Anda di halaman 1dari 5

MASA KERAJAAN PERLAK DI NUSANTARA SEBAGAI KERAJAAN

ISLAM
Aisyah Elvina Sari
Andriani Aprilianty
Athifah Ruhilmujahidah
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Alsyahelvinasai01@gmail.com
aprialiantiandriani@gmail.com
athifahruhilmujahidah29@gmail.com

ABSTRAK

Masyarakat muslim disuatu tempat terbentuk melalui proses yang sangat panjang. Pertama mulai
terbentuknya pribadi- pribadi muslim oleh para da’i yang berdatangan dari luar indonesia. Selanjutnya
masyarakat muslim bersama menumbuhkan kerjaan Islam,tercatatlah kerajaan Islam di Indonesi
seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram; dan sebagainya. Tercatat juga
kerajaan Gawo, Tallo, Bone, di Sulawesi, Ternate, Tidore di Maluku. Komunitas muslim yang
terbentuk di beberapa daerah di nusantara ini,mendorong untuk masyarakat muslim membentuk
kerajaan-kerjaan islam maka proses belajar terjadi di kerajaan-kerajaan,lalu mengkaji pernana
pendidikan di kerajaan-kerajaan islam yang ada. Peureulak di pantai timur Sumatra adalah kerajaan
Islam tertua di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
ABSTRACT
The Muslim community in one place is formed through a very long process. First began the formation
of Muslim individuals by the da'i who came from outside Indonesia. Furthermore, the Muslim
community together fostered Islamic work, recorded Islamic kingdoms in Indonesia such as Perlak,
Pasai, Aceh Darussalam, Banten, Demak, Mataram; etc. The kingdoms of Gawo, Tallo, Bone, in
Sulawesi, Ternate, and Tidore in Maluku are also recorded. The Muslim community that was formed in
several areas in the archipelago, encouraged the Muslim community to form Islamic kingdoms, the
learning process in the kingdoms, then studied the role of education in the existing Islamic kingdoms.
Peureulak on the east coast of Sumatra is the oldest Islamic kingdom in Indonesia and even Southeast
Asia

Keywords : Islamic Kingdom, Perlak Kingdom, Islam

PENDAHULUAN
Islam adalah agama di Indonesia yang paling banyak pemeluknya, Agama islam masuk ke
Indonesia secara besar besaran terjadi sekitar abad XIV dan XV, masuk dan berkembanganya
islam di Indonesia ini juga tidak lepas dari kerajaan-kerajaan islam di Indonesia, seperti
kesultanan Samudra Pasai, Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Pajang, Mataram, Cirebon,
Ternate dan lain-lain. Masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, ada daerah-daerah yang
sejak dini telah dimasuki oleh Islam, di samping ada daerah yan terbelakang dimasuki Islam.
Berkenaan dengan ini telah disepakati bersama oleh sejarawan Islam bahwa Islam pertama kali
masuk ke Indonesia adalah di Sumatera (sekitar abad ke-7 dan 8 M). Sedangkan Islam masuk
ke Jawa waktunya diduga kuat berdasarkan batu nisan kubur Fatimah binti Maimun di Laren
(Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M).
Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan Islam masuk ke daerah ini pada abad
ke 14 Masehi. Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di daerah ini
terjadi kira-kira tahun 1550 M. Adapun di Sulawesi terutama di bagian selatan telah di datangi
pedagang muslim pada abad ke-15 M.
Perlak menjadi Kerajaan Islam tertua dan kesultanan Islam pertama yang ada di Nusantara.
Kerajaan ini menjadi cikal bakal perkembangan Islam di Indonesia, sehingga memiliki runtutan
sejarah yang cukup panjang. Menurut catatan sejarah Kerajaan Perlak, diperkirakan berdiri
sejak tahun 840 hingga 1292 Masehi. Kerajaan yang terletak di pesisir timur daerah Aceh ini
memiliki kekayaan hasil alam yang cukup melimpah dan letaknya strategis. Salah satu hasil
alamnya yang cukup dikenal yaitu kayu perlak atau jenis kayu untuk pembuatan kapal. Kondisi
inilah yang membuat banyak para pedagang dari berbagai negara datang ke daerah ini.
Masuknya para pedagang inilah yang menjadi cikal bakal penyebaran ajaran Islam di kawasan
ini.
Pada awal abad ke 8, Perlak dikenal memiliki pelabuhan yang menjadi pusat perdagangan
internasional. Kelompok pendatang bermaksud untuk menyebarluaskan agama Islam dengan
mengembangkan sayap perdagangan. Selain itu, Kerajaan Perlak disebut sebagai kesultanan
Islam di Nusantara yang memiliki pemerintahan cukup panjang, Kerajaan yang berdiri pada
tahun 840 Masehi ini memiliki 18 orang raja yang memerintah. Raja pertama yang menjabat
pada kerajaan ini yaitu Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 sampai dengan
249 Hijriyah atau pada tahun 840 hingga 964 Masehi).
Kemudian, sejarah Kerajaan Perlak harus dilanjutkan oleh kepemimpinan Sultan Alidin
Saiyid Maulana Abbas Syah di tahun 285 hingga 300 Hijriyah. Selanjutnya, kepemimpinannya
dipegang oleh Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali Mughayar Syah pada tahun 302
H. Kepemimpinan ini silih berganti sampai raja terakhir dipimpin oleh Sultan Makhdum
Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1225 -1263 M).
PEMBAHASAN
Pada tahun 173 H., sebuah kapal layar dengan pimpinan “Makhada Khalifah” dari Teluk
Kambay Gujarat berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang anggota
dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal
dagang dan khlaifah menyamar sebagai kaptennya. Makhada Khalifah adalah seorang yang
bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari stengah abad, Meurah (raja) dan
seluruh rakyat Kemeurahan Perlak yang beragama Hindu-Budha dengan sukarela masuk agama
Islam. Selama proses pengislaman yang realtif singkat para anggota dakwah telah banyak yang
menikah dengan wanita Perlak. Di antaranya adalah seorang anggota dari Arab Suku Quraisy
menikah dengan putri Istana Kemeurahan Perlak yang melahirkan putra Indo-Arab pertama
dengan nama Sayid Abdul Aziz.

Pada tanggl 1 Muharram 225 H./840 M., kerajaan Islam Perlak diproklamasikan dengan raja
pertamanya adalah putra Indo-Arab tersebut dengan gelar Sultan Alaiddin Maulana Aziz Syah.
Pada waktu yang sama, nama ibukota kerajaan diubah dari Tiandor Perlak menjadi Bandar
Khalifah, sebagai kenagan indah kepada khalifah yang sangat berjasa dengan membudayakan
Islam kepada bangsa-bangsa Asia Tenggara yang dimulainya dari Perlak. Dengan demikian,
kerajaan Islam yang pertama berdiri pada awal abad ke-3 H./9 M., berlokasi di Perlak.5 Sultan
ini bersama istrinya, Putri Meurah Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo,
Perlak, Aceh Timur.

Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran
Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi
perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada
sultan. Kaum Syiah memenangkan perang dan pada tahun 302 H (915 M), Sultan Alaiddin
Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya
terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum
Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.

Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin
Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun
antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua
bagian:

a. Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)

b. Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah
Johan Berdaulat (986 – 1023)
Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu Kerajaan Sriwijaya menyerang
Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun
1006. Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan
Berdaulat (memerintah 1230-1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua
orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Perlak:

a. Putri Ratna Kamala, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad
Shah (Parameswara).
b. Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al Malik al-Saleh.

Sultan terakhir Perlak adalah sultan ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz
Johan Berdaulat (memerintah 1267–1292). Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan
Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad
Malik al Zahir, putra al Malik al-Saleh.6 Dari perjalanan panjang Kerajaan Perlak di atas,
mengalami pasang surut dan beberapa pertikaian antar penguasa, tapi hal itu tidak
menyebabkan kerajaan tersebut mengalami hambatan dalam proses pertumbuhannya, bahkan
menjadikan kerajaan Perlak tersus bekembang sampai dipersatukan dengan Kerajaan Samudra
Pasai.

Dengan berdirinya Kerajaan Perlak, semakin banyak orang Arab dari kalangan Syiah
ataupun Sunni yang datang untuk berdagang. Kedua aliran ini bahkan terus menyebarkan
pengaruhnya hingga timbul perlawanan terbuka pada masa pemerintahan Sultan Sayid
Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M). Peperangan antara dua aliran ini terus
berlangsung hingga akhirnya dapat diredam setelah dibuat perjanjian damai yang disebut
dengan Perjanjian Alue Meuh.
Perjanjian tersebut mengatur pembagian Kerajaan Perlak menjadi dua, yakni:
1) Perlak Baroh (Syiah) yang berpusat di Bandar Khalifah dengan wilayah dipesisir.
2) perlak Tunong (Sunni) dengan wilayah di pedalaman.

Kerajaan Perlak terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, kayu berkualitas tinggi untuk
bahan pembuatan kapal. Hasil alamnya ini yang menarik para pedagang dari Gujarat, Arab, dan
India untuk datang hingga membuat Kerajaan Perlak berkembang menjadi bandar niaga yang
maju. Kondisi ini juga mendorong perkawinan antara para saudagar muslim dengan penduduk
setempat, yang akhirnya membuat Perlak menjadi pusat penyebaran Islam di nusantara.
Kerajaan Perlak kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II (1230-1267 M). Di bawah kekuasaannya,
Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan
perluasan dakwah.

Sebab-sebab dasar dari runtuhnya kerajaan selain serangan dari kerajaan Sriwijaya yang
membuat pertahanan perlah menurun, selain itu juga sultan makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Syah II johan ketika menjabat sebagai sultan beliau menikahkan
kedua putrinya dengan penguasa kerajaan tetangga, yaitu putri ratna kamala di
nikahkan dengan sultan malaka sedangkan putri Ganggang di nikahkan dengan sultan
samudra pasai yaitu almalik assaleh. Dimana setelah sepeninggal sultan makhdum
Alaiddin Malik Abdul aziz Syah johan, putra dari putri ganggang dan Al-Malik assaleh
yaitu sultan muhammad Malik Al-zahir menggabungkan kekuasaan nya antara samudra
pasai dengan kerajaan perlak. Maka berahirlah kerajaan perlak di sumatra.

KESIMPULAN

Pada permulaan abad ke -17 Islam telah merata di hampir seluruh wilayah nusantara dan
munculnya kerajaan-kerajaan Islam nusantara, kerajaan-kerajan tersebut adalah Perlak,
Samudra Pasai, Aceh Darussalam di Sumatera, Demak, Pajang, Mataram, Cirebon dan Banten
di Jawa, Banjar dan Kutai di Kalimantan, Gowa, Tallo dan Bone di Sulawesi, Ternate dan
Tidore di Maluku serta masih banyak lagi kerajaan Islam di nusantara lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Susmihara. 2018. PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA.
Jurnal Rihlah. Vol. 06(01). Makassar, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Mannan. 2022. PENGEMBANGAN KURIKULUM DAYAH COT KALA PADA ERA KERAJAAN
PERLAK, ACEH. Journal of Islamic Social Sciences. Vol. 3(1). Institut Agama Islam Negeri
Lhokseumawe

Anda mungkin juga menyukai