Anda di halaman 1dari 13

Keadaan Masyarakat Sumatera Sebelum

Masuknya Agama Islam

Sumatera Utara memiliki letak geografis yang sangat strategis. Sebab


letaknya yang strategis membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan
yang sangat ramai. Dan menjadikan tempat singgah oleh para saudagar-
saudagar muslim Arab serta menjadi salah satu pusat perniagaan pada
masa lalu.

Sebelum masuknya agama Islam di Sumatera Utara, penduduk setempat


menganut agama Hindu. Hal itu dibuktikan dengan berita yang
menyebutkan bahwa, Sultan Malik As Shaleh pada zaman dahulu
menganut agama Hindu. Yang sebelumnya di Islam kan oleh Syekh
Ismael.
Di Sumatera Selatan juga mempunyai letak geografis yang sama dengan
Sumatera Utara. Pelabuhan-pelabuhannya sangat ramai oleh saudagar-
saudagar muslim. Sebelum masuknya Islam di Sumatera Selatan, sudah
berdiri sebuah Kerajaan Sriwijaya yang bercorakl Buddha.

Kerajaan Sriwijaya memiliki kekuatan maritim yang sangat luar biasa.


Karena kerajaan ini bercorak Buddha, maka penduduknya atau
masyarakatnya juga menganut agama Buddha.

Bangsa Indonesia yang sejak zaman dahulu sudah terkenal dengan sikap
tidak menutup diri. Dan sangat menghormati perbedaan keyakinan
beragama. Hal ini menimbulkan kemungkinan besar ajaran agama yang
berbeda dapat hidup secara damai dan tentram. Sehingga membuat
agama Islam dapat masuk dan menyebar dengan damai di Pulau
Sumatera.

Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan

Palembang adalah kota yang memiliki letak geografis yang strategis.


Sejak zaman dahulu, Palembang menjadi tempat singgah oleh para
saudagar-saudagar yang berlayar di selat malaka. Selain dari saudagar,
para peziarah pun banyak yang melewati jalur ini.
Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya masuk agama Islam
di Kota Palembang (Sriwijaya) atau di Sumatera Selatan.

Perkembangan Islam di Sumatera Selatan, ada sumber yang


menyebutkan bahwa telah ada hubungan erat antara saudagar timur
tengah dengan sriwijaya. Hal itu mempertimbangkan sejarah T’ang yang
mengabarkan adanya utusan Raja Tache ke Kelingga pada tahun 674 M.

Dapat dipastikan bahwa di Sumatera Selatan sudah ada proses


Islamisasi. Bahkan T’ang menyebutkan telah adanya Kampung Arab
muslim di Pantai Barat Sumatera. Setelah itu munculah kerajaan Islam di
Indonesia yang berada di Pulau Sumatera
Kerajaan – kerajaan Islam di Sumatera

Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan yang pertama kali di Indonesia.
Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-3 H (9 M). Dikatakan bahwa pada
tahun 173 H, ada sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak
membawa angkatan dakwah. Dalam rombongan itu di pimpin oleh
nahkoda khalifah.

Kerajaan Perlak didirikan oleh Sayid Abdul Aziz (raja pertama Kerajaan
Perlak) dengan gelar Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Pada
akhir abad ke 12, di Pantai Timur Sumatera terdapat negara Islam yang
bernama Perlak. Tapi nama itu kemudian dijadikan sebutan Peureulak.

Negara Islam ini didirikan oleh para pedagang asing dari Mesir, Persia,
Maroko, Gujarat yang menetap di wilayah tersebut. Pendirinya adalah
orang Arab dari suku Quraisy. Semenjak awal abad ke 12, pedagang
Arab itu menikah dengan putri asli daerah tersebut, keturunan raja
Perlak.

Dari perkawinannya dia mendapatkan seorang anak yang bernama Sayid


Abdul Aziz. Sayid Abdul Aziz inilah yang menjadi raja pertama negeri
Perlak.

Kerajaan ini mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan


Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan berdaulat. Pada
era pemerintahannya, kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat
terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah
Islamiah.
Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan samudera pasai terletak di Aceh dan di pesisir timur Laut Aceh.
Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai belum bisa di pastikan dengan
tepat. Dan masih menjadi perdebatan para ahli sejarah.

Malik Al-Saleh adalah raja pertama kerajaan Samudera Pasai, dia juga
pendiri kerajaan tersebut. Dalam hikayat raja-raja pasai disebutkan
bahwa nama Malik Al-Saleh sebelum menjadi seorang raja adalah merah
Sile atau merah Selu. Malik Al-Saleh masuk Islam setelah mendapatkan
seruan dakwah dari Syekh Ismail beserta rombongan yang datang dari
Makkah.

Samudera Pasai ketika itu adalah pusat belajar agama Islam dan tempat
berkumpul para ulama dari berbagai negeri Islam. Untuk berdiskusi
berbagai masalah keagamaan dan keduniaan. Selain itu, Sultan Maliku
Zhahir juga mengutus para ulama untuk berdakwah ke berbagai wilayah
Nusantara.
Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan
kebudayaan Islam. Pemerintahnya bersifat Teokrasi (berdasarkan ajaran
Islam) rakyatnya sebagian besar memeluk agama Islam. Raja raja Pasai
membina persahabatan dengan Campa, India, Tiongkok, Majapahit dan
Malaka.

Selama abad ke-13 sampai awal abad ke-16, Samudera Pasai dikenal
sebagai salah satu kota dengan Bandar Pelabuhan yang sangat sibuk.
Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan Internasional dengan lada
sebagai salah satu komoditas ekspor utama.

Bukan hanya perdagangan ekspor impor yang maju. Sebagai bandar


dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai
alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat dari emas dikenal sebagai
uang dirham.

Kerajaan Aceh
Pada awalnya, wilayah Kerajaan Aceh ini hanya mencakup daerah Banda
Aceh dan Aceh Besar. Yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Saat
Mughayat Syah naik kedudukan menggantikan ayahnya, beliau berhasil
memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam
kekuasaannya. Termasuk menaklukkan kerajaan Pasai.

Kerajaan-kerajaaan kecil yang berada disekitar Aceh juga di taklukan


Mughayat Syah. Seperti Kerajaan Peurelak, Pedir, Daya dan Aru. Sejak
saat itu kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam.

Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan


Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M). Pada masa ini merupakan masa
paling cerah bagi Aceh. Dimana kekuasaannya berkembang dan terjadi
penyebaran Islam hampir di seluruh Sumatera.
Di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam menjadi
salah satu pusat pengembangan Islam di Indonesia. Di Aceh dibangun
Masjid Baiturrahman, rumah-rumah Ibadah, dan lembaga-lembaga
pengkajian Islam. Di Aceh tinggal ulama-ulama tasawuf yang terkenal,
seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syaikh Nuruddin Ar-Raniri, dan
Abdul Rauf As-Sinkili.

Kerajaan Minangkabau
Kerajaan Minangkabau juga di kenal dengan sebutan Kerajaan
Pagaruyung. Kerajaan Minangkabau adalah salah satu Kerajaan Melayu
yang pernah berdiri. Meliputi Provinsi Sumatra Barat saat ini, dan
daerah-daerah di sekitarnya. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh
Adityawarman sejak tahun 1347. Dan sekitar tahun 1600-an, kerajaan ini
menjadi Kesultanan Islam.

Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16 H.


Yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang
dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh
Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala).

Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap pertama-tama


menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17 H, Kerajaan
Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang
pertama dalam riwayat adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan
Alif.

Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan


dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan. Dan hal-hal yang pokok
dalam adat diganti dengan aturan agama Islam. Pepatah adat
Minangkabau yang terkenal adalah Adat Basandi Syarak dan Syarak
Basandi Kitabullah. Yang artinya adat Minangkabau berdasarkan pada
agama Islam. Sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-Quran dan
Hadits.

Pengaruh agama Islam membawa perubahan secara mendasar terhadap


adat Minangkabau. Islam juga membawa pengaruh pada sistem
pemerintahan kerajaaan Pagaruyung. Hal itu dibuktikan dengan
ditambahnya unsur pemerintahan, seperti Tuan Kadi dan beberapa
istilah lain yang berhubungan dengan Islam.
Kerajaan Riau

Sebelum masuknya agama Islam wilayah Riau, tidak ada satu pun dari
penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Agama penduduk asli
adalah Anismisme, yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur.
Kemudian menyusul pada sebagian penduduk mereka yang beragama
Budha dan sekali berkembang menjadi Hindu-Budha.

Wilayah Riau Kuntu-Kampar adalah daerah pertama di Riau yang


berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini
dimungkinkan karena sejak zaman Bahari, daerah ini telah berkaitan erat
dengan pedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab
(Persia).

Hubungan tersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan. Karena


daerah lembah Sungai Kampar kanan atau kiri merupakan daerah
penghasil lada terpenting di dunia. Oleh karena itu, tidak mengherankan
kalau daerah Kuntu-Kampar yang pertama kali dimasuki agama Islam.

Kesultanan Palembang

Pada waktu itu daerah Palembang menjadi bagian dari Kerajaan


Majapahit. Di daerah ini ditempatkan seorang Adipati bernama Ario
Damar pada tahun 14-15 H (1447 M). Pada awalnya dia memeluk agama
hindu, lalu kemudian masuk agama islam.
Kerajaan Kesultanan Jambi

Kesultanan Jambi adalah Kerajaan Islam yang berkedudukan di Provinsi


Jambi sekarang ini. Kerajaan Jambi ini berbatasan dengan Kerajaan
Indragiri dan Kerajaan-Kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima
Kota di Utara.

Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang


(Keresidenan Palembang). Kesultanan Jambi juga menguasai Lembah
Kerinci, meskipun pada masa akhir kekuasaannya tidak lagi diperdulikan
lagi. Ibukota Kesultanan Jambi terletak di Kota Jambi, yang terletak di
pinggir Sungai Batanghari.

Anda mungkin juga menyukai