Anda di halaman 1dari 6

Nama : Made Dwina Sariastiti

No : 19
Kelas : X IPS 1

KERAJAAN ISLAM YANG ADA DI SUMATRA

Sejak awal kedatangan Islam, pulau Sumatra termasuk daerah pertama dan terpenting
dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Dikatakan demikian mengingat letak sumatra
yang strategis dan berhadapan langsung dengan jalur perdagangan dunia yakni Selat Malaka.
Berdasarkan catatan tome pires dalam Suma Oriental (1512-1515) dikatakan bahwa di Sumatra
terdapat banyak kerajaan besar maupun kecil. Berikut merupakan beberapa kerajaan Islam yang
ada di Sumatra
1. Kerajaan Samudera Pasai
Samudera Pasai diperkirakan tumbuh berkembang anatara tahun 1270 hingga 1275, atau
pertengahan abad ke-13. Kerjaan ini terletak kurang lebih 15 km di sebelah sultan
pertamanya yaitu Sultan Malik as- Shaleh (wafat tahun 696 H atau 1297 M). Berikut ini
merupakan urutan raja raja yang memrintah di Kesultanan Samudera Pasai.
1. Sultan Malik as-Shaleh (696 H/1297M)
2. Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326)
3. Sultan Mahmud Malik Zahir (kurang lebih 1346-1383)
4. Sultan Zainal Abidin Malik Malik Zahir (1383-1405)
5. Sultanah Nahrisyah (1405-14120
6. ABU Zan Malik Zahir (1412)
7. Muhammad Malik Zahir (1513-1524)
Adapun kondisi geografis kehidupam politik ,ekonomi, agama, serta sosial budayanya :
a. Kondisi Geografis
Secara geografis Kesultanan Samudra Pasai terletak di sebelah utara Peureulak di
daerah Lhokseumawe ( sekarang terkenal dengan nama pantai aceh ). Lokasi bekas
Kesultanan Samudera Pasai, kemungkinan di hulu Sungai Peusangan yang pada
waktu itu merupakan jalur perdagangan penting.
b. Kehidupan Politik
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan
Cina. Diberitakan bahwa Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua
orang untuk dijadikan duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din.
Selain dengan Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan
negeri-negeri Timur Tengah. Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-
Zahir, ahli agama mulai dari berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi
(Iran) yang bernama Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan
persahatan Kerajaan Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat
hubungan perkawinan.
c. Ekonomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan
perdagangan dan pelayaran. Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera
Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia saat itu.
Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Pasai —
Arab — India — Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan bandar-bandar dagang yang
digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus
masalah perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar
negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia.
d. Agama
Sesuai dengan berita dari Ibnu Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara.
Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam
menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi
oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun
memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran
agama Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
e. Sosial-Budaya
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa
lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari
berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat.
Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk
menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat
lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.

Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya
perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti
perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari
Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i.
Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat
setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam
dengan adat istiadat setempat.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan Islam yang berdiri di
Pulau Sumatera tepatnya di Provinsi Aceh. Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah pada 1496. Awalnya Kerajaan Aceh merupakan kerajaan yang masuk
wilayah Kerajaan Lamuri
Adapun kondisi geografis kehidupam politik ,ekonomi, agama, serta sosial budayanya :
a. Kondisi Geografis
Secara Geografis letak dan kedudukan Kerajaan Aceh sangat strategis di sekitar Selat
Malaka. Kerajaan Aceh terletak di pulau Sumatra bagian utara dan dekat dengan jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Ramainya aktivitas pelayaran dan
perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan, Kerajaan Aceh mempunyai
perkembangan kehidupan dalam segala bidang.
b. Kehidupan Politik
Sultan pertama yang memerintah sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali
Mughayat Syah. Kerajaan Aceh mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda. Bandar Aceh dibuka menjadi bandar internasional dengan
jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis. Wilayah Aceh
terbentang dari daerah Deli sampai ke Semenanjung Malaka. Namun belum dapat
menguasai Malaka karena diduduki oleh Portugis. Pengganti Sultan Iskandar Muda
adalah Sultan Iskandar Thani. Masa pemerintahaanya tidak lama karena ia tidak
memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda.
Kerajaan Aceh terus mengalami kemunduran karena beberapa faktor sebagai berikut.
1. Kerajaan Aceh mengalami kekalahan dengan perang melawan Portugis di Malaka.
Dalam perang tersebut jatuh banyak korban jiwa dan harta benda.
2. Tidak adanya tokoh yang cakap yang memerintah Aceh sepeninggal Sultan
Iskandar Muda.
3. Daerah-daerah taklukan yang jauh dari pemerintahan pusat mulai melepaskan diri
dari pengaruh Aceh seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak
c. Ekonomi
Dilihat dari segi kehidupan sosial, kemakmuran rakyat semakin meningkat sehingga
menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme. Kaum bangsawan yang memegang
kekuasaanya dalam pemerintahan sipil disebut golongan teungku. Persaingan kedua
golongan itu mengakibatkan lemahnya kedudukan Aceh. Di samping itu, kehidupan
sosial dalam masyarakat Aceh lebih banyak didasarkan pada ajaran agama Islam.
Pada masa kejayaan Aceh, perekonomian Aceh mengalami perkembangan yang
sangat pesat, Daerah Aceh yang subur banyak menghasilkan lada. Pada masa itu,
aktivitas perekonomian Kerajaan Aceh telah berkembang sampai jauh keluar wilayah
kerajaan. Bahkan negaranegara Barat telah melakukan perdagangan di wilayah Aceh.
Kapal-kapal dagang Aceh juga aktif dalam pelayaran dan perdagangan sampai ke
wilayah Laut Merah.
d. Sosial- Budaya
Aceh juga mengalami kemajuan dalam bidang sosial-budaya. hal ini terlihat dengan
disusunnya suatu undang-undang tentang tata pemerintahan yang disebut dengan
"Adat Makuta Alam". Sastra dan filsafat di Aceh juga mengalami kemajuan. Pada
masa itu muncul nama Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu
tasawuf dan mengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syiar keagamaan.
Ajaranya diteruskan dan disebarkan oleh muridnya yaitu Syamsuddin Pasai. Di sisi
lain ada seorang ulama besar yang bernama Nuruddin Ar Raniri. pengarang buku
sejarah Aceh yang sangta menentang ajaran Hamzah Fansuri. Dalam buku sejarah
Aceh yang diberi nama Bustanussalatin (Taman Segala Raja) menguraikan tentang
adat istiadat masyarakat Aceh dan ajaran agama Islam.

3. Kerajaan Peurelak
Kesultanan Peureulak atau Kesultanan Perlak adalah kerajaan Islam di Indonesia dan
merupakan kesultanan tertua di dunia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh
Timur, Aceh sekarang disebut-sebut antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292.
Adapun kondisi geografis kehidupam politik ,ekonomi, agama, serta sosial budayanya :
a. Kondisi Geografi
Selat Malaka sejak zaman dahulu terkenal sebagai jalur perdagangan utama
Nusantara. Pedagang dari berbagai penjuru dunia berlayar melalui selat tersebut
untuk melakukan perdagangan, dari selat tersebut masuk lah ajaran agama-agama
baru ke Nusantara. Sebelum berdirinya Kesultanan Malaka, pelayaran selat Malaka
tidak melalui pantai Semenanjung Malaya, melainkan melalui sisi barat Selat Malaka
menyisiri pantai-pantai Sumatera. Kota pelabuhan terpenting pada waktu itu adalah
Melayu yang terletak di muara Sungai Batanghari, Jambi. Pada bulan Desember-
Maret di sebelah utara khatulistiwa bertiup lah angin musim timur laut, yang
memungkinkan kapal-kapal dagang India dan negeri Cina berlayar ke perairan Selat
Malaka. Kapal-kapal tersebut bertahan di perairan Selat Malaka hingga bulan Mei,
sebelum mereka berlayar untuk kembali ke negeri masing-masing dengan
memanfaatkan angin musim barat daya.

Hasil bumi Sumatera turut meramaikan perdagangan internasional di Selat Malaka.


Daerah penghasil lada yang utama pada waktu itu adalah Aceh. Menurut para
pedagang Arab dan Cina penanaman lada di Aceh telah dimulai sejak abad ke-9,
yakni di daerah-daerah Perlak, Lamuri, dan Samudra. Meskipun demikian lada bukan
lah tanaman asli Aceh, melainkan tanama dari Malagasi (Madagaskar). Para
pedagang dari Arab dan Persia membawa lada ke Aceh dan mencoba menanamnya di
daerah tersebut. Dari percobaan tersebut ternyata tanah dan iklim Aceh sangat cocok
untuk membudidayakan tanaman lada. Dalam waktu singkat Aceh pun tumbuh
menjadi daerah penghasil dan pengekspor terbesar lada pada masa itu. Bandar Perlak
dijadikan bandar utama di pantai timur Sumatera bagian utara. Wilayah tersebut terus
tumbuh dan berkembang hingga menjadi kota perdagangan internasional, yang
banyak disinggahi pedagang dari penjuru dunia, termasuk pedagang muslim.

b. Kehidupan Politik
Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Alaiddin Syeh Maulana Abdul Aziz Syah tahun
840. Anak dari Sultan Alaiddin Syeh Maulana Abdul Aziz Syah adalah Putri
Ganggang Sari yang dinikahkan dengan raja dari Samudera Pasai yang bernama
Sultan Malik as-Saleh. Sultan terakhir Kerajaan Perlak adalah Sultab Mahkdum
Alaidin Malik Abdul Aziz Johan.

c. Ekonomi
Sistem ekonomi maritim yang dikembangkan Kerajaan Perlak menjadikan sebagian
besar penduduk Perlak berprofesi menjadi pedagang. Barang yang diperdagangkan
oleh penduduk Perlak sebagian besar berupa hasil perkebunan, pertanian, dan hutan.
Komoditas yang menarik Dan letak geografis yang strategis menyebabkan Perlak
dikunjungi para pedagang. Kondisi ini juga menyebabkan prose's islamisasi di Perlak
semakin maju dan cepat.
d. Agama

Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 masehi, Khalifah Usman bin Affan mengirim
delegasi ke Cina. delegasi tersebut bertugas memperkenalkan agama islam. Waktu itu
hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. dalam perjalanan
laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan usman ternyata sempat
singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674
Masehi, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat
sumatra.Kesultanan Perlak adalah kerajaan islam pertama di Nusantara, kerajaan ini
berkuasa pada tahun 840 hingga 1292 Masehi di sekitar wilayah Peureulak atau
Perlak. Kini wilayah tersebut mask dalam wilayah Aceh Timur, Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Pendiri kesultanan Perlak adalah sultan Alaiddin Sayid Maulana
Abdul Azis Shah yang menganut aliran atau Mahzab Syiah. la merupakan keturunan
pendakwah arab dengan perempuan setempat. Kerajaan perlak didirikannya pada
tanggal 1 Muharram 225 H atau 840 masehi, saat kerajaan Mataram Kuno atau
Mataram Hindu di Jawa masih berjaya. sebagai gebrakan mula-mula, sultan Alaiddin
mengubah nama ibu kota kerajaan dari bandar Perlak menjadi Banda Khalifah.

Setelah masa dua tahun tersebut, kaum syiah memenangi persaingan, kemudian pada
tahun 915 M atau 302 H, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah naik tahta.
Pada akhir pemerintahannya, terjadi lagi ketegangan antara kaum Syiah dan kaum
Suni, yang kali ini membawa kaum suni pada keunggulan. Akibatnya, para sultan
berikutnya diangkat dari golongan Sunni. Tahun 956 masehi atau 362 H, setelah
meninggalnya Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan berdaulat atau
sultan ketujuh, terjadi lagi ketegangan selama kurang lebih empat tahun antara
golongan Syiah dan Sunni, yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan
menjadi dua bagian ; yaitu Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid
Maulana Syah (986 – 988) dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (986 – 1023).

e. Sosial-Budaya
Perlak sangat terkenal sekali dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah
ditambah lagi dengan lokasinya yang begitu strategis.

Apalagi, Kerajaan Perlak ini sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis
kayu yang sangat bagus guna membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat
para pedagang dari Gujarat, Arab, dan juga Persia tertarik untuk datang ke daerah ini.
Masuknya para pedagang juga membawa masuknya ajaran Islam di di wilayah
Kerajaan Perlak ini. Kedatangan mereka mulai mempengaruhi terhadap kehidupan
social dan juga budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Pada saat itu masyarakat
Perlak mulai diperkenalkan dengan bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad
ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga sangat maju.

Anda mungkin juga menyukai