Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

MATERI : MENYAMBUT RAKYAT INDONESIA DI JEPANG

KELOMPOK : 2

1.EVI

2.NUR HAFISA

3.PADIL

4.NUR AZIZAH ZALSABILA

5.MUNAWAR TUL JANAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tentang drama akhir sang tirani

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya makalah ini Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Januari 2024

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................11

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................1

A.LATAR BELAKANG............................................................................................1

B .TUJUAN..............................................................................................................2

C.RUMUSAN MASALAH .........................................................................................2

BAB 11 PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. MENYAMBUT RAKYAT INDONESIA DI JEPANG ......................................................3

B.KEBIJAKAN PEMERINTAH PENDUDUK JEPANG ................................................................................4

BAB 111 PENUTUP ........................................................................................................5

A. KESIMPULAN....................................................................................................6

B.SARAN..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................8

11
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang pernah dijajah oleh Jepang. Ketika pendudukan Jepang, supaya
mudah dikontrol wilayah Indonesia dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah Sumatra
menjadi daerah pendudukan Jepang ketujuh, bergabung dengan Singapura, markas besarnya di
Singapura. Jawa dan Madura menjadi daerah pendudukan tentara Jepang yang keenam belas yang
markas besarnya berada di Jakarta. Kalimantan dan Sulawesi menjadi daerah pendudukan Angkatan laut
Jepang yang bermarkas di Makasar

Jepang berusaha untuk mendekati Indonesia, terutama untuk mendekatkan pada umat Islam,
sebenarnya sudah jauh sebelum Perang Dunia II. Dukungan umat Islam waktu itu memang sangat
diperlukan oleh Jepang, guna membentuk.
1

B. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.Agar pembaca mengetahui bagaimana mmenyambut rakyat indonesia di jepang

2.Agar pembaca mengetahui tentang indonesia

3.Agar pembaca mengetahui mengenai pembentukan PPKI4.Memenuhi tugas mata

pelajaran Sejarah Indonesia

C.RUMUSAN MASALAH

1.bagaimana rakyat indonesia menyambut kedatangan jepang?

2.bagaimana indonesia pada awapnya menyambut baik jepang di indonesia?


2

BAB 11

PEMBAHASAN

A.SAMBUTAN RAKYAT INDONESIA DI JEPANG

Tentu, kalian masih ingat balewa Jepang dengan mudah berhasil menguasai daerah-daerah Asia Timur
dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mengapa demikian? Karena:

1. Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour,
Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941:

2. Negeri-negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi peperangan di Erupa
melawan Jerman

3. Bangsa-bangsa di Ania sangat percaya dengan semboyan Jepang Jepang pemimpin Asia, Jepang
cabaya Asia, dan Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi perlawanan. Bahkan, kehadiran
Balatentara Jepang disambut dengan suka cita karena Jepang dianggap sebagai saudara tua yang akan
membebaskan bangsa-bangsa Asia dari belenggu penjajahan negara-negara Barat. Secara resmi Jepang
telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia
Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung. Jepang tanpa banyak menemui perlawanan yang
berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, hangsa Indonesia menyambut kedatangan halatentara
Jepang dengan perasaan senang, perasaan gembira karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belengps penjajahan bangsa Belanda.

Sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai saudara tua yang disampaikan Jepang
merupakan tipu muslihat agar hangsa Indonesia dapat menerima kedatangan Balatentara Jepang Pada
awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat soleh hangsa Indonesia. Namun dalam
kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan negara Imperialis lainnya. Jepang termasuk negara
imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara imperialis baru. Jepang membutuhkan bahan-
bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi barang barang industrinya. Oleh
karena itu, daerah jajahan menjadi sangat penting artinya hagi kemajuan Industri Jepang. Apalah arti
kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan mentah (haku) yang cukup dengan harga yang
murah dan pasar barang hasil industri yang luas.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara Jepang ke Indonesia adalah untuk
menanamkan kekuasaannya, untak menjajah Indonesia. Artinya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan
sebagai saudara tua merupakan semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari
beberapa kenyataan yang terjadi selama pendudukan Balatentara Jepang di Indonesia. Bahkan,
perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan Sumber
sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang untuk kepentingan peperangan dan
industri Jepang, melalui berbagai cara berikut:

a. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan rommusha. Romusha adalah tenaga kerja
paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek proyek yang
dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang, Banyak rakyat kita yang meninggal ketika menjalankan
romusha, karena umumnya mereka menderita kelaparan dan berbagai penyakit

B. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada pemerintah

C.Hewan peliharaan penduduk dirampas secara palosa untuk dipotong memenuhi kebutuhan konsumsi
perang.

2. KEBIJAKAN PEMERINTAH PENDUDUK JEPANG

1) Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan hijuan
untuk mengendalikan harga harang, terutama beras. Hasil pertanian diatur sehagai berikut: 40% untuk
petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 30% harus
diserahkan ke Jumbung desa Ketentuan itu sangat merugikan petani dan yang berani melakukan
pelanggaran akan dihukum berat. Badan yang menangani masalah pelanggaran disebut Kempetai (Korps
Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti rakyat. Pengawasan terhadap produksi perkebunan
dilakukan secara ketat. Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina.
Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh,
kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga
jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi sangat merugikan rakyat.

Pengerahan sumber daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian
dan kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap penduduk
harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang
berharga lemas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar
usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai (Koperasi
Pertanian).

2.Keadaan Sosial-Budaya dan Ekonomi

Guna membiayai Perang Pasifik, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia.Mereka
dikerahkan untuk membuat bentang-benteng pertahanan. Mula-mula tenaga kerjadikerahkan dari Pulau
Jawa yang padat penduduknya. Kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusa sebagai sarana
propaganda. Propaganda yang kuat itu menarik pemuda- pemuda untuk bergabung dengan sukarela.
Pengerahan tenaga kerja yang mulanya sukarelalama-lama menjadi paksaan. Desa-desa diwajibkan
untuk menyiapkan sejumlah tenagaromusa. Panitia pengerahan disebut dengan Romukyokaiyang ada
disetiap daerah. Para pekerja romusa itu diperlakukan dengan kasar dan kejam. Mereka tidak
dijaminkehidupannya, kesehatan dan makan tidak diperhatikan. Banyak pekerja romusa yang jatuhsakit
dan meninggal. Untuk mengembalikan citranya, Jepang mengadakan propagandadengan menyebut
pekerja romusa sebaga "pahlawan pekerja" atau "prajurit ekonomi".Mereka digambarkan sebagai sosok
yang suci dalam menjalankan tugasnya. Para pekerjaromusa itu juga dikirim ke Birma, Muangthai,
Vietnam, Serawak, dan Malaya. Saat itu kondisi masyarakat menyedihkan. Bahan makanan sulit didapat
akibat banyak petani yang menjadi pekerja romusa. Gelandangan di kota-kota besar sepertiSurabaya,
Jakarta, Bandung, dan Semarang semakin meningkat. Tidak jarang mereka matikelaparan di jalanan atau
di bawah jembatan. Penyakit kudis menjangkiti masyarakat. Pasar gelap tumbuh di kota-kota besar.
Barang-barang keperluan sulit didapatkan dan semakinsedikit jumlahnya. Uang yang dikeluarkan Jepang
tidak ada jaminannya, bahkan mengalamiinflasi yang parah. Bahan- bahan pakalan sulit didapatkan,
bahkan masyarakat menggunakankarung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan juga sangat
sulit didapatkan. Semuaobjek vital dan alat-alat produksi dikuasai dan diawasi sangat ketat. Pemerintah
Jepangmengeluarkan peraturan untuk menjalankan perekonomian. Perkebunan-perkebunan diawasidan
dipegang sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dandiganti
tanamannya untuk keperluan biaya perang, Rakyat dilarang menanam tebu danmembuat gula.
Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah MeijiSeito Kaisya.

Sementara itu, proses komunikasi antarkomponen bangsa di Indonesia mengalamikesulitan baik


komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semuasaluran komunikasi
dikendalikan oleh Jepang. Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti dengan
Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta danBuitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk
mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat
kebudayaan pada tanggal 1 April1943 di Jakarta, yang bernama Keimun Bunka Shidosho. Jepang yang
mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian berubah menjadikebencian. Rakyat bahkan lebih
benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah KolonialBelanda. Jepang seringkali bertindak
sewenang-wenang. Seringkali rakyat yang tidak bersalah ditangkap, ditahan, dan disiksa. Kekejaman itu
dilakukan oleh kempetal (polisimiliter Jepang). Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan
perempuan Indonesia yangditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau
disekolahkan, tetapiternyata hanya dipaksa untuk melayani para kompetal. Para gadis dan perempuan
tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebaga wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut
dapatditemukan di Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat.

Kebijakan kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan rakyat
Indonesia semakin sengsara dan penuh penderitaan. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat Indonesia
selama pendudukan Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan
pada masa penjajahan Belanda. Padahal, Jepang menduduki Indonesia hanya tiga setengah tahun,
sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga setengah abod

B.Bidang pemerintahan
Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang sangat diktator.
Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi beberapa hagian. Jawa dan Madura
diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di Jakarta (dulu latavia). Sumatera diperintah oleh
Tentara ke 25 dengan pusatuya di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia hagian. Timur diperintah
oleh Tentara ke 2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel) Pemerintahan Angkatan Darat
disebut Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut dhebut Minseibu.

Masing-masing daerah dibagi menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada awalnya, Jawa dibagi
menjadi tiga provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) serta dua daerah istimewa. yallu
Yogyakarta dan Surakarta. Pembagian ini diang-gap tidak efektif sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa
dibagi menjadi 17 Karesidenan (Syu) dan diperintah oleh seorang Residen (Syucokan). Keresidenan
terdiri dari kotapraja (Syi), kabupaten (Ken), kawedanan atau distrik (Gun), kecamatan (Son), dan desa
(Ku). Sumatera dibagi menjadi 10 karesidenan dan beberap sub-karesidenan (Bunsyu), distrik, dan
kecamatan. Sedangkan daerah Indonesia Timur yang dikuasai Angkatan Laut Jepang dibagi menjadi tiga
daerah kekuasaan, yaitu: Kalimantan, Sulawesi, dan Seram (Maluku dan Papua). Masing-masing daerah
itu dibagi menjadi beberapa karesidenan, kabupaten, sub-kabupaten (Bunken), distrik, dan kecamatan.

Pembagian daerah seperti di atas dimaksudkan agar sensua daerah dapat diawasi dan dikendalikan
untuk kepentingan pemerintah balatentara Jepang. Namun, untuk menjalankan. pemerintahan yang
efektif dibutuhkan jumlah personil (pegawai yang banyak jumlahnya. Sedangkan jumlah orang Jepang
yang ada di Indonesia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga dalam hidang pemerintahan.
Untuk mengawai dan menjalankan pemerintahan secara efektif merupakan tantangan yang berat
karena terbatasnya jumlah pegawai atau orang-orang yang dapat dipercaya untuk memegang jabatan
penting dalam pemerintahan. Untuk mengatasi kekurangan jumlah pegawai, pemerintah Jepang dapat
menempuh beberapa pilihan, di antaranya:

1. Memanfaatkan orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia. Pilihan ini sangat tidak mungkin
karena Jepang sedang menanamkan sikap anti Belanda di kalangan penduduk Indonesia

2. Menggunakan tenaga Timur Asing (Cina). Pilihan ini juga sangat berat karena Cina dianggap sehagai
lawan politik Jepang yang paling berbahaya untuk mewujudkan cita-cita Jepang, yaitu membangun Asia
Timur Raya

3. Memanfaatkan penduduk Indonesia. Pilihan ini dianggap yang paling realistik karena sesuai dengan
semboyan Jepang sebagai saudara tua yang ingin membebaskan suadara mudanya dari belenggu
penjajahan bangsa Eropa. Di samping itu, pemakaian hangsa Indonesia sebagai dalih agar bangsa
Indonesia benar-benar bersedia membantu untuk memenangkan perang yang sedang dilakukan Jepang.

Sebenarnya, pilihan pilihan di atas sama-sama tidak menguntungkan. Akhirnya, dengan berbagai
pertimbangan (bahkan terpaksa) Jepang memilih penduduk Indonesia untuk membantu menjalankan
roda pemerintahan. Jepang pun dengan berat harus menyerahkan beberapa jabatan. kepada orang
Indonesia. Misalnya, Departemen Urusan Agama dipimpin oleh Prof. Husein Djajadiningrat, serta Mas
Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A. Surio sebagai Residen Jakarta dan Residen Bojonegoro. Di
samping itu, beberapa tokoh nasional yang mendapat kepercayaan untuk ikut menjalankan roda
pemerintahan adalah Ir. Soekarno, Mr. Suwandi, dr. Abdul Rasyid. Prof. Dr. Supomo, Mochtar bin Prabu
Mangkunegoro, Mr. Muh, Yamin, Prawoto Sumodiloga, dan sebagainya. Bahkan, kesempatan untuk
duduk dalam Badan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi In), semacam Volksraad pada zaman Belanda
semakin terbuka. Kesempatan untuk menduduki beberapa jahatan dalam pemerintahan Jepang dan
menjalankan roda pemerintahan merupakan pengalaman yang berharga bagi bangsa Indonesia,
terutama setelah Indonesia merdeka. Sebagai bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia harus mampu
menjalankan pemerintahan secara baik. Oleh karena itu, pengalaman pada masa pemerin-tahan Jepang
merupakan modal yang sangat berguna karena hangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk mengelola
organisasi besar seperti negara.

C.Bidang militer

Sejak awal pendudukannya, Jepang selalu berusaha menarik hati bangsa Inde 4/7 membantu
pemerintah Jepang dalam usaha untuk memenangkan peperangan wan S Ilangsa Indonesia hampir
selalu dilihatkan dalam berbagai organisasi militer maupun organisasi se....militer. Beberapa organisasi
militer yang dibentuk pemerintah Jepang, diantaranya:

1) Hethe (pembantu prajurit Jepang) adalah kesatuan militer yang dibentuk oleh pemerintah Jepang
yang beranggotakan para pemuda Indonesia. Heiho menjadi bagian Angkatan Darat maupun Angkatan
Laut Jepang. Anggota Heiho mendapat latihan kemiliteran agar mampu menggantikan prajurit Jepang di
dalam peperangan. Para anggota Heiho mendapat latihan untuk menggunakan senjata (senjata anti
pesawat, tank, artileri medan, mengemudi, dan sebagainya). Namun, tidak ada satupun anggota Heiho
yang berpangkat perwira. Pangkat perwira hanya dipeuntukkan bagi orang-orang Jepang. Para anggota
Heiho mmendapat latihan kemiliteran. Untuk itu, pemerintah Jepang menagaskan seksi khusus dari
hagian intelejen untuk melatih para anggota Heiho. Latihan dipimpin oleh Letnan Yanagawa dengan
tujuan agar para pemuda Indonesia dapat melak-sanakan tugas intelejen.

2) Pembela Tanah Air (PETA/dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Menjelang berakhirnya latihan
kemiliteran angkatan ke 2. keluarlah surat perintah untuk membentuk PETA. Nannin. Letjen Kamakici
Harada menutuskan agar pembentukkan PETA bukan inisiatif pemerintah Jepang.

melainkan inistatif hangsa Indonesia. Untuk itu, dicarilah seorang putera Indonesia yang berjiwa
nasionalis untuk memimpin PETA. Akhirnya, pemerintah Balatentara Jepang meminta Gatut
Mangunpraja (seorang nasionalis yang bersimpati terhadap Jepang) untuk menulis permohonan
pembentukkan tentara PETA. Surat permohonan telah dikirim pada tanggal 7 September 1943 dan
permohonan itu dikabulkan dengan dikeluarkan peraturan yang disebut Osamu Seirei No. 44. tanggal 3
Oktober 1943. Pembentukkan PETA, ternyata menarik perhatian para pemuda Indonesia, terutama yang
telah mendapat pendidikan sekolah menengali dan para anggota Seinendan. Keanggotaan PETA
dibedakan dalam beberapa pangkat yang berbeda (sebenarnya bukan pangkat, tetapi nama jahatan).
Ada lima macam pangkat, yaitu:
(1) Daidanco (Komandan Batalyon), (2) Cudanco (Komandan Kompi), (3) Shudanco (Komandan Peleton),
(4) Budanco (Komanda Regu), dan (5) Giyuhei (Prajurit Sukarela). Daidanco (Komandan Batalyon) dipilih
dari tokoh-tokoh masyarakat yang terkemuka seperti pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamong
praja, para politikus, penegak hukum, dan sebagainya. Cudanco (Komandan Kompi) dipilih dari mereka
yang bekerja, tetapi belum memiliki Jabatan yang tinggi inggi seperti para guru, juru tulis, dan
sebagainya. Shudanco (Komandan Peleton) biasanya dipilih dari para pelajar sekolah lanjutan pertama
dan atas. Budanco (Komanda Regu) dan Giyuhei (Prajurit Sukarela) dipilih dari para pelajar sekolah
dasar. Para pemuda yang menjadi anggota PETA dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) mereka yang
menjadi anggota PETA dengan semangat yang tinggi. (2) mereka yang menjadi anggota PETA karena
dipengaruhi orang lain, dan (3) mereka yang menjadi anggota PETA dengan perasaan acuh tak acuh. Di
antara mereka ada yang beranggapan bahwa kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik akan membawa
perubahan hidup bangsa Indonesia, yaitu sebagai bangsa yang merdeka. Di samping itu, ada yang
percaya pada ramalan Joyoboyo bahwa Jepang akan meninggalkan Indonesia dan Indonesia akan
menjadi negara yang merdeka. Untuk itu. Indonesia memerlukan tentara untuk mengamankan
wilayahnya.

Para anggota PETA mendapat pendidikan militer di Bogor pada lembaga Jawa Boei Glyugun Kanbu
Renseital (Korps Latihan Pemimpin Tentara Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Nama lembaga itu
kemudian berubah menjadi Jawa Boei Glyugun Kanbu Kyoikutal (Korps Pendidikan Pemimpin Tentara
Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa). Setelah mendapat pendidikan, mereka ditempatkan pada daidan-
daidan yang tersebar di Jawa, Madura, dan Bali. Dalans perkembangannya, beberapa anggota PETA
mulai kecewa terhadap pemerintah Balatentara Jepang, Kekecewaan itu berujung pada meletusnya
pemberontakkan. Pemberontakkan PETA terbesar terjadi di Illitar pada tanggal 14 Februari 1945 yang
dipimpin oleh Supriyadi Pemberontakkan itu dipicu karena kekejaman Jepang dalam memperlakukan
para pemuda yang dijadikan tenaga romusha. Adapun organiasi semi militer yang dibentuk Jepang
antara lain:

1) Gerakan 3A (Jepang Pemimpin Asia, Jepang Cahaya Asia, dan Jepang Pelindun organisasi sosial yang
bertujuan untuk mewadahi hangsa Indonesia agar mengaturnya, terutama untuk mencapai tujuan
Jepang.

a) Menghimpun hangsa indonesia untuk mengabdi kepada kepentingan Jepang.

b) Mempropagandakan kemenangan Jepang.

c) Menanamkan anti Barat, terutama Belanda, Inggris, dan USA.

2) Pasat Tenaga Rakyat (Putera). Putera dibentuk untuk menggantikan Gerakan 3 A. Organisasi ini
dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan semangat bangsa Indonesia dalam membantu pemerintah
Jepang dalam perang melawan Sekutu. Putera didirikan pada tanggal 1 Maret 1943 dipimpin oleh Ir.
Soekarno. Drs. Moh. Hatta. Ki Hajar Dewantoro, dan Kyai Haji Mansyur Mengapa Jepang memilih tokoh-
tokoh yang terkenal dan berpengaruh untuk memimpin Putera? Namun, para tokoh pergerakan
nasional itu ingin menggunakan Putera sebagai alat perjuangan. Maksud tersebut diketahui oleh Jepang
sehingga organisasi itu dibubarkan pada tahun 1944. Dengan demikian, maksud pembentukkan Putera
tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan.

3) Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk pada tahun 1944, setelah kedudukan
pasukan Jepang semakin terdesak. Tujuannya adalah untuk menggerakan seluruh rakyat Indonesia agar
berbakti kepada Jepang, Sebagai tanda bahwa rakyat benar-benar berbakti. maka rakyat harus rela
berkurban, baik harta benda maupun jiwa dan raga untuk kepentingan perang Jepang Rakyat Indonesia
harus menyerah kan emas, intan, dan segala harta henda (terutama beras) untuk kepentingan perang.
Akibatnya, kemiskinan merajalela di mana-mana, rakyat hanya berpakaian karung goni, rakyat banyak
yang mati karena kelaparan. Rakyat dididik/dilatih kemiliteran untuk memperkuat pertahanan Indonesia
apabila diserang oleh Sekutu. Rakyat dipaksa untuk melaksanakan kerja paksa untuk membangun barak-
burak militer. Rakyat dipaksa untuk menjadi romusha.

D.Bidang sosial

Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian kelas masyarakat seperti
pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi saudara tua (Jepang) dan saudara muda
(Indonesia). Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat
dicurigai karena di negeri leluhurnya hangsa Cina telah mempersallt bangsa Jepang dalam mewujudkan
cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda Jepang bahwa "Asia untuk hangsa Asta. Namun dalam
kenyataannya, Indonesia bukan untuk hangsa Asia, melainkan untuk bangsa Jepang. Untuk mencapai
tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang sosial, seperti:

1) Pembentukkan Rukun Tetangga (RT). Untuk mempermudah pengawasan exan dan pengerahan
penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tanarigumi (RT). Pada waktu itu. Jepang membu tuhkan
tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat
terbang darurat, jalan, dan jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan adanya Kinrohoishi
(kerja hakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh karena itu. pembentukkan RT dipandang sangat
efektif untuk mengerahkan dan mengawasi aktivitas masyarakat.

2) Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan
dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap desa diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah
tertentu. Hal itu dapat dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin haas Tenaga romusha
dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada yang dikirim ke Malaysia. Myanmar, Serawak,
Thailand, dan Vietnam. Para tenaga romusha diperlakukan secara kasar oleh Balatentara Jepang Mereka
dipaksa untuk bekerja berat tanpa mendapatkan makanan. minuman, dan jaminan kesehatan yang
layak. Kekejaman Jepang terhadap tenaga romusha menyebabkan para pemuda berusaha menghindar
agar tidak dijadikan tenaga romusha. Akhirnya. Jepang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kasar.

3) Pendidikan. Pada zaman Jepang, pendidikan mengalami peru-bahan. Sekolah Dasar (Gokumin Gakko)
diperuntukkan untuk semua warga masyarakat tanpa membedakan status susialnya. Pendidikan ini
ditempuh selama enam tahun. Sekolah menengah dibedakan menjadi dua, yaitu: Shoto Chu Gakko
(SMP) dan Chu Gakko (SMA). Di samping itu, ada Sekolah Pertukangan (Kogyo Gakko), Sekolah Teknik
Menengah (Kogyo Sermon Gakko), dan Sekolah Guru yang dibedakan menjadi tiga tingkatan. Sekolah
Guru dua tahun (Syoto Sihan Gakku), Sekolah Guru empat tahun (Guto Sihan Gakko), dan Sekolah Guru
dua tahun (Koto Sihan Gakkol) Seperti pada zaman Belanda, Jepang tidak menyelenggarakan jenjang
pendidikan universitas. Yang ada hanya Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Dai Gakko) di Jakarta. Sekolah
Tinggi Teknik (Kagyo Dai Gakko) di Bandung. Kedua Sekolah Tinggi itu merupakan kelanjutan pada
zaman Belanda. Untuk menyiapkan kader pamong praja diselenggarakan Sekolah Tinggi Pamongpraja
(Kenkoku Gakuin) di Jakarta.

4) Penggunaan Bahasa Indonesia. Menurut Prof. Dr. A. Teeuw (ahli Bahasa Indonesia berkebangsaan
Belanda) bahwa pendudukan Jepang merupakan masa bersejarah bagi Bahasa Indonesia. Tahun 1942,
pemerintah pendudukan Jepang melarang penggunaan Bahasa Belanda dan digantikan dengan Bahasa
Indonesia. Bahkan, pada tahun 1943 senma tulisan yang berba hasa Belanda dihapuskan diganti dengan
tulisan berbahasa Indonesia Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai hahasa pergaulan, tetapi telah
menjadi bahasa resmi pada instansi pemerintah dan lembaga pendidikan. Sejak saat itu, banyak karya
sastra telah ditulis dalam Bahasa Indonesia, seperti karya Armin Pane yang berjudul Kami Perempuan
(1943), Djinak djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944), Barang Tidak Berharga (1945), dan sebagai nya.
Pengarang lain seperti Abu Hanifah yang lebih dikenal dengan nama samaran El Hakim dengan karyanya
berjudul Taufan di atas Angin, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Selain itu, penyair terkenal pada masa
pendudukan Jepang, Chairil Anwar yang mendapat gelar tokoh Angkatan 45 dengan karyanya: Aku,
Kerawang Bekasi, dan sebagainya.

Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan kebebasan kepada bangsa
Indonesia untuk mengguna kan dan mengembangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar,
bahasa komunikasi, bahasa resmi, bahasa penulisan, dan sebagainya. Bahasa Indonesia pun berkembang
ke seluruh pelosok Tanah Air.

BAB 111

PENUTUP
A. KESIMPULAN

1.Kedatangan Jepang di Indonesia yang dianggap sebagai “Saudara Tua” pada mulanyadisambut dengan
penuh harapan dan rasa senang oleh rakyat. Namun, perlakuankejam Jepang terhadap rakyat Indonesia
menimbulkan kebencian rakyat Indonesiaterhadap Jepang.

2.Dampak pendudukan Jepang di Indonesia menjadikan rakyat semakin sengsara.Semua gerak rakyat
dikontrol oleh pemerintahan Jepang serta diterapkannyakebijakan ekonomi berdasarkan asas ekonomi
perang yaitu, menerapkan berbagai peraturan, perbatasan, dan penguasaan produksi oleh Jepang untuk
kemenangan perang.

3.Mobilisasi massa menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Indonesia, bahkan korban jiwa,
yaitu romusha (kerja paksa) yang kemudian oleh pemerintahJepang disebut sebagai “Prajurit Pekerja”.

4.Dasar negara dibentuk melalui Badan Penyelidik Usaha-Usaha KemerdekaanIndonesia (BPUPKI) dan
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI)

B.SARAN

Sebagai pelajar dan pemuda pemudi Indonesia, sudah sepatutnya kitamenghormati dan menghargai
jasa para pahlawan yang sudah mendahului kita maupunyang masih ada. Hargailah mereka yang telah
mengorbankan jiwa dan raganya serta berjuang mati-matian demi meraih kemerdekaan yang dampak
dapat kita rasakansekarang ini, semuanya terjadi berkat perjuangan dan pengorbanan pahlawan-
pahlawan bangsa kita bangsa Indonesia. Walaupun sekarang Indonesia sudah merdeka, sebagai penerus
bangsa kita harus berjuang demi kemajuan negeri ini. Kita harus berterima kasihkepada para pahlawan,
salah satu caranya dengan belajar sungguh-sungguh demikejayaan tanah air tercinta bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Cholik. Pandangan Kaum Kuno terhadap Kaum Muda dalam

Harian Oetoesan Melajoe (1915-1921). Skripsi Universitas Indonesia.


http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak/id_abstrak-125645.pdf

Abdul Muntholib. Melacak Akar Rasialisme di Indonesia dalam

Perspektif Historis. Jurusan Sejarah FIS Unnes. Dalam Jurnal Forum

Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008. https://media.neliti.

com/media/publications/25571-ID-melacak-akar-rasialisme-di-

indonesia-dalam-perspektif-historis.pdf

Abdulgani, R. (1973). Nationalism, Revolution, and Guided Democracy in

Indonesia. Centre of Southeast Asian Studies Monash University.

Abdullah, dkk. (1991). Sejarah Daerah Sumatera Selatan. Palembang:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Sumatera Selatan.

Abdurrachman Surjomihardjo, 2000. Kota Yogyakarta Tempo Doeloe

Sejarah Sosial 1880-1930. Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Abdurrakhman dan Setiawan, A. (2018). Atlas Sejarah Indonesia: Berita

Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Adhuri. 2015. Interaksi Budaya dan Peradaban Negara-negara di

Samudera Hindia: Perspektif Indonesia. Masyarakat Indonesia:

Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Indonesia, Vol. 41 No. 2, 115 -126, https://

doi.org/10.14203/jmi.v41i2.310

Adrian B. Lapian. 2008. Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-

16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu

Agnes Sri Poerbasari. “Nasionalisme Humanities Mahatma Gandhi”.

Jurnal WACANA, VOL. 9 NO. 2, OKTOBER 2007. https://media.

neliti.com/media/publications/180829-ID-none.pdf
7

Anda mungkin juga menyukai