Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AGAMA ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM DI PULAU SUMATRA

Disusun oleh :
Rahma Putri Zhafira A
Salsabila Azzahra
Ananda Febriani
Fadhila Nurwahyuni
Ahmad Miftah Assagaf
Muh. Andika Mulyawan

`XII MIPA 2
SMAN 22 MAKASSAR
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan
perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.
Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik
perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari
Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing.
Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi
para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa. Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur
Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini
bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara
intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


1. Dimana letak geografis kerajaan yang ada di sumatera
2. Tahun berdirinya kerajaan-kerajaan yang ada di sumatera
3. Raja-raja yang memimpin di kerajaan yang ada di sumatera
4. Raja-raja yang membawa pada puncak kejayaan di kerajaan yang ada di sumatera
5. Penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan yang ada di sumatera

6. Hasil budaya dari kerajaan-kerajaan yang ada di sumatera 24

1.3 Tujuan penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Mengidentifiskasi letak geografis kerajaan ang ada di sumatera
2. Mengidentifiskasi tahun berdirinya kerajaan yang ada di sumatera 3. Mengidentifiskasi raja-
raja yang memimpin kerajaan yang ada di
sumatera
4. Mengidentifiskasi raja-raja yang membawa pada puncak kejayaan di
kerajaan yang ada di sumatera
5. Mengidentifiskasi penyebab runtuhnya kerajaan yang ada di sumatera
6. Mengidentifiskasi hasil buadaya dari kerajaan yang ada di sumatera
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan
Bukti tertulis mengenai adanya masyarakat Islam di Indonesia tidak ditemukan sampai
dengan abad 4 H (10 M). Yang dimaksud dengan bukti tertulis adalah bangunan-bangunan
masjid, makam, ataupun lainnya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pada abad 1-4 H
merupakan fase pertama proses kedatangan Islam di Indonesia umumnya dan Sumatera
khususnya, dengan kehadiran para pedagang muslim yang singgah di berbagai pelabuhan di
Sumatera. Dan hal ini dapat diketahui berdasarkan sumber asing. Dari literature Arab, dapat
diketahui bahwa kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara
sejak permulaan abad ke-7 M. Sehingga, kita dapat berasumsi, mungkin dalam kurun waktu
abad 1-4 H terdapat hubungan pernikahan anatara para pedagang atau masyarakat muslim
asing dengan penduduk setempat sehingga menjadikan mereka masuk Islam baik sebagai istri
ataupun keluarganya
sedangkan bukti-bukti tertulis adanya masyarakat Islam di Indonesia khususnya
Sumatera, baru ditemukan setelah abad ke- 10 M. yaitu dengan ditemukannya makam seorang
wanita bernama Tuhar Amisuri di Barus, dan makam Malik as Shaleh yang ditemukan di
Meunahasah Beringin kabupaten Aceh Utara pada abad ke- 13. M. KEADAAN MASYARAKAT
SUMATRA SEBELUM MASUKNYA ISLAM Sumatera Utara memiiki letak geografis yang
strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan yang ramai, menjadi tempat
persinggahan para pedagang Muslim Arab dan menjadi salah satu bisnis 4/24 di masa lalu.
Sebelum masuk agama Islam ke Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama
Hindu. Hal ini dibuktikan dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-
Shaleh, Sultan Samudera Pasai pertama, menganut agama Hindu sebelum akhirnya dilslamkan
oleh Syekh Ismael. Sama halnya dengan Sumatera Utara, Sumatera Selatan juga memiliki
letak geografis yang strategis. Sehingga pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan
yang ramai dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Oleh karena itu,
otomatis banyak saudagar-saudagar muslim yang singgah ke pelabuhan ini. Sebelum
masuknya Islam, Sumatera Selatan telah berdiri kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha.
Kerajaan ini memiliki kekuatan maritim yang luar biasa. Karena kerajaannya bercorak Buddha,
maka secara tidak langsung sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Buddha. Letak
yang strategis menyebabkan interaksi dengan budaya asing, yang mau tidak mau harus
dihadapi. Hal ini membuat secara tidak langsung banyak budaya asing yang masuk ke
Sriwijaya dan mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem pemerintahannya. Termasuk
masuknya Islam
Bangsa Indonesia yang sejak zaman nenek moyang terkenal akan sikap tidak menutup diri, dan
sangat menghormati perbedaan keyakinan beragama, menimbulkan kemungkinan besar ajaran
agama yang berbeda dapat hidup secara damai. Hal-hal ini yang membuat Islam dapat masuk
dan menyebar dengan damai di Sumatera selatan khususnya dan Pulau Sumatera umumnya.
5/24 Berikut kerajaan- kerajaan yang ada di Sumatera; 1. kerajaan samudra pasai
1.1 letak geografis LETAK GEOGRAFIS
Kerajaan ini terletak di Pantai Utara Aceh pada Muara Sungai Pasangan (pasai). Di muara
sungai tersebut terletak dua kota yaitu Samudera (jauh dari laut) dan pasai yang merupakan
kota pesisir. Kemudian kedua kota tersebut disatukan oleh Marah Silu dan terbentuklah
kerajaan Samudera Pasai. SUMBER SEJARAH Ditemukannya makam raja-raja Pasai di
kampung Geudong, Aceh Utara. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan
Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia
juga menceritakan bahwa, ketika di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di
sana.Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin
datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang
cukup luas dengan kerajaan luar. 1.2 Tahun berdirinya pemerintahan Kesultanan Pasai, juga
dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Berdasarkan berita Marcopolo (th 1292) dan Ibnu Batutah
(abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra
Pasai. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th
1297) Raja pertama Samudra Pasai
Dari abad ke-9 hingga ke-11 M, berita navigasi dan geografi Arab juga menambah sumber
sejarah. Kabar tersebut antara lain dari Ibnu Khurdazbih (850), Ya'qubi (875-880), Ibnu Faqih
(902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq Ibnu Iman (lk.907), Muhammad Ibnu Zakariyya al- Razi, Abu
Zaid dari Sirat (halaman 916), Abu Dulaf (halaman 940), Mas'udi (943), dan Buzurg ke-
Syahriyar (awal Ibnu abad 10). (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:22). Hal ini membuktik: 6/24
islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-
7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan
tumbuh komunitas-komunitas muslim akibat islamisasi. Kerajaan Samudra Pasai didirikan
sekitar abad ke-13 oleh Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir. Pada tahun 1238
M, ia mendapat tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang digunakan sebagai tempat
pemasaran barang dagangan dari timur. Nazimuddin al- Kamil juga mendirikan kerajaan di
bagian utara Pulau Sumatera. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil
perdagangan rempah- rempah dan lada. Dia kemudian mengangkat Marah Silu menjadi Raja
Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (1285-1297).
1.2 Raja- raja yang pernah memimpin 12671297
Sultan Malik as- Saleh (Marah Silu) Kisah Para Raja Pasai dan Makam Raja 1297-1326
Sultan Muhammad Malik az- Zahir Koin emas telah mulai diperkenalkan 1326-1345
Sultan Mahmud Malik az- Zahir Dikunjungi Ibnu Batutah 1345-1383
Sultan Ahmad Malik az-Zahir Diserang Majapahit 1383-1405
Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar Dikunjungi Cheng Ke 1405-1412
Sultanah Nahrasiyah Raja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya) 1405 1412
Sultan Sallah ad- Din Menikahi Sultanah Nahrasiyah 1412-1455
Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir Mengirim utusan ke Cina 1455-1477
Sultan Mahmud Malik az- Zahir II 1477-1500

Sultan Zain al- Abidin bin Mahmud Malik az- Zahir II Sultan Zain al- Abidin II 1 ⚫ 501-
1513
Sultan Abd- Allah Malik az- Zahir 1513-1521 Sultan Zain al- Abidin
1.3 Penyebab runtuhnya
Ketika bangsa portugis menjajah tanah Malaka, Iskandar Muda tampil
sebagai Raja Aceh yang gigih menentang kehadiran kekuasaan asing. Iskandar
Muda juga dikenal sebagai raja yang cakap mengembangkan sistem
pemerintahan, pendidikan agama, adat, dan kesejahteraan rakyat Aceh. Sultan
Iskandar Muda lahir di Banda Aceh pada tahun 1593. Di usianya yang masih
tergolong muda, ia telah memperlihatkankemampuannya dalam memimpin.
Saat baru menginjak usia 13 tahun, ia sudah memimpin pasukan Aceh
memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat dipantai Aceh.
Rupanya maksud kedatangan Portugis adalah ingin mengambil alih dan
memonopoli perdagangan lada di Aceh. Setahun kemuian, ia dinobatkan
sebagai Sultan Aceh. Ia menggantikan pendahulunya Sultan Ali Riayat Syah
yang berkuasa dari tahun 1604-1607 yang juga dikenal dengan sebutan Sultan
Muda. Iskandar Muda sejak awal pemerintahannya telah memilih politik
konfrontatif melawan Portugis. Itu juga tidak mentolerir pemerintah yang
memiliki hubungan dengan Portugis. Misalnya, Kerajaan Johor diserang dua
kali dan dihancurkan meskipun Johor dibantu oleh Portugis. Berbagai aturan
harus ditaati oleh bangsa lain yang datang ke Aceh. Dengan pasukannya,
Sultan Iskandar Muda tidak segan- segan melawan dan mengalahkan pasukan
asing yang ingin menguasai negaranya. Serangan terhadap Portugis yang
berkedudukan di Malaka dilakuan dari tahun 1615 hingga 1629. Serangan
pertama pada tahun 1615 mengalami kegagalan. Serangan kedua kembali
dilancarkan pada tahun 1629, kali ini dilakukan secara besar-besaran. Pasukan
Portugis terkepung dan terancam. Mereka hampir saja menyerah, akan tetap
pada saat Aceh hampir memetik kemenangan, Portugis banyak medapat
bantuan dari Johor, Pahang, Patani, Goa, dan Indoa sehingga serangan
pasukan Sultan Iskandar Muda dapat dipatahkan. Dengan datangnya pasukan
bantuan itu, Portugis menjadi kuat. Armada Aceh terkepung dan akhirnya
mengundurkan diri. Setelah mengalami kekalahan yang kedua itu, Sultan
Iskandar Muda lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap masalah-
masalah dalam negeri. Dalam bidang pemerintahan, Sultan menata
wilayahnya yang disebut mukim dengan membagi kerajaan berdasarkan
bidang masing- masing. Sistem pemerintahan disempurnakan dan pendidikan
agama mendapat prioritas

Demikian pula dalam hal perekonomian rakyat. Peratu 8/24 menjamin


kesejahteraan rakyat disusun seperti dalam bidang perdagangan,
perindustrian, pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan. Selat
Malaka yang dikuasai Aceh merupakan jalan dagang internasional. Pedagang-
pedagang Inggris dan Belanda diizinkan berdagang di wilayah kekuasaan
Aceh menurut jangka waktu tertentu dan harus tunduk kepada peraturan yang
diberlakukan oleh Aceh. Selain bangsa Inggris dan Belanda, bangsa-bangsa
lain yang melakukan hunbungan dagang adalah Arab, Persia, Turki, India,
Siam, Cina dan Jepang. Barang-barang ekspor Aceh adalah beras, lada dan
timah (dari perlak dan pahang), emas, perak (dari Minangkabau), rempah-
rempah dari Maluku. Barang-barang yang diimpor dari luar meliputi kain dari
Koromandel (India), porselin dan sutera (dari Jepang dan Cina), minyak wangi
(dari Eropa dan Timur Tengah). Kapal-kapal Aceh juga terlibat perdagangan
dan pelayaran sampai di Laut Merah Sulta Iskandar Muda juga seorang tokoh
yang sangat memperhatikan persoalan adat. Sebelum berkuasa, khususnya
pada abad ke-12 hingga ke-13, pada masa pemerintahan Kerajaan Perlak,
terjadi permusuhan antara sekte Syiah dengan sekte Sunnah wal Jama'ah.
Iskandar Muda, kedua aliran itu dilindungi agar bisa berkembang di seluruh
wilayah Aceh. Gerakan Syi'ah dipelopori oleh Hamzah Fansuri yang dilanjutkan
oleh muridnya yang bernama Syamsudin Pasai. Aliran Sunnah wal Jama'ah
pasca wafatnya Sultan Iskandar Muda juga berkembang dengan baik. Tokoh
aliran ini adalah Nuruddin Ar Raniri yang terkenal dengan tulisannya tentang
kerajaan Aceh yang disebut Bustanussalatin (Taman Para Raja) yang juga
memuat adat dan ajaran Islam. Pada puncak kekuasaannya, hegemoni Aceh
baik politik maupun ekonomi meliputi Pedir, Pasai, Aru, Daya, Laba, Singkel,
Babak, Pasaman, Tiku, Priaman dan Padang. Sedangkan para raja muda (vasal)
di Semenanjung Malaya adalah Johor, Kedah, Pahang dan Perlak. Setelah
behasil membawa Aceh ke puncak kejayaan, pada 27 September 1636, Sultan
Iskandar Muda meninggal dunia dalam usia 43 tahun.
1.4 Penyebab runtuhnya pemerintahan
KERUNTUHAN KERAJAAN Ketika salah seorang putra dari sultan malik
ath thahir yaitu malik al mansyur memisahkan diri, kekuasaan kerajaan
samudera pasai pun melemah dan mengalami kemunduran
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaar 9/24 pasai
anatara lain: 1. Kerajaan majapahit berambisi menyyatukan nusantara yaitu
pada tahun 1339 patih gajah mada menyerang samudera pasai tetapi beum
berhasil. 2. Berdirinya bandar malaka yang letaknya lebih strategis. 3. Setelah
sultan malik ath thahir meninggal, tidak ada penggantinya yang cakap dan
terkenal, sehingga peran penyebaran agama islam diambil alih oleh kerajaan
aceh
. 1.6 Hasil budaya kerajaan samudra pasai
-Mata Pencaharian
Dengan letaknya yang strategis, Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan maritim, dan kota transit. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peran Sriwijaya di Selat Malaka. Pemerintah Samudra Pasai
memiliki hegemoni (pengaruh) terhadap pelabuhan- pelabuhan penting di
Pidie, Perlak, dan lain- lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa
pemerintahan Sultan Malik al- Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
Ibnu Batutah. Menurut cerita Ibnu Batutah, perdagangan di Samudera Pasai
semakin banyak dan berkembang karena didukung armada laut yang kuat,
sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudera
Pasai. Komoditas perdagangan penting dari Samudra adalah lada, kapur barus
dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan, uang sudah dikenal sebagai
alat tukar yaitu uang emas yang disebut Deureuham (Dirham). Selain
perdagangan, sumber pendapatan utama Kerajaan Samudera Pasai adalah
pajak yang dikenakan pada kapal dagang yang melintasi Kerajaan Samudera
Pasai. (Ensiklopedia umum untuk siswa. (Van Hoeve's New Ichtiar). vol. 9 hal.
43) -Sistem peralatan Sebagai Negara perdagangan, untuk kepentingan
perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar alat tukar Yaitu uang
emas yang dinamakan Deureuham (Dirham).

-Ilmu pengetahuan
Sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam bukan hanya di 10/24
tetapi untuk Asia Tenggara. Pada masa pemerintahan Sultan Zaenal
Abidin Bahiyan Syah pernah mengantar dua orang pendakwah ke Jawa
yaitu : Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak
-Keorgasisasian
Komposisi masyarakat yang merupakan warga Kesultanan
Samudera Pasai menunjukkan sifat yang berlapis- lapis. Menurut
Ayatrohaedi, lapisan tersebut terdiri dari Sultan dan Rakyat Besar
kerajaan pada lapisan atas sampai dengan abdi pada lapisan paling
bawah (Ayatrohaedi, 1992). Pada tingkat golongan birokrasi, terdapat
golongan Orang Besar, perdana menteri, menteri, tentara, pejabat, dan
bangsawan kerajaan lainnya.
-Kepercayaan
Keyakinan yang dianut oleh masyarakat Samudera Pasai khususnya
keraton adalah Ahlul Sunah wal Jama'ah Islam. Terbukti dari kegiatan
sultan yang mengikuti upacara Syafi'I, masih banyak masyarakat sekitar
negara yang memiliki tidak memeluk Islam.
-Kesenian
Kesenian yang terlihat pada masa itu terutama pada seni ukir kaligrafi
dan puisi seperti yang terdapat pada batu nisan raja- raja kerajaan
Samudera Pasai. Seperti yang ditemukan di makam Sultan Malik Al
Saleh dan makam Sultan Malik Az Zahir.
-Bahasa
Bahasa yang digunakan pada masa itu antara lain: bahasa Melayu,
bahasa Arab dan bahasa Sansekerta yang dibuktikan dengn tulisan-
tulisan yang ada pada batu nisan seperi batu nisan yang ditemukan
pada makam yang ditemukan di Menyetujuh Pasei yang menggunakan
tiga bahasa diatas

2. Kerajaan Aceh
2.1 letak geografis
KERAJAAN ACEH Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah
kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi aceh, Indonesia.
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibukota
Bandar Aceh Darussalamdengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali
Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau
pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu
(1496 - 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa,
memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik,
mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin
hubungan diplomatik dengannegara lain
. 2.2 Tahun berdirinya
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang
pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di
utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan
sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan
pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496-1903), Aceh mengembangkan
pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang
imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur
dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan,
dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain
2.3 Raja- raja yang pernah memimpin
1.Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Ali Mughayat Syah merupakan
pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun 1514 sampai 1528.
Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie. Namun,
berkat kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Kerajaan Pidie
2.Salahuddin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. 12/24
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang
wilayah Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
4.Sultan Iskandar Muda Dia memerintah dari 1607 hingga 1638.
5.Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari
tahun 1638 sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani,
Kerajaan Aceh tidak mengalami kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh
semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh pertikaian dalam
kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka
dan Nusantara
. 2.4 Raja yang menuju puncak kesuksesan
Meskipun Sultan dianggap sebagai penguasa tertinggi, tetapi
sebenarnya itu selalu dijalankan oleh orang kaya atau kaya. Cerita Aceh
menuturkan Sultan yang diturunkan paksa diantaranya Sultan Sri Alam
digulingkan pada 1579 karena perangainya yang sudah melampaui
batas dalam membagi-bagikan harta kerajaan pada pengikutnya.
Penggantinya Sultan Zainal Abidin terbunuh beberapa bulan kemudian
karena kekejamannya dan karena kecanduannya berburu dan adu
binatang. Para raja dan orang kaya mempersembahkan mahkota
kepada Alaiddin Riayat Shah Sayyid al- Mukamil dari Dinasti Darul
Kamal pada tahun 1589. Itu langsung akhiri periode ketidakstabilan
dengan menindak orang kaya berlawanan dengannya sambil
memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal
Kesultanan Aceh yang dampaknya dirasakan pada sultan berikutnya.
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan
Meukuta Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan
Pahang yang merupakan sumber timah utama. Pada tahun 1629,
kesultanan Aceh
melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan a 13/24
terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini
dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan
semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada
tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak membawa
penduduknya ke Aceh. Pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed
Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda) didatangkan perutusan
diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan Tuanku
Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin
dunia seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, dan
Ratu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk memperkuat posisi
kekuasaan Aceh

1.5 Penyebab runtuhnya


Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1030, tdk ada raja-raja
besar yg mampu mengendalikan daerah Aceh yg demikian luas. Di
bawah Sultan Iskandar Thani ( 1637 1641), sebagai pengganti Sultan
Iskandar Muda, kemunduran itu mulai terasa & terlebih lagi setelah
meninggalnya Sultan Iskandar Thani. Timbulnya pertikaian yg terus
menerus di Aceh aantara golongan bangsawan (teuku) dgn golongan
utama ( teungku ) yg mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.
Antara golongan ulama sendiri prtikaian terjadi karena prbedaan aliran
dlmm agama ( aliran Syi'ah dan Sunnah wal Jama'ah) Daerah
kekuasaannya banyak yg melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak,
Minangkabau, dan Siak. Negara-negara itu menjadikan daerahnya sbg
negara merdeka kembali, kadang-kadang di bantu bangsa asing yg
menginginkan keuntungan perdagangan yg lebuh besar. Keruntuhan
Kerajaan Aceh. Selain itu juga ada beberapa hal lain yaitu;
1. Tidak ada pemimpin pengganti yang kompeten setelah wafatnya
Sultan Iskandar Muda. Maka terjadi ketidakstabilan pada kerajaan Aceh
yang menggiringnya pada kehancuran dan keruntuhan.
2. Masa-masa kemunduran yang telah terlihat setelah wafatnya
Iskandar Muda dalam hal ekonomi, pekerjaan, dan juga pamornya
sebagai kerajaan Islam besar
3. Bahkan banyak bagian kerajaan yang memisahkan diri set 14/24
kemunduran dari kesuksesan itu. Bagian- bagian kerajaan tersebut
antara lain Johor, Pajang, Minangkabau, Siak, dan Perak
. 4. Perselisihan terus terjadi antara anggota pemerintah dan
bawahannya, untuk memperebutkan kekuasaan yang berkonotasi
negatif. Bukan untuk memimpin kerajaan menjadi lebih baik, melainkan
untuk mendapatkan harta dan kekuasaan dari masyarakat.
5. Munculnya kerajaan baru yang lebih kompeten dalam ekonomi dan
politiknya

1.6 Hasil budaya


•Arsitektur
Tidak terlalu banyak peninggalan bangunan zaman Kesultanan yang
tersisa di Aceh. Istana Dalam Darud Donya telah terbakar pada masa
perang Aceh - Belanda. Kini, bagian inti dari Istana Dalam Darud Donya
yang merupakan tempat kediaman Sultan Aceh telah berubah menjadi
Pendapa Gubernur Aceh dan "asrama keraton" TNI AD. Perlu dicatat
bahwa pada masa Kesultanan bangunan batu dilarang karena
ditakutkan akan menjadi benteng melawan Sultan. Selain itu, Masjid
Raya Baiturrahman saat ini bukanlah arsitektur yang sebenarnya
dikarenakan yang asli telah terbakar pada masa Perang Aceh - Belanda.
Peninggalan arsitektur pada masa kesultanan yang masih bisa dilihat
sampai saat ini antara lain Benteng Indra Patra, Masjid Tua Indrapuri,
Komplek Kandang XII (Komplek Pemakaman Keluarga Kesultanan Aceh),
Pinto Khop, Leusong dan Gunongan dipusat Kota Banda Aceh. Taman
Ghairah yang disebut Ar Raniry dalam Bustanus Salatin sudah tidak
berjejak lagi
•literatur
Seperti di daerah lain di Sumatera, beberapa cerita dan legenda
disusun dalam bentuk fabel. Hikayat yang terkenal di antaranya adalah
Hikayat Malem Dagang yang mengisahkan tentang sosok heroik Malem
Dagang dengan latar belakang penyerbuan Malaka oleh angkatan laut
Aceh. Ada lagi yaitu Hikayat Malem Diwa, Hikayat Banta Beuransah,
Hikayat Gajah Tujoh Ulee, Hikayat Cham Nadiman, Hikayat Pocut
Muhammad, Hikayat Prang Gompeuni, Hikayat Habib Hadat, Hikayat
Abdullah Hadat dan Hikayat dari Prang Sabi
Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adala 15/24
Salatin (Taman Para Sultan) karya Syaikh Nuruddin Ar-Raniry disamping
Tajus Salatin (1603), Sulalatus Salatin (1612), dan Hikayat Aceh (1606-
1636). Selain Ar-Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung yaitu
Hamzah Fansuri dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin (Rahasia
Orang yang Bijaksana), Syarab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang
Berahi), Zinat al-Muwahhidin (Perhiasan Sekalian Orang yang
Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair
Sidang Fakir, Syair Dagang dan Syair Perahu.

•Karya Agama
Para ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang keagamaan
yang dipakai luas di Asia Tengga. Syaikh Abdurrauf menerbitkan
terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa Asrarut Takwil,
karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy ke
dalam bahasa jawi.
Kemudian ada Syaikh Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal
Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yang menjadi kitab pengantar di dayah
sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya menulis 27
kitab dalam bahasa melayu dan arab. Yang paling terkenal adalah Sirath
al- Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap dalam bahasa melayu.

•Militer
Salah satu meriam yang dimiliki Kesultanan Aceh.
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa
teknisi dan pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian
menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam sendiri
dari kuningan.
3. Kerajaan Malaka
3.1 Letak geografis

LETAK GEOGRAFI Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di pulau


Sumatera dan semenanjung Malaka. Kerajaan ini beribukota di Malaka,
Malaysia. Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas
Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan
sebagainya), daerah Kepulauan Riau, Pesisir Timur Sumatra bagian
tengah, Brunai dan Serawak, dan Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi
adalah Indragiri, Palembang, Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan
Bunguran.

3.2 Tahun berdirinya

Kesultanan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah


berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara,
kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15 dengan
menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh
Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya
kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk
dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan
kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Cina
masa DinastiMing. Dari perbandingan dua sumber ini masih
menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama
hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta
rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada
awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun
perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini
yang ditunjukkan oleh gelar sultan yang disandang oleh penguasa
Malaka .
3.4 Raja yang membawa pada pncak kejayaan

Pada masa pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan


ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatera,
setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam.Di mulai dengan
menyerang Aru yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi
muslim dengan baik. Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya
ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut
serta kemampuan mengendalikan Orang Laut yang tersebar antara
kawasan pesisir timur Pulau Sumatera sampai Laut Cina Selatan. Orang
laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka
untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu
sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.
Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun
1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan
menjadikannya negara vassal. Di bawah sultan yang sama Kampar, dan
Siak juga takluk. Sementara kawasan Inderagiri dan Jambi merupakan
hadiah dari Batara Majapahit untuk Raja Malaka. Sultan Mansur Syah
kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah namun
memerintah tidak begitu lama karena diduga ia diracun sampai
meninggal dan kemudian digantikan oleh putranya Sultan Mahmud
Syah.
Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan
kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti
emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama
dalam penguasaan jalur Selat Malaka, termasuk mengendalikan kedua
pesisir yang mengapit selat itu.

3.5 Penyebab runtuhnya kerajaan


1. Tidak ada pemimpin pengganti yang kompeten setelah wafatnya
Sultan Iskandar Muda. Maka terjadi ketidakstabilan pada kerajaan Aceh
yang menggiringnya pada kehancuran dan keruntuhan.
2. Masa-masa kemunduran yang telah terlihat setelah wafatnya
Iskandar Muda dalam hal ekonomi, pekerjaan, dan juga pamornya
sebagai kerajaan Islam besar.
3. tidak ada pemimpin pengganti yang kompeten setelah wafatnya
Sultan Iskandar Muda. Maka terjadi ketidakstabilan pada kerajaan Aceh
yang menggiringnya pada kehancuran dan keruntuhan.
2. Masa-masa kemunduran yang telah terlihat setelah wafatnya
Iskandar Muda dalam hal ekonomi, pekerjaan, dan juga pamornya
sebagai kerajaan Islam besar.Bahkan banyak bagian kerajaan yang
memisahkan diri dari kemunduran kejayaan tersebut. Bagian kerajaan
tersebut antara lain Johor, Pajang, Minangkabau, Siak, dan Perak.
4. Pertikaian terus terjadi antara anggota kerajaan dan bawahannya,
untuk memperebutkan kekuasaan yang berkonotasi negatif. Bukan
untuk memimpin kerajaan menjadi lebih baik, melainkan untuk
mendapatkan harta dan kekuasaan dari masyarakat.
5. Munculnya kerajaan baru yang lebih kompeten dalam ekonomi dan
politiknya.

3.6 Hasil budaya


-Dalam bidang seni Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat
Hang Jebat.

Anda mungkin juga menyukai