KELOMPOK 3:
1. AUDINA PUTRI A
2. DHANING NUGRA W
3. INSANISYIFA KHARISMA P
4. MAIDA AZ-ZAHRA T
5. RAISSA ALMIRA F
6. SHAFIQAH FARAH DIAZ
Pada sub-bab masuknya agama Islam ke nusantara sudah kita ketahui adanya
beberapa teori. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, teori Mekah cukup meyakinkan
untuk dipilih, yaitu bahwa agama Islam sudah masuk wilayah Nusantara dari abad
ke-1 H. (ke-7 M). Namun saat itu perkembangannya masih belum pesat dan
meluas. Pada abad-abad selanjutnya baru terjadi perkembangan lebih pesat,
terutama setelah abad ke-7 H. (ke-13 M).
I. PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU
SUMATRA
1. Masuknya islam di pulau Sumatra
Islam masuk ke Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatra
telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam
masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan
Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk
menyebarkan Islam bagi daerah-daerah.
a) Jalur penyebaran islam ke pulau Sumatra
• Islam di Sumatra khususnya aceh dipercaya sebagai cikal-bakal penyebaran Islam di Nusantara.
Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia,
Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatra.
• Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia yang merupakan utusan resmi
Khalifah atau para pedagang profesional Islam yang memang telah memiliki hubungan perdagangan
dengan Aceh, sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan menuju Cina. Hubungan yang sudah
terbina sejak lama, yang melahirkan asimiliasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau
Sumatra, telah memudahkan penyiaran Islam. Islam telah berkembang di Aceh sejak abad VII.
Keberadaannya dibawa oleh para saudagar Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus
penyebaran agama.
• Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatra juga dipengaruhi oleh kerajaan kerajaan
yang ada di Sumatra dan dakwah dakwah dari wali-wali atau ulama yang ada pada saat itu.
b) Tokoh-tokoh yang mempengaruhi masuknya Islam di pulau Sumatra
Selain dari perdagangan , pernikahan dan kerajaan masuknya islam di pulau Sumatra
juga di pengaruhi oleh tokoh tokoh yaitu diantaranya adalah :
a) Syekh baharudin ( Sumatra Barat )
b) Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
c) Minak Kumala bumi ( Sumatra Selatan )
c) Kerajaan kerajaan islam yang mempengaruhi masuknya islam di Sumatra
Kerajaan kerajaan islam juga sangat berperan penting dalam masuknya islam di pulau Sumatra. Adapun kerajan islam di Sumatra
sebagai berikut:
Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah Kalimantan Barat.
Mula-mula masuk di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Pembawanya adalah para
pedagan dari Johor (Malaysia), serta ulama dan mubaligh dari Palembang. Sultan Islam
pertama (tahun 1951) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana.
Islam telah masuk dan berkembang di Maluku sejak abad ke-15, antara tahun 1400
sampai 1500. Pembawanya adalah para pedagang dan para ulama/mubaligh. Daerah-
daerah yang mula-mula dimasuki Islam adalah Ternate, Tidore, Bacau, dan Jailolo.
Raja-raja yang memerintah di daerah tersebut berasal dari satu keturunan, yang
semuanya menyokong perkembangan Islam di Maluku.
PAPUA
Perkembangan Islam di Papua berjalan agak lambat. Islam masuk ke Irian terutama
karena pengaruh raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama islam dan
ulama/mubaligh dari Maluku.
Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai berkenalanan dengan
“tradisi” Islam. Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para saudagar Muslim di beberapa
tempat di Asia Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas” Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah
makam yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang, Vietnam)
Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi, yaitu dengan
adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi.
Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam.
Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan
Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan
Islam di Timur Tengah. Bukti-bukti arkeologis yang mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat Cirebon.
Di antara komoditi perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan indikator “keIslaman” yang berupa
sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan asma‘ul husnah. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di lombok
diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya Islam ke Sumbawa ini dengan
melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para mubalig dari Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian
1.Kerajaan Selaparang
Kerajaan Selaparang adalah berada di Pulau Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada di Selaparang,
yang saat ini berada di desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur. Kisah yang tercatat di dalam
daun Lontar menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah
Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen
meneruskan dakwahnya dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara
Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan
Pemban Parwa.
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh. Laskar lautnya berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki
wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai
Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya
pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali). Selaparang pernah dua kali terlibat dalam
pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi.
Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667, kerajaan-kerajaan yang ada di Nusa Tenggara
mengalami tekanan dari VOC. Dengan keadaan tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun
1673. Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan
dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Alasan Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa dipandang
lebih strategis dari pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping itu juga mengingat adanya ancaman dan serangan dari
VOC yang terjadi terus menerus.
2. Kesultanan Bima
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama masuk Islam ialah
Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair (1611-1640). Namun, setelah
terus-menerus melakukan perlawanan terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC. Ketika
VOC mau memperbaharui perjanjian dengan Bima pada tahun 1668, Sultan Bima, Tureli Nggampo,
menolaknya. Ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675, Raja Tambora, Kalongkong, dan para
pembesarnya diharuskan menyerahkan keris-keris pusakanya kepada Holsteijn. Pada tahun 1691, ketika
permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh, Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal
dalam Penjara. Kerajaan-kerajaan di Lombok, Sumbawa, Bima, dan lainnya selama abad 18 dan akhir abad itu
terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC mencampuri urusan pemerintahan
Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang
terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut,
seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok.
Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa
kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
KERUNTUHAN KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA
• Berdirinya kerajaan pagutan dan pagesangan sekitar tahun 1622 M di kawasan mataram
• Salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas
berselisih paham dengan raja kerajaan selaparang, yaitu tentang posisi pasti perbatasan
Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa – Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas masyasarakat jawa
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemuadian
Islam masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab.
Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah JawaKedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu
nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik
Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun
bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat
dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik
juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H
atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka
tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
1. MASYARAKAT JAWA SEBELUM ISLAM
DATANG
Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang
sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan
kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik
tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Kesembilan wali tersebut adalah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di
sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan
Masjid Demak.
3. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa
sosial.
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang
sangat bijaksana
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin,
pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Menyiarkan agama dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan
Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
3. ISLAM DI JAWA PASKA WALI SONGO
Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan
dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh
nilai-nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu
besar manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa
menerima ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada
awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke
pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi
yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah
Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali songo
adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah
tradisi Wayang Kulit.