang menyadari perlunya bantuan pemduduk setempat dalam rangka
mempertahankan kedudukannya dikawasn Asia. Pada bulan april 1943,
pemerintahan militer Jeapang secara inisiatif  mulai mengorganisir barisan
pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang
adalah untu mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan
tanah air Indonesia dari serangan pasukan sekutu. Berbagai barisan pemuda yang
berbentuk semi militer antara laian Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.

1. Seinendan
Adalah organisasi barisan pemuda yang dibentuk pada tanggal 9 maret 1943.
Tujuannya adalah mendidik dan melatih para pemuda agar dapat mempertahankan
tanah airnya dengan kekuatan sendiri.

21
1. Fujinkai
Organisai ini menghimpun kaum wanita untuk diberi latihan-latihan militer

1. Keibopdan
Adalah organisasi barisan pembantu polisi.

Organisai militer bentukan Jepang, yaitu termasuk kedalam organisasi militer


bentukan Jepang adalah Heiho dan Peta.

1. Heiho
Adalah organisasi prajurit pembantu Jepang yang dibentuk pada bulan april 1943.
Organisai ini memberi kesempatan pada pemuda Indonesia untuk menjadi prajurit
Jepang baik angkatan darat mupun angkatan laut.

1. PETA
Pembela tanah air ini didirikan pada tangga l3 oktober 1945, pembentukan PETA
ini juga sesuai dengan tuntutan perang yang semakin mendesak.

4. Pengerahan tenaga kerja Jepang untuk membutuhkan bantuan tenaga


untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu
pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara.
Oleh karean itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja dan
pengerahan tenaga kerja itu disebut romusha.
5. Eksploitasi sumber kekayaan alam yang dilakukan pemerintahan
pendudukan Jepang adalah:
 Menyita perkebunan milik Belanda dan berbagai Fasilitas Vital
lainnya. Seperti perusahaan listrik, telekomunikasi, transportasi, dan
lain-lain.
 Rakyat dipaksa untuk bekerja diperkebunan yang memberikan hasil
bumi menguntungkan demi membiayai perang.
 Rakyat juga diwajibkan menyetor padi, jagung dan ternak dalam
jumlah besar demi memenuhi kebutuhan logistik dimedan perang.
 Menanam pohon jarak untuk diambil minyaknya dan diproduksi
sebagai pelumas mesin-mesin perang. 

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan


berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan proklamasi kemerdekaan
Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. System
pemerintahan Jepang yang diterapkan diIndonesia adalah Jepang menegakan
pemerintahan militer yang diperintah oleh angkatan darat dan angkatan laut.
Organisasi dan perkumpulan yang didirikan Jepang diantaranya adalah:
Gerakan Tiga A, Putera, Jawa Hokokai, MIAI dan masyumi.

Pada masa kedudukan jepang di indonesia hingga menjelang


kemerdekaan banyak menggunakan usaha-usaha propaganda, bentukan
organisasi-organisasi, misalnya organisasi sosial, diantaranya gerakan 3A,
putera, jawa hokokai, dan MIAI, selain itu ada juga bentukan organisasi Militer
diantaraya heiho, dan PETA.

Jepang menyadari perlunya bantuan pemduduk setempat dalam rangka


mempertahankan kedudukannya dikawasn Asia. Pada bulan april 1943,
pemerintahan militer Jeapang secara inisiatif  mulai mengorganisir barisan
pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang
adalah untu mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan
tanah air Indonesia dari serangan pasukan sekutu. Berbagai barisan pemuda
yang berbentuk semi militer antara laian Seinendan, Fujinkai, dan Keibodan.

SARAN
 Demikian dari makalah ini semoga bermanfaat bagi yang membacanya,
apabila ada kritik atau saran oleh pembaca, silakan memberitahu saya.
Mohon maaf apabila ada kesalahan yang saya buat.
DAFTAR PUSTAKA

Masa Pendudukan Jepang di Indonesia, 2020) Your Bibliography: Judul Situs.


2020. Masa Pendudukan Jepang Di Indonesia.

Benda, Bulan Sabit, hlm, 167-170

Ary H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan, ( Jakarta, Rineka Cipta,1 995)

Bouwsma, T. dan Elly , 1966, Japanese Minority Policy, The Eurasians on Java and
the Dilemma of Ethnic Loyalty, BIJDRAGEN, Journal of the Royal Institute of the
Linguistics and Anthropology, Deel 152, 4e, halaman 553-585.

Yasuyuki, H. Japanese Companies’ inroads into Indonesia under Japanese Military


Domination, BIJDRAGEN, Journal of the Royal Institute of Linguistics and
Anthropology, Deel 152, 4e, halaman 566-669.

Hanafi, A M, 1996, Menteng 31, Markas Pemuda Revolusioner Angkatan 45,


Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai