Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

”KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA"

Tugas Sejarah Indonesia


Guru Mata Pelajaran: Erna S.Pd.
Kelaas X MIPA A

Disusun oleh
Kelompok 3:
-Ervin Nichola Novandryanto
-Gusti Muhammad Khairil Fachri
-Khaleed Muhammad Aziz
-Leander Depande Valentiendo Caesar
-Muhammad Akbar
-Ryan Slevin Valerian Shu
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah Indonesia ini tepat
pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan
dukungan dan bimbingannya makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai praktek
sejarah Indonesia. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat
bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para pembaca yang telah
membaca makalah ini hingga akhir.
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...…………………………………………………………………………..

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………....

Daftar Isi …………………………………………………………………………………….

A. Kerajaan Islam di Sumatra


B. Kerajaan Islam di Jawa
C. Kerajaan Islam di Kalimantan
D. Kerajaan Islam di Sulawesi
E. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
F. Kerajaan Islam di Maluku
G. Kerajaan Islam di Papua
A.Kerajaan Islam di Sumatra
Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah sumatra diperkirakan telah berlangsung
sekitar abad ke 13 hingga abad ke 16. Maraknya perdagangan antara pedagang muslim dari
berbagai daerah seperti Arab, Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan
masyarakat Indonesia saat itu mudah berbaur dengan para pedagang muslim.Kegiatan
perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat hingga ke berbagai
daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra. Kehadiran agama Islam di nusantara
juga mulai menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat kala itu. Aturan-aturan hidup
yang berlandaskan nilai-nilai Islam mulai diimplementasikan dalam berbagai sendi
kehidupan masyarakat.Proses masuknya Islam di Nusantara sebenarnya tidak tersiar secara
bersamaan. Tiap daerah memiliki periode yang berbeda-beda saat Islam masuk di
wilayahnya. Menurut para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat yang menjadi awal
mula masuknya Islam di nusantara.Kemudian, masuknya agama Islam ke tanah air pada
sekitar abad ke 6 tidak lepas dari pengaruh Syekh Kadir Jailani yang menyiarkan Islam saat
itu. Pada periode pertama menyebarkan syiar agama Islam, beliau telah membawa banyak
perubahan dan perkembangan di masyarakat nusantara.Aspek budaya, sosial pemerintahan
dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan. Secara umum, perubahan
besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
nusantara termasuk di wilayah Sumatera.

a.Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti
arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di
kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat
kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh,
Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam,
dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-
1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak,
dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai
tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal
Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan
Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga
menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun
1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan
luar.Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan
itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan
Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi
di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga
merupakan pusat perkembangan agama Islam.Seiring perkembangan zaman, Samudera
mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada
tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

b.Kerajaan Aceh

Diketahui, Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali
Mughayat Syah pada 1496 Masehi.Wilayah kekuasaan Kerajaan Aceh meliputi Provinsi
Aceh, Pesisir Sumatera Utara, dan Semenanjung Melayu. Kerajaan Aceh mencapai puncak
kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Perkembangan pesat
yang dialami Kerajaan Aceh tidak lepas dari letaknya yang strategis, yakni berada dekat
jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu.Ramainya aktivitas pelayaran
perdagangan melalui bandar-bandar perdagangan Kerajaan Aceh pada masa itu juga
mempengaruhi perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya.

Menurut H.J. De Graaf, Kerajaan Aceh merupakan hasil penyatuan dari dua kerajaan kecil,
yaitu Lamuri dan Aceh Darul Kamal yang awalnya tidak pernah rukun serta selalu
bermusuhan. Pada akhir abad ke-15, pusat Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Mahkota Alam
(sekarang Kuta Alam), karena adanya serangan dari Pidie. Sejak itu, Lamuri lebih dikenal
sebagai Kerajaan Mahkota Alam, mengikuti nama ibu kotanya. Dalam Hikayat Aceh,
pertentangan antara Mahkota Alam dan Darul Kamal berakhir setelah Makota Alam yang
saat itu dipimpin oleh Sultan Syamsu Syah menjodohkan putranya, Ali Mughayat Syah,
dengan putri Raja Darul Kamal. Kemudian diceritakan bahwa pasukan Mahkota Alam
melakukan penyerangan terhadap Darul Kamal saat arak-arakan pengantaran mas kawin.
Akibatnya, para pembesar Darul Kamal termasuk Sultan Muzaffar Syah tewas terbunuh.
Setelahnya, Sultan Syamsu Syah menjadi penguasa atas dua kerajaan. Pada 1516, putranya,
Ali Mughayat Syah, naik tahta dan memindahkan pusat kerajaannya ke Daruddunia (Banda
Aceh sekarang). Semenjak itu, kedua kerajaan yang disatukan tersebut diberi nama
Kerajaan Aceh Darussalam dengan pusat kerajaannya Banda Aceh Darussalam. Sultan Ali
Mughayat Syah menjadi raja pertama Kerajaan Aceh Darussalam dan memerintah pada
1514-1528 M.Di bawah kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah, Kerajaan Aceh berhasil
melakukan perluasan wilayah ke beberapa daerah, antara lain Daya dan Pasai. Selain itu,
kerajaan ini juga melakukan penyerangan terhadap bangsa Portugis di Malaka serta
Kerajaan Aru.
B.Kerajaan Islam di Jawa

Islam juga berkembang di pulau Jawa. Bukti berkembangnya Islam di Jawa adalah di
temukannya makam Maulana Malik Ibrahim dari kasyan (satu tepat di Persia) yang meninggal
pada tahun 822 H atau 1419 M di Gresik. Selain itu, di Mojokerto juga ditemukan ratusan
makan Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374.

a.Kerajaan Demak

Pertama di pulau Jawa adalah Demak yang muncul pada pertengahan akhir abad ke-15
Masehi. Kerajaan Demak didirikan Sultan Fatah yang masih keturunan dari raja-raja
Majapahit. Raden Fatah yang dikenal juga dengan nama Pangeran Jimbun merupakan putra
Raja Majapahit Kertabumi Brawijaya V dengan ibunya Putri Champa keturunan China.
Raden Fatah belajar Islam pada Raden Rahmat (Sunan Ampel). "Dalam masa akhir belajar
agama Islam, Raden Fatah kemudian dinikahkan dengan Nyai Ageng Malaka, putri Sunan
Ampel," tulis Naily Fadhilah dalam jurnal berjudul Jejak Peradaban dan Hukum Islam Masa
Kerajaan Demak Saat ilmunya dirasa sudah cukup, Raden Fatah diperintah Sunan Ampel
untuk menyebarkan Islam di Glagahwangi. Tulisan yang terbit di al-Mawarid: Jurnal
Syari`ah & Hukum ini menjelaskan, lokasi tersebut nantinya menjadi tempat Demak berdiri.
Secara geografis, kerajaan Islam pertama di pulau Jawa ini terletak di daerah Jawa Tengah.
Letak Demak sangat menguntungkan untuk perdagangan dan pertanian. Saat itu, Demak
terletak di tepi selat antara Pegunungan Muria dengan Jawa. Sebelumnya, Demak adalah
wilayah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Demak lebih dikenal sebagai Bintara atau
Glagahwangi. Kadipaten Demak adalah hadiah dari Raja Kertabumi Brawijaya V kepada
Raden Fatah. Wilayah ini diolah Raden Fatah dan istrinya dengan baik melalui pendirian
pondok pesantren setelah tahun 1475 M. Pesantren ini menjadi pusat kegiatan dakwah di
Glagahwangi dan awal mula kerajaan Demak. Berdirinya pesantren menjadi faktor penting
kesuksesan dakwah. Selain Raden Fatah, para wali punya peran penting dalam
mengembangkan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dan usaha dakwah. Alih-aling
langsung menyerang Majapahit dan menegaskan diri sebagai kerajaan Islam, Demak
terlebih dulu mengikuti kemauan penguasa. Dengan siasat matang dan kongkrit para wali,
Demak baru menyerang Majapahit setelah dikuasau Prabu Girindrawardhana dari kerajaan
Keling Kediri. Setelah sang raja kalah, barulah Demak memproklamasikan diri sebagai
kerajaan Islam. Pada tanggal 11 malam 12 Rabiul Awal 1482 M, Raden Fatah diangkat
menjadi sultan pertama Kerajaan Demak bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Selain Raden
Fatah, Demak sempat dipimpin Pati Unus (1513-1521), Sultan Tranggana (1521-1546), dan
Sultan Prawata (1546-1561).

b.Kerajaan Banten

Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan ini menguasai
wilayah Banten yang terletak di barat Pulau Jawa. Sebelumnya wilayah Banten merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda yang bercorak Hindu. HJ de Graaf dalam bukunya Kerajaan-
kerajaan Islam Pertama di Jawa (1985) menuturkan kerajaan Banten berdiri di abad ke-16.
Pada tahun 1524 atau 1525, Nurullah dari Pasai yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati
berlayar dari Demak ke Jawa Barat. Saat itu, pusat pengembangan agama Islam di Jawa
masih terpusat di Demak. Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanuddin melebarkan
pengaruh Islam ke barat Pulau Jawa. Saat itu, Kerajaan Sunda bersekutu dengan Portugis.
Namun dibantu oleh tentara Demak, Sunan Gunung Jati dan Hasanuddin menyingkirkan
Bupati Sunda untuk mengambil alih Banten. Dalam Ragam Pusaka Budaya Banten (2007),
Sunan Gunung Jati dianggap sebagai pendiri Kerajaan Banten. Namun ia tak mengangkat
dirinya sebagai raja. Sunan Gunung Jati memilih menjadi Sultan Cirebon. Banten
diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanuddin. Ia diangkat sebagai Sultan Banten pada
1552. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Banten mengalami perkembangan pesat.
Banten melepaskan diri dari Demak. Banten juga menjadi pusat perdagangan di barat Pulau
Jawa.

c.Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Islam Demak. Kerajaan Pajang
didirikan oleh Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging yakni di lereng Gunung Merapi. Ia
adalah menantu Sultan Trenggono yang diberi kekuasaan di Pajang. Pasca membunuh dan
merebut kekusaan Demak dari Aria Penangsang, seluruh kekuasaan dan benda pusaka
Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Hadiwijaya dan
sekaligus menjadi raja pertama Kerajaan Pajang.Islam yang semula berpusat di pesisir utara
Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman membawa pengaruh yang besar dalam
penyebarannya. Selain Islam yang mengalami perkembangan, politik juga mengalami
perkembangan. Pada masanya, Jaka Tingkir memperluas kekuasaannya ke arah timur
hingga Madiun di area pedalaman tepi aliran sungai Bengaawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka
Tingkir mampu menduduki Blora dan Kediri pada 1577. Karena Kerajaan Pajang dengan
raja-raja di Jawa Timur sudah bersahabat, pada tahun 1581 Jaka Tingkir mendapat
pengakuan sebagai sultan Islam oleh raja-raja penting di Jawa Timur.Pada masa
kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, kejayaan yang sudah dikembangkan pada masa Kerajaan
Demak dapat dikenal di pedalaman dan berkembang pesat di dalamnya seperti kesenian,
kesusastraan dan penyebaran agama Islam. Jaka Tingkir memimpin hingga tahun 1587 dan
meninggal pada tahun yang sama. Pasca meningglnya sultan Pajang tersebut, estafet
kekuasaan jatuh pada Aria Pengiri yakni menantunya yang juga adalah anak dari Sultan
Prawoto. Aria Pengiri pada saat itu mendapat kekuasaan di Demak bersama para pejabat
bawaannya pindah ke Pajang untuk menjadi pengganti Jaka Tingkir, sementara anak dari
Jaka Tingkir yakni Pangeran Benowo mendapat kekuasaan di Jipang yang sekarang
bernama Bojonegoro.Pangeran Benowo merasa tidak puas dengan hasil yang diterimanya
yakni menjadi penguasa di Jipang, alhasil Pangeran Benowo meminta bantuan Senopati
pemimpin Mataram untuk mengusir raja baru di Pajang tersebut. Hingga akhirnya pada
tahun 1588 Kerajaan Pajang mampu dikuasinya. Sebagai ungkapan terimakasih, Pangeran
Benowo menawarkan untuk menyerahkan haknya yakni warisan dari sang ayah untuk
Senopati. Tetapi, Senopati ingin tetap tinggal di Mataram akhirnya Senopati hanya meminta
pusaka kerajaan saja. Berhubung Mataram pada saat itu sedang dalam proses menjadi
kerajaan besar, Pangeran Benowo dikukuhkan menjadi raja Pajang selanjutnya dan Kerajaan
Pajang sepakat berada di dalam wilayah Kerajaan Mataram. Kerajaan Pajang berakhir
tahun1618. Kerajaan waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah
Sultan Agung namun akhirnya Kerajaan Pajang dihancurkan.
d.Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram merupakan Kerajaan Islam yang berada di pedalaman Jawa yang
dipimpin oleh Panembahan Senapati pada tahun 1584-1601 M. Pada masa Panembahan
Senapati Agama Islam sudah banyak dianut oleh penduduk di Kerajaan Mataram hanya saja
pola keagamaanya cenderung sinkretis. Sebagai raja di Kerajaan Mataram, Panembahan
Senapati menjadikan Agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. Secara garis besar pola
kebijakan Panembahan Senapati terhadap agama di Kerajaan Mataram Islam adalah
mengangkat wali-wali Kadilangu sebagai penasihat dan pembimbing kerajaan,
pengembangan tradisi Islam dan memberikan jawatan pemerintahan yang disebut Reh
Pengulon (Lembaga Kepenghuluan). Obyek kajian keagamaan pada masa Panembahan
Senapati diteliti dengan menggunakan pendekatan politik yang tentu tidak bisa lepas dari
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para pemimpin, dalam hal ini Panembahan
Senapati sebagai raja di Kerajaan Mataram. Selanjutnya metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian kepustakaan, yang
berupa sumber tertulis, seperti artikel dan buku-buku, yang di dalamnya didapatkan data
kuantitatif, dengan tanpa melewatkan proses verifikasi dan interpretasi. Tujuan penelitian ini
adalah memahami kebijakan agama Panembahan Senapati terhadap Agama Islam di
Kerajaan Mataram Islam.

C.Kerajaan Islam di Kalimantan

Islam masuk ke Kalimantan melalui tiga jalur. Pertama, melalui Malaka yang dikenal
sebagai Kesultanan Islam setelah Perlak dan Pasai. Kedua, Islam datang dan disebarkan oleh
para mubaligh dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat
kerajaan Demak berdiri.

a.Kerajaan Banjar

Kerajaan Islam Banjar merupakan salah satu kerajaan terbesar di Kalimantan. Hingga
saat ini masih terdapat kontroversi di kalangan ahli sejarah mengenai kapan Islam masuk ke
Kalimantan Selatan. Paling tidak ada dua aliran besar tentang hal ini: pertama kalangan
yang mengatakan bahwa Islam masuk sebelum pasukan Demak tiba di Banjarmasin; kedua,
golongan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Kalimantan Selatan setelah Kerajaan
Daha berhasil direbut oleh Pangeran Samudera bersama dengan pasukan militer Kerajaan
Islam Demak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konstelasi di Kerajaan Banjar
saat terjadinya konversi agama Hindu menjadi Islam sebagai agama resmi Negara.
Penelitian ini juga mengungkap proses islamisasi yang berlangsung di Kerajaan Banjar
paska kedatangan Demak. Permasalahan di atas dibedah dengan menggunakan teori
islamisasi yang dikembangkan oleh J. Noorduyn dan Ahmad Sewang, yakni membedah
islamisasi dari tiga tahap. Pertama, kedatangan Islam; kedua, Penerimaan Islam; dan ketiga,
Perkembangan Islam. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri atas empat
tahap yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi atau eksplanasi dan terakhir adalah
Historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi politik dengan
menjadikan sistem pemerintahan negara sebagai basis analisis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebelum Kerajaan Islam Demak datang, di Banjarmasin berdiri
Kerajaan Daha. Kerajaan Daha dilanada perseteruan dan perebutan tahta di antara anak-anak
raja. Maharaja Sukarama yang memimpin Negara Daha berwasiat bahwa tahta Krajaan
Daha dipegang oleh cucunya, Pangeran Samudera. Wasiat tersebut mendapat pertentangan
dari anak-anaknya yang waktu itu masih hidup, sehingga wasiat itu gagal dilaksanakan dan
kekuasaan dipegang oleh orang lain yang bukan ditunjuk Sukarama. Perselisihan itu
berakhir dengan pembunuhan Mangkubumi, saudara tua Tumenggung. Sementara Pangeran
Samudera lari dari Kerajaan dan dibantu oleh beberapa orang Patih mendirikan Kerajaan.
Setelah Kerajaannya mulai besar, Pangeran Samudera mengatur siasat untuk mengambil alih
tahta dengan jalan perang. Agar memenangkan peperangan, Pangeran Samudera meminta
bantuan Kerajaan Islam Demak. Demak menyetujui permohonan bantuan dengan perjanjian
Pangeran Samudera dan pembesar lain masuk Islam. Pengaran Samudera menyetujui
syaratsyarat tersebut, dan Kerajaan Demak setuju untuk memberi bantuan militer. Setelah
kemenangan Pangeran Samudera, maka Islam menjadi agama resmi Kerajaan Banjar.
Agama Islam telah ada di Kalimantan Selatan bersamaan dengan perjumpaan pedagang-
pedagang dari Tiongkok. Penyebaran Islam terjadi melalui jalan perdagangan dan
perkawinan antara para pendatang yang umumnya beragama Islam dengan penguasa lokal.
Pertama-pertama, Islam diterima oleh penduduk lokal kelas bawah setelah adanya interaksi
sekian lama dengan para pendatang tersebut. Baru setelah pasukan bantuan Demak kepada
Pangeran Samudera dalam misi merebut tahta Kerajaan Daha dari Pangeran Tumenggung,
Islam berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat Banjar. Tonggak pembentukan
Kerajaan Banjar berawal dari proses islamisasi kalangan elit kerajaan yaitu Pangeran
Samudera dan para Patihnya. Setelah terbentuk Kerajaan Islam Banjar, Islam semakin kuat
posisinya dan pengaruhnya di dalam Kerajaan Islam Banjar. Institusi Islam menjadi institusi
inti dalam institusi elit lainnya.

b.Kerajaan Pontianak

Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat, antara lain Tanjungpura


dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-1551)
Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan dalam
perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah oleh
Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang diperintah
Adipati Unus. Tanjungpura dan Lawé (daerah Sukadana) menghasilkan komoditas, seperti
emas, berlian, padi, dan banyak bahan makanan. Banyak barang dagangan dari Malaka
yang dimasukkan ke daerah itu. Demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan Keling yang
berwarna merah dan hitam dengan harga yang mahal dan yang murah. Pada abad ke- 17,
kedua kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram, terutama
dalam upaya perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC. Demikian pula
Kotawaringin yang kini sudah termasuk wilayah Kalimantan Barat pada masa Kerajaan
Banjar juga sudah masuk dalam pengaruh Mataram, sekurang- kurangnya sejak abad ke-16
Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon ada
pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari Tarim
(Hadramaut) yang di antaranya datang ke daerah Kalimantan Darat untuk mengajarkan
membaca Al-Qur'an, ilmu fikih, dan ilmu hadis Mereka di antaranya Syarif Idrus bersama
anak buahnya pergi ke Mampawah. Mereka menelusuri sungai ke arah laut memasuki
Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal Kota Pontianak. Syarif
Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat itu dengan gelar
Syarif Idrus ibn Abdurrahman al Aydrus yang kemudian memindahkan kota dengan
pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu, Syarif Idrus
ibnu Abdurrahman al Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalami kemajuan
di bidang perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan
dari berbagai negeri. Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut)
yang mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana
lalah Habib Husin al Gadri. la semula singgah di Aceh kemudian ke Jawa dan sampai di
Semarang Di tempat itulah, ia bertemu dengan pedagang Arab berama Syaikh, karena
Itulah maka Habib al Gadri berlayar ke Sukadana. Dengan kesaktian Habib Husin al Gadri
menyebabkan ia mendapat banyak simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya Kemudian
Habib Husin al Gadn pindah dari Matan ke Mempawah untuk meneruskan syar Islam.
Setelah wafat, ia diganti oleh salah seorang putranya yang bernama Pangeran Sayid
Abdurrahman Nurul Alam. la pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian
dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia mendirikan keraton dan masjid agung.
Pemerintahan Syarif Abdurrahman Nur Alam ibn Habib Husin al Gadri pada 1773-1808,
digantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman al Gadri pada 1808-1828 Selanjutnya,
Kasultanan Pontianak di bawah pemerintahan sultan-sultan keluarga Habib Husin al Gadri

D.Kerajaan Islam di Sulawesi

Perkembangan Islam di Sulawesi dilakukan dengan cara damai melalui saluran perdagangan
dan dakwah oleh para mubalig.Pengembangan Islam melalui jalan kekerasan atau perang baru
terjadi ketika kerajaan Islam Sulawesi terbentuk.Terbentuknya kerajaan Islam di Sulawesi
berjalan beriringan dengan kondisi politik kerajaan-kerajaan Sulawesi yang mengalami
kekacauan karena perebutan tahta.Raja dan bangsawan menggunakan kekuatan Islam sebagai
sarana untuk berkuasa dan pada akhirnya Islam mampu menjadi agama kerajaan.

a.Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa-Tallo menerapkan konsep dwitunggal kerajaan. Dalam buku Islamisasi


dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, bersatunya
kerajaan Gowa dan Tallo terjadi pada tahun 1603.Sultan Alaudin (raja Gowa) bekerja sama
dengan Sultan Adullah (raja Tallo) untuk menggabungkan kerajaan demi meningkatkan
kesejahteraan dan kekuatan kerajaan.Corak ekonomi Gowa-Tallo adalah maritim dan
perdagangan. Gowa-Tallo berperan sebagai pelabuhan transit bagi para pedagang
internasional.Pelabuhan Somba Opu (Makassar) menjadi pelabuhan transit favorit pedagang
dari Timur Tengah, Asia, bahkan Eropa pada abad 15 – 17 Masehi. Kerajaan ini
mendapatkan pemasukan yang besar dari aktivitas perdagangan pelabuhan Somba Opu.Pada
perkembangannya, Kerajaan Gowa Tallo melakukan beberapa penaklukan terhadap kerajaan
kecil di Sulawesi seperti kerajaan Bugis dan Bone. Penaklukan tersebut dilakukan untuk
menambah wilayah kekuasaan dan menyebarkan Islam di Sulawesi.

b.Kerajaan Bone

Kerajaan Bone adalah kerajaan Islam di Sulawesi Selatan yang didirikan oleh Manurunge
ri Matajang pada 1330 Masehi.Kesultanan Bone berhasil mencapai puncak kejayaannya
ketika masa pemerintahan Arung Palakka pada pertengahan abad ke-17.Selama berkuasa,
Arung Palakka berhasil memakmurkan rakyatnya dengan memaksimalkan potensi
daerahnya yang beragam, seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, dan kelautan.Setelah
sempat menjadi salah satu kerajaan besar di nusantara, Kerajaan Bone akhirnya takluk
kepada Belanda pada 1905.Bukti sejarah keberadaan Kerajaan Bone sangat sedikit, bahkan
tidak ada peninggalan yang menunjukkan kapan pastinya kerajaan ini didirikan. Sejarah
berdirinya Kerajaan Bone ditelusuri hanya dengan mengandalkan tulisan-tulisan kuno yang
terdapat dalam lontara. Selain itu, untuk menentukan kapan berdirinya Kerajaan Bone, para
peneliti juga melihat kesamaan peristiwa-peristiwa alam yang tertulis dalam Pararaton atau
prasasti peninggalan Kerajaan Majapahit. Sejarah mencatat bahwa Kerajaan Bone didirikan
pada 1330 Masehi oleh Manurunge ri Matajang yang belum memeluk Islam.Masuknya
Islam ke Kerajaan Bone berawal ketika kerajaan ini tidak dianggap sederajat oleh
Kesultanan Gowa, kerajaan tentangga di daerah Sulawesi.Kerajaan Bone baru akan
dianggap setara apabila mau mengikuti Kesultanan Gowa memeluk agama Islam.

E.Kerajaan Islam di Nusa Tenggara

Wilayah Nusa Tenggara Barat terdiri atas dua pulau besar, yaitu Lombok dan
Sumbawa.Pada akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16, Islam mulai masuk ke
Lombok.Wilayah Bayan diduga sebagai pintu gerbang masuknya Islam pertama kali ke Pulau
Lombok. Akan tetapi, siapa yang membawanya cukup sulit dipastikan.Sebab, ada yang
mengatakan bahwa proses masuknya Islam di Lombok dibawa oleh Ghaus Abdurrazzaq dari
Baghdad.Sementara versi lain menyebutkan bahwa penyiar Islam pertama adalah Sunan
Prapen dari Jawa.

a.Kerajaan Selaparang

Kerajaan Selaparang adalah salah satu kerajaan Islam yang ada di Lombok, Nusa
Tenggara Barat.Pendiri Kerajaan Selaparang adalah Sayyid Zulqarnain atau disebut juga
Syaikh 'Abdurrahman.Kerajaan Selaparang terkenal tangguh, baik di darat maupun di
laut.Kerajaan ini semakin mengalami kemajuan pesat setelah dipindahkan ke Desa
Selaparang yang saat ini berada di Lombok Timur.Selaparang menjadi pusat kerajaan Islam
di Lombok di bawah pemerintahan Prabu Rangkesari.Pada masa inilah Selaparang
mengalami masa keemasan dan menguasai seluruh Lombok.Sumber-sumber tentang sejarah
berdirinya Kerajaan Selaparang sangat sedikit.Namun, para ahli meyakini bahwa Kerajaan
Selaparang mengalami dua periode.Yaitu Kerajaan Selaparang Hindu yang berdiri antara
abad ke-13 hingga 14 di bawah Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Selaparang Islam yang
berdiri pada abad ke-16.Dinasti Selaparang kemudian menjadi yang pertama kali menerima
Islam di Lombok.

b.Kerajaan Bimasakti

Berbicara mengenai awal mula kehadiran agama Islam dan Islmaisasi di Bima dan daerah
sekitarnya belum dapat ditentukan secara pasti. Selain datanya yang kurang lengkap,
penelitian kearah.itu belum banyak dilakukan. Orang-orang Belanda baru menaruh perhatian
terhadap pulau Sumbawa termasuk Bima pada abad ke-17, sebelumnya mereka tidak pernah
menganggap pulau Sumbawa penting, baik dari segi politik maupun perdagangan. Henri
Chamber Loir menghubungkan kelangkaaan sumber itu karena perhatian orang-orang
Belanda terhadap pulau Sumbawa lebih bersifat politik dari pada dagang, tambahan pula
usaha-usaha penelitian tidak dirangsang oleh aktivitas kebudayaan dan agama, sehingga
pulau Sumbawa tidak menjadi sasaran penelitian yang mendalam.Kronik Bima atau yang
lazim disebur Bo Kerajaan Bima mencatat bahwa pada masa raja Bima yang ke-36, Sariese,
terjadilah kontak pertama dengan orang-orang Eropa, sedangkan raja Bima yang ke-37,
Sawo, adalah raja terakhir yang belum memeluk agama Islam. Pendapat Zollinger yang
kemudian dikutif oleh Braam Morris menyatakan bahwa agama Islam pertama kali datang
di Bima antara tahun 1450-1540, sultan Bima yang pertama memeluk Islam adalah Abdul
Galir (Abdul Kahir) dan agama yang baru itu dibawa oleh para muballig dari Makassar

F.Kerajaan Islam di Maluku

Islam masuk di Maluku melalui jalur perdagangan di abad ke-15. Alasan kenapa Islam
masuk lewat jalur perdagangan, karena pada awal abad ke-15 Maluku Sohor sebagai
kepulauan rempah-rempah yang menjadi sasaran pada pedagang asing untuk mendapatkan
cengkeh dan buah pala.

a.Kerajaan Ternate

Agama Islam mulai menyebar di Ternate pada abad ke-14 dan keluarga kerajaan baru
memeluk Islam pada masa pemerintahan Raja Marhum (1432-1486 M).Dalam
perkembangannya, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan ketika diperintah oleh
Sultan Baabullah (1570-1583 M).Selain berhasil memperluas wilayah kekuasaan kerajaan,
memperkuat angkatan militer, dan memajukan perdagangan, Sultan Baabullah juga gigih
melakukan perlawanan terhadap Portugis.Sejarah berdirinya Kerajaan Ternate bermula dari
keberadaan empat kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala marga atau
disebut Momole.Empat kampung tersebut kemudian sepakat membentuk kerajaan, tetapi
kala itu raja dan rakyatnya belum diketahui agamanya.Sejak zaman dahulu, Ternate dikenal
sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga penduduknya telah berhubungan dengan para
pedagang dari Arab, Melayu, ataupun China.
b.Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore termasuk salah satu kerajaan bercorak Islam terbesar yang terletak di
Maluku.Menurut tradisi sejarah, kerajaan ini memiliki akar yang sama dengan Kerajaan
Ternate. Pasalnya, Syahjati atau Muhammad Naqil, yang mendirikan Kerajaan Tidore
adalah saudara Mashur Malamo, pendiri Kerajaan Ternate. Ketika didirikan pada abad ke-
11, kerajaan ini belum bercorak Islam. Agama Islam baru masuk dan berkembang pada
akhir abad ke-15.Kerajaan Tidore kemudian mencapai masa keemasan pada sekitar abad
ke-18, pada periode kekuasaan Sultan Nuku.Di bawah kekuasaannya, Tidore berkembang
pesat hingga disegani oleh bangsa Eropa.Sejarah singkat berdirinya Kerajaan Tidore.Sejak
awal didirikan pada 1081 hingga masa pemerintahan raja keempat, agama dan letak pusat
kekuasaan Kerajaan Tidore belum dapat dipastikan.Barulah pada periode pemerintahan
Kolano Balibunga, sumber sejarah Kerajaan Tidore mulai sedikit menguak lokasinya.Pada
1495, diketahui bahwa kerajaan ini berpusat di Gam Tina dengan Sultan Ciriliati atau
Sultan Djamaluddin sebagai rajanya.Sultan Ciriliati, yang masuk Islam berkat dakwah
seorang ulama dari Arab, diketahui sebagai raja atau kolano pertama yang memakai gelar
sultan.Dengan masuknya Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat
baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budayanya pun ikut terpengaruh.

G.Kerajaan Islam di Papua

Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah


berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-
kerajaan Islam di Papua, yakni Kerajaan Kaimana, Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kowiai,
Kerajaan Rumbati, Kerajaan Fatagar, Kerajaan Sailolof, Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool,
dan Kerajaan Waigeo. Terdapat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua
sebagai berikut.

a.Teori Masuknya Islam di Papua

1) Teori Aceh
Menurut pendapat ini, Islam masuk di Papua melalui mubaligh Aceh bernama Abdul
Ghafar pada 1360-1374. Dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Fakfak (2006) karya
Pemda Fakfak, Raja Rumbati Ibrahim Bauw menyampaikan bahwa Abdul Ghafar dan
teman-temannya mendarat di Fatagar Lama (kerajaan di Fakfak) setelah mencari rempah-
rempah dari Maluku.

2) Teori Arab

Pendapat ini menyatakan bahwa penyebaran Islam di Papua mulai dilakukan oleh Syarif
Muaz al-Qathan di Patimunin, Fakfak. Syarif Muaz merupakan seorang sufi dari Yaman
yang mempunyai gelar Syekh Jubah Biru. Syarif Muaz menyebarkan Islam di Papua pada
pertengahan abad 16 Masehi.
3) Teori Bacan

Pendapat ini menyatakan bahwa Islamisasi Papua dilakukan oleh Kesultanan Bacan pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad al Baqir.

4) Teori Banda

Pendapat ini menyatakan bahwa Islam di Papua berasal dari pedagang-pedagang Bugis
melalui jalur Banda - Fakfak - Seram Timur. Proses Islamisasi dilakukan oleh dua orang
pedagang sekaligus mubaligh bernama Jainun dan Salahudin dari Banda pada
pertengahan abad 16 Masehi.

5) Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)

Dalam buku Peranan Ternate dan Tidore dalam Pembebasan Irian Barat (2004) karya
Herry Nachrawy, Sultan Muhammad Al Baqir menjadi peletak dasar kesatuan empat
kerajaan Maluku (Ternate, Tidore, Bacan, Maluku).

6) Teori Jawa

Teori ini berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, bahwa
orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang menikah dengan Siti Hawa
Farouk yang merupakan mubalig wanita yang berasal dari Cirebon.

7) Teori Papua

Agama Islam pertama kali mulai diperkenalkan di tanah Papua, tepatnya di Jazirah Onin
(Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al Qathan dengan gelar
Syekh Jubah Biru dari Arab. Pengislaman ini diperkirakan terjadi pada per- tengahan
abad ke-16 M dengan bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitar 400 tahun
atau dibangun sekitar tahun 1587 M.

b.Kerajaan Islam di Papua

Kerajaan Islam tidak hanya tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Di Papua
pun juga pernah ada kerajaan Islam. Ada beberapa kerajaan Islam yang tersebar di kawasan
Provinsi Papua. Berikut ini beberapa contoh kerajaan-kerajaan Islam di Papua

1) Kerajaan Salawati
Kerajaan Salawati berada di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, yang memiliki pusat
pemerintahan di Samate. Lokasinya berbatasan langsung dengan Kerajaan Misool. Ada
salah satu tokoh muslim penting yang sangat berpengaruh di Kerajaan Salawati, yaitu
Muhammad Aminuddin. Sebagai adik kandung dari Raja Salawati, Muhammad
Aminuddin sangat menentang penjajahan Belanda. Apalagi pada saat itu, Kerajaan
Salawati masih menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Islam Ternate. Kehidupan ekonomi
masyarakat Kerajaan Salawati bisa dikatakan cukup maju, karena mereka sudah
mengenal pertambangan, perkebunan, hingga pengelolaan pulau. Namun, penyebab
runtuhnya Kerajaan Salawati tidak ada penjelasannya resminya karena bukti
peninggalan pun juga sangat minim.

2) Kerajaan Weigo

Kerajaan Islam di Papua ini berada di wilayah Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat.
Daerah tersebut menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Waigeo sejak abad ke-16 (1900-
1918 M). Tidak banyak informasi terkait kerajaan Waigeo karena minimnya
peninggalan kerajaan.Namun, sejarah kerajaan ini tidak terlepas dari sejarah Raja Ampat
itu sendiri beserta mitos-mitos yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Konon
katanya, dulu kerajaan ini bermula dari empat telur menetas yang menjadi anak laki-laki
dan satu telur anak perempuan. Semuanya mengenakan pakaian kerajaan. Namun,
mereka harus terpisah satu sama lain untuk menjadi raja beberapa Kerajaan.Anak yang
menjadi raja pertama di Kerajaan Waigeo bernama War, lainnya menjadi raja di
Kerajaan Salawati, Lilinta, dan Waigama. Sementara itu, kehidupan masyarakat
Kerajaan Waigeo tidak dijelaskan dalam catatan sejarah. Namun, jika melihat dari
sejarah Raja Ampat, mayoritas rakyatnya adalah nelayan.

3) Kerajaan Misool

Kerajaan Misool juga berada di kawasan Raja Ampat, Papua Barat, tepatnya di Pulau
Misool. Saat ini, Pulau Misool terkenal sebagai surganya terumbu karang karena
masyarakat yang tinggal di sini sangat menjaga lingkungan tempat tinggal mereka.
Masuknya Islam di Pulau Misool diperkirakan sudah dimulai sejak zaman Kerajaan
Misool. Namun sayangnya, tidak ada catatan resmi kapan pertama kalinya Islam mulai
dikenal.Diketahui ada beberapa nama yang pernah menjadi raja beragama Islam di
Kerajaan Misool, di antaranya Abdul al Majid (1872-1904 M), Jamal ad Din (1904-1945
M), dan Bahar ad Din Dekamboe. Pusat kerajaan sendiri berada di Lilinta Pulau Misol,
tetapi diperkirakan wilayah kekuasaannya mencakup hampir seluruh bagian pulau.
Kehidupan politik dan sistem pemerintahan di Kerajaan Misool tidak diketahui, apakah
masih menganut adat generasi turun-temurun atau sudah mengenal Demokrasi.
DAFTAR PUSAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Salawati#:~:text=Kerajaan%20Salawati
%20adalah%20kerajaan%20Islam,juga%20dengan%20nama%20Kerajaan
%20Samate
 https://papua.inews.id/berita/9-kerajaan-islam-di-papua-dan-sejarah-
penyebarannya#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16799022374083&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fpapua.inews.id%2Fberita
%2F9-kerajaan-islam-di-papua-dan-sejarah-penyebarannya
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/05/162648369/kerajaan-islam-di-
papua#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16799022374083&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Famp.kompas.com
%2Fskola%2Fread%2F2020%2F11%2F05%2F162648369%2Fkerajaan-islam-di-
papua%23amp_tf%3DDari%2520%25251%2524s%26aoh
%3D16799022374083%26referrer%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.google.com%26ampshare%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.kompas.com%252Fskola%252Fread
%252F2020%252F11%252F05%252F162648369%252Fkerajaan-islam-di-papua
 https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-awal-islam-masuk-di-maluku-
Eq3rf#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16798998580613&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.nu.or.id
%2Ffragmen%2Fsejarah-awal-islam-masuk-di-maluku-Eq3rf
 https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/16/130000679/sejarah-masuknya-
islam-di-lombok#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16798991850871&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Famp.kompas.com%2Fstori
%2Fread%2F2021%2F07%2F16%2F130000679%2Fsejarah-masuknya-islam-di-
lombok%23amp_tf%3DDari%2520%25251%2524s%26aoh
%3D16798991850871%26referrer%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.google.com%26ampshare%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.kompas.com%252Fstori%252Fread
%252F2021%252F07%252F16%252F130000679%252Fsejarah-masuknya-islam-
di-lombok
 https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5743653/sejarah-masuknya-islam-di-
pulau-jawa-diketahui-lewat-bukti-makam#amp_ct=1679895688491&amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16798956378454&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fedu
%2Fdetikpedia%2Fd-5743653%2Fsejarah-masuknya-islam-di-pulau-jawa-
diketahui-lewat-bukti-makam%2Famp%23amp_ct
%3D1679895688491%26amp_tf%3DDari%2520%25251%2524s%26aoh
%3D16798956378454%26referrer%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.google.com%26ampshare%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.detik.com%252Fedu%252Fdetikpedia%252Fd-
5743653%252Fsejarah-masuknya-islam-di-pulau-jawa-diketahui-lewat-bukti-
makam

Anda mungkin juga menyukai