Anda di halaman 1dari 28

KARANGAN ILMIAH

MASA PENDUDUKAN JEPANG


DI INDONESIA

GURU PENGAJAR
Dra. Reni Sismayanti Setiaman

DISUSUN OLEH
Salma Dwi Rizky
XI IPA 2

SMA NEGERI 1 MARGAASIH


2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
karangan ilmiah berjudul “Masa Pendudukan Jepang di Indonesia” dapat tersusun dengan
selesai pada waktu yang ditetapkan.
Karangan ilmiah yang ditulis penulis pada kesempatan kali ini mengenai Sejarah
Kedatangan Jepang ke Indonesia melalui beberapa wilayah, Pembagian pemerintahan
Militer masa Jepang, hingga Penderitaan rakyat Indonesia atas penjajahan Jepang. Penulis
menuliskannya dengan mengambil beberapa sumber yang relevan baik dari buku maupun
internet kemudian mengkaji dan analisis serta membuat beberapa gagasan dari sumber
yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak terkait penyelesaian karangan ilmiah
ini di antaranya Ibu dan ayah yang sudah membantu memberikan support serta teman
sekalian yang membantu pencarian referensi dari beberapa sumber. Hingga tersusun karya
ilmiah yang sampai di hadapan pembaca saat ini.
Penulis menyadari bahwa karangan ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi teori maupun analisis. Oleh karena itu, sangat dihapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi terciptanya karangan ilmiah yang
lebih baik.
Terima kasih.

Jumat, 04 Februari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
3.1 Tujuan........................................................................................................................................2
4.1 Manfaat Penelitian.....................................................................................................................3
5.1 Sistematika Penulisan................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
METODE PENELITIAN..............................................................................................................4
BAB III...........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5
3.1 Teori............................................................................................................................................5
A. Peta Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia....................................................................5
B. Pembagian Wilayah Indonesia atas Tiga Pemerintahan Militer........................................7
C. Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia..........................................................................8
D. Struktur Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia........................................................10
E. Ekonomi Perang Jepang di Indonesia................................................................................11
F. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Jepang..............................................................13
G. Perubahan Sistem Budaya di Indonesia dari Masa Belanda ke Masa Jepang....................15
H. Akhir Masa Penjajahan Jepang..............................................................................................16
BAB IV..........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
4.2 Saran.........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................20

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kedatangan Jepang ke Indonesia

Gambar 1.2 Jenderal Hein ter Poorten

Gambar 1.3 Letnan Jenderal Hitoshi Imamura

Gambar 1.5 Deforestasi di era Belanda hingga Jepang

Gambar 1.6 Praktik Kerja Romusha

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Jepang pernah menjadi satu-satunya negara di Asia yang mampu menjadi negara
imperialis dengan usaha-usaha yang dilakukannya yaitu melakukan politik ekspansi ke
kawasan Asia Pasifik termasuk Hindia Belanda.
Masuknya Jepang di Indonesia tidak terlepas dari pecahnya perang Dunia II di
kawasan Asia-Pasifik. Blokade minyak dan bantuan lainnya yang dilakukan oleh
Amerika terhadap Jepang disebabkan karena Jepang menyentuh wilayah kekuasaan
Amerika. Jepang menyadari bahwa Asia merupakan batu loncatan penunjang Perang
sehingga berupaya untuk melakukan ekspansi terhadap wilayah di Asia. Hal yang
pertama dilakukan oleh Jepang adalah menghancurkan pangkalan Angkatan Laut terbesar
Amerika di Pearl Harbour demi kelancaran ekspansinya dan mengurangi ancaman saat
melakukan pendudukan (Kurasawa, 2016).
Penyerahan tanpa syarat Belanda pada tanggal 8-9 maret 1942 dari Jenderal Hitoshi
Imamura di kalijati, Jawa Barat menyebabkan berakhirnya masa Hindia Belanda di
Indonesia. Indonesia memasuki babak baru.
Berbagai program propaganda dilakukan Jepang untuk menarik simpati rakyat
Indonesia diantaranya menjajikan kemerdekaan secepatnya. Siaran tersebut
menggunakan bahasa Indonesia dan membiarkan bendera Indonesia dikibarkan, bahkan
sebelum Jepang mendarat di Pulau Jawa, siaran Radio Tokyo sering menyiarkan lagu
kebangsaan Indonesia. Oleh karena itu, kedatangan Jepang di Indoensia tidak mendapat
perlawamam bahkan disambut baik sebagai saudara tua yang akan membebaskan rakyat
Indonesia dari penindasan dan pejajahan bangsa Barat khusunya Belanda.
Hal ini dimanfaatkan oleh Jepang dengan memberikan janji palsu bahwa Jepang akan
membantu Indonesia untuk segera meraih kemerdekaan. Namun pada kenyataannya,
kedatangan jepang ke Indonesia untuk memenuhi berbagai kepentingan Jepang. Sehingga
pendudukan Jepang di Indonesia telah menyebabkan penderitaan dan keterpurukan bagi
masyarakat Indonesia tahun 1942 sampai 1945.

1
Dalam upayanya untuk merebut Hindia Belanda, Jepang telah membuat strategi
penyerangan bercabang tiga. Disebelah Timur, mereka berencana bergerak memasuki
kepulauan Maluku dan Timor, dengan begitu dapat memutuskan jalur komunikasi dan
bala bantuan dari Australia. Di tengah, Kalimantan dan Sulawesi akan direbut, sementara
diujung Barat kepulauan Hindia, Sumatra akan diserang apabila kejatuhan Singapura
telah dipastikan. Akhirnya, apabila seluruh sasaran ini telah diraih, seluruh pasukan akan
dikerahkan untuk merebut Jawa, pusat pemerintahan Belanda sekaligus markas besar
komando militer Sekutu di Asia Tenggara.

2.1 Rumusan Masalah

1) Bagaimana proses masuknya Jepang ke Indonesia?


2) Bagaimana pembagian daerah Pemerintahan Militer Indonesia pada masa Jepang?
3) Bagaimana keadaan ekonomi Indonesia pada masa Jepang?
4) Apakah ada perubahan sistem budaya dari Masa penjajahan Belanda ke masa
penjahan Jepang?
5) Bagaiamanakah nasib rakyat Indonesia saat penjajahan Jepang berlangsung?

3.1 Tujuan

1) Untuk mengetahui latar belakang masuknya Jepang ke Indonesia untuk


mengeksploitasi serta memerintah Indonesia.
2) Untuk mengetahui pembagian wilayah Indonesia pada saat Pemerintahan Militer
Jepang berlangsung.
3) Untuk mengatahui keadaan ekonomi pada masa peralihan dari Belanda ke Jepang.
4) Untuk mengetahui sistem kebdayaan yang dilakukan pada masa penjajahan
Jepang, apakah kebudayaan sebelumnya dihapus atau tetap diterapkan.
5) Untuk mengetahui nasib rakyat Indonesia saat kekejaman penjajahan Jepang

berlangsung.

2
4.1 Manfaat Penelitian

1) Karangan Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
kepada siapapun termasuk penulis mengenai sejarah pendudukan Jepang di
Indonesia hingga semangat rakyat Indonesia zaman dahulu dalam
memperjuangkan kemerdekaan dari tangan penjajah.
2) Karangan Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengenal sejarah bagaimana masuknya Jepang ke Indonesia hingga perebutan
kekuasaan antara Jepang dan negara sebelumnya yang sudah lebih dulu
menduduki Indonesia yaitu Belanda.
3) Karangan Ilmiah diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat untuk
mengimplementasikan nilai-nilai semangat perjuangan pantang menyerah
memperjuangkan kemerdekaan dari orang zaman penjajahan Jepang dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Karangan Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori mengenai Perjuangan rakyat Indonesia dalam melakukan
pergerakan agar terbebas dari belenggu bangsa penjajah terkhusus Jepang yang
sudah memberikan kenangan pahit pada rakyat Indonesia, bagi yang ingin
melanjutkan penelitian lebih terperinci.

5.1 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang digunakan dalam karangan ilmiah ini terdiri dari empat
bab.
Bab Pertama: Pendahuluan. Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang ,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua: Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi penjelasan tentang landasan teori yang
berkaitan dengan topik yang diangkat dalam karangan ini.
Bab Ketiga: Metodologi Penelitian. Bab ini berisi penjelasan tentang pengertian
metode penelitian yang digunakan pada karangan ini.
Bab Keempat: Penutup. Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan yang
didapatkan atas pembuatan karangan yang telah dilakukan serta saran dari penulis.

3
BAB II
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam menulis artikel ilmiah dengan judul “Karangan
Ilmiah: Pendudukan Jepang di Indonesia” adalah metode kualitatif dengan
mengandalkan penelitian Histografi pada beberapa sumber kemudian menganalisis,
memadukan serta mengambil kesimpulan dari berbagai teori. Menurut Sugiyono (2011),
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Alasan memilih
metode kualitatif untuk laporan bacaan ini karena metode kualitatif dianggap cocok
dengan topik yang dibahas yaitu topik sejarah. Topik tersebut dianggap cocok karena
dalam penelitian sejarah kita hanya perlu meningkatkan literasi dari berbagai sumber
kemudian membuat kesimpulan.

Sumber-sumber sejarah yang telah ditafsirkan, baik primer maupun sekunder, pada
tahap ini dirangkai sedemikian rupa untuk menyajikan sebuah narasi sejarah mengenai
dinamika Pendudukan Jepang.

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Teori

A. Peta Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia

5
Gambar 1.1 Peta Kedatangan Jepang ke Indonesia

6
7
Berdasarkan Peta di atas strategi penyerangan Jepang terhadap Indonesia bercabang
tiga. Di sebelah Timur, mereka berencana bergerak memasuki kepulauan Maluku dan
Timor, dengan begitu dapat memutuskan jalur komunikasi dan bala bantuan dari
Australia. Di tengah, Kalimantan dan Sulawesi akan direbut, sementara diujung Barat
kepulauan Hindia, Sumatra akan diserang apabila kejatuhan Singapura telah dipastikan.
Akhirnya, apabila seluruh sasaran ini telah diraih, seluruh pasukan akan dikerahkan untuk
merebut Jawa, pusat pemerintahan Belanda sekaligus markas besar komando militer
Sekutu di Asia Tenggara.

Serangan awal Jepang ditujukan ke Pulau Kalimantan yang kaya minyak. Jepang
menguasai Hindia Belanda diawali dengan penaklukan:

1. Tarakan, Kalimantan Timur (11 Januari 1942)


2. Balikpapan (24 Januari 1942)
3. Pontianak (29 Januari 1942)
4. Samarinda (3 Februari 1942),
5. Banjarmasin (10 Februari 1942).

Setelah berhasil menguasai wilayah luar Jawa, Jepang kemudian memusatkan


serangannya ke Pulau Jawa. Pada 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat
sekaligus, yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan, sebelah Barat Cirebon (Jawa Barat),
dan Kragan (Jawa Tengah).

Pada tanggal 1 Maret 1942, di bawah pimpinan Vince Admiral Takahashi, bala
tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa menggunakan tiga tempat pendaratan. Pertama, di
Merak, Teluk Banten. Dalam pendaratan ini terdapat Letnan Jenderal Hitoshi Imamura
beserta stafnya. Kedua, pendaratan dilakukan di Pantai Eretan Wetan, pantai utara bagian
Jawa Barat, di bawah pimpinan Kolonel Shoji beserta satuan Angkatan Udara yang
dipersiapkan untuk menggempur Pangkalan Udara Kalijati, Subang, Jawa Barat. Tempat
pendaratan ketiga adalah di Sragen, Jawa Tengah, di bawah Komando Brigade Sakaguci.

Maka pada tanggal 4 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda menyatakan Batavia
sebagai daerah terbuka dan seluruh aparatur pemerintahan pusat dialihkan ke Bandung.

8
Kekosongan kekuasaan menyebabkan tidak ada perlawanan sama sekali ketika tentara
Jepang menguasai Batavia pada tanggal 5 Maret 1942 dan kemudian nama kota tersebut
oleh Jepang diganti menjadi Jakarta pada tanggal 8 Maret 1942.

Pada tanggal 8 Maret 1942, bertempat di Kalijati-Subang, diadakan perundingan


antara pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. A.W.L.
Tjarda van Starkenborgh Stachhower dan Jenderal Ter Poorten dengan Tentara Angkatan
Darat Ke-16 Jepang yang diwakili oleh Letnan Jenderal Hithosi Imamura dan Kolonel
Shoji. Dalam perundingan tersebut Imamamura mendesak pemerintahan Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat dan mengalihkan kekuasaannya kepada Jepang.

Pada 9 Maret 1942, Panglima Tertinggi Angkatan Perang Belanda, Jenderal Ter
Poorten, bersama Gubernur Jenderal Pemerintah kolonial Belanda, Tjarda van
Starkenborgh Stachouwer, akhirnya menyerahkan Indonesia tanpa sarat kepada Jepang,
masa pendudukan Jepang pun dimulai.

G
a
m
b
a
r

1.2 Jenderal Hein ter Poorten


Sumber: wikipedia.org

B. Pembagian Wilayah Indonesia atas Tiga Pemerintahan Militer

Berakhirnya pemerintahan Belanda di Indonesia menjadikan Jepang dengan resmi


menegakkan kekuatan Kemaharajaan Jepang. Indonesia memasuki suatu periode baru,
yaitu periode Pendudukan Militer Jepang. Penguasaan Jepang kala itu belum memiliki

9
pusat pemerintahan sipil seperti hanya pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintahan Jepang
masih bersifat Pemerintahan Militer.

Terdapat tiga Pemerintahan Militer pada zaman Jepang yang telah dibangun sebagai
pangkalan terbesar militer. Di antaranya adalah:

1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat sebagai Tentara Keduapuluh Lima. Berkuasa di


wilayah Sumatera dengan pusat kontrolnya berada di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat Keenambelas. Berkuasa untuk daerah Jawa-
Madura dengan pusat kontrolnya berada di Batavia.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut Armada Selatan Kedua. Berkuasa meliputi
daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku yang pusat kontrolnya berada di Makasar.

Susunan Pemerintahan Militer Jepang terdiri atas : Gunshireikan (panglima tentara),


kemudian disebut Saiko Shikikan (panglima tertinggi) merupakan pucuk pimpinannya; di
bawah Saiko Shikikan terdapat Gunseikan(kepala pemerintah militer) yang dirangkap oleh
Kepala Staf Tentara.

Koordinator pemerintah militer setempat disebut Gunseibu, yang dibentuk di Jawa


Barat dengan pusatnya di Bandung, di Jawa Tengah dengan pusatnya di Semarang, dan di
Jawa Timur dengan pusatnya di Surabaya. Di samping itu dibentuk dua Koci (daerah
istimewa) Surakarta dan Yogyakarta.

10
Pada setiap Gunseibu ditempatkan beberapa komandan militer setempat. Mereka
ditugaskan untuk memulihkan ketertiban dan keamanan serta menanamkan kekuasaan
yang sementara ini lowong.

C. Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia


Selama pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintah Jepang berusaha memobilisasi
seluruh sumber-sumber daya yang ada di Indonesia, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, untuk kepentingan perangnya. Maka terbentuklah pemerintahan
militer dan kebijakan Jepang di Indonesia mulanya diadakan pendudukan militer di pulau
Jawa, namun pendudukan tersebut sifatnya hanya sementara. Sesuai dengan
dikeluarkannya Osmamu Serei (Undang-undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara
Keenambela) pada tanggal 07 Maret 1942 yang berisi:
1. Pasal 1 : Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer sementara
waktu di daerah-daerah yang telah ditempati agar supaya mendatangkan
keamanan yang sentosa dengan segera;
2. Pasal 2 : Pembesar balatentara memegang kekuasaan pemerintah militer yang
tertinggi dan juga segala kekuasaan yang dahulu berada di tangan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda;
3. Pasal 3 : Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaan hukum dan undang-
undang dari pemerintah yang dahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asal
saja tidak bertentangan dengan aturan pemerintah militer;
4. Pasal 4 : Bahwa balatentara Jepang akan menghormati kedudukan dan kekuasaan
pegawai-pegawai yang setia pada Jepang.

Panglima Tentara Keenambelas di pulau Jawa yang pertama ialah Letnan Jenderal
Hitoshi Imamura. Sedangkan Kepala Stafnya adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki.
Dia diserahi tugas untuk membentuk pemerintahan militer di Jawa dan kemudian
diangkat menjadi Gunseikan.

11
Gambar 1.3 Letnan Jenderal Hitoshi Imamura
Sumber: wikipedia.org

D. Struktur Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia

Pada bulan Agustus 1942 usaha pemerintah militer Jepang meningkat dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 27 (tentang aturan pemerintah daerah) dan Undang-
undang No.28 (tentang aturan pemerintahan Syu dan Tokubetsu Syi, yang menunjukkan
berakhirnya masa pemerintahan sementara.

12
Tenaga pemerintahan sipil Jepang di pulau Jawa mulai dipekerjakan sebagai badan
pemerintahan untuk melaksanakan reorganisasi Jepang yang hendak menjadikan pulau
Jawa sebagai sumber perbekalan perangnya di Wilayah Selatan.

Menurut Undang-Undang No.27 (yaitu undang-undang tentang perubahan tata


pemerintahan daerah) membagi seluruh pulau Jawa dan Madura, kecuali kedua Koci
Surakarta dan Yogyakarta, dibagi atas:

1. Syu (keresidenan), dipimpin oleh seorang syucho;


2. Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico;
3. Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco;
4. Gun (kawedanan), dipimpin oleh seorang gunco;
5. Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco; dan
6. Kun (kelurahan/desa), yang dipimpin oleh seorang kuco.

Pemerintahan Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang dikenal
dengan Rukun Tetangga (RT).

Pada 08 Agustus 1942 ditetapkan daerah pemerintahan yang tertinggi yaitu Syu.
Jumlahnya di pulau Jawa ada 17, terdiri dari Banten, Batavia, Bogor, Priangan, Cirebon,
Pekalongan, Semarang, Banyumas, Pati, Kedu, Surabaya, Bojonegoro, Madiun, Kediri,
Malang, Besuki dan Madura. Kota Batavia disebut tokubetsushi (kota istimewa)
dikarenakan dianggap sebuah kota yang sangat penting sehingga menjadi daerah semacam
daerah swatantra (otonomi).

E. Ekonomi Perang Jepang di Indonesia

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia diterapkanlah kebijakan “Ekonomi


Perang” yang berarti segala kekuatan ekonomi Indonesia digali untuk menopang kegiatan
Perang oleh Jepang. Dalam bidang ekonomi, Indonesia menjadi sangat menarik dengan
kekayaan sumber alamnya berupa hasil bumi, pertanian, pertambangan, dan lain-lain.
Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk kepentingan industri Jepang sehinga
Indonesia dirancang sebagai tempat penjualan produk-produk industri Jepang. Maka dari

13
itu, Indonesia menjadi salah satu benteng pertahanan Jepang untuk membendung gerak laju
kekuatan tentara Serikat dan melawan kekuatan Belanda.
Kebijakan Jepang dalam bidang ekonomi sering disebut dengan self help. Konsep
self help tersebut adalah menjadikan hasil perekonoman di Indonesia untuk mencukupi
kebutuhan pemerintah Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia.
Pada saat Jepang mendarat di Indonesia, tentara Hindia Belanda membumihasilkan
organ-organ vital yang ada di Indonesia sehingga Jepang mengalami kesulitan dalam
menguasai Indonesia. Beberapa prasarana seperti jembatan, alat transportasi,
telekominikasi, dan bangunan-bangunan harus diperbaiki. Untuk mendukung program
pengawasan tersebut menerapkan peraturan pengendalian kenaikan harga. Bagi yang
melanggar, akan dijatuhi hukuman berat.
Bidang Perkebunan pada masa Jepang banyak mengalami kemunduran
dikarenakan Jepang memutuskan hubungan dengan Eropa (sebagai pusat perdagangan
dunia). Untuk menanggulangi kerugian tersebut Jepang mengganti beberapa tanaman
sesuai dengan kebutuhan Jepang. Tanah-tanah itu diganti dengan padi untuk menghasilkan
bahan pangan dan bahan lainnya yang sangat dibutuhkan adalah jarak yang digunakan
sebagai minyak pelumas mesin-mesin, termasuk mesin pesawat terbang. Selain itu,
tanaman kina yang berguna sebagai obat malaria, sebab penyakit malaria sangat
menganggu dan melemahkan kemampuan tempur para prajurit. Kehidupan petani semakin
merosot karena tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena hasil
pertaniannya harus dijual dengan harga yang sudah ditentukan Jepang.
Dalam Bidang Perkebunan sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang sehingga
banyak perkebunan yang dirusak dan diganti dengan tanaman baru untuk keperluan biaya
perang. Akibat kebijakan Jepang ini, tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia semakin
merosost.
Dalam Bidang Transportasi Jepang merasakan kekurangan kapal-kapal. Oleh
karena itu Jepang mengadakan industri angkut dan kayu. Jepang juga membuka pabrik
mesin, paku, kawat, dan baja pelapi granat, tetapi usaha tersebut tidak berkembang lancar
karena kekurangan suku cabang.
Kebutuhan pangan yang terus meningkat membuat Jepang melakukan penambahan
lahan dengan menebang hutan secara liar sekitar 500.000 hektar mengakibatkan hutan

14
gundul dan rentan terkena erosi serta banjir juga berdampak pada kurangnya sumber mata
air.
Dalam Bidang Perbankan pada bulan April 1942, diumumkan suatu banking-
moratorium tentang adanya penangguhan pembayaran kewajiban-kewajiban bank. Jepang
mengeluarkan ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh bank Belanda dan
beberapa bank Cina.
Fungsi dan tugas bank yang dilikuidasi tersebut kemudian diambil alih oleh bank-
bank Jepang, seperti Yokohama, Specie Bank, Taiwan Bank, dan Mitsui Bank. Hingga
uang Belanda hilang kemudian digantikan oleh uang Jepang.

G
a
m
b
a
r

1.5 Deforestasi di era Belanda hingga Jepang


Sumber: kompas.com

Adapun kebijakan-kebijakan yang dibuat Jepang secara terperinci sebagai berikut.


1. Sistem autarki, yaitu rakyat dan pemerintah daerah wajib memenuhi
kebutuhan sendiri untuk menunjang kepentingan perang Jepang.
2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk organisasi rukun tetangga yang terdiri atas
10-20 KK untuk mengumpulkan setoran kepada Jepang.
3. Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1942
yang dikeluarkan oleh gunseikan.
4. Adanya pengerahan tenaga untuk kebutuhan perang Asia Timur raya.

15
F. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Jepang

Sama seperti masa penjajahan sebelumnya, kehidupan masyarakat Indonesia tak


pernah lepas dari kesengsaraan dan keterpurukan. Meskipun masa kependudukan Jepang di
Indonesia berlangsung cukup singkat, namun penjajahan jauh lebih kejam daripada
penjajah masa sebelumnya. Itu semua terjadi karena pemrintahan yang dijalankan oleh
Jepang bersifat diktator. Hal ini menyebabkam banyak hak-hak kemanusiaan yang
dihapuskan, kelemahan ekonomi menimbulkan kelaparan, pemaksaan orang-orang untuk
menjadi pekerja keperluan perang sampai ke pelosok Asia serta pemerkosaan terhadap
wanita-wanita Indonesia yang seharusnya menjadi tenaga sukarela perang (palang merah)
oleh para tentara Jepang sebagai pemuas nafsu birahinya (Deliar Noer, 1987:25).

Jepang memiliki satu kebijakan yang sangat menunjukan bahwa masanya lah yang
paling kejam dibanding dengan Belanda, kebijakan itu bernama Romusha.

Romusha adalah kebijakan yang dilakukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam
di Indonesia contohnya dengan menciptakan produk-produk pertanian, membuat salur
irigasi, reklamasi tanah dan lain-lain. Hal itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Jepang
dalam Perang Asia Pasifik. Namun seiring berjalannya waktu pada pertengahan tahun 1943
romusha ini berjalan untuk mendukung kelancaran perang seperti banyak membangun rel
kereta api, kerja dipertambangan dan yang paling penting yaitu membangun benteng
pertahanan. Berdasarkan berbagai kesaksian para mantan romusha cara perekrutan
dilakukan dengan cara dibujuk/rayu, ditipu dan jika dengan dibujuk atau ditipu tidak bisa
romusha akan di paksa bahkan diculik untuk dijadikan romusha. Romusha dipaksa bekerja
tidak hanya di daerah yang berdekatan tetapi diangkut kemanapun sesuai kebutuhan
tuntutan tenaga kerja Jepang ( Andi Gunadi, 2018)

Tindakan militer milik Jepang kepada masyarakat Indonesia yang sangat tidak
manusiawi tentu menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Tentu saja dengan kekejaman
Jepang ini lebih membuat kesengsaraan terhadap masyarakat Indonesia ketimbang masa
penjajahan Belanda.

16
Gambar 1.6 Praktik Kerja Romusha
Sumber: Harian Aceh Indonesia

Tak hanya itu pembentukan organisasi kemasyarakatan, semi militer, hingga militer
turut membantu dalam mencapai kemerdekaan. Organisasi tersebut sebenarnya berdiri
karena diprakarsai oleh Jepang. Adapun organisasinya sebagai berikut.

Bersifat Sosial Kemasyarakatan

1. Gerakan Tiga A (Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang


Pemimpin Asia).
2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
3. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
4. Jawa Hokokai

Bersifat Semi Militer

1. Pengerahan tenaga pemuda.


2. Seneindan, yaitu barisan pemuda yang berumur 14-22 tahun.
3. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi yang anggotanya berusia 23-35 tahun.
Barisan ini di Sumatera disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo
Konon Hokokudan.
4. Barisan pelopor
5. Hizbullah, yaitu barisan semi militer untuk orang Islam

Bersifat Militer

17
1. Heiho, yaitu pembantu prajurit jepang yang anggotanya berusia 23-35 tahun.
2. Peta (Pembela Tanah Air), yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh
Kumakichi Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober
1943.

G. Perubahan Sistem Budaya di Indonesia dari Masa Belanda ke Masa Jepang

Masa penjajahan Jepang tentu saja tak terlepas dari perubahan seluruh budaya yang
mengubah kebudayaan rakyat Indonesia masa sebelumnya. Berbagai perubahan tersebut
tentu saja bertujuan untuk “menjepangkan” Indonesia. Perbedaan antara kolonialisme
Belanda dan Jepang di Indonesia yang paling menonjol adalah kebudayaan. Bangsa
Belanda umumnya kebudayaan yang mereka anut tidak ingin ditiru dan tidak boleh
diterapkan oleh pribumi. Sedangkan, masa penjajahan Jepang berbeda sekali, Jepang justru
gencar dalam menyebarkan budayanya dengan memaksakan agar rakyat ikut budaya
Jepang. Perubahan sistem budaya yang terjadi di Indonesia dari Masa Belanda ke Masa
Jepang di antaranya:

a) Perubahan nama-nama kota dari yang menggunakan bahasa Belanda digani dengan
bahasa Indonesia seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor.
b) Penggunaan bahasa Indonesia pada masa Belanda tidak boleh digunakan harus
menggunakan bahasa Belanda. Namun, pada masa Jepang rakyat Indonesia
diperbolehkan untuk menggunakan bahasa Indonesia.
c) Kebijakan Kinrohoshi yaitu tradisi kerja bakti secara massal pada masa pendudukan
Jepang.
d) Mendirikan pusat kebudayaan Keimin Bunka Shidoso pada 1 April 1943 untuk
mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang.
e) Para pelajar harus menyanyikan lagu Kimigayo, menghormati bendera Hinomaru,
dan melakukan gerak badan (taiso).
f) Rakyat diwajibakan untuk seikerei yaitu membungkukkan badan ke arah utara
(Negeri Jepang) dengan maksud penghormatan kepada kaisar (Tenno Heika).
g) Kebiasaan menghormati matahari yang menimbulkan banyak perlawan di berbagai
daerah.

18
h) Selanjutnya mulai tanggal 01 April 1942, waktu (jam) Jepang-lah yang harus dipakai.
Perbedaan antara waktu Jepang (waktu Tokyo) dan waktu di Jawa, pada zaman
pendudukan adalah 90 menit.

H. Akhir Masa Penjajahan Jepang

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, pasukan perang Amerika Serikat menjatuhkan 2
bom atom di hiroshima dan Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kemudian menyerah
kepada sekutu. Momen ini kemduan dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Perjuangan terakhir rakyat untuk merdeka ini
akhirnya menjado bagian penutup sejarah penjajahan Jepang di Indonesia.

19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan kedatangan Jepang ke Indonesia melalui beberapa daerah yang


pertama daerah Kalimantan karena daerah tersebut merupakan penghasil minyakTarakan,
Kalimantan Timur (11 Januari 1942), disusul denganBalikpapan (24 Januari 1942),
Pontianak (29 Januari 1942, Samarinda (3 Februari 1942), hingga Banjarmasin (10
Februari 1942).
Setelah berhasil menguasai wilayah luar Jawa, Jepang kemudian memusatkan
serangannya ke Pulau Jawa. Pada 1 Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di tiga tempat
sekaligus, yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan, sebelah Barat Cirebon (Jawa Barat),
dan Kragan (Jawa Tengah).
Penyerahan tanpa syarat Belanda pada tanggal 8-9 maret 1942 dari Jenderal Hitoshi
Imamura di kalijati, Jawa Barat menyebabkan berakhirnya masa Hindia Belanda di
Indonesia. Indonesia memasuki babak baru. Walaupun masa pendudukan Jepang
berlangsung cukup singkat kerap kali dikatakan bahwa rezim pendudukan Jepang tampil
sewenang-wenang dengan tindakan dapat diduga dan di atas segalanya dinilai lebih
kejam ketimbang Belanda.
Selama pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintah Jepang berusaha memobilisasi
seluruh sumber-sumber daya yang ada di Indonesia, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, untuk kepentingan perangnya.
Kehidupan ekonomi rakyat Indonesia megalami penurunan dari berbagai sektor
seperti pertanian, perkebunan, perbankan, hingga bidang transportasi. Hal tersebut
menjadikan Jepang memerasa sumber daya alam maupun sumber daya manusia secara
terus menerus dengan paksaan sehingga menyababkan kesengsaraan bagi rakyat
Indonesia.
Berbagai praktik kerja seperti Romusha merupakan contoh dari kekejaman masa
pendudukan Jepang. Tindakan militer milik Jepang kepada masyarakat Indonesia yang
sangat tidak manusiawi tentu menyebabkan trauma yang berkepanjangan. Tentu saja

20
dengan kekejaman Jepang ini lebih membuat kesengsaraan terhadap masyarakat
Indonesia ketimbang masa penjajahan Belanda.
Tak hanya itu, perubahan kebudayaan pun terjadi pada masa peralihan Belanda ke
Jepang. Berbagai perubahan tersebut tentu saja bertujuan untuk “menjepangkan”
Indonesia. Perbedaan antara kolonialisme Belanda dan Jepang di Indonesia yang paling
menonjol adalah kebudayaan. Bangsa Belanda umumnya kebudayaan yang mereka anut
tidak ingin ditiru dan tidak boleh diterapkan oleh pribumi. Sedangkan, masa penjajahan
Jepang berbeda sekali, Jepang justru gencar dalam menyebarkan budayanya dengan
memaksakan agar rakyat ikut budaya Jepang.
Masa Pendudukan Jepang di Indonesia berlangsung selama 3,5 tahun namun
memberikan dampak trauma pada rakyat Indonesia. Kehidupan rakyat benar-benar
menyedihkan, tidak jarang mereka mati kelaparan. Pendudukan Jepang dinilai lebih
kejam dibanding penjajahan Belanda. Namun keduanya sama buruk, sama-sama
mengeksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia Indonesia.

21
4.2 Saran

Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan karangan ilmiah berjudul


“Kejamnya Pendudukan Jepang di Indonesia” tentunya masih banyak kesalahan serta
jauh dari kata sempurna.

Maka dari itu, penulis berharap pada kegiatan selanjutnya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan karangan ilmiah ini dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

Serta perlu adanya metode penelitian yang lebih lanjut untuk meningkatkan
keakuratan jawaban dengan mencari pada sumber-sumber terpercaya sebagai salah satu
cara memaksimalkan teori yang ada dan berlaku hingga sekarang.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sardiman AM dan Amurwani Dewi Lesrtariningsih. 2013. Buku Pelajaran Sejarah Kelas
XI; Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud

Kurasawa, A. (2016). Masyarakat dan Perang Asia Timur Raya. Depok: Komunitas
Bambu.

Yasmis. 2007. “Jurnal Sejarah Lontar: Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia”.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.

Fadli Rijal dan Dyah Kumalasari. 2019. “Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pada Masa
Jepang”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sonya M. Kawer. 2019. “Dampak Perang Dunia II Terhadap Budaya Masyarakat Biak
Timur”. Jayapura: Balai Arkeologi Papua.

Prinada Yuda. 2021. “Sejarah Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia dalam Berbagai
Bidang”, https://tirto.id/sejarah-dampak-pendudukan-jepang-di-indonesia-dalam-
berbagai-bidang-glzh diakses pada 02 Februari 2022 pukul 10.27

Damar Kuswandi. 2017. “Perang Dunia II: Penyebab hingga Praktik Diplomasi (1935-
1940)” http://damar-kusumawardani-fisip15.web.unair.ac.id/artikel_detail-
171113-Sejarah%20Diplomasi-Perang%20Dunia%20II:%20Penyebab%20hingga
%20Praktik%20Diplomasi%20(19351940).html diakses pada 02 Februari 2022
pukul 14.51

Devi Rahma Syafira. 2022. “Perubahan Masyarakat Indonesia di Masa Penjajahan


Jepang, dari Aspek Geografis hingga Budaya”
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2022/01/01/perubahan-masyarakat-
indonesia-di-masa-penjajahan-jepang-dari-aspek-geografi-hingga-budaya?page=4
diakses pada 02 Februari 2022 pukul 09.43

Sustrini Arum. 2020. “Akibat Pendudukan Jepang di Bidang Sosial Budaya”


https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/26/200000469/akibat-pendudukan-

23
jepang-di-bidang-sosial-budaya?page=all diakses pada 02 Februari 2022 pukul
20.14

Ardhimarthanino Verelladevanka. 2021. “Perlawanan Rakyat Singaparna”


https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/05/140000179/perlawanan-rakyat-
singaparna?page=all , diakses pada 03 Februari 2022 pukul 07.25

24

Anda mungkin juga menyukai