PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh dan
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam tersebut tumbuh
dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires dalam Sume
Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang pesisir selat Malaka dan
pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-
kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak,
Kampar, Tongakal, Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku,
Panchur, dan Barus. Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan
bahkan ada yang sedang mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya.
Berdasarkan sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah
tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan dari letak geografisnya yang
senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka yang sudah
ada sejak abad-abad pertama Masehi. Sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi para pedagang muslim dari
Arabia, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri Tmur Tengah mulai memegang peranan penting. Dari
latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan islam kedua di Indonesia yang
sangat memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam lainnya di Nusantara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal masuk Islam di Kerajaan Samudra Pasai?
2. Seperti apa Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai?
4. Bagaiamana keadaan Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai?
5. Faktor apa yang mempengaruhi Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai?
6. Apa saja Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas Sejarah Mengenai Kerajaan
Islam di Nusantara yaitu Kerajaan Samudra Pasai.
2. Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Awal masuk Islam di Kerajaan
Samudra Pasai, Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang, Raja- raja yang
berpengaruh di Kerajaan Samudra Pasai, Puncak kejayaan Kerajaan Samudra Pasai, Kemunduran
Kerajaan Samudra Pasai, Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai.
D. Manfaat Penulisan
Dengan penulisan ini semoga bermanfaat bagi:
1. Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan Samudra Pasai.
2. Sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu tentang Kerajaan Samudra Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat
Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri
di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang, pada abad-abad tersebut
diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir
Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab,
Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera
yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di
pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat.
Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman
malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan selanjutnya,
berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil
adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia
ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia
mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan
dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai
juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar
Kiri sang laksamana Nizamudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk
yang bermadzhab Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain untuk
menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai pasar rempah-
rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir Muhammad menunaikan
tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu
sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam
dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah
gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al Malikus
Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu. Kisah-
kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang
menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu yang tanpa diajari
siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari itu, Malik As Saleh
kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i. Maka aliran paham di Kerajaan
Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi paham Syafi’I yang sunni.
B. Proses berkembangnya Kerajaan Samudra Pasai di segala bidang
Dengan timbulnya Kerajaan Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran.
Samudra Pasai tampil sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra Pasai
tidak hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat pengembangan
agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i.
Awalnya Sultan Malik Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang
Gujarat yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama
pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam pertama di
Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kerajaan Samudra Pasai di muara
Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh berpindah menjadi memeluk Islam
bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir
yang beraliran mazhab Syafi’i. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga Samudra
Pasai mendapat kunjungan dari Marco Polo.
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al
Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh,
kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan perang laut dan
darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah
kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja,
yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya
samudra pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad
laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan
untuk :
a. Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
b. Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan
c. Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d. Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga merupakan
masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan langsung
dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang
daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga selalu
menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai
dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum
– okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota
Kerajaan di sebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong Kab.
Aceh Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada masa kejayaannya
sekitar abad ke 14
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah
aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah
daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera.
Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia
dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus
yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya
seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat.
Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman
malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Aboe. 1985. Kamus Aceh Indonesia 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
-----------------------. Kamus Aceh Indonesia 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Kartodirdjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari
Emporium sampai Imperium jilid 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
------------------------. 1975. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Muljana, Slamet. 2007. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam di Indonesia. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
Reid, Anthony. 1998. Indonesian Heritage: Sejarah Modern Awal 3. Jakarta:
Jayakarta Agung Offset.