Anda di halaman 1dari 7

A.

PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


I. Peranan saudagar muslim dalam penyebaran agama Islam

Penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran saudagar muslim, ulama dan
mubaligh melalui proses perdagangan, hubungan sosial dan pendidikan. Para ulama
Jawa terkenal dengan sebutan “Wali 9”. Beberapa sejarawan menyebutkan, bahwa awal
masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7, ada pula pendapat lain yang
menyatakan pada abad 13. Agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para
saudagar muslim dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Agama ini diterima di Indonesia tidak hanya kalangan bangsawan tetapi juga tokoh
masyarakat kepla suku dan para uleebalang (ketua adat). Agama Islam disebarkan
dimulai dari daerah pesisir hingga ke daerah yang terletak di daerah terpencil
(pedalaman).

II. Peranan walisongo dan ulama dalam penyebaran agama Islam

Penyebaran Islam di Pulau Jawa di koordinir oleh wali-wali melalui organisasi/dewan


dakwah wali songo yang beranggotakan sembilan wali. Wali adalah seorang yang
berkepribadian baik, dekat dengan Allah, mempunyai kemampuan yang tidak dimiliki
oleh orang lain. Pendapat lain wali adalah orang yang selalu dijaga oleh Allah dan
senantiasa berbakti kepadaNya.
Pengembangan agama Islam di Jawa oleh wali 9 dilakukan sejak abad 14-16 M. Para
wali 9 tersebut tidak hanya sebagai juru da’i tetapi juga berpengaruh besar dalam
pemerintahan oleh karenanya mendapatkan gelar Sunan (Suguhanan, Junjungan),
yaitu :

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) Berasal dari wilayah Maghribi (Afrika Utra).
Dia selama 20 tahun berada di Gresik mencetak kader, oleh karenanya dikenal sebagai
sunan Gresik. Dialah yang dikenal sebagai pelopor penyebaran Islam pertama di Jawa.
2. Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah). Permulaan dakwahnya dimulai dipesantren
yang didirikannya di Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel juga dianggap
sebagai penerus cita-cita dan perjuangan sunan Gresik.
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim). Sunan ini berupaya menyesuaikan
dakwahnya dalam hal pewayangan dan musik gamelan. Setiap bait lagu diselingi
dengan ucapan dua kalimat Syahadat (syahadatain atau sekaten).
4. Sunan Drajat (Maulana Syarifudin). Wali ini dikenal sebagai wali yang berjiwa dan
sosial tinggi . Wali ini hidup pada masa kerajaan Mojopahit runtuh dan rakyat dalam
krisis yang memprihatinkan. Dia juga menggunakan seni sebagai media dakwahnya,
yaitu pangkur sebagai alat seni lipfak.
5. Sunan Giri (Muhammad Ainul Yaqin). Aslinya bernama Raden Paku merupakan
seorang wali yang menyebarkan agama Islam dengan menitik beratkan pada bidang
pendidikan agama Islam.
6. Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid). Wali ini dikenal sebagai budayawan
dan seniman. Wali ini berdakwah dengan cara berkelana. Sarana dakwahnya adalah
wayang kalif yang memuat nilai-nilai keislaman. Lagu yang diciptakannya adalah
dandanggula.
7. Sunan Muria (Maulana Umar Said). Wali ini terkenal pendiam tapi fatwahnya sangat
tajam, oleh karena itu dia dikenal sebagi seorang sufi, bahkan guru tasawuf. Dia juga
menyukai seni nuasa keislaman. Dia juga menciptakan lagu sinom dan kinanti.
8. Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq). Wali ini mendapat gelar waliyul alim (orang
yang luas ilmunya). Karena memiliki ilmu tauhid dan fikih. Oleh karenanya dikenal
sebagai sunan Kudus. Dia membangun masjid di Kudus yang disebut Menara Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah). Wali ini menyebutkan Islam di
Cirebon Jawa Barat. Ia cucu Raja Pejajaran yang lahir di Makkah – setelah dewasa
menggantikan pamannya sebagai raja dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai
kerajaan Islam pertama di Jabar.

III. Faktor –faktor penyebaran dan pengembanganagama Islam

1. Perdagangan. Melalui perdagangan inilah mereka dengan mitranya, menyampaikan


ajaran-ajaran agama Islam sebagai satu ajakan persuasif untuk bisa tertarik dan
melaksanakan ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan QS. an-Nahl : 25 (lembar arab/ayat
ada dibelakang)
2. Sosial bermasyarakat, ini terjalin melalui hubungan perkawinan antara masyarakat
biasa maupun bangsawan. Hal ini meiliki bukti-bukti kuat.
3. Pengajaran. Hal ini terbukti adanya pesantren-pesantren yang didalamnya berisi
tentang pengajaran dan pendidikan agama Islam.
Selain Wali Songo juga terdapat wali-wali yang juga memiliki peran penting,
diantaranya Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang dari Demak), Syaikh Qurrotul Ain, dll.
Wali yang berjasa dalam penyebaran Islam diluar Jawa :
a. Shekh Samsudin di Kalimantan Barat
b. Datuk Rebondang di Sulawesi
c. Sunan Giri di NTB, NTT, Ternate dan Maluku
d. Shekh Burhanuddin di Ulakan Minangkabau

IV. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

A. Kerajaan Islam di Jawa

1. Kerajaan Demak (1500-1518M)

Perintis dan pendiri kerajaan demak adalah Raden Patah (Pangeran Jumbun). Ia
mendirikan Pesantren atas perintah Sunan Ampel (gurunya) tahun 1475 m. Prabu kerta
Bumi V (ayah Raden patah) menjadi raja di Majapahit Th. 1468-1478m. Tahun 1479m
majapahit diserang Prabu Giridra wardana Kediri, Majapahit Kalah. Ia menjadi raja
dengan gelar Brawijaya VI- 1478-1498. Tahun 1498 Brawijaya VI ditaklukkan Prabu VII,
dengan demikian Majapahit berakhir dan diganti dengan berdirinya kerajaan Demak
Islam. Ia mempunyai gelar Sultan Fatah Alamsyah Akbar. Ia meninggal tahun 1518.
Selanjutnya digantikan Adipati Unus (tahun 1518-1521m). Tahun 1512/1513m Adipati
Unus menyerang Portugis tetapi tidak berhasil.

2. Kerajaan Islam Pajang (1546-1582M)

Sultan Trenggono wafat tahun 1546 dan secara bersamaan di Demak terjadi perebutan
kekuasaan diantara kerabat kerajaan, antara adik adik Trenggono dan anakTrenggono.
Adik Trenggono tewas ditangan Sunan Prawoto yang mempunyai anak Arya
Panangsang. Selanjutnya Arya Panangsang yang berusaha membunuh Sunan Prawoto,
tewas ditangan Adiwijaya. Adiwijaya menjadi raja Demak dan selanjutnya pusat
pemerintahannya dipindah ke Pajang. Dia selanjutnya dikenal dengan sebutan Joko
Tingkir. Joko Tingkir tewas dalam peperangan melawan Mataram pada tahun 1582M
3. Kerajaan Islam Mataram (1582-1601M)

Pendiri kerajaan Islam Mataram didirikan oleh Sutawijaya putra Ki Gede Pamanahan
(komandan dan pasukan pengawal panembahan Adiwijaya (Joko Tingkir). Ia meninggal
tahun 1601M. Selanjutnya diganti Mas Jolang dengan gelar panembahan Sedo Ing
Krapyak yang memerintah tahun. 1601-1613M. Ia berusaha menyatukan Mataram
yang diganggu pemberontak. Tahun 1613, ia meninggal dan digantikan Adipati
Martapura, tidak lama kemudian diganti Mas Rangsang (Sultan Agung saudaranya)
Tahun. 1631-1645. Pada tahun 1645 sultan Agung meninggal dan digantikan putranya
Amangkurat I (1646-1677 M)

4. Kerajaan Islam di Banten (1552-1570 M)

Pada tahun 1526 M. Fatahillah memimpin tentara Demak dan Cirebon menaklukkan
kerajaan Hindu di Pajajaran. 20 tahun kemudian Sunan Gunung Jati (Hasanuddin putra
Syarif Hidayatullah) dari Cirebon menjadi Sultan Banten yang pertama. Ia memerintah
tahun 1552-1570 M. masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Islam disebarkan ke
daerah Lampung dia menjalin hubungan persahabatan dengan Sultan Aceh yang
berkuasa di Indrapura. Selanjutnya selain Islam di Lampung juga disebarkan di
Bengkulu, disana didirikan masjid dan lembaga pendidikan. Tahun 1570 Sultan
hasanuddin meninggal digantikan Maulana Yusuf (putranya) tahun 1570-1580.
Selanjutnya Islam dilanjutkan penyebarannya ke daerah Pajajaran, daeraah kerajaan
Hindu yang dipimpin Prabu Sedah. Tahun 1580 Maulana Yusuf meninggal, digantikan
putranya, Maulana Muhammad sebagai sultan Banten III(1580-1596 M). Ia diberi gelar
Kanjeng Ratu Banten. Sultan Banten III tewas dalam penyerangan ke Palembang tahun
1604.

5. Kerajaan Islam di Cirebon

Di Jawa Barat terdapat perguruan Islam, tepatnya di Krawang dan Gunung Jati Cirebon.
Perguruan Islam di Krawang tersebut dibangun Syek Samsudin/Syekh Kuro tahun 1418
M. Perguruan Islam dan Gunung Jati Cirebon. Kerajaan ini menjadi kerajaan Islam pada
tahun 1479. Kerajaan ini selanjutnya diserahkan kepada keponakan Syarif Hidayatullah
dengan nama Maulana Mahmud Syarif Abdillah Sultan Mesir. Kekuasaan sultan Mesir
ini mencapai wilayah kerajaan pajajaran, kerajaan Galuh di Ciamis jawa Barat. Tahun
1568 ia meninggal dan dikuburkan di sebelah barat Gunung Jati sehingga terkenal
dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

B. Kerajaan Islam di Sumatra

Antara abad 7 dan abad 8 masehi Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatra
yang disebarkan oleh para mubaliqh dan saudagar Islam, arab, Mesir, Persia dan
Gujarat. Kehadiran Islam di Pasai mendapatkan tanggapan yang cukup baik. Islam tidak
hanya diterima lapisan masyarakat pedesaan tetapi juga menambah kemayarakat
perkotaan. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke 13 Masehi. Pusat kerajaan ini terletak di
pantai timur Sumatra. Raja-raja yang terkenal diantaranya : Sultan Malikud Saleh (1285-
1297 M), Sultan lMalikud Dohir (1297-1326 M), Sultan Malikud Dohir II (1326-1348 M),
Sultan Zainal Abidin (1348-1406 M).

C. Kerajaan Islam di Sulawesi


Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa
Makasar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang
memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah
Gowa yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi
daerah islam. Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang
(Ulama adat Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun
1605 M.

B. AKHLAK MAHMUDAH DAN MADZMUMAH

A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab
yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia
atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang
Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara
diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat
adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup
bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan
berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan
tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang
penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah
lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu".

B. Pengertian Akhlak Mahmudah (Terpuji)


Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup
sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong,
hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh
pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat,
ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif,
produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida,
amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan
tentang tasawuf. akhlak mahmudah yang meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.

a. Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti
memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah
bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada
Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke
dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
b. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan secara
definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT:
‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا األَم اَناِت ِإَلى َأْهِلَه ا َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّن اِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِب ِه ِإَّن َهَّللا َك اَن َس ِم يًعا‬
‫َبِص يًرا‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang
memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil…” (QS
4:58).

c. Adil.
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa
perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat,
yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw
bersabda, “Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan
di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah
dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil,
dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. Abu Syeikh).
d. Bersyukur
Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya kenikmatan dan
menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur
secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang
dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur. Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat
tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
e. Rasa malu
”Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan dimintakan
pertanggungjawaban”

Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan. Sepanjang rasa malu
ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan terjaga dari segala godaan syetan yang
mengajak kepada perbuatan dosa. Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya.
Oleh karena itu semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia yang
salah satunya adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai akhlak, dan akhlak Islam
adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :
‫ِإَّن اَّلِذ يَن ُيْلِح ُدوَن ِفي آَياِتَنا ال َيْخ َفْو َن َع َلْيَنا َأَفَم ْن ُيْلَقى ِفي الَّن اِر َخ ْي ٌر َأْم َم ْن َي ْأِتي آِم ًن ا َي ْو َم اْلِقَياَم ِة اْع َم ُل وا َم ا ِش ْئُتْم ِإَّن ُه ِبَم ا‬
‫َتْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬

“ Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-
orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu
kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Fushshilat Ayat : 40)

Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat apa saja, tapi harus
ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah SWT dan kelak
akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa mempertimbangkan halal dan
haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak
mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu
bagian dari iman."
Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering disebut dengan ungkapan tebal kulit muka. Karena
kalau orang merasa malu, biasanya akan memerah mukanya. Orang yang tidak pernah memerah
mukanya adalah orang yang kurang rasa malunya karena itu disebut tebal kulit muka. Tentu ini
hanya peribahasa saja, bukan berarti bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu dapat memasukkan
seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat kasar, dan sifaat kasar itu
menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu disebabkan karena
orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu dijatuhi hukuman oleh negara, bahkan
penjara hanya dianggap sebagai tempat istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak malu
berbuat pelanggaran lagi karena sudah siap masuk penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala tindakan kejahatan,
keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan lain-lain. Marilah kita jaga diri kita
dari segala bentuk kema'siatan yang akan membawa kepada kehancuran pribadi dan kehancuran
masyarakaat, bangsa dan nengara.

C. PENGERTIAN AKHLAK MAZMUMAH (TERCELA)


Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan
RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,
fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur,
hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar
(seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.

1. Riya’ dan Sum’ah

Kata riya berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu, berarti
seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan firman
Allah SWT:
‫اَّلِذ يَن ُهْم ُيَر اُءوَن‬
“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-
Maa’uun : 6-7).
“… dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia.” (QS. Al-Anfal : 47)

2. Takabur dan Tahasud


‫ َالَيْدُخ ُل اْلَج َّنَة من كان فىَقْلِبِه ِم ْثَقاَل َذ َّر ٍة ِم ْن ِكْب ٍر {رواه‬: ‫وعن عبدهللا بن مسعود رضي هللا عنه عن النبي صلىاهلل عليه وسلم قال‬
}‫مسلم‬
“Dari Abdillah ibn Mas’ud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom”. (HR. Muslim)
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, baik
kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan lain-lain.
3. Pengertian Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap
keberuntungan atau kenikmatan yang di peroleh.
Hasad merupakan akhlak yang tercela, harus dihindari dalam kehidupan sehari- hari. Wujudnya
seperti memusuhi, menjelek- jelekan, mencemkan nama baik orang lain, dan lain- lain.

4. Ghadab
Ghadab (pemarah) artinya orang yang suka marah. Sedangkan marah artinya berontaknya jiwa
dalam menghadapi sesuatu yang tidak disenangi atau marah adalah luapan hawa nafsu, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang tidak terkendali.

5. Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usah atau perbuatan seseorang baik berupa
ucapan atau perbuatan yang bertujuan mengadu domba satu orang dengan orang lain, satu
golongan dengan golongan yang lain, dan lain sebagainya.Perbutan namimah adalah perbuatan
yang dibenci orang Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya.
‫ َمِهيٍنَهَّم اٍز َم َّشاٍء ِبَنِم يٍم‬- ‫َو ال ُتِط ْع ُك َّل َح الٍف‬
“dan janganlah engkau patuhi orang – orang yang suka bersumpah dan suka menghina , suka
mencela, yang kian kemari menyebarkan fitnah.” ( QS. Al Qalam : 10- 11)

Anda mungkin juga menyukai