Disusun oleh :
Rahma Putri Zhafira A
Salsabila Azzahra
Ananda Febriani
Fadhila Nurwahyuni
Ahmad Miftah Assagaf
Muh. Andika Mulyawan
`XII MIPA 2
SMAN 22 MAKASSAR
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUANPENDAHULUAN
2.1 Pembahasan
Bukti tertulis mengenai adanya masyarakat Islam di Indonesia tidak ditemukan sampai
dengan abad 4 H (10 M). Yang dimaksud dengan bukti tertulis adalah bangunan-bangunan
masjid, makam, ataupun lainnya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pada abad 1-4 H
merupakan fase pertama proses kedatangan Islam di Indonesia umumnya dan Sumatera
khususnya, dengan kehadiran para pedagang muslim yang singgah di berbagai pelabuhan di
Sumatera. Dan hal ini dapat diketahui berdasarkan sumber asing. Dari literature Arab, dapat
diketahui bahwa kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara
sejak permulaan abad ke-7 M. Sehingga, kita dapat berasumsi, mungkin dalam kurun waktu
abad 1-4 H terdapat hubungan pernikahan anatara para pedagang atau masyarakat muslim
asing dengan penduduk setempat sehingga menjadikan mereka masuk Islam baik sebagai istri
ataupun keluarganya
sedangkan bukti-bukti tertulis adanya masyarakat Islam di Indonesia khususnya
Sumatera, baru ditemukan setelah abad ke- 10 M. yaitu dengan ditemukannya makam seorang
wanita bernama Tuhar Amisuri di Barus, dan makam Malik as Shaleh yang ditemukan di
Meunahasah Beringin kabupaten Aceh Utara pada abad ke- 13. M. KEADAAN MASYARAKAT
SUMATRA SEBELUM MASUKNYA ISLAM Sumatera Utara memiiki letak geografis yang
strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan yang ramai, menjadi tempat
persinggahan para pedagang Muslim Arab dan menjadi salah satu bisnis 4/24 di masa lalu.
Sebelum masuk agama Islam ke Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama
Hindu. Hal ini dibuktikan dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-
Shaleh, Sultan Samudera Pasai pertama, menganut agama Hindu sebelum akhirnya dilslamkan
oleh Syekh Ismael. Sama halnya dengan Sumatera Utara, Sumatera Selatan juga memiliki
letak geografis yang strategis. Sehingga pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan
yang ramai dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Oleh karena itu,
otomatis banyak saudagar-saudagar muslim yang singgah ke pelabuhan ini. Sebelum
masuknya Islam, Sumatera Selatan telah berdiri kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha.
Kerajaan ini memiliki kekuatan maritim yang luar biasa. Karena kerajaannya bercorak Buddha,
maka secara tidak langsung sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Buddha. Letak
yang strategis menyebabkan interaksi dengan budaya asing, yang mau tidak mau harus
dihadapi. Hal ini membuat secara tidak langsung banyak budaya asing yang masuk ke
Sriwijaya dan mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem pemerintahannya. Termasuk
masuknya Islam
Bangsa Indonesia yang sejak zaman nenek moyang terkenal akan sikap tidak menutup diri, dan
sangat menghormati perbedaan keyakinan beragama, menimbulkan kemungkinan besar ajaran
agama yang berbeda dapat hidup secara damai. Hal-hal ini yang membuat Islam dapat masuk
dan menyebar dengan damai di Sumatera selatan khususnya dan Pulau Sumatera umumnya.
5/24 Berikut kerajaan- kerajaan yang ada di Sumatera; 1. kerajaan samudra pasai
1.1 letak geografis LETAK GEOGRAFIS
Kerajaan ini terletak di Pantai Utara Aceh pada Muara Sungai Pasangan (pasai). Di muara
sungai tersebut terletak dua kota yaitu Samudera (jauh dari laut) dan pasai yang merupakan
kota pesisir. Kemudian kedua kota tersebut disatukan oleh Marah Silu dan terbentuklah
kerajaan Samudera Pasai. SUMBER SEJARAH Ditemukannya makam raja-raja Pasai di
kampung Geudong, Aceh Utara. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan
Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia
juga menceritakan bahwa, ketika di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di
sana.Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin
datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang
cukup luas dengan kerajaan luar. 1.2 Tahun berdirinya pemerintahan Kesultanan Pasai, juga
dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang
terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh
Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Berdasarkan berita Marcopolo (th 1292) dan Ibnu Batutah
(abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra
Pasai. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th
1297) Raja pertama Samudra Pasai
Dari abad ke-9 hingga ke-11 M, berita navigasi dan geografi Arab juga menambah sumber
sejarah. Kabar tersebut antara lain dari Ibnu Khurdazbih (850), Ya'qubi (875-880), Ibnu Faqih
(902), Ibnu Rusteh (903), Ishaq Ibnu Iman (lk.907), Muhammad Ibnu Zakariyya al- Razi, Abu
Zaid dari Sirat (halaman 916), Abu Dulaf (halaman 940), Mas'udi (943), dan Buzurg ke-
Syahriyar (awal Ibnu abad 10). (Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:22). Hal ini membuktik: 6/24
islamisasi telah ada sebelum kerajaan Samudra Pasai didirikan. Oleh karena itu, sejak abad ke-
7 dan ke-8 sampai abad ke-11 M di daerah pesisir selat Malaka dan juga di Cina Selatan
tumbuh komunitas-komunitas muslim akibat islamisasi. Kerajaan Samudra Pasai didirikan
sekitar abad ke-13 oleh Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir. Pada tahun 1238
M, ia mendapat tugas merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat yang digunakan sebagai tempat
pemasaran barang dagangan dari timur. Nazimuddin al- Kamil juga mendirikan kerajaan di
bagian utara Pulau Sumatera. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil
perdagangan rempah- rempah dan lada. Dia kemudian mengangkat Marah Silu menjadi Raja
Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (1285-1297).
1.2 Raja- raja yang pernah memimpin 12671297
Sultan Malik as- Saleh (Marah Silu) Kisah Para Raja Pasai dan Makam Raja 1297-1326
Sultan Muhammad Malik az- Zahir Koin emas telah mulai diperkenalkan 1326-1345
Sultan Mahmud Malik az- Zahir Dikunjungi Ibnu Batutah 1345-1383
Sultan Ahmad Malik az-Zahir Diserang Majapahit 1383-1405
Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar Dikunjungi Cheng Ke 1405-1412
Sultanah Nahrasiyah Raja perempuan, (janda Sultan Pasai sebelumnya) 1405 1412
Sultan Sallah ad- Din Menikahi Sultanah Nahrasiyah 1412-1455
Sultan Abu Zaid Malik az-Zahir Mengirim utusan ke Cina 1455-1477
Sultan Mahmud Malik az- Zahir II 1477-1500
Sultan Zain al- Abidin bin Mahmud Malik az- Zahir II Sultan Zain al- Abidin II 1 ⚫ 501-
1513
Sultan Abd- Allah Malik az- Zahir 1513-1521 Sultan Zain al- Abidin
1.3 Penyebab runtuhnya
Ketika bangsa portugis menjajah tanah Malaka, Iskandar Muda tampil
sebagai Raja Aceh yang gigih menentang kehadiran kekuasaan asing. Iskandar
Muda juga dikenal sebagai raja yang cakap mengembangkan sistem
pemerintahan, pendidikan agama, adat, dan kesejahteraan rakyat Aceh. Sultan
Iskandar Muda lahir di Banda Aceh pada tahun 1593. Di usianya yang masih
tergolong muda, ia telah memperlihatkankemampuannya dalam memimpin.
Saat baru menginjak usia 13 tahun, ia sudah memimpin pasukan Aceh
memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat dipantai Aceh.
Rupanya maksud kedatangan Portugis adalah ingin mengambil alih dan
memonopoli perdagangan lada di Aceh. Setahun kemuian, ia dinobatkan
sebagai Sultan Aceh. Ia menggantikan pendahulunya Sultan Ali Riayat Syah
yang berkuasa dari tahun 1604-1607 yang juga dikenal dengan sebutan Sultan
Muda. Iskandar Muda sejak awal pemerintahannya telah memilih politik
konfrontatif melawan Portugis. Itu juga tidak mentolerir pemerintah yang
memiliki hubungan dengan Portugis. Misalnya, Kerajaan Johor diserang dua
kali dan dihancurkan meskipun Johor dibantu oleh Portugis. Berbagai aturan
harus ditaati oleh bangsa lain yang datang ke Aceh. Dengan pasukannya,
Sultan Iskandar Muda tidak segan- segan melawan dan mengalahkan pasukan
asing yang ingin menguasai negaranya. Serangan terhadap Portugis yang
berkedudukan di Malaka dilakuan dari tahun 1615 hingga 1629. Serangan
pertama pada tahun 1615 mengalami kegagalan. Serangan kedua kembali
dilancarkan pada tahun 1629, kali ini dilakukan secara besar-besaran. Pasukan
Portugis terkepung dan terancam. Mereka hampir saja menyerah, akan tetap
pada saat Aceh hampir memetik kemenangan, Portugis banyak medapat
bantuan dari Johor, Pahang, Patani, Goa, dan Indoa sehingga serangan
pasukan Sultan Iskandar Muda dapat dipatahkan. Dengan datangnya pasukan
bantuan itu, Portugis menjadi kuat. Armada Aceh terkepung dan akhirnya
mengundurkan diri. Setelah mengalami kekalahan yang kedua itu, Sultan
Iskandar Muda lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap masalah-
masalah dalam negeri. Dalam bidang pemerintahan, Sultan menata
wilayahnya yang disebut mukim dengan membagi kerajaan berdasarkan
bidang masing- masing. Sistem pemerintahan disempurnakan dan pendidikan
agama mendapat prioritas
-Ilmu pengetahuan
Sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam bukan hanya di 10/24
tetapi untuk Asia Tenggara. Pada masa pemerintahan Sultan Zaenal
Abidin Bahiyan Syah pernah mengantar dua orang pendakwah ke Jawa
yaitu : Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak
-Keorgasisasian
Komposisi masyarakat yang merupakan warga Kesultanan
Samudera Pasai menunjukkan sifat yang berlapis- lapis. Menurut
Ayatrohaedi, lapisan tersebut terdiri dari Sultan dan Rakyat Besar
kerajaan pada lapisan atas sampai dengan abdi pada lapisan paling
bawah (Ayatrohaedi, 1992). Pada tingkat golongan birokrasi, terdapat
golongan Orang Besar, perdana menteri, menteri, tentara, pejabat, dan
bangsawan kerajaan lainnya.
-Kepercayaan
Keyakinan yang dianut oleh masyarakat Samudera Pasai khususnya
keraton adalah Ahlul Sunah wal Jama'ah Islam. Terbukti dari kegiatan
sultan yang mengikuti upacara Syafi'I, masih banyak masyarakat sekitar
negara yang memiliki tidak memeluk Islam.
-Kesenian
Kesenian yang terlihat pada masa itu terutama pada seni ukir kaligrafi
dan puisi seperti yang terdapat pada batu nisan raja- raja kerajaan
Samudera Pasai. Seperti yang ditemukan di makam Sultan Malik Al
Saleh dan makam Sultan Malik Az Zahir.
-Bahasa
Bahasa yang digunakan pada masa itu antara lain: bahasa Melayu,
bahasa Arab dan bahasa Sansekerta yang dibuktikan dengn tulisan-
tulisan yang ada pada batu nisan seperi batu nisan yang ditemukan
pada makam yang ditemukan di Menyetujuh Pasei yang menggunakan
tiga bahasa diatas
2. Kerajaan Aceh
2.1 letak geografis
KERAJAAN ACEH Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah
kerajaan Islam yang pernah berdiri di provinsi aceh, Indonesia.
Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibukota
Bandar Aceh Darussalamdengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali
Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau
pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu
(1496 - 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan
militer, berkomitmen dalam menentang imperialisme bangsa Eropa,
memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik,
mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin
hubungan diplomatik dengannegara lain
. 2.2 Tahun berdirinya
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan Islam yang
pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di
utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan
sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan
pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507.
Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496-1903), Aceh mengembangkan
pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang
imperialisme bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur
dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan,
dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain
2.3 Raja- raja yang pernah memimpin
1.Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Ali Mughayat Syah merupakan
pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari tahun 1514 sampai 1528.
Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie. Namun,
berkat kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Kerajaan Pidie
2.Salahuddin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. 12/24
waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
3. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang
wilayah Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
4.Sultan Iskandar Muda Dia memerintah dari 1607 hingga 1638.
5.Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari
tahun 1638 sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani,
Kerajaan Aceh tidak mengalami kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh
semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan oleh pertikaian dalam
kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai Malaka
dan Nusantara
. 2.4 Raja yang menuju puncak kesuksesan
Meskipun Sultan dianggap sebagai penguasa tertinggi, tetapi
sebenarnya itu selalu dijalankan oleh orang kaya atau kaya. Cerita Aceh
menuturkan Sultan yang diturunkan paksa diantaranya Sultan Sri Alam
digulingkan pada 1579 karena perangainya yang sudah melampaui
batas dalam membagi-bagikan harta kerajaan pada pengikutnya.
Penggantinya Sultan Zainal Abidin terbunuh beberapa bulan kemudian
karena kekejamannya dan karena kecanduannya berburu dan adu
binatang. Para raja dan orang kaya mempersembahkan mahkota
kepada Alaiddin Riayat Shah Sayyid al- Mukamil dari Dinasti Darul
Kamal pada tahun 1589. Itu langsung akhiri periode ketidakstabilan
dengan menindak orang kaya berlawanan dengannya sambil
memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal
Kesultanan Aceh yang dampaknya dirasakan pada sultan berikutnya.
Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada
masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636) atau Sultan
Meukuta Alam. Pada masa kepemimpinannya, Aceh menaklukkan
Pahang yang merupakan sumber timah utama. Pada tahun 1629,
kesultanan Aceh
melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan a 13/24
terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini
dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan
semenanjung Melayu. Sayangnya ekspedisi ini gagal, meskipun pada
tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak membawa
penduduknya ke Aceh. Pada masa Sultan Alaidin Righayat Syah Sayed
Al-Mukammil (kakek Sultan Iskandar Muda) didatangkan perutusan
diplomatik ke Belanda pada tahun 1602 dengan pimpinan Tuanku
Abdul Hamid. Sultan juga banyak mengirim surat ke berbagai pemimpin
dunia seperti ke Sultan Turki Selim II, Pangeran Maurit van Nassau, dan
Ratu Elizabeth I. Semua ini dilakukan untuk memperkuat posisi
kekuasaan Aceh
•Karya Agama
Para ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang keagamaan
yang dipakai luas di Asia Tengga. Syaikh Abdurrauf menerbitkan
terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa Asrarut Takwil,
karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy ke
dalam bahasa jawi.
Kemudian ada Syaikh Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal
Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yang menjadi kitab pengantar di dayah
sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya menulis 27
kitab dalam bahasa melayu dan arab. Yang paling terkenal adalah Sirath
al- Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap dalam bahasa melayu.
•Militer
Salah satu meriam yang dimiliki Kesultanan Aceh.
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa
teknisi dan pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian
menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam sendiri
dari kuningan.
3. Kerajaan Malaka
3.1 Letak geografis