Anda di halaman 1dari 34

C.

PERKEMBANGAN DAKWAH ISLAM


DI NUSANTARA

KELOMPOK 3:
1. AUDINA PUTRI A
2. DHANING NUGRA W
3. INSANISYIFA KHARISMA P
4. MAIDA AZ-ZAHRA T
5. RAISSA ALMIRA F
6. SHAFIQAH FARAH DIAZ
Pada sub-bab masuknya agama Islam ke nusantara sudah kita ketahui adanya
beberapa teori. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, teori Mekah cukup meyakinkan
untuk dipilih, yaitu bahwa agama Islam sudah masuk wilayah Nusantara dari abad
ke-1 H. (ke-7 M). Namun saat itu perkembangannya masih belum pesat dan
meluas. Pada abad-abad selanjutnya baru terjadi perkembangan lebih pesat,
terutama setelah abad ke-7 H. (ke-13 M).
I. PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU
SUMATRA
1.  Masuknya islam di pulau Sumatra
Islam masuk ke Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatra
telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam
masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan
Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk
menyebarkan Islam bagi daerah-daerah.
a)   Jalur penyebaran islam ke pulau Sumatra

• Islam di Sumatra khususnya aceh dipercaya sebagai cikal-bakal penyebaran Islam di Nusantara.
Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia,
Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatra.
• Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia yang merupakan utusan resmi
Khalifah atau para pedagang profesional Islam yang memang telah memiliki hubungan perdagangan
dengan Aceh, sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan menuju Cina. Hubungan yang sudah
terbina sejak lama, yang melahirkan asimiliasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau
Sumatra, telah memudahkan penyiaran Islam. Islam telah berkembang di Aceh sejak abad VII.
Keberadaannya dibawa oleh para saudagar Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus
penyebaran agama.
• Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatra juga dipengaruhi oleh kerajaan kerajaan
yang ada di Sumatra dan dakwah dakwah dari wali-wali atau ulama yang ada pada saat itu.
b)   Tokoh-tokoh yang mempengaruhi masuknya Islam di pulau Sumatra

Selain dari perdagangan , pernikahan dan kerajaan masuknya islam di pulau Sumatra
juga di pengaruhi oleh tokoh tokoh yaitu diantaranya adalah :
a)    Syekh baharudin ( Sumatra Barat )
b)   Raden Rahmat ( Sunan Ampel )
c)    Minak Kumala bumi ( Sumatra Selatan )
c)   Kerajaan kerajaan islam yang mempengaruhi masuknya islam di Sumatra
Kerajaan kerajaan islam juga sangat berperan penting dalam masuknya islam di pulau Sumatra. Adapun kerajan islam di Sumatra
sebagai berikut:

1)    Kerajaan samudera pasai


Samudera pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia . Kerajaan ini berdiri sekitar abad 13 masehi. Pusat  kerajaannya
terletak di pantai timur Sumatra yang kini telah berada di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam yang berkembang dengan pesat dan mencakup semua lapisan mulai dari kaum bangsawan
dan para uleebalang ( bangsawan)  .  Kerajaan ini didirikan oleh merah silu atau yang biasa disebut sultan malikus saleh sekitar
tahun  1285 M . dia diangkat menjadi raja oleh syekh ismail yaitu seorang mubalig Islam yang berkedudukan di mesir. Dalam
pemerintahannya Sultan malikus saleh dibantu oleh Seri Kaya (Ali khairuddin), Bawa kaya ( Sidi Ali hasanuddin) dan Fakin
Muhammad (mubalig yang berasal dari mesir )pada tahun 1297 Sultan  Malikus saleh wafat dan memberikan warisan yang berupa
kepimimpinan kepada putranya malikud dahir.
Sultan Malikud dahir I (Muhammad) menjabat 29 tahun dan akhirnya wafat pada tahun 1326 M dan memberikan warisan berupa
kekuasaan kepada anaknya Sultan malikud dahir II
Sultan Malikud dahir II ( Ahmad bahaim syah ) Raja ini terkenal sangat alim dan rajin berdakwah dalam pemerintahannya ia
dibantu oleh ulama yang dijadikan hakim yang berasal dari syiraz (iran). Pada masa ini kerajaan samudera pasai memiliki armada
kapal dagang yang tangguh. Akhirnya pada tahun 1348 ia wafat dan digantikan oleh putranya Zainal abidin
Zainal abidin dijadikan sebagai raja diusainya yang muda , sehingga dalam menjalankan kebijakannya banyak dipengaruhi oleh
para pembantunnya yang menyebabkan kurang sesuai dengan kehendak rakyat . Akhirnya pada masa itu kerjaan ini mengalami
kemunduran .
Karena mengalami kemunduran hal ini dimanfaatkan oleh kerajaan majapahit dan kerajaan siam . 2 kerajaan tsb. Menyerang dan
menyandera Zenal abidin dan akhirnya setelah 58 tahun berkuasa Zaenal abiding pun wafat. Lama kelamaan karena tidak ada yang
mampu lagi mengangkat kerjaan pasai  kerajaan ini menjadi kerajaan kecil yang ada dibawah kekuasaan kerajaan lain.
2)   Kerajaan Malaka
Menurut sejarah kerajaan ini didirikan oleh seorang bangsawan yang masih keturunan Majapahit yang
bernama Paramisora. Setelah beliau masuk islam dan menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan
beliau menggunakan nama dengan gelar Sultan Muhammad syah. Dan mulai saat itu Malaka menjadi pusat
perdagangan Asia Tenggara dan pusat penyebaran Islam. Dari Malaka Islam berkembang di kepulauan
Nusantara, bahkan sampai ke  Brunai dan Filifina Selatan (Mindanao).
3)    Kerajaan Aceh
Kerajaan ini merupakan kerajaan yang menjadi pusat pengembangan islam di melayu. Kerajaan aceh ini
juga sering berperang dengan portugis karena ingin mencegah berkembangnya agama kristiani di melayu.
Kerjaan ini juga sebagai pendidikan islam yang akhirnya memunculkan golongan golongan ulama dan
ilmuwan seperti , Hamzah fansuri Nuruddin alraniri dll. Raja pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat
Syah , kerajaan ini berhasil memperluas kekuasaan dan menyatukan kerjaan kerajaan yang ada
disekitarnya  . setelah sultan ali mughayat syah wafat pemerintahan dipimipin oleh Sultan salahudin
keadaan aceh pada saat itu sangat lemah dan cenderung memberikan peluang untuk bekerja sama dengan
portugis , akhirnya salahudin dijatuhkan  Adapun masa kejayaan Kerajaan aceh yang  terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M). Hampir dua pertiga  Pulau Sumatera menjadi
wilayah Aceh. Pada masa ini juga hidup seorang ulama besar yang bernama Nurudin Ar-Raniry, beliau
mengarang sebuah buku sastra yang bernilain tinggi dengan judul “Bustanus Salatina” (taman raja-raja).
Buku ini terdiri atas tujuh jilid berisikan sejarah Tanah Aceh dalam hubungannya dengan sejarah Islam.
4)    Kerajaan Perlak
Sultan Perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Mauana Abdul Aziz Syah. Ia dilantik
pada tanggal 1 Muharram tahun 225 H.
5)    Islam di Barus
Papan Tinggi adalah sebuah pemakaman di Bandar Barus, pantai barat Sumatera
Utara. Di salah satu batu nisan terdapat sebuah nama Said Mahmud al-Hadramaut.
Selain itu seorang Islam bernama Sulaiman telah sampai di Pulau Nias pada tahun
851 M. Sulaiman menyebutkan Bandar Barus itu penghasil kapur barus dan ia
singgah di bandar ini.
6)   Islam di Sumatera Timur
Sebuah makam ulama yang bernama Imam Shadiq bin Abdullah wafat 23 Sya’ban
998 H ditemukan di Klumpang, Deli yaitu bekas kerajaan Haru/ Aru.
Kerajaan Samudra Pasai Kerajaan
Malaka

Kerajaan Perlak Islam di Barus


II. PERKEMBANGAN ISLAM DI
KALIMANTAN, MALUKU, DAN PAPUA
KALIMANTAN

Agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan. Pembawanya adalah para


pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Pulau Jawa. Perkembangan agama Islam
di Kalimantan Selatan mencapai puncaknya setelah Majapahit runtuh tahun 1487.

Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah Kalimantan Barat.
Mula-mula masuk di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Pembawanya adalah para
pedagan dari Johor (Malaysia), serta ulama dan mubaligh dari Palembang. Sultan Islam
pertama (tahun 1951) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana.

Penyebaran Islam di Kalimantan Timur terutama di Kutai, dilakukan oleh Dato’RI


Bandang dan Tuang Tunggang melalui jalur perdagangan.
MALUKU

Islam telah masuk dan berkembang di Maluku sejak abad ke-15, antara tahun 1400
sampai 1500. Pembawanya adalah para pedagang dan para ulama/mubaligh. Daerah-
daerah yang mula-mula dimasuki Islam adalah Ternate, Tidore, Bacau, dan Jailolo.

Raja-raja yang memerintah di daerah tersebut berasal dari satu keturunan, yang
semuanya menyokong perkembangan Islam di Maluku.
PAPUA

Perkembangan Islam di Papua berjalan agak lambat. Islam masuk ke Irian terutama
karena pengaruh raja-raja Maluku, para pedagang yang beragama islam dan
ulama/mubaligh dari Maluku.

Daerah-daerah yang mula-mula dimasuki islam di Papua adalah Misol, Salawati,


Pulau Waigeo, dan Pulau Gebi.
III. PERKEMBANGAN
ISLAM DI PULAU SULAWESI
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh para pedagang Muslim
dari Sumatera, Malaka, dan Jawa. Menurut berita Tom Pires, pada awal abad ke-16 di
Sulawesi banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang sebagian penduduknya masih
memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Di antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan terkenal adalah kerajaan
Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Nama Gowa Tallo sebenarnya adalah nama dua kerajaan yang berdampingan dan
selalu bersatu, seolah-olah merupakan kerajaan kembar. Oleh karena letaknya berada
di kota Makasar, maka Gowa Tallo disebut juga Kerajaan Makasar, yang istananya
terletak di Sumba Opu.
Pada tahun 1562-1565 M, di bawah pimpinan Raja Tumaparisi Kolama, kerajaan
Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar, Bulukumba, Maros, Mandar, dan
Luwu. Pada masa itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat
Muslim dalam jumlah yang cukup besar. Atas jasa Dato Ribandang dan Dato
Sulaemana, penyebaran dan pengembangan Islam lebih intensif dan mendapat
kemajuan yang pesat.
Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng Tonigallo
masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. Beliau berhubungan baik
dengan Ternate, bahkan secara pribadi beliau bersahabat baik dengan Sultan
Babullah dari Ternate. 
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam, Gowa melakukan perluasan
kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil ditaklukkan dan diislamkan.
Demikian juga Bone, berhasil ditaklukkan pada tahun 1611 M. Sejak saat itu Gowa
menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai.
Para pedagang dari Barat yang hendak ke Maluku singgah di Gowa untuk mengisi
perbekalan, bahkan kemudian rempah-rempah dari Maluku dapat diperoleh di sana,
terkadang dengan harga yang lebih murah daripada di Maluku.
Gowa menjadi pelabuhan dagang yang luar biasa ramai, disinggahi para pedagang
dari berbagai daerah dan mancanegara. Maka Kerajaan Gowa pun menjadi kerajaan
yang kaya-raya dan disegani pada masanya.
Masjid Katangka Gowa
IV. PERKEMBANGAN ISLAM DI
NUSA TENGGARA
PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSA
TENGGARA

Sejak abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, kawasan Asia Tenggara mulai berkenalanan dengan

“tradisi” Islam. Pengenalan ini berlangsung sejalan dengan munculnya para saudagar Muslim di beberapa

tempat di Asia Tenggara. Bukti tertua adanya “komunitas” Muslim di Asia Tenggara adalah dua buah

makam yang bertarikh sekitar abad ke-5 Hijriah/ke-11 Masehi di Pandurangga (kini Panrang, Vietnam)

dan di Leran (Gresik, Indonesia).

Kehadiran Islam secara lebih nyata di Indonesia terjadi pada sekitar abad ke-13 Masehi, yaitu dengan

adanya makam dari Sultan Malik as-Saleh yang mangkat pada bulan Ramadhan 696 Hijriah/1297 Masehi.

Ini berarti bahwa pada abad ke-13 Masehi di Nusantara sudah ada institusi kerajaan yang bercorak Islam.
Para saudagar Muslim sudah melakukan aktivitas dagangnya sejak abad ke-7 Masehi. Beberapa kerajaan

Hindu dan Buddha di Nusantara sudah melakukan hubungan dagang dan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan

Islam di Timur Tengah. Bukti-bukti arkeologis yang mendukung ke arah itu ditemukan di Laut Jawa dekat Cirebon.

Di antara komoditi perdagangan yang asalnya dari Timur Tengah ditemukan indikator “keIslaman” yang berupa

sebuah cetakan tangkup (mould) yang bertulisan asma‘ul husnah. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas

tentang kerajaan islam di nusa tenggara.

Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di lombok

diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri). Kemungkinan masuknya Islam ke Sumbawa ini dengan

melalui Sulawesi, yaitu melalui dakwah para mubalig dari Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian

berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan Selaparang.


KERAJAAN ISLAM DI NUSA TENGGARA

1.Kerajaan Selaparang
Kerajaan Selaparang adalah berada di Pulau Lombok. Pusat kerajaan ini pada masa lampau berada di Selaparang,

yang saat ini berada di desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur. Kisah yang tercatat di dalam

daun Lontar menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah

masuknya atau proses penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.

Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari.

Pada masa itu Selaparang mengalami zaman keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen

meneruskan dakwahnya dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara

Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban Selaparang, Pemban Pejanggik, dan

Pemban Parwa.
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh. Laskar lautnya berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki
wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai
Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya
pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali). Selaparang pernah dua kali terlibat dalam
pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi.

Setelah terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667, kerajaan-kerajaan yang ada di Nusa Tenggara
mengalami tekanan dari VOC. Dengan keadaan tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun
1673. Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan
dukungan pengaruh kekuasaan Gowa. Alasan Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa dipandang
lebih strategis dari pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping itu juga mengingat adanya ancaman dan serangan dari
VOC yang terjadi terus menerus.
2. Kesultanan Bima
Bima merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama masuk Islam ialah

Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan Abdul Khair (1611-1640). Namun, setelah

terus-menerus melakukan perlawanan terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC. Ketika

VOC mau memperbaharui perjanjian dengan Bima pada tahun 1668, Sultan Bima, Tureli Nggampo,

menolaknya. Ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675, Raja Tambora, Kalongkong, dan para

pembesarnya diharuskan menyerahkan  keris-keris pusakanya kepada Holsteijn. Pada tahun 1691, ketika

permaisuri Kerajaan Dompu terbunuh, Sultan Bima ditangkap dan diasingkan ke Makassar sampai meninggal

dalam Penjara. Kerajaan-kerajaan di Lombok, Sumbawa, Bima, dan lainnya selama abad 18 dan akhir abad itu

terus melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC mencampuri urusan pemerintahan

kerajaan-kerajaan tersebut, bahkan menangkapi dan mengasingkan raja-raja yang melawan.


Pembicaraan mengenai sejarah Kesultanan Bima dapat diperkaya oleh gambaran terperinci dalam Syair
Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri Chambert-Loir diperkirakan dikarang sebelum tahun
1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi meletakan Jabatan dan digantikan oleh Putranya.Syair itu dikarang oleh
Khatib Lukman,barang kali pada  tahun 1830.Syair itu ditulis dengan huruf Jawa dan berbahasa Melayu.Syair
itu menceritakan empat peristiwa yang terjadi di Bima pada awal abad 19, yaitu letusan Gunung
Tambora(1815) wafat dan pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819. serangan bajak laut dan
Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819.

Sampai kini jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar yang
terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama kali memeluk Islam. Bisa disebut,
seluruh penduduk Bima adalah para Muslim sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok.
Orang-orang Bugis datang ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa
kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis.
KERUNTUHAN KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA

• Berdirinya kerajaan pagutan dan pagesangan sekitar tahun 1622 M di kawasan mataram

• Salah seorang tokoh penting di lingkungan pusat kerajaan bernama Arya Banjar Getas

berselisih paham dengan raja kerajaan selaparang, yaitu tentang posisi pasti perbatasan

antara wilayah selaparang dan pejanggik.

• Kerajaan Mataram KarangAsem menggempur kerajaan selaparang yang pada akhirnya

berhasil menaklukan kerajaan selaparang sekitar tahun 1672 M.


V. PERKEMBANGAN ISLAM DI
PULAU JAWA
MASUKNYA ISLAM KE TANAH JAWA

Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa – Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas masyasarakat jawa
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemuadian
Islam masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab.
Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah JawaKedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu
nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik
Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun
bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat
dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik
juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H
atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka
tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
1. MASYARAKAT JAWA SEBELUM ISLAM
DATANG

a. Jawa Pra Hindu-Budha


Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import maupun
kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa. Sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah memeluk keyakinan
yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara
alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.
Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan memiliki
kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan istimewa.
b. Jawa Masa Hindu-Budha
Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap
unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh
terhadap sistem agama.
Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman
bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).
2. PERANAN WALI SONGO DAN
METODE PENDEKATANNYA

Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang
sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan
kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik
tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Kesembilan wali tersebut adalah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di
sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan
Masjid Demak.
3. Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa
sosial.
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang
sangat bijaksana
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin,
pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Menyiarkan agama dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan
Menara Kudus.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9. Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
Sangat dekat dengan rakyat jelata.
3. ISLAM DI JAWA PASKA WALI SONGO

Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan
dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh
nilai-nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu
besar manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa
menerima ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada
awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke
pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi
yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah
Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali songo
adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah
tradisi Wayang Kulit.

Anda mungkin juga menyukai