KELAS :X IPA 1
b. Kehidupan politik
Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan
berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya
wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di
Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali
Mughayat.
c. Kehidupan ekonomi
d. Kehidupan Sosial-Budaya
2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan
berbentuk stupa yang dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra
Pasai.
Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin
yang selanjutnya dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal.
Naskah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut
adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada tahun 1511 M ketika Malaka jatuh
ke tangan Portugis.
Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi
generasi-generasi masa depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan
Pasai di masa lampau.
KERAJAAN ACEH
b. Kehidupan politik
Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530
setelah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie. Tahun 1564 Kerajaan
Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568). Sultan Alaudin al-
Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan Johor, namun
kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa kerajaan Aceh
dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun
1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak
terjadi penaklukan di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612),
Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah
(1615-1619).
Pada masa Iskandar Sani ini, ilmu pengetahuan tentang Islam juga
berkembang pesat. Kemajuan ini didukung oleh kehadiran Nuruddin ar-Raniri,
seorang pemimpin tarekat dari Gujarat, India. Nuruddin menjalin hubungan yang
erat dengan Sultan Iskandar Sani. Maka dari itu, ia kemudian diangkat menjadi
mufti (penasehat) Sultan. Pada masa ini terjadi pertikaian antara golongan
bangsawan (Teuku) dengan golongan agama (Teungku).
Pada tahun 1816, sultan Aceh yang bernama Saiful Alam bertikai dengan
Jawharul Alam Aminuddin. Kesempatan ini dipergunakan oleh Gubernur
Jenderal asal Inggris, Thomas Stanford Raffles yang ingin menguasai Aceh yang
belum pernah ditundukkan oleh Belanda. Ketika itu pemerintahan Hindia
Belanda yang menguasai Indonesia tengah digantikan oleh pemerintahan
Inggris. Pada tanggal 22 April 1818, Raffles yang ketika itu berkedudukan di
Bengkulu, mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin. Berkat bantuan
pasukan Inggris akhirnya Aminuddin menjadi sultan Aceh pada tahun 1816,
menggantikan Sultan Saiful Alam.
Perang Aceh ini baru berhenti pada tahun 1912 setelah Belanda
mengetahui taktik perang orang-orang Aceh. Runtuhlah Kerajaan Aceh, yang
dikenal sebagai Serambi Mekah, yang telah berdiri selama tiga abad lebih.
Kemenangan Belanda ini berkat bantuan Dr. Snouck Horgronje, yang
sebelumnya menyamar sebagai seorang muslim di Aceh. Pada tahun 1945 Aceh
menjadi bagian dari Republik Indonesia
c. Kehidupan ekonomi
Kehidupan sosial budaya dapat dilihat landasan hukum yang berlaku yang
didasari dari ajaran Islam. Hukum adat ini disebut hukum adat Makuta Alam.
Berdasarkan hukum ini, pengangkatan seorang sultan diatur dengan sedemikian
rupa dengan melibatkan ulama dan perdana menteri.
Ketika Tsunami 2004 Melanda Aceh, Mesjid ini tetap kokoh berdiri
melindungi warga yang berlindung di dalamnya. Sampai saat ini, masjid ini terus
dikembangkan atau direnovasi menjadi lebih cantik. Terakhir,masjid ini telah
direnovasi menjadi mirip dengan masjid Nabawi di Madinah.
2. Gunongan
Saat ini, Taman Sari dan Gunongan menjadi tempat yang terpisah
menjadi taman sari, taman putro phaang dan Gunongan. Letak antara tiga
tempat itu hampir berdekatan dengan Masjid raya Baiturrahman sehingga anda
mudah mengunjunginya.
Masjid ini awalnya adalah sebuah candi peninggalan dari Kerajaan Hindu
di Aceh. Namun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, candi ini
diubah fungsinya menjadi masjid. Anda masih dapat melihat bangunan yang
strukturnya mirip dengan candi namun berpadu dengan nuansa Islami ini di
Indrapuri, Aceh Besar.
Selain tiga tempat diatas, masih banyak peninggalan lain yang masih
terjaga. Peninggalan berupa benda misalnya uang logam emas, meriam, dan
lain-lain. sementara itu, penerapan qanun yang berasal dari pemerintahan sultan
Iskandar muda juga diterapkan dalam pemerintahan Aceh saat ini.
Nama sultan-sultan dari Kerajaan Aceh ini pun masih dikenang oleh
masyarakat Aceh sampai saat ini. Hal itu menunjukkan bahwa Kerajaan ini
memang menorehkan bekas sejarah yang besar di tanah rencong.
Kerajaan Banten
Pangeran Ratu
Sultan Abdul Mafakhir
4 1596 - 1647 Sultan Agung
Mahmud Abdulkadir
Pangeran Anom
5 1647 - 1651 Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad Sultan Kilen
Sultan Haji
Sultan Abu Nashar Abdul
7 1683 - 1687 Pangeran Dakar
Qahar
8 1687 - 1690 Sultan Abu al-Fadhl
Muhammad Yahya
Pangeran Adipadi
Sultan Abu al-Mahasin
9 1690 - 1733 Kang Sinihun ing Nagari Banten
Muhammad Zainulabidin
Sultan Abdullah Muhammad
10 1733 - 1750
Syifa Zainularifin
5. Danau Tasikardi
Danau Tasikardi dibuat pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf
yang memiliki luas 5 hektar dan telah dilapisi dengan ubin dan batu bata.Fungsi
dari danau ini pada saat itu sebagai sumber utama pasokan air bagi keluarga
kerajaan yang tinggal di istana Kaibon dan juga sebagai irigasi untuk
persawahan di sekitar Banten.Namun sekarang, luas danau tersebut telah
mengalami penyusutan karena lapisan batu bata di dasarnya telah tertimbuh
tanah sedimen yang terbawa arus sungai.
6. Vihara Avalokitesvara
Meskipun kita ketahui bahwa kerajaan Banten bernuansa islam, namun
toleransi yang tercipta di kerajaan itu sangatlah tinggi.Di buktikan oleh vihara
yang bernama Avalokitesvara sebagai tempat ibadah umat Budha.Dan sampai
sekarang, vihara ini masih berdiri dengan kokoh.Ada keunikan dari vihara yang
satu ini, pada bagian temboknya terdapat relief yang mengisahkan siluman ular
putih yang melegenda kala itu.
7. Meriam Ki Amuk
Meriam ini terdapat di dalam bangunan benteng Speelwijk. Di namai Ki
Amuk sebab daya ledak dari meriam ini sangatlah tinggi serta jarak
tembakannya sangatlah jauh.Konon katanya, meriam ini merupakan hasil
rampasan dari pemerintahan kolonial Belanda pada saat terjadinya
perang.Meriam ini merupakan meriam yang paling besar dan unik yang ada di
benteng Speelwijk.
8. Peninggalan Lainnya
Selain peninggalan bersejarah dari Kerjaan Banten di atas, terdapat pula
peninggalan lainnya seperti mahkota binokasih, keris panunggul naga, dan keris
naga sasra yang hingga kini tersimpan dengan baik di dalam Museum Kota
Banten.
Kerajaan Demak
B. Kehidupan politik
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat
jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan
ditandai candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka
atau tahun 1478 Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden
Patah menjadi raja di Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Untuk jabatan
patih diangkat Ki Wanapala dengan gelar MangkuratKerajaan Demak
berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden Patah
(1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam
mengakui kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana
(Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di
bawah pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan
90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari
kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Karena
pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor
(Pangeran yang pernah menyeberang ke utara).
C. Kehidupan ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan
agraria. Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak
berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di
Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito
(penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber
penghasilan pertanian yang cukup besar.Demak dalam bidang ekonomi,
berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang cukup luas dan
sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya
juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin. Barang
tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian,
kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.Sebagai negara maritim,
Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah
penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka
kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan Barat. Berkembangnya
perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman, juga faktor
perdagangan hasil-hasil pertanian.
Luasnya kekuasaan Majapahit yang diwarisi oleh kerajaan Demak ini rupanya
dimanfaatkan benar-benar oleh Demak, Demak memanfaatkan upeti yang
didapat dari kerajaan-kerajaan Bawahannya untuk memperkuat armada
tempurnya, kekuatan tempur Demak tercatat pada peristiwa pengiriman Ribuan
tentara disertai beberapa puluh Kapal perang Demak ke Malaka untuk
menyerang Portugis dan peristiwa penyerangan Demak ke Galuh, Sunda Kelapa
dan Banten bersama sekutunya kerajaan Cirebon.
Selain itu juga kekayaan Demak yang dihasilkan dari penerimaan upeti dari
kerajaan-kerajaan bawahanya ternyata digunakan juga untuk membiyayai
ongkos penyebaran agama Islam. Bahkan saking seriusnya Demak membuat
semacam tim Pendakwah yang ditugaskan Khusus untuk menyebarkan Islam
dipulau Jawa yang diketuai oleh Wali 9, dan benar saja ternyata pada
kemudianya seluruh Jawa dapat di Islamkan oleh Demak melalui kiprah tim
pendakwah yang diketuai para wali 9 itu. Masa inilah yang disebut sebagai masa
Kejayaan Kerajaan Demak, yaitu ketika Demak diperintah oleh Sultan ke I
hingga Sultan ke III (Fatahillah, Pati Unus dan Sultan Trenggana), dari mulai
tahun 1475 sampai dengan 1546 masehi.
Pada tahun 1549 menurut Babad Tanah Jawi, pada suatu malam
Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan
mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela
dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Menurut Babad Tanah Jawi, pada
suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto.
Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela
dihukum mati asalkan keluarganya diampuni Rangkud setuju. Ia lalu menikam
dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata
istri Sunan sedang berlindung di balik punggungnya. Akibatnya ia pun tewas
pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh
Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.Arya Penangsang juga membunuh adipati
Jepara yang sangat besar pengaruhnya, istri adipati Jepara, Ratu Kalinyamat
mengangakat senjata dan dibantu oleh adipati yang lain untuk melawan Arya
Penangsang. Salah satunya adalah Hadiwijaya ( Jaka Tingkir ), menantu Sultan
Trenggono yang berkuasa di Pajang ( Boyolali ). Akhirnya, Joko Tingkir dapat
membuuh Arya Penangsang. Pada tahun 1586, Keraton Demak pun dipindah ke
Pajang.
2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu
bledek bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada
tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan
cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng Selo
memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek sudah
tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena
sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan
kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak.
6. Maksurah Maksurah
adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan
Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya
pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan
dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih
fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan
Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat
penyimpanannya di Masjid Demak.
8. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang
tak lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian
dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di
tempat imam.
b. Kehidupan politik
Setelah berhasil dlm memindahkan pusat dr kerajaan Pajang menuju
Mataram, Sutawijaya kemudian dinobatkan untuk menjadi Raja Mataram. Ia
kemudian memiliki gelar sebagai Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin
Panatagama atau yg dikenal sebagai Panembahan Senapati. Dia kemudian
memerintah di Kerajaan Mataram yg dimulai pd tahun 1586. Di bawah
kepemimpinannya, ternyata banyak terjadi sebuah pemberontakan yg ada di
pesisir pantai utara jawa.
c. Kehidupan ekonomi
d. Kehidupan sosial-budaya
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja.
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang
keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas
memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana
terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Kehidupan Kebudayaan
Berbeda halnya dgn kerajaan Islam yg memiliki corak maritim, Kerajaan
Mataram Islam lebih pd corak agraris denga mempunyai ciri feodal. Raja ialah
pemiliki seluruh tanah yg ada di kerajaan beserta segala isinya. Sultan juga
memiliki peran dlm panatagama atau pengatur dlm kehidupan agama Islam
untuk masyarakatnya. Pd kehidupan budaya di masa Kerajaan Mataram
kemudian berkembang sangat pesat baik dlm bidang seni sastra maupun ukir,
Lukis, dan bangunan.
Pd masa kepemimpinan Sultan Agung telah terjadi perhitungan Jawa Hindu atau
Saka menjadi penanggalan Islam atau Hijriah. Pd perhitungan tahun Islam
tersebut berdasar dr adanya peredaran bulan dan telah dimulai sejak tahun
1633. Selain itu, Sultan Agung juga telah menyusun karya sastra yg sangat
terkenal disebut sebagai kitab sastra Gending dan menyusun adanya kitab
undang-undang baru yg telah menjadi panduan yg berasal dr hukum Islam dgn
Hukum Adat Jawa yg dikenal sebagai Hukum Surya Alam.
1. Puing – puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta aliran
sungai Progo
2. Batu Datar yang berada di Lipura letaknya tidak jauh di barat daya kota
Yogyakarta
3. Pakaian Kiai Gundil atau yang lebih dikenal dengan Kiai Antakusuma
4. Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III.
8. Bangsal Duda
9. Rumah Kalang
Pertengahan
Karaeng Loe ri Sero, Tuniawanga ri Anak Tunatangkalopi Raja
1 s.d. akhir abad
Sero Gowa ke-6
ke-15
b. Kehidupan politik
c. Kehidupan ekonomi
d. Kehidupan sosial-budaya
Sudah sejak lama suku bangsa Bugis dikenal sebagai bangsa pelaut yang
ulung. Salah satu hasil budayanya yang mengagumkan adalah perahu pinisi.
Dengan menggunakan perahu itu, mereka mengarungi lautan lepas dan
membangun jaringan pelayaran dan perdagangan antarpulau bahkan
antarkawasan. Para penguasa Gowa sudah sejak lama menerapkan prinsip
mare liberum atau laut bebas. Meskipun begitu, mereka sangat terikat dengan
dengan norma adat yang ketat. Norma yang dianut masyarakat Makassar biasa
disebut pangadakkang bersumber dari ajaran agama Islam. Bahkan hingga kini,
masyarakat Makassar terkenal dengan penghormatannya yang kuat pada
norma-norma adat. Struktur sosial masyarakat Makassar meliputi golongan
bangsawan yang disebut karaeng, rakyat kebanyakan yang disebut to
maradeka dan hamba sahaya yang disebut ata.
2. Batu Pallantikan
3. Batu Tamalate
4. Mesjid Katangka
Bangsa Barat yang pertama kali datang di Maluku ialah Portugis (1512)
yang kemudian bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Jejak ini diikuti oleh
bangsa Spanyol yang berhasil mendarat di Maluku 1521 dan mengadakan
persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Dua kekuatan telah berhadapan,
namun belum terjadi pecah perang. Untuk menyelesaikan persaingan antara
Portugis dan Spanyol, maka pada tahun 1529 diadakan Perjanjian Saragosa
yang isinya bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan
kekuasaannya di Filipina dan bangsa Portugis tetap tinggal Maluku. Untuk
memperkuat kedudukannya di Maluku, maka Portugis mendirikan benteng
Sao Paulo. Menurut Portugis, benteng ini dibangun untuk melindungi Ternate
dari serangan Tidore. Tindakan Portugis di Maluku makin merajalela yakni
dengan cara memonopoli dalam perdagangan, terlalu ikut campur tangan
dalam urusan dalam negeri Ternate, sehingga menimbulkan pertentangan.
Salah seorang Sultan Ternate yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-
1570). Untuk menyelesaikan pertentangan, diadakan perundingan antara
Ternate (Sultan Hairun) dengan Portugis (Gubernur Lopez de Mesquita) dan
perdamaian dapat dicapai pada tanggal 27 Februari 1570. Namun
perundingan persahabatan itu hanyalah tipuan belaka. Pada pagi harinya (28
Februari) Sultan Hairun mengadakan kunjungan ke benteng Sao Paulo, tetapi
ia disambut dengan suatu pembunuhan.
Pada abad ke-17, bangsa Belanda datang di Maluku dan segera terjadi
persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil
menduduki benteng Portugis di Ambon dan dapat mengusir Portugis dari
Maluku (1605). Belanda yang tanpa ada saingan kemudian juga melakukan
tindakan yang sewenang-wenang, yakni:
1. Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil bumi
(rempahrempah) kepada VOC (contingenten).
2. Adanya perintah penebangan/pemusnahan tanaman rempah-rempah
jika harga rempah-rempah di pasaran turun (hak ekstirpasi) dan
penanaman kembali secara serentak apabila harga rempah-rempah di
pasaran naik/ meningkat.
3. Mengadakan pelayaran Hongi (patroli laut), yang diciptakan oleh
Frederick de Houtman (Gubernur pertama Ambon) yakni sistem
perondaan yang dilakukan oleh VOC dengan tujuan untuk mencegah
timbulnya perdagangan gelap dan mengawasi pelaksanaan monopoli
perdagangan di seluruh Maluku.
Tindakan-tindakan penindasan tersebut di atas jelas membuat rakyat
hidup tertekan dan menderita, sebagai reaksinya rakyat Maluku bangkit
mengangkat senjata melawan VOC. Pada tahun 1635-1646 rakyat di
kepulauan Hitu bangkit melawan VOC dibawah pimpinan Kakiali dan
Telukabesi. Pada tahun 1650 rakyat Ambon dipimpin oleh Saidi. Demikian
juga di daerah lain, seperti Seram, Haruku dan Saparua; namun semua
perlawanan berhasil dipadamkan oleh VOC.
Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan besar; akan tetapi
pada akhir abad ke-18 muncul lagi perlawanan besar yang mengguncangkan
kekuasaan VOC di Maluku. Jika melawan Portugis, Ternate memegang
peranan penting, maka untuk melawan VOC, Tidore yang memimpinnya.
Pada tahun 1780 rakyat Tidore bangkit melawan VOC di bawah pimpinan
Sultan Nuku. Selanjutnya Sultan Nuku juga berhasil menyatukan Ternate
dengan Tidore. Setelah Sultan Nuku meninggal (1805), tidak ada lagi
perlawaan yang kuat menentang VOC, maka mulailah VOC memperkokoh
kekuasaannya kembali di Maluku. Perlawanan yang lebih dahsyat di Maluku
baru muncul pada permulaan abad ke-19 di bawah pimpinan Pattimura.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram,
Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan
Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang
berniat menjajah kembali.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh
Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya
terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau
Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti
Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali.
3. Masjid di Ternate