Anda di halaman 1dari 21

Nama : EVA MUDIYANTI

KELAS : 10 IPS 4

ABSEN : 14

KERAJAAN
KERAJAAN ISLAM

1.KERAJAAN SAMUDRA PASAI

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti
arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung
Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan
Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh,
Raja Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam,
dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-
1326 M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak,
dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai
tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan
Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai
secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan
bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini
membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu,
dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan
Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi
di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga
merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh


Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

SILSILAH
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524

Masa Kejayaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai mengalami banyak masa kejayaannya dengan dipimpin oleh Sultan
yang berbeda. Namun puncak kejayaan adalah pada masa pemerintahan Sultan Zain Al-
Abidin Malik Az-zahir tahun 1383 – 1405 M. Kejayaan yang dimiliki dapat dilihat dari
kemajuan-kemajuan yang dimiliki dalam berbagai aspek, yakni :

1. Bidang Perekonomian Dan Perdagangan

Dalam bidang perekonomian dan perdagangan, kemajuan kerajaan ini dibuktikan dari
diterapkannya mata uang emas (Dirham) yang diciptakan sendiri sebagai alat pembayaran
yang sah.

Selain itu, Samudra Pasai juga menjadi pusat perdagangan internasional di masa kekuasaan
Sultan Malikul Dhahir dengan lada sebagai ekspor utamanya.
Penghasilan yang didapatkan begitu melimpah dengan hubungan dagang yang baik antara
pedagang lokal dan pedagang asing.

2. Bidang Sosial Dan Budaya

Kehidupan sehari-hari masyarakat Samudra Pasai diatur sesuai dengan syariat dan hukum-
hukum Islam. Banyak persamaan kehidupan antara masyarakat Pasai dengan masyarakat
Arab, sehingga daerah Aceh tersebut dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah.

Dalam bidang budaya, masyarakat Pasai memanfaatkan huruf Arab untuk menulis Bahasa
Melayu, sehingga dapat dipadukan menjadi huruf Arab Jawi.
3. Bidang Agama

Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan
sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.

Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-
muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang
raja. Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-
masyarakat setempat.

4. Bidang Politik

Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi
kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan
politik yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah
lainnya.

Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan
bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama
dengan perkembangan yang luar biasa.

Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan
kerajaan ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran
ditengarai oleh beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.

Masa Kemunduran Samudra Pasai

Masa kemunduran Samudra Pasai disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal kemunduran adalah adanya perselisihan di antara keluarga kerajaan.

Perebutan tahta pemerintahan banyak terjadi  sehingga menyebabkan terjadinya perang


saudara dan pemberontak di wilayah kerajaan.

Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk
membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya
diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada
tahun 1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.

Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal
menyerang wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.

Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra
Pasai melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.

Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan
sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog
sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.
2.KERAJAAN ACEH

Kerajaan Aceh berdiri bersamaan dengan penobatan Sultan Pertamanya, Sultan Ali
Mughayat Syah. Penobatan tersebut terjadi pada hari Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H. Kerajaan
ini memiliki ibu kota Bandar Aceh Darussalam.

Ada catatan yang menyebutkan bahwa Kerajaan Aceh Darussalam ini didirikan untuk
melanjutkan kekuasaan dari Samudera Pasai. Pada masa Kerajaan ini, sektor politik, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan mengalami perkembangan pesat.

RAJA RAJA

Nama Sultan atau Gelar Catatan dan peristiwa penting

1 1267 - 1297 Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu)

2 1297 - 1326 Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I

3 1326 - 133? Sultan Ahmad I

4 133? - 1349 Sultan Al-Malik azh-Zhahir II

5 1349 - 1406 Sultan Zainal Abidin I

6 1406 - 1428 Ratu Nahrasyiyah

7 1428 - 1438 Sultan Zainal Abidin II

8 1438 - 1462 Sultan Shalahuddin

9 1462 - 1464 Sultan Ahmad II

10 1464 - 1466 Sultan Abu Zaid Ahmad III

11 1466 - 1466 Sultan Ahmad IV

12 1466 - 1468 Sultan Mahmud

13 1468 - 1474 Sultan Zainal Abidin III

14 1474 - 1495 Sultan Muhammad Syah II


15 1495 - 1495 Sultan Al-Kamil

16 1495 - 1506 Sultan Adlullah

17 1506 - 1507 Sultan Muhammad Syah III

18 1507 - 1509 Sultan Abdullah

19 1509 - 1514 Sultan Ahmad V

20 1514 - 1517 Sultan Zainal Abidin IV

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh


Kerajaan Aceh mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Sultan Iskandar
Muda (1607-1636). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh berhasil mengalami
peningkatan di beberapa aspek meliputi bidang ekonomi, politik, hubungan internasional,
perdagangan, militer, dan perkembangan agama Islam. Selain itu, Aceh juga berhasil
mendesak kedudukan Portugis di wilayah Selat Malaka akibat perkembangan yang
berlangsung saat dipimpin oleh Iskandar Muda.

Dalam pemerintahannya, Sultan Iskandar memperluas wilayah teritorialdan terus


meningkatkan perdagangan rempah-rempah menjadi suatu komoditas ekspor yang
berpotensi bagi kemakmuran masyarakat Kerajaan Aceh. Ia berhasil menguasai Pahang
(1618), daerah Kedah (1619), serta Perak (1620), dimana daerah tersebut merupakan
penghasil timah. Bahkan pada masa kepimpinannya, Kerajaan Aceh mampu menyerang
kedudukan kerajaan Johor dan Melayu hingga Singapura (1613 dan 1615).

Pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda kejayaan bisa dilihat dari politik luar negeri
Kerajaan Aceh. Ia berhasil melakukan hubungan politik dengan bangsa Inggris, Turki,
Belanda dan Francis. Iskandar Muda pernah mengirim utusan menuju ke Turki dengan
membawa hadiah berupa lada 1 karung, langkah yang dilakukan tersebut kemudian dibalas
dengan dengan diberikannya bantuan militer berupa tentara dan sebuah meriam.

Kemajuan juga terjadi pada bidang Agama yaitu Kerajaan Aceh berhasil melahirkan ulama
yang cukup ternama, karangan para ulama dijadikan rujukan, contohnya ulama Hamzah
Fansuri pada bukunya. Selain itu, terjadi pula kemajuan pada bidang lain. Dalam bidang
ekonomi, kerajaan ini berhasil melakukan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan
bangsa lain seperti Arab, Turki, Mesir, India, Inggris, Francis, Jepang dan Cina. Komoditas
yang di import secara lengkap yang terdapat pada Kitab Adat Aceh meliputi anggur, beras,
gula, sekar lumat, kurma, guci, timah, tekstil, katun, besi, batik, kertas, kipas dan opium.
Sementara komoditas ekspornya yaitu lada, timah, saapan, damar, kayu cendana,
gandaruken, obat-obatan, getah perca dan damar.

Dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Kerajaan Aceh berlangsung dengan lancar
tentram dan aman. Kerajaan Aceh memiliki titik-titik sebagai pusat ekonomi, yaitu daerah
pelabuhan yang terdapat di pantai timur, barat sampai selatan. Pusat perekonomian ini
membuat kerajaan Aceh menjadi kaya, rakyatnya hidup makmur dan sejahtera.

Runtuhnya Kerajaan Aceh


Kerajaan Aceh mengalami masa keruntuhan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
seperti:

a. Kematian Sultan Iskandar Muda pada tahun 1630, setelah kematian tersebut tidak ada
lagi raja yang berhasil mengendalikan wilayah kerajaan Aceh yang sangat luas. Setelah
kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani pada tahun 1637-1641, Kerajaan Aceh
mulai mengalami kemunduran. Bahkan setelah Iskandar Thani kemunduran sangat terasa
pada kerajaan ini.

b. Munculnya pertikaian yang terjadi di Kerajaan Aceh yang berlangsung terus menerus
antara golongan ulama dan bangsawan membuat kerajaan ini semakin melemah. Pertikaian
yang terjadi disebabkan oleh perbedaan aliran keagamaan yaitu antara aliran Sunnah wal
Jama’ah dan Syiah.

c. Daerah kekuasaan Kerajaan Aceh semakin sedikit, hal ini karena daerah seperti Pahang,
Johor, Siak dan Minangkabau melepaskan diri. Daerah yang memisahkan diri kemudian
menjadi kerajaan yang merdeka dari kekuasaan aceh. Kemerdekaan tersebut juga ada yang
berhasil dilakukan dengan bantuan asing dengan motif perdagangan. Selama kurang lebih 4
abad Kerajaan Aceh berkuasa, akhirnya mengalami keruntuhan pada awal abad ke-20
karena berhasil dikuasai oleh bangsa Belanda.

3.KERAJAAN DEMAK

Sejarah Kerajaan Demak memiliki kisah yang sangat singkat. Kerajaan Demak merupakan
akar dari Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Joko Tingkir. Letak Kerajaan Demak ini
terdapat di pesisir pantai utara Jawa. Demak pada saat itu berbentuk kadipaten dibawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Demak merupakan tonggak sejarah berdirinya dan tersebarnya agama islam di
tanah Jawa. Kerajaan ini memiliki riwayat yang singkat namun telah menghasilkan kisah
sejarah yang dapat dilihat dari berdirinya Mesjid Agung Demak. Karena perselisihan antar
keluarga dan kerabat kerajaan dalam berbagai pemerontakan dan pembunuhan apda tahun
1568 kekuasaan dari Kerajaan Demak beralih ke Pajang oleh Joko Tingkir.

Periode Kerajaan Demak terbagi kepada dua masa. Pada masa pusat keraton berada di
Bintara yang sekarang menjadi kota Demak, jawa tengah disebut Demak Bintara. Masa
kedua tepatnya pada masa pemerintahan Raja Demak ke-4 ibukota dipindahkan ke daerah
Prawata dan masa itu disebut Demak Prawata.
1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 )
2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Masa Keemasan
Setelah kematian yang tak terduga dan syahidnya Raja Demak II yaitu Pati Unus. Kerajaan
Demak akhirnya memutuskan mengangkat adik dari Pati Unus yang juga anak dari raja
Demak I yaitu Sultan Trenggono. Sultan Trenggono menjabat dari 15211546.

Dibawah kekuasaan Sultan Trenggono kekuasaan Kerajaan Demak menjadi hebat. Sultan
Trenggano berhasil menguasai Sunda Kelapa setelah merebutnya dari Kerajaan Padjajaran.
Raja Demak ini juga berhasil menghalau pasukan Portugis pada tahun 1527. Pada tahun
yang sama berhasil menguasai Tuban, Surabaya dan Pasuruan. Pada tahun 1529 meluaskan
kekuasaan dengan menaklukkan Madiun. Tahun 1545 menguasai Malang dan Blambangan.

Pada tahun 1546, Sultan Trenggono meninggal saat penaklukkan di Panarukan. Sultan
Trenggono memanggil para panglima perang untuk membahas taktik. Pada saat itu pasukan
Sultan Trenggono sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan tetapi belum berhasil
merebut kota. Saat itu putra Bupati Surabaya yang berusia 10 tahun ikut dalam rapat. Saat
itu Sultan Trenggono tidak terlalu diperhatikan oleh anak tersebut. Sultan Trenggono pun
marah dan memukulnya. Secara refleks anak tersebut mengambil pisau dan menikam Sultan
Trenggono.

Sepeninggal Sultan Trenggono. Kerajaan Demak diperintah oleh Raden Mukmin. Raden
Mukmin dalam memerintah tidak terlalu memiliki keahlian politik. Bahkan cenderung
sebagai ahli agama. Oleh karena itu Banten, Cirebon, Surabaya dan gresik lepas dari
Kerajaan Demak dan membangun kerajaan sendiri.

Raden Mukmin memiliki ambisi meluaskan kekuasaan ayahnya tapi sangat sulit karena
pengetahuan politiknya yang kurang. Sehingga pada saat itu pusat kerajaan dipindahkan ke
Prawata. Makanya beliau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Prawoto. Dipindahkannya
pusat pemerintahan ini maka mulailah masa Demak Prawata.

Masa Keruntuhan
Masa kehancuran Kerajaan Demak bermula ketika pengangkatan Raden Mukmin sebagai
sunan ditentang oleh Pangeran Sekar. Pemberontakan tidak dapat dihindari. Dalam
peperangan melawan Raden Mukmin, Pangeran Sekar dibunuh oleh Raden Mukmin.
Peristiwa itu terjadi di sekitar sungai selepas Pangeran Sekar melaksanakan sholat jum’at.
Oleh karena peristiwa itu Pangeran Sekar disebut Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar yang
gugur di sungai.

Pada tahun 1549 Raden Mukmin beserta istri tewas terbunuh oleh anak Pangeran Sekar
yaitu P. Arya Penangsang. Arya Penangsang pun naik tahta dan menjadi Raja Demak 5
Pengikut Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri seorang adipati jepara. Akibat
tindakannya itu Arya Penangsang tidak disukai oleh para adipati.

Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati Pajang Joko Tingkir
(Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya
Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya
Penangsang sebagai Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir
memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.

4.KERAJAAN ISLAM PAJANG

Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa, meskipun pemerintahannya tidak
begitu lama tetapi kerajaan pajang  pernah berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul
sebelum runtuhnya kerajaan Majapahit.Karena Majapahit masih bebrkuasa maka kareajaan
pajang belum begitu diperhatikan.Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab
Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa
bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi
Majapahit masih berkuasa sampai kesana.Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan
kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam.Namun, sampai awal abad ke-16
kewibawaan raja Majapahit masih diakui

Raja – Raja yang Memerintah Kerajaan Pajang

-Jaka Tingkir

-Arya Pangiri

-Pangeran Benawa

Masa Kejayaan Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang merupakan Kerajaan Islam pertama yang letaknya berada di daerah
pedalaman Jawa.Pada saat Kerajaan Islam Pajang berdiri, kekuasaan hanya ada di sekitaran
sekitar Jawa Tengah.Hal ini terjadi karena ketika kerajaan Islam Demak mengalami
kemunduran, banyak wilayah di Jawa Timur yang mulai melepaskan diri.Namun kemudian
pada tahun 1586 M, Sultan Hadiwijaya beserta beberapa adipati yang ada di Jawa Timur
kemudian dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prepen.Nah, pada pertemuan tersebut
kemudian para adipati di Jawa Timur mengakui kedaulatan Kerajaan Pajang atas kadipaten
yang ada di Jawa Timur.
Kerajaan Islam Pajang sendiri mengalami masa keemasan atau masa kejayaan kerajaan
Pajang adalah pada masa Sultan Hadiwijaya.Ada banyak pencapaian yang berhasil diraih
pada masa Sultan Hadiwijaya.Perpindahan kekuasaan Islam Demak ke Pajang sendiri seakan
menjadi sebuah simbol dari kemenangan Islam kejawen atas Islam ortodok pada masa itu.

Masa Kemunduran Kerajaan Pajang

Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia.Terjadi persaingan
antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja
selanjutnya.Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.

Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap
Mataram.Kehidupan rakyat Pajang terabaikan.Hal itu membuat Pangeran Benawa yang
sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin.Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi
Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.

Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri.Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi
raja Pajang yang ketiga.Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada
putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri
bawahan Mataram.

Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya. Sutawijaya
sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja pertama bergelar
Panembahan Senopati Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.

Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari
sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun
berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu
Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan
keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh
Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong
tangannya.
5.KERAJAAN MATARAM ISLAM

Sejarah singkat kerajaan Mataram Islam dimulai ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di
Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi bupati di Mataram. Hadiah ini merupakan
imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Selain itu, putranya
yaitu Sutawijaya diambil sebagai anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya.

Pada tahun 1575, Ki Ageng Pemanahan wafat, kemudian Sutawijaya diangkat menjadi
bupati di Mataram. Namun Sutawijaya tidak puas hanya menjadi bupati dan ingin menjadi
raja yang menguasai seluruh Jawa. Sehingga Sutawijaya memperkuat sistem pertahanan
Mataram.

Hal ini diketahui oleh Hadiwijaya, sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang
Mataram. Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582, dimana prajurit Pajang menderita
kekalahan. Di samping itu, keadaan Sultan Hadiwijaya dalam keadaan sakit dan kemudian
wafat.

Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam

1. Ki Ageng Pamanahan (1556 – 1584)

Desa Mataram didirikan oleh Ki Ageng Pamanahan di tahun 1556. Desa ini yang kemudian
dipimpin oleh anaknya yaitu Sutawijaya. Pada mulanya, desa ini berupa hutan lebat yang
kemudian dibuka dan diberi nama Alas Mentaok.
Kemudian Ki Ageng Pamanahan memberi nama bekas hutan ini dengan sebutan Mataram.
Ki Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1584 dan dimakamkan di Kota Gede, Jogjakarta.

2. Panembahan Senapati (1584 – 1601)

Setelah Ki Ageng Pamanahan wafat tahun 1584, kekuasaan jatuh ke tangan putranya yaitu
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri merupakan menantu dan anak angkat dari Sultan Pajang. Dia
tadinya merupakan senapati utama dari kerajaan Pajang, sehingga diberi gelar Panembahan
Senapati.

Di bawah kepemimpinan Panembahan Senapati, keraajan Mataram Islam mulai bangkit dan
memperluas wilayah kekuasaannya. Mulai dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan
dan sebagian besar wilayah Surabaya. Panembahan Senapati wafat, kemudian posisinya
digantikan oleh anaknya yaitu Raden Mas Jolang.

3. Raden Mas Jolang (1601 – 1613)

Raden Mas Jolang merupakan putra dari Panembahan Senapati dan Putri Ki Ageng Panjawi.
Julukan bagi Raden Mas Jolang ini ialah Panembahan Anyakrawatu. Beliau merupakan
pewaris kedua dari Kerajaan Mataram Islam.

Pada masa pemerintahannya terjadi banyak peperangan. Hal ini dilakukan untuk
menaklukkan wilayah ataupun karena mempertahankan wilayah. Raden Mas Jolang
memerintah selama 12 tahun, beliau wafat di tahun 1613 di desa Krapyak dimakamkan di
Pasar Gede.

4. Raden Mas Rangsang (1613 – 1646)

Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman merupakan raja
ke-3 Kerajaan Mataram Islam. Beliau merupakan putra dari Raden Mas Jolang.

Pada saat masa pemerintahannya, kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan. Kerajaan
Mataram berhasil menguasai hampir seluruh tanah Jawa. Selain menaklukkan wilayah
dengan berperang melawan raja Jawa. Beliau juga mengembangkan Mataram menjadi
kerajaan agraris. Raden Mas Rangsang wafat tahun 1546 dan dimakamkan di Imogiri.

5. Amangkurat I (1646 – 1676)

Sultan Amangkurat merupakan anak dari Sultan Ageng. Beliau memindahkan pusat
kerajinan dari kota Gedhe ke Plered tahun 1647. Pada masa pemerintahan Sultan
Amangkurat I Kerajaan Mataram Islam mulai terpecah. Hal ini disebabkan karena Sultan
Amangkurat I menjadi teman dari VOC. Sultan Amangkurat I wafat pada tanggal 10 Juli 1677
dan dimakamkan di Telagawangi, Tegal.
6. Amangkurat II (1677 – 1703)

Sebelum wafat, Amangkurat I mengangkat Amangkurat II sebagai penerusnya. Amangkurat


II memiliki nama asli Raden Mas Rahmat. Beliau merupakan pendiri serta raja pertama dari
Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram
Islam.

Amangkurat II merupakan raja Jawa pertama yang menggunakan pakaian dinas berupa
pakaian Eropa. Sehingga rakyat menjulukinya Sunan Amral (Admiral).

MASA KEJAYAAN
Kerajaan Mataram Islam mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Agung Hanyokrokusumo dari tahun 1613 hingga 1646. ... Sehingga, kekuatan militer
kerajaan mataram membesar karena memiliki rasa anti kolonialisme. Dan pada tahun 1628
dan 1629 kerajaan mataram menyerang VOC di Batavia

Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam


Kemunduran Kerajaan Mataram Islam berawal ketika Sultan Agung merebut Batavia untuk
menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Akan tetapi Mataram Islam mengalami kekalahan.
Setelah kekalahan tersebut, kehidupan ekonomi rakyat terbengkalai, karena sebagian rakyat
dikerahkan untuk berperang.

Perseteruan antara Wangsa Syailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa
Isana berkuasa. Ketika Mpu Sindok memulai periode di Jawa Timur, pasukan Sriwijaya
datang menyerang. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang atau Nganjuk, Jawa Timur.
Peperangan dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.

6.KERAJAAN CIREBON

Cirebon merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam ternama yang berasal dari Jawa Barat.
Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi. Kesultanan Cirebon juga
merupakan pangkalan penting yang menghubungkan jalur perdagangan antar pulau.
Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara
wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan
sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.

Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, yaitu
kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan
Sunda.

KERAJAAN

Pangeran Cakrabuana (Sultan Cirebon 1), 1445-1479

Sunan Gunung Jati (Sultan Cirebon 2), 1479-1568

Fatahillah (Sultan Cirebon 3), 1568-1570

Panembahan Ratu I (Sultan Cirebon 4), 1570-1649

Panembahan Ratu II /Panembahan Girilaya (Sultan Cirebon 5), 1649-1677

Masa kejayaan :
terjadi pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah. Cirebon dapat melakukan gebrakan"
politik yg menjalin persahabatan dg kesultanan Nusantara. beliau juga aktif dalam
mendakwahkan ajaran islam

masa kemunduran :

tersadi pada masa pemerintahan panembahan Disebabkan karena perpecahan kesultanan


cirebon dan masa kolonial Belanda di Cirebon

7.KERAJAAN BANTEN

Sebelum abad 13, wilayah Banten adalah tempat yang sepi dari jalur perdagangan. Pasalnya,
Selat Sunda dikala itu bukan termasuk jalur perdagangan. Laut Jawa lah yang memiliki
peranan penting dalam jalur pelayaran dan perdagangan. Lalu, semenjak penyebaran Islam
masuk di wilayah Jawa, Banten mulai agak berarti.

Hingga awal abad ke 16, wilayah Banten masih beragama hindu dan masih menjadi bagian
wilayah Pajajaran yang berpusat di Bogor. Bahkan, Kerajaan Pajajaran telah melakukan
kesepakatan dengan Portugis.

Sehingga, Portugis bisa mendirikan wilayah dagang dan benteng di Sunda Kelapa. Pada
tahun 1526, Sultan Trenggono menugaskan anaknya, Fattahilla untuk menaklukan wilayah
Pajajaran sekaligus memperluas Kerajaan Demak.

Alhasil, pasukan Fatahilla berhasil merebut pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni
1527. Dari situlah, nama Sunda Kelapa diganti dengan Jayakarta yang berarti kota
kemenangan. Hanya dalam waktu singkat, seluruh kawasan pantai utara dan Jawa Barat
berhasil diduduki oleh Fatahilla sehingga agama islam bisa menyebar di wilayah Jawa Barat.
Dari situlah, Fatahilla diberi gelar nama Sunan Gunung Jati.

Pada tahun 1552, ditunjuklah putra Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Banten.
Sedangkan, putra yang lainnya, yakni Pasarean ditunjuk sebagai raja di Cirebon. Jadi pada
awalnya, Kerajaan Banten merupakan wilayah kekuasaan Demak. Namun setelah tahun
1552, Maulana Hassanudin melepaskan diri dari bayang-bayang Kerajaan Demak dan
menjadi kerajaan yang mandiri

1. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin merupakan raja pertama Kerajaan Banten dan anak dari Sunan Gunung
Jati. Saat Kerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan, wilayah Cirebon dan Banten
berusaha melepaskan diri. Hingga akhirnya, Kerajaan Banten menjadi kerajaan yang
berdaulat. Sultan Hasanuddin sendiri berkuasa selama 18 tahun dari tahun 1552 – 1570 M.

Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berhasil menaklukan wilayah


Lampung yang memiliki banyak hasil rempah – rempah. Terlebih lagi, Selat Sunda yang
menjadi jalur pelayaran dan perdagangan terkenal. Selama kepemimpinannya juga, Bandar
Banter berhasil menjadi bandar yang ramai dikunjungi oleh para saudagar dari Gujarat,
Venesia dan Persia.  

Sultan Hasanuddin wafat pada tahun 1570 M. Kepenguasan Kerajaan Banten kemudian
digantikan oleh anaknya Maulana Yusuf.

2. Maulana Yusuf

Raja kedua Kerajaan Banten adalah Maulana Yusuf yang berkuasa dari tahun 1570 hingga
1580. Selama kepemimpinannya, Kerajaan Banten berhasil menundukan Kerajaan Pajajaran
yang berada di Pakuan.

Bahkan, beliau berhasil menurunkan Prabu Sedah yang merupakan raja Kerajaan Pajajaran.
Hal ini yang menyebabkan banyak rakyat Pajajaran yang mengungsi ke gunung. Keturunan
rakyat Pajajaran kala itu masih bisa kita lihat sebagai suku badui.

3. Maulana Muhammad

Setelah wafatnya Sultan Maulana Yusuf, tahta Kerajaan Banten diduduki oleh anaknya,
yakni Sultan Maulana Muhammad. Namun, saat beliau naik tahta masih dalam usia belia,
yakni 9 tahun. Sehingga tahta kerajaan dipegang oleh Mangkubumu Jayanegara hingga
beliau berusia cukup dewasa, yakni 16 tahun.

Saat pemerintahan Sultan Maulana Muhammad, Kerajaan Banten menggempur kesultanan


Palembang yang didirikan oleh Ki Gendeng Sure. Ki Gendeng Sure sendiri masih keturunan
kesultanan Demak sehingga Kerajaan Banten yang juga merupakan keturunan Demak

4. Pangeran Ratu

Pangeran Ratu atau dikenal dengan Abdul Mufakhir merupakan raja ke empat dan
pengganti Sultan Maulana Muhammad. Pada saat tahta beliau masih berusia 5 bulan,
sehingga kepemerintahan dibantu oleh Mangkubumi Ranamanggela. Pada pemerintahan
Pangeran Ratu inilah bangsa Belanda yang dipimpin oleh Cornelius de Houtman pertama kali
mendarat di Banten pada tanggal 22 Juni 1596.

5. Sultan Ageng Tirtayasa

Sepeninggalnya, Pangeran Ratu, Kerajaan Banten diduduki oleh anaknya, Sultan Ageng
Tirtayasa. Dalam masa pemerintahan beliau inilah, Kerajaan Banten mengalami kemajuan
yang pesat. Bahkan, Kerajaan Banten menjalin hubungan dengan negara luar, seperti
Moghul dan Turki. Walaupun begitu, beliau tidak mau bekerja sama dengan Belanda.

6. Sultan Abdul Nasar

Raja terakhir Kerajaan Banten adalah Sultan Abdul Nasar. Selama masa pemerintahan,
beliau masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Sayangnya, kekuasaan
Belanda semakin kuat. Alhasil, Kerajaan Banten menjadi runtuh.

Keruntuhan

Masa kemunduran Kerajaan Banten terjadi saat pemerintahan Sultan Ageng yang
mengalami perselisihan dengan anaknya, Sultan Haji atas perebutan kekuasan. Hal ini yang
mulai dimanfaatkan oleh VOC. VOC lebih memihak pada Sultan Haji. Sehingga Sultan Ageng
harus pergi ke arah pedalaman Sunda bersama kedua anaknya, Pangeran Purbaya dan
Syekh Yusuf.

Tetapi, pada tahun 1963, Sultan Ageng berhasil ditangkap dan dipenjara di Batavia.
Dilanjutkan dengan Syekh Yusuf pada 14 Desember dan Pangeran Purbaya yang
menyerahkan diri. Atas kemenangannya, Sultan Haji menghadiahkan wilayah Lampung
kepada VOC.

Setelah wafatnya, Sultan Haji, Banten sepenuhnya dikuasai oleh Hindia Belanda. Sehingga
pengangkatan Sultan harus mendapat persetujuan Gubenur Jendral Hindia Belanda.

KEJAYAAN

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang bernama


Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). ... Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang
telah membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan
Ageng Tirtayasa mengalami kegagala

8.KERAJAAN BANJAR

Kerajaan Islam pertama yang berdiri di pulau Kalimantan adalah kerajaan banjar yang
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan ini ada karena jika dilihat dari segi budaya yang
dimilikinya, kerajaan ini merupakan perpaduan dari berbagai kebudayaan seperti budaya
suku Dayak, budaya Islam, Melayu dan Banjar.

Awal mula dari kesultanan Banjar ini diawali dengan kerajaan kuno suku Dayak yang terlebih
dulu berkuasa di daerah ini selama berabad-abad yaitu kerajaan Nan Sarunai. Kemudian
dikalahkan oleh kerajaan Majapahit dari Jawa yang bercorak Hindu dan akhirnya berdirilah
kerajaan Banjar yang bercorak Islam

1. Sultan Suriansyah (1520-1546)


2. Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah (1546-1570)
3. Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah (1570-1595)
4. Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I (1595-1641)
5. Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah (1641-1646)
6. Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah (1646-1660)
7. Sultan Ri’ayatullah bin Sultan Mustain Billah (1660-1663)
8. Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah (1663-1679)
9. Sultan Agung/Pangeran Suria Nata (ke-2) bin Sultan Inayatullah (1663-1679)
10. Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah (1679-1700)
11. Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah/Tahlil-lullah (1700-1717)
12. Panembahan Kasuma Dilaga (1717-1730)
Masa
Kejayaan

Pada abad ke-17 kerajaan Banjar mengalami masa kejayaannya dan pada waktu itu dipimpin
oleh tiga sultan secara berurutan yaitu Sultan Mustain Billah (1595-1620 M), Sultan
Inayatullah (1620-1637 M) dan Sultan Saidullah (1637 – 1642 M) dan paling terkenal ketika
masa Sultan Mustain Billah.

Kesultanan Banjar mengalami kemakmuran di berbagai bidang termasuk dalam bidang


perekonomian karena memiliki posisi yang strategis sebagai jalur perdagangan dan memiliki
hasil lada yang menjadi komoditas ekspor dari kerajaan ini. Daerah kekuasaannya meliputi
Sambas, Kotawaringin, Lawai dan daerah sekitarnya.

Pada masa Sultan Mustain Billah juga pusat pemerintahan kerajaan Banjar ini dipindah ke
Kayuwangi di Martapura. Satelah itu ibu kota kesultanan Banjar ini berpindah lagi ke
Amuntai karena adanya gangguan dari bangsa asing yaitu Belanda yang ingin memonopoli
perdagangan di kerajaan ini.

Belanda mulai datang dan memonopoli perdagangan lada di kerajaan ini pada tahun 1606
tapi belum membuahkan hasil karena pemerintah kerajaan dan rakyat Banjar menolak dan
melawan VOC Belanda. Namun pada akhirnya Belanda dapat memonopoli perdagangan di
sini pada tahun 1635 setelah adanya perjanjian antara Belanda dengan Syahbandar dan
Sultan Banjar.

Penyebab Runtuhnya
Sebagai kerajaan yang memiliki pelabuhan strategis dan dilewati jalur perdagangan yang
ramai, kesultanan Banjar tumbuh menjadi kerajaan besar dan makmur ditambah lagi para
petani menghasilkan lada yang sangat baik dan sangat laku di pasaran terutama oleh para
pedagang Asing.

Dengan dijadikannya pelabuhan yang dimiliki kesultanan Banjar menjadi pelabuhan bebas
yang dikunjungi oleh para pedagang dari luar, selain menguntungkan juga menjadi ancaman
bagi kerajaan sendiri. Bangsa asing seperti Belanda ternyata terlalu ikut campur dalam
masalah pemerintahan dan menyebabkan perpecahan di kalangan istana.

Kemudian munculah perlawanan dari pihak kerajaan dan rakyat Banjar dengan VOC Belanda
dan terjadi dalam dua kali peperangan yang terjadi hampir setengah abad lamanya. Pertama
terjadi pada tahun 1859-1863 dan yang kedua terjadi pada tahun 1863-1905 yang dikenal
dengan Perang Banjar.

Pada masa Perang Banjar ini terjadi ada tokoh yang terkenal dalam peperangan ini yaitu
Pangeran Antasari. Akhirnya pada tahun 1905 Belanda berhasil mengalahkan kerajaan
Banjar ini yang berabad-abad lamanya dalam menguasai wilayahnya dan menjadi tanda
kemunduran serta keruntuhan kesultanan banjar yang berada di Kalimantan Selatan.

9.KERAJAAN TANJUNG PURA

Kerajaan Tanjungpura merupakan salah satu kerajaan tertua di Kepulauan Kalimantan yang
kedudukannya disejajarkan dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara.

Kerajaan Tanjungpura atau Tanjompura merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat.


Kerajaan yang terletak di Kabupaten Kayong Utara ini pada abad ke-14 menjadi bukti bahwa
peradaban negeri Tanah Kayong sudah cukup maju pada masa lampau. Tanjungpura pernah
menjadi provinsi Kerajaan Singhasari sebagai Bakulapura. Nama bakula berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti tumbuhan tanjung (Mimusops elengi), sehingga setelah dimelayukan
menjadi Tanjungpura.
Saat ini nama kerajaan ini diabadikan sebagai nama universitas negeri di Kalimantan Barat
yaitu Universitas Tanjungpura di Pontianak, dan juga digunakan oleh TNI Angkatan Darat
sebagai nama Kodam di Kalimantan yaitu Kodam XII/Tanjungpura

1. Gusti Jakar Kencana atau Sultan Muhammad Zainuddin atau Sulthan Ratoe (1665–
1724)
2. Gusti Kesuma Bandan atau Sultan Muhammad Muazzuddin atau Marhum Negeri
Laya.(1724–1738)
3. Gusti Bendung atau Pangeran Ratu Agung atau Sultan Muhammad Tajuddin (1738–
1749)
4. Gusti Kencuran atau Sultan Ahmad Kamaluddin atau Marhum Indra Laya (1749–
1762)
5. Gusti Asma atau Pangeran Ratu atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762–1819)

Masa Kejayaan

Pada abad ke-17 kerajaan Banjar mengalami masa kejayaannya dan pada waktu itu dipimpin
oleh tiga sultan secara berurutan yaitu Sultan Mustain Billah (1595-1620 M), Sultan
Inayatullah (1620-1637 M) dan Sultan Saidullah (1637 – 1642 M) dan paling terkenal ketika
masa Sultan Mustain Billah.

Kesultanan Banjar mengalami kemakmuran di berbagai bidang termasuk dalam bidang


perekonomian karena memiliki posisi yang strategis sebagai jalur perdagangan dan memiliki
hasil lada yang menjadi komoditas ekspor dari kerajaan ini. Daerah kekuasaannya meliputi
Sambas, Kotawaringin, Lawai dan daerah sekitarnya.

Pada masa Sultan Mustain Billah juga pusat pemerintahan kerajaan Banjar ini dipindah ke
Kayuwangi di Martapura. Satelah itu ibu kota kesultanan Banjar ini berpindah lagi ke
Amuntai karena adanya gangguan dari bangsa asing yaitu Belanda yang ingin memonopoli
perdagangan di kerajaan ini.

Belanda mulai datang dan memonopoli perdagangan lada di kerajaan ini pada tahun 1606
tapi belum membuahkan hasil karena pemerintah kerajaan dan rakyat Banjar menolak dan
melawan VOC Belanda. Namun pada akhirnya Belanda dapat memonopoli perdagangan di
sini pada tahun 1635 setelah adanya perjanjian antara Belanda dengan Syahbandar dan
Sultan Banjar.

Penyebab Runtuhnya

Sebagai kerajaan yang memiliki pelabuhan strategis dan dilewati jalur perdagangan yang
ramai, kesultanan Banjar tumbuh menjadi kerajaan besar dan makmur ditambah lagi para
petani menghasilkan lada yang sangat baik dan sangat laku di pasaran terutama oleh para
pedagang Asing.
Dengan dijadikannya pelabuhan yang dimiliki kesultanan Banjar menjadi pelabuhan bebas
yang dikunjungi oleh para pedagang dari luar, selain menguntungkan juga menjadi ancaman
bagi kerajaan sendiri. Bangsa asing seperti Belanda ternyata terlalu ikut campur dalam
masalah pemerintahan dan menyebabkan perpecahan di kalangan istana.

Kemudian munculah perlawanan dari pihak kerajaan dan rakyat Banjar dengan VOC Belanda
dan terjadi dalam dua kali peperangan yang terjadi hampir setengah abad lamanya. Pertama
terjadi pada tahun 1859-1863 dan yang kedua terjadi pada tahun 1863-1905 yang dikenal
dengan Perang Banjar.

Pada masa Perang Banjar ini terjadi ada tokoh yang terkenal dalam peperangan ini yaitu
Pangeran Antasari. Akhirnya pada tahun 1905 Belanda berhasil mengalahkan kerajaan
Banjar ini yang berabad-abad lamanya dalam menguasai wilayahnya dan menjadi tanda
kemunduran serta keruntuhan kesultanan banjar yang berada di Kalimantan Selatan.

10.KESULTANAN TERNATE

Ternate atau yang sebelumnya bernama Kerajaan Gapi merupakan salah satu dari empat
kerajaan Islam tertua di Maluku Utara selain Tidore, Jailolo, dan Bacan. Kolano atau
pemimpin pertama Ternate adalah Momole Ciko yang menyandang gelar Baab Mashur
Malamo (1257-1272). Letak Ternate sangat strategis karena berada di antara Sulawesi dan
Papua yang menjadi salah satu jalur pelayaran sekaligus perdagangan terpenting di
Nusantara bagian timur kala itu. Maka, tidak heran jika wilayah Ternate kerap disambangi
orang-orang dari suku bangsa lain, termasuk Melayu, Jawa, Arab, juga Cina. Persoalan
utama di Maluku Utara saat itu adalah persaingan antara 4 kerajaan yang menguasai
kawasan tersebut. Untuk menyudahi konflik yang berkepanjangan, pemimpin Ternate ke-7,
Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331), berinisiatif mengundang penguasa Tidore, Jailolo, dan
Bacan berkumpul untuk membicarakan kemungkinan adanya persatuan. Dari pertemuan itu
akhirnya disepakati bahwa dibentuklah persekutuan bernama Moloku Kie Raha (Empat
Gunung Maluku). Moloku Kie Raha, dikutip dari tulisan Sutamat Arybowo yang terhimpun
dalam Studi Awal Bahasa & Kebudayaan Gamkonora (2010), sesungguhnya mempunyai satu
asal-usul, kemegahan, dan budaya yang sama.
Masa kejayaan Ternate &  Tidore

Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4
kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di
Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257.

Kesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13
hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat
perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya
membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian
selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Kerajaan Ternate Sultan Marhum atau Gapi Baguna (1465 -1485 M), Raja pertama Kerajaan
Ternate. Sultan Zainal Abidin (1485 – 1500 M), raja kedua Kerajaan Ternate. Sultan Sirullah
(1500 – 1550 M), raja ketiga Kerajaan Ternate. Sultan Khairun (1550 – 1570 M), raja
keempat Kerajaan Ternate. Sultan Baabullah (1570 – 1583 M), raja kelima Kerajaan Ternate.

Nama Raja : Kerajaan Tidore : Nama Raja : Kerajaan Tidore Syahadati Raja Jarlolo Sultan
Nuku (1789 – 1805 M)

KEMUNDURAN

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan


Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai