Anda di halaman 1dari 44

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam kedua di Indonesia atau Nusantara yang

letaknya berada di Pulau Sumatera tepatnya di ujung utara pulau yakni kota Lhokseumawe,
Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Raja pertama atau pendiri Kerajaan Samudra
Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267. Sumber
sejarah dan bukti mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita lihat di Makam
atau kuburan raja-raja aceh yang bisa kita lihat di Aceh Utara tepatnya kampung Gendong.
Pada makam tersebut terdapat makam dari raja pertama atau bisa disebut juga dengan
pendiri kerajaan ini.

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai yang lain yaitu
ditemukannya koin dari bahan emas dan perak dengan tercantum nama rajanya. Selain itu,
sumber keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga tercantum di dalam kitab Rihlah Ila I
Masyriq karya dari Abu Abdullah Ibn Batuthah pada tahun 1304-1368. Kitab tersebut
merupakan kisah orang-orang atau para pedagang yang pergi mengembara ke arah timur
dan menuju Nusantara. Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diperkuat dari catatan
sejarawan Maroko bernama Ibn Batutah. Dalam catatannya, Samudra Pasai digunakan
sebagai sebagai pusat studi Islam. Ia menyebut Samudra sebagai "sumutrah" dan
kemudian sekarang menjadi Sumatra.

Ilustrasi lokasi kerajaan samudra pasai

Baca juga :

 Sejarah Kerajaan Demak


 Sejarah Kerajaan Aceh

Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai


Pembahasan mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai berkaitan dengan silsilah
raja yang pernah berkuasa dari awal sampai akhir. Raja Pertama Samudra Pasai yaitu
Sultan Malik Al Saleh. Pada saat pemerintahannya, ia berhasil menggabungkan dua kota
besar yaitu kota Samudra dan kota Pasai. Selain itu, sebagian besar masyarakat menganut
agama Islam. Beliau wafat pada tahun 1297, dan dimakamkan di pemakaman yang sudah
dijelaskan diatas. Setelah wafat, Jabatan Kerajaan Samudra Pasai kemudian digantikan oleh
Sultan Malik at Tahir yang merupakan salah satu anak dari Sultan Malik. Dalam kekuasaan-
nya, ibu kota Kerajaan Samudra Pasai pernah di pindah ke wilayah Lhokseumawe.

Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam
menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat.
Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan
Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang
dimiliki Samudra Pasai sangat mumpuni dan kuat. Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis
memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai
hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi
kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Bandar Aceh Darussalam. Itulah sedikit
rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.

Baca: Sejarah Kerajaan Majapahit

Sumber Sejarah Kerajaan Samudra Pasai


Ada beberapa sumber sejarah yang dapat menjadi patokan kita untuk mengetahui tentang
kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Semua sumber sejarah yang ditemukan
merupakan hasil dari riset seorang sejarawan yang mungkin ingin menelusuri tentang
kebenaran keberadaan Kerajaan Samudra Pasai. Berikut ini sumber sejarah yang terkait
kerajaan tersebut:

 Kronik Dinasti Yin, dari kronik tersebut kita dapat mengetahui bahwa utusan
Kerajaan Samudra Pasai telah berkunjung ke Cina.
 Catatan Marco Polo tahun 1292, dalam catatan tersebut ia mengatakan bahwa di
Sumatra terdapat beberapa wilayah yaitu Basma, Lamuri, dan Fansur. Memang
Marcopolo tidak menyebutkan Samudra Pasai, tetapi ia menyebutkan Basma yang
letaknya tidak jauh dari Pasai. Ia juga mengunjungi Perlak.
 Catatan Ibn Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan
tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al
Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan
tempat para ulama Islam berkumpul.
 Utusan Kaisar Cina, ia mengirim 3 utusan-nya yakni pada tahun 1403, 1414, dan
1430.

Selengkapnya : Sumber Sejarah Kerajaan Samudra Pasai

Masa Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai


Membahas tentang kejayaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita ketahui dari beberapa isi
catatan sejarah yang ada. Dalam catatan Ibn Batutah, ia menjelaskan bahwa berhasil
mendarat di tempat yang sangat subur. Kondisi perdagangan di daerah ini sangat maju,
ditandai dengan digunakannya mata uang dari bahan emas. Daerah ini merupakan pusat
ibu kota dari Kerajaan Samudra Pasai.
Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai terjadi pada masa pemerintahan Sultan Malik Tahir,
kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan Internasional. Kondisi Pelabuhan
dipenuhi dengan para pedagang dari berbagai penjuru dunia seperti Asia, Eropa, Cina
bahkan Afrika. Kejayaan Samudra Pasai diperoleh dari hasil penggabungan beberapa
kerajaan kecil di sekitar daerah tersebut.

Beliau memimpin kerajaan dalam kurun waktu 1297 sampai 1326 Masehi. Tercatat selama
abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan
yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8 ribu sampai
10 ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan
kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman. Kemajuan juga ditandai
dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayarannya.
Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka
melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan , seperti beras
ditukar dengan lada. Selain sebagai pusat perdagangan seperti yang sudah dijelaskan di
atas, Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di
Nusantara.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Islam Perlak

Raja Kerajaan Samudra Pasai


Beberapa Raja Kerajaan Samudra Pasai sudah dijelaskan di atas. berikut ini akan disajikan
mengenai raja-raja kerajaan tersebut secara lengkap. Sebagai berikut :

1. Sultan Malik as-Saleh pada tahun 1267 - 1297


2. Sultan Al-Malik at Tahir I / Muhammad I pada tahun 1297 - 1326
3. Sultan Ahmad I pada tahun 1326 - 133?
4. Sultan Al-Malik at Tahir II pada tahun 133? - 1349
5. Sultan Zainal Abidin I pada tahun 1349 - 1406
6. Ratu Nahrasyiyah pada tahun1406 - 1428
7. Sultan Zainal Abidin pada tahun II 1428 - 1438
8. Sultan Salahuddin pada tahun 1438 - 1462
9. Sultan Ahmad II pada tahun 1462 - 1464
10. Sultan Abu Zaid Ahmad III pada tahun 1464 - 1466
11. Sultan Ahmad IV pada tahun 1466 - 1466
12. Sultan Mahmud pada tahun 1466 - 1468
13. Sultan Zainal Abidin III pada tahun 1468 - 1474
14. Sultan Muhammad Syah II pada tahun 1474 - 1495
15. Sultan Al-Kamil pada tahun 1495 - 1495
16. Sultan Adlullah pada tahun 1495 - 1506
17. Sultan Muhammad Syah III pada tahun 1506 - 1507
18. Sultan Abdullah pada tahun 1507 - 1509
19. Sultan Ahmad V pada tahun 1509 - 1514
20. Sultan Zainal Abidin IV pada tahun 1514 - 1517

Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai


Runtuhnya kerajaan Samudra Pasai disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

 Karena serangan dari Gajah Mada / patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1339,
serangan tersebut merupakan sebuah langkah yang dilakukan dengan tujuan
menyatukan Nusantara, tetapi akhirnya gagal.
 Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Tahir.
 Berdirinya Bandar di Selat Malaka yang lokasi dan letaknya lebih vital dan strategis
 Adanya serangan dari bangsa Portugis.

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


Seperti kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Samudra Pasai juga memiliki
beberapa peninggalan sejarah sebagai per-tanda keberadaan kerajaan tersebut. Lokasi
peninggalan-peninggalan sejarah tersebut tentunya kebanyakan berada di Sumatera Utara,
peninggalan tersebut dapat kita jumpai langsung disana. Berikut ini beberapa peninggalan
Kerajaan Samudra Pasai :

 Stempel Kerajaan Samudra Pasai : Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng,
Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan
Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam.
 Cakra Donya : Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini
dibuat negeri Cina pada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm
dan lebarnya 75cm.
 Naskah Surat Sultan Zainal Abidin : Surat ini merupakan tulisan dari Sultan
Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada
Kapitan Moran
 Makam : ditemukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik
Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja lainnya.

Cakra Donya, peninggalan Kerajaan Samudra Pasai.

Baca juga sejarah kerajaan lain :

 Sejarah Kerajaan Tarumanegara


 Sejarah Kerajaan Kutai
 Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
 Sejarah Kerajaan Sriwijaya
 Sejarah Kerajaan Kediri

Demikian pembahasan mengenai Sejarah Kerajaan Samudra Pasailengkap mulai dari


kehidupan politik, sumber sejarah, masa kejayaan, raja yang memimpin, keruntuhan dan
peninggalan kerajaan tersebut. Semoga bermanfaat bagi pembaca semua. Kurang lebihnya
penulis mohon maaf, sekian terima kasih.

Sumber :

 Notosusanto, Nugroho, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai
Pustaka
 Wikipedia
https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/06/sejarah-kerajaan-samudra-pasai.html

Kerajaan Samudera Pasai – Pernahkah kalian mendengar kerajaan samudera


pasai? jika belum tenang saja, pada kesempatan kali ini kita akan membahas
tentang sejarah Kerajaan Samudera Pasai secara singkat dan jelas. Agar
mempersingkat waktu berikut penjelasan tentang sejarah Kerajaan Samudera
Pasai secara singkat.

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Daftar Isi [Lihat]


Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai ini biasanya lebih dikenal dengan Kesultanan Pasai atau
Samudera Darussalam. Kerajaan Islam tertua ini merupakan kerajaan pertama
sekaligus yang tertua dalam sejarah Islam. Selain itu kerajaan tersebut terletak di
daerah pesisir pantai sebelah utara Pulau Sumatera yang lebih tepatnya lagi
berada diantara kota Lhokseumawe dengan Aceh Utara (sekarang bernama
Geudong).

Kerajaan ini dibangun setelah terjadi runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, tepatnya


dibangun sekitar abad ke 13 M. Selain itu Kerajaan Samudera Pasai juga didirikan
oleh yang bernama Sultan Malik As-Shaleh yang sebelum memeluk Islam lebih
dikenal dengan nama Meurah Silu.
Adanya berita tentang Kerajaan Samudera Pasai ini ditemukan oleh seorang
sejarawan dari maroko yang bernama Ibnu Butatah saat ia berlayar dan kemudian
ia berkunjung ke Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1345 – 1346. Kemudian
Ibnu Butatah menyebutnya dengan “Sumutrah” atau ejaannya untuk nama
Samudera yang sekarang berubah menjadi Sumatera.
Ketika sampai di pelabuhan Pasai, Ibnu Butatah lalu dijemput oleh laksamana
muda dari Pasai yang bernama Bohruz. Kemudian laksamana tersebut
memberitakan kedatangan Butatah kepada raja. Tak lama kemudian Butatah
diundang oleh sang raja untuk bertemu dengan Sultan Muhammad (cucu Malik
As-Shaleh). Kemudian Butatah pun singgah sebentar di Samudra Pasai.

Pernah diberitakan bahwa Sultan Pasai ini melakukan hubungan dengan Sultan
Mahmud di Delhi dan juga Kesultanan Usmani Ottoman. Selain itu juga
diberitakan pula bahwa ada pegawai kerajaan yang berasal dari Isfahan (Kerajaan
Safawi) yang datang ke Istana Pasai untuk mengabdi. Oleh sebab itu, karya sastra
yang berasal dari Persia begitu sangat populer di Kerajaan Samudera Pasai. Tak
heran jika sastra Persia sangat berpengaruh terhadap kesusastraan di Melayu
pada saat itu.

Menurut catatan dari Butatah, Islam telah hadir sejak satu abad yang lalu
tepatnya sekitar abad ke 12 M. Setelah selama setahun berada di Pasai, kemudian
Butatah melanjutkan pelayarannya ke China. Dan akhirnya pada tahun 1347
Butatah kembali lagi ke Samudera Pasai.

Tak lama kemudian masa pemerintahan Sultan Malik As-Shaleh pun digantikan
oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Malik Az-Zahir. Pada masa
pemerintahannya, koin emas digunakan sebagai mata uang di Kerajaan
Samudera Pasai. Seiring dengan perkembangan zaman, Pasai menjadi salah satu
tempat untuk berdagang dan sekaligus untuk pengembangan dakwah Islam.

Kemudian pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik Az-Zahir pun meninggal
dan kemudian pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai di pimpin oleh putranya
yang bernama Sultan Mahmud Malik Az-Zahir dan ia hanya memerintah sampai
tahun 1345 saja. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik Az-
Zahir (putra dari Sultan Mahmud Malik Az-Zahri) Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh pasukan dari Kerajaan Majapahit antara tahun 1345 dan 1350.
Dalam serangan itu membuat Sultan Pasai harus melarikan diri dari ibukota
kerajaan.

Pada tahun 1383 Kerajaan Pasai mulai bangkit lagi dibawah pemerintahan Sultan
Zain Al-Abidin dan ia hanya memimpin sampai tahun 1405 saja. Kemudian dalam
catatan sejarah ia pun tewas dibunuh oleh Raja Nakur. Dan akhirnya Kerajaan
Samudera Pasai dilanjutkan oleh istrinya yang bernama Sultanah Narasiyah.

Kemudian pada tahun 1405, 1408 dan 1412 Kerajaan Samudera Pasai kedatangan
armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal. Menurut catatan Cheng Ho,
Kerajaan Samudera Pasai ini memiliki batas wilayah pegunungan tinggi disebelah
selatan dan timur. Sementara itu disebelah barat dan utara memiliki berbatasan
dengan dua kerajaan, yaitu Nakur dan Lide. Dalam kunjungannya tersebut Cheng
Ho juga memberikan hadiah dari Kaisar China yang berupa Lonceng Cakra
Donya.

Menjelang akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian yang


berujung dengan perang saudara. Sulalatus Salatin menceritakan bahwa Sultan
Pasai meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk menghentikan pertikaian
tersebut.
Ilustrasi Serangan Portugis Terhadap Kerajaan Samudera Pasai

Kemudian pada abad ke 16, bangsa Portugis berhasil masuk didaerah Selat
Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1521
sampai 1541. Selanjutnya wilayah Kerajaan Samudera Pasai direbut kembali oleh
Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Dimana waktu itu
Kerajaan Aceh dipimpin oleh Raja Sultan Ali Mughayat.
Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai

Sultan Malik al-Saleh

Dalam masa pemerintahan di Kerajaan Samudera Pasai ada beberapa nama-


nama raja yang pernah memimpin disana dan ada berbagai peristiwa yang terjadi
dimasa kepemimpinannya tersebut. Berikut daftar nama raja dan berbagai
peristiwa penting semasa pemerintahannya:

No Periode Nama Sultan atau Gelar Catatan dan peristiwa penting

1267 – Sultan Malik al-Saleh (Meurah


1 Pendiri Samudra Pasai
1297 Silu)

1297 – Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Menjadikan koin emas sebagai


2
1326 Muhammad I mata uang
1326 – Penyerangan ke Kerajaan Karang
3 Sultan Ahmad I
133? Baru, Tamiang

133? –
4 Sultan Al-Malik azh-Zhahir II Dikunjungi Ibnu Batutah
1349

1349 –
5 Sultan Zainal Abidin I Diserang Majapahit
1406

1406 –
6 Ratu Nahrasyiyah Masa kejayaan Samudra Pasai
1428

1428 –
7 Sultan Zainal Abidin II
1438

1438 –
8 Sultan Shalahuddin
1462

1462 –
9 Sultan Ahmad II
1464

1464 –
10 Sultan Abu Zaid Ahmad III
1466

1466 –
11 Sultan Ahmad IV
1466

1466 –
12 Sultan Mahmud
1468
1468 –
13 Sultan Zainal Abidin III Digulingkan oleh saudaranya
1474

1474 –
14 Sultan Muhammad Syah II
1495

1495 –
15 Sultan Al-Kamil
1495

1495 –
16 Sultan Adlullah
1506

1506 –
17 Sultan Muhammad Syah III Memiliki 2 makam
1507

1507 –
18 Sultan Abdullah
1509

1509 –
19 Sultan Ahmad V Malaka jatuh ke tangan Portugis
1514

1514 –
20 Sultan Zainal Abidin IV
1517
Kehidupan di Kerajaan Samudera Pasai

Kehidupan di Kerajaan Samudera Pasai

Dari segi kehidupan di Kerajaan Samudera Pasai ada beberapa aspeh kehidupan
yang terjadi disana, diantaranya:

Kehidupan Politik
Tercatat dalam sejarah bahwa Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi silam di daerah Selat Malaka. Banyak sekali pedagang dari luar daerah yang datang
ke Samudera Pasai, diantaranya ada yang datang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, China serta
daerah lainnya.

Setelah semakin kuat dengan pertahanannya, Samudera Pasai kemudian meluaskan wilayah
kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti: Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana,
Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan
Pasai. Dengan perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah pedalaman.

Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai ini bersumber dari
perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan Samudera
Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur utama pelayaran dunia
saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk menghubungkan
berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China.

Selain itu Samudera Pasai juga menyiapkan beberapa bandar-bandar dagang


yang digunakan untuk menambah perbekalan dalam berlayar selanjutnya,
mengumpulkan berang dagangan untuk dijual ke luar negeri, mengurus masalah
perkapalan dan menyimpan barang-barang perdagangan sebelum diantar ke
beberapa tempat di wilayah nusantara.

Kehidupan Sosial dan Budaya


Selain hanya berdagang, para pendatang juga ada yang menetap sementara
waktu di daerah Pasai. Sehingga para pedagang dari berbagai negara pun saling
bergaul dan juga menyebarkan berbagai budaya dari daerah mereka masing-
masing. Dengan demikian budaya masyarakat Kerajaan Samudera Pasai semakin
banyak dan banyak lahir karya-karya sastra disana yang bernuansa Islam

Corak arsitektur yang terdapat di Sumatera sendiri pun kebanyakan juga


bernuansa Islam. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pahatan-pahatan
yang terdapat di batu nisan makam Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai.

selain itu banyak juga karya-karya sastra dan buku-buku Islam yang dikarang
oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti Hikayat Raja-raja Pasai,
Sulalatus Shalatin dan masih banyak lagi.

Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai


Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405 Kerajaan Samudera Pasai mulai
bangkit dibawah pimpinan Sultan Zain Al-Abidin Az-Zahir. Selain itu menurut
catatan dari negeri China dalam bentuk kronik China Sultan Zain Al-Abidin Malik
Az-Zahir dikenal dengan nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Kemudian masa
pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir berakhir dan saat itu
kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin
Malik Az-Zahir yaitu Sultanah Nahrasiyah, ia juga bisa disebut dengan raja
perempuan pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
Dibawah kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai berada
dimasa kejayaannya. Pada saat itu ia pernah didatangi seorang Laksamana Laut
Cheng Ho. Armada Cheng Ho berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera
Pasai antaranya tahun 1405, 1408 dan 1412.

Selain itu juga banyak terdapat kemajuan yang besar dalam berbagai bidang
diantaranya:

 Perdagangan
 Pelayaran
 Perekonomian
 Hubungan Internasional
Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai ini menjadi runtuh karena disebabkan oleh beberapa
faktor Internal dan Eksternal. Runtuhnya kerajaan tersebut berawal dengan
adanya peperangan antar saudara di kerajaan tersebut. Dalam peperangan
tersebut terjadi sebuah perebutan kekuasaan dan jabatan dalam kerajaan, hingga
akhirnya peperangan tersebut tidak bisa dihindari.

Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1521 Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh bangsa Portugis. Dan saat itu menjadi sebab runtuhnya Kerajaan
Samudera Pasai dari faktor eksternal. Akan tetapi bibit-bibit kejayaan kerajaan
tersebut masih ada tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai kerena menjadi bagian
dari Kesultanan Aceh.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai


Dari beberapa raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai
tentunya pasti ada beberapa peninggalan yang paling berharga saat itu. Berikut
beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Samudera Pasai:

 Lonceng Cakra Donya, lonceng tersebut terbuat dari besi yang berbentuk
seperti stupa dan dibuat oleh China pada tahun 1409 M. Pada bagian
lonceng terdapat beberapa ukiran aksara Arab dan China yang sangat
indah. Lonceng tersebut diberikan oleh kaisar China ke raja Samudera
Pasai pada waktu itu.
Lonceng Cakra Donya

 Koin Dirham, koin ini digunakan sebagai mata uang Kerajaan Samudera
Pasai. Selain itu koin tersebut juga terbuat dari beberapa campuran antara
emas, perak dan tembaga. Disalah satu dari koin tersebut terdapat aksara
Arab yang bertuliskan Muhammad Malik Az-Zahir dan di sisi lainnya
bertuliskan Al-Sultan Al-Adil.
Koin Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

 Naskah Surat Sultan Zainal Abidin, surat ini ditulis oleh Sultan Zainal
Abidin dan diberikan kepada Kapten Moran sebelum ia meninggal. Surat
tersebut ditulis pada tahun 1518 M dengan menggunakan aksara Arab.
Naskah surat tersebut berisi tentang keadaan Samudera Pasai pada abad
ke 16 M, tepatnya saat Portugis berhasil menguasai Malaka pada tahun
1511 M.
Surat
yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin

 Makam Raja Pasai, para raja-raja Kerajaan Pasai juga termasuk dalam
salah satu peninggalan yang paling bersejarah. Untuk saat ini makam
tersebut dijadikan sebagai tempat wisata religi. Makam tersebut terletak
disekitar komplek makam raja Samudera Pasai, di desa Beuringin,
kecamatan Samudera.
Makam Raja Samudera Pasai

https://balubu.com/kerajaan-samudera-pasai/

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam


pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267
M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam
raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat
reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-
raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Malik
al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan
sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326
M). Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan
Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi


Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat
adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada
menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai
mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini
membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan
luar

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di


kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina,
India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar
perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang
disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di
samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga


ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M
ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

SILSILAH
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524

PERIODE PEMERINTAHAN
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad
ke-13 hingga 16 M.

WILAYAH KEKUASAAN
Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.

STRUKTUR PEMERINTAHAN
Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah
secara turun temurun. disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan
kerajaan, terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana
Menteri atau Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer
atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana,
seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang
dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan
mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di
bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat
sebagai penghubung antara sultan dan pedagang-pedagang asing.

Selain itu menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan


Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun
nama-nama dan jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:
1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar Negeri

KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al-
Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa
pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang
bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat
diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-
Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan
Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326). Pengganti dari
Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai
berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan
Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah
seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai
merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara
India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan
Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal
Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut
sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan
demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya
Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah
Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.

KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-
pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang
pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai
dengan keterangan Ibnu Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan
emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat
tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di
kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis
yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab
yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai
(HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-
Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.

Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu
oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas
menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai
dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.

Sumber : http://acehdalamsejarah.blogspot.com

https://www.acehprov.go.id/jelajah/read/2018/01/22/64/kerajaan-samudera-pasai.html

Kerajaan Samudera Pasai Aceh


Bismillahir Rahmanir Rahiim
Berdasarkan berita Marcopolo (th 1292) dan Ibnu Batutah (abad 13). Pada tahun 1267 telah
berdiri kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
dibuktikan dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th 1297) Raja pertama
Samudra Pasai.
Kesultanan Samudera Pasai, juga dikenal dengan Samudera, Pasai, atau Samudera Darussalam,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Kerajaan Samudra Pasai berdiri sekitar abad 13 oleh
Nazimuddin Al Kamil, seorang laksamana laut Mesir. Pada Tahun 1283 Pasai dapat
ditaklukannnya, kemudian mengangkat Marah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan gelar
Sultan Malik Al Saleh (1285 – 1297). Makam Nahrasyiah Tri Ibnu Battutah, musafir Islam
terkenal asal Maroko, mencatat hal yang sangat berkesan bagi dirinya saat mengunjungi sebuah
kerajaan di pesisir pantai timur Sumatera sekitar tahun 1345 Masehi. Setelah berlayar selama 25
hari dari Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar), Battutah mendarat di sebuah tempat
yang sangat subur. Perdagangan di daerah itu sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata
uang emas. Ia semakin takjub karena ketika turun ke kota ia mendapati sebuah kota besar yang
sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara kayu.
Kota perdagangan di pesisir itu adalah ibu kota Kerajaan Samudera Pasai. Samudera Pasai (atau
Pase jika mengikuti sebutan masyarakat setempat) bukan hanya tercatat sebagai kerajaan yang
sangat berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pada masa pemerintahan Sultan
Malikul Dhahir, Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan internasional.
Pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, Cina, dan Eropa.

Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali
dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan
Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu yang menaklukkan
beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan Samudera pada tahun 1270 Masehi.Makam
Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdul Kadir.
Ia menikah dengan Ganggang Sari, seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan
itu, lahirlah dua putranya yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur. Setelah keduanya
beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia
mendirikan kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir
menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.
Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan Malikul Dhahir
sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir
miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap
jemawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu
Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk
di tanah tanpa beralas apa-apa.
Dengan cermin pribadinya yang begitu rendah hati, raja yang memerintah Samudera Pasai dalam
kurun waktu 1297-1326 M ini, pada batu nisannya dipahat sebuah syair dalam bahasa Arab, yang
artinya, ini adalah makam yang mulia Malikul Dhahir, cahaya dunia sinar agama.

Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota
di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Bersamaan dengan Pidie,
Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain
komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman.
Bukan hanya perdagangan ekspor impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju,
Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat
dari emas dikenal sebagai uang dirham.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa
ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan
Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.

Perdagangan
Selain sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi pusat perkembangan Islam di Nusantara.
Kebanyakan mubalig Islam yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari Pasai.
Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Jawa juga terlihat
dari sejarah dan latar belakang para Wali Songo. Sunan Kalijaga memperistri anak Maulana
Ishak, Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah yang gigih melawan penjajahan Portugis
lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai.
Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal di tahun 1980-an, sebelum
konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah. Menurut Yakub, juru kunci
makam Sultan Malikus saleh, nama besar sang sultan turut mengundang rasa keingintahuan para
peziarah dari Malaysia, India, sampai Pakistan. “Negara-negara itu dulunya menjalin hubungan
dagang dengan Pasai,” tutur Yakub.
Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat sejumlah situs makam para pendiri
kerajaan dan keturunannya di makam raja-raja itu. Makam itu menjadi saksi satu-satunya karena
peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan Malikussaleh dan cucunya, Ratu
Nahrisyah, adalah dua kompleks situs yang tergolong masih terawat. makam Malikal Zahir.
Menurut Snouck Hurgronje, hubungan langsung Arab dengan Indonesia baru berlangsung abad
17 pada masa kerajaan Samudra Pasai, Banten, Demak dan Mataram Baru.
Samudra Pasai sebelum menjadi kerajaan Islam merupakan kota pelabuhan yang berada dalam
kekuasaan Majapahit, yang pada masa itu sedang mengalami kemunduran. Setelah dikuasai oleh
pembesar Islam, para pedagang dari Tuban, Palembang, malaka, India, Cina dan lain-lain datang
berdagang di Samudra Pasai. Menurut Ibnu Batutah: Samudera Pasai merupakan pelabuhan
terpenting dan Istana Raja telah disusun dan diatur secara indah berdasarkan pola budaya
Indonesia dan Islam.
Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan kebudayaan Islam.
Pemerintahnya bersifat Theokrasi (berdasarkan ajaran Islam) rakyatnya sebagian besar memeluk
agama Islam. Raja raja Pasai membina persahabatan dengan Campa, India, Tiongkok, Majapahit
dan Malaka. Pada tahun 1297 Malik Al saleh meninggal, dan digantikan oleh putranya Sultan
Muhammad (th 1297 – 1326)
lebih dikenal dengan nama Malik Al Tahir, penggantinya Sultan Ahmad (th 1326 – 1348), juga
pakai nama Malik Al Tahir, penggantinya Zainal Abidin.
Raja Zainal Abidin pada tahun 1511 terpaksa melarikan diri dan meninggalkan tahtanya
berlindung di Majapahit, karena masih saudara raja Majapahit. Hal ini berarti hubungan
kekerabatan Raja Samudra Pasai dengan Raja Majapahit terbina sangat baik, menurut berita Cina
disebutkan pertengahan abad 15, Samudra Pasai masih mengirimkan utusannya ke Cina sebagai
tanda persahabatan.makam Naina Hisana bin Naina.
Fatahilah, ulama terkemuka Pasai menikah dengan adik Sultan Trenggono(raja Demak/adik
Patih Unus/anak Raden Patah). Fatahilah berhasil merebut Sunda Kelapa (22 Juni 1522) berganti
nama menjadi Jayakarta, juga Cirebon dan Banten.
http://sejarahanda.blogspot.com/2012/05/sejarah-kerajaan-samudra-pasai.html
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan
kajian sejarah.[1] Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini
bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,[2] dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta
penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.[3]
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267.
Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur)
karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan ihsan Portugal pada tahun 1521.

Daftar isi

 1Pembentukan awal
 2Relasi dan persaingan
 3Pemerintahan
 4Perekonomian
 5Agama dan budaya
 6Akhir pemerintahan
 7Daftar penguasa Pasai
 8Warisan sejarah
 9Rujukan
 10Kepustakaan
 11Pranala luar

Pembentukan awal[sunting | sunting sumber]


Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu,
setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.[2] Marah
Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah
naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau 1267 M.[4] Dalam Hikayat
Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk
pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak
dibedakan sama sekali. Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat beberapa daftar
kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatra waktu itu, dari selatan ke utara terdapat
nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik
az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan
Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring
dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat
pengembangan dakwah agama Islam. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan
digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir dan memerintah sampai tahun 1345. Pada
masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa sultan di
negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya
menganut Mazhab Syafi'i.[5]
"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana
kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh
Majapahit itu".
— Gambaran penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari Hikayat Raja-raja Pasai[2].

Relasi dan persaingan[sunting | sunting sumber]


Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun
1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam kronik Tiongkok ia juga dikenal dengan
nama Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki, dan disebutkan ia tewas oleh Raja Nakur. Selanjutnya pemerintahan
Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinya Sultanah Nahrasiyah.
Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun
1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan Cheng Ho yang dicatat oleh para
pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan
memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke
arah timur berbatasan dengan Kerajaan Aru, sebelah utara dengan laut, sebelah barat berbatasan
dengan dua kerajaan, Nakur dan Lide. Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan
kerajaan Lambri (Lamuri) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam
kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Tiongkok, Lonceng Cakra
Donya.[6]
Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan Ha-li-zhi-han namun
wafat di Beijing. Kaisar Xuande dari Dinasti Ming mengutus Wang Jinhong ke Pasai untuk
menyampaikan berita tersebut.[6]

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Lonceng Cakra Donya

Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air)
dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan
waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng
pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa
kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui
oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun
ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik.[6] Sehingga
penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan
berkaitan dengan ini.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak
sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan.
Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian
dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur
di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi
satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa
pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi
kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk
dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]


Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi andalannya, dalam catatan
Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga perak 1 tahil. Dalam perdagangan
Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang
ini disebut Deureuham (dirham) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10
mm, mutu 17 karat.
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2 kali
setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya
memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari
bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan
tikar rotan atau pandan.[6]

Agama dan budaya[sunting | sunting sumber]


Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai, walau
pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé
Pires,[7] telah membandingkan dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip
dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara kelahiran, perkawinan dan kematian.
Kemungkinan kesamaan ini memudahkan penerimaan Islam di Malaka dan hubungan yang akrab
ini dipererat oleh adanya pernikahan antara putri Pasai dengan raja Malaka sebagaimana
diceritakan dalam Sulalatus Salatin.

Akhir pemerintahan[sunting | sunting sumber]


Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai
yang mengakibatkan perang saudara. Sulalatus Salatin[8] menceritakan Sultan Pasai meminta
bantuan kepada Sultan Melaka untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun Kesultanan Pasai
sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun 1521 yang sebelumnya telah
menaklukan Melaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian
dari kedaulatan Kesultanan Aceh.

Daftar penguasa Pasai[sunting | sunting sumber]


Berikut adalah daftar para sultan yang memerintah Kesultana Samudera Pasai[9]:

No Periode Nama Sultan atau Gelar Catatan dan peristiwa penting


1. Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu) 1267 M – 1297 M

2. Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I 1297 - 1326

3 1326 - 133? Sultan Ahmad I Penyerangan ke Kerajaan Karang Baru, Tamiang

Sultan Al-Malik azh-Zhahir II Dikunjungi Ibnu Batutah


4 133? – 1349
Sultan Zainal Abidin I Diserang Majapahit

5 1349 – 1406 Ratu Nahrasyiyah Masa kejayaan Samudra Pasai

Sultan Zainal Abidin II Digulingkan oleh saudaranya


6 1406 – 1428
Sultan Shalahuddin Memiliki 2 makam

7 1428 – 1438 Sultan Ahmad II

Sultan Abu Zaid Ahmad III


8 1438 – 1462
Sultan Ahmad IV

9 1462 – 1464 Sultan Zainal Abidin III

Sultan Muhammad Syah II


10 1464 – 1466
Sultan Al-Kamil

11 1466 - 1466 Sultan Adlullah

Sultan Muhammad Syah III

Sultan Zainal Abidin III

Sultan Muhammad Syah II

Sultan Al-Kamil

Sultan Adlullah

Sultan Muhammad Syah III


18 Sultan Abdullah Malaka jatuh ke tangan Portugis

1507 - 1509 Sultan Ahmad V

19 Sultan Zainal Abidin IV

1509 - 1514

20

1514 - 1517

Warisan sejarah[sunting | sunting sumber]


Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1267 M, dirujuk oleh
sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-13. Walau
ada pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat Raja-raja
Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu dalam
mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah
menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali menggunakan nama pendiri kerajaan ini
untuk Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Samudera_Pasai
Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai – Apakah Anda tahu mengenai sejarah Kerajaan Samudra
Pasai? Samudra Pasai ialah sebuah Kerajaan pertama di Indonesia yang bernuansakan agama
Islam. Letak kerajaan ini ada di daerah pesisir utara Pulau Sumatera, tepatnya di Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Sebagai Kerajaan Islam tertua di Nusantara, Samudra Pasai kerap didatangi oleh berbagai
penjelajah, sebut saja Ibnu Batutah dan Laksamana Cheng Ho. Sehingga tidak heran, Kerajaan
Samudra Pasai memiliki banyak catatan sejarah di masa lalu.

Jauh sebelum Kerajaan Samudra Pasai didirkan, wilayah Pasai telah ditempati oleh penduduk
Muslim yang pada mulanya adalah imigran dari Arab, Mesir, Persi, dan wilayah timur tengah
lainnya.

Mereka berkunjung ke Pasai untuk menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut dan
melakukan perdagangan. Dalam realitanya, Islam mudah diterima oleh masyarakat setempat
sehingga peradaban Islam berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah.

Kesultanan Samudra Pasai itu sendiri didirikan oleh Marah Silu dengan gelar Sultan Malik As-
Saleh pada tahun 1267 M. Masa Marah Silu berkuasa adalah 30 tahun dan dia wafat pada tahun
1297 M.
Selanjutnya kekuasaan diserahkan kepada anaknya yang bernama Sultan Malik Az-Zahir dan
Samudra Pasai terus mengalami perkembangan hingga mencapai masa kejayaannya.

DAFTAR ISI ARTIKEL


 Masa Kejayaan Samudra Pasai
 1. Bidang Perekonomian Dan Perdagangan
 2. Bidang Sosial Dan Budaya
 3. Bidang Agama
 4. Bidang Politik
 Masa Kemunduran Samudra Pasai
 Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
 1. Koin Emas
 2. Cakra Donya
 3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
 4. Makam Raja-raja Pasai
 5. Makam Perdana Menteri
Masa Kejayaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai mengalami banyak masa kejayaannya dengan dipimpin oleh Sultan
yang berbeda. Namun puncak kejayaan adalah pada masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin
Malik Az-zahir tahun 1383 – 1405 M. Kejayaan yang dimiliki dapat dilihat dari kemajuan-
kemajuan yang dimiliki dalam berbagai aspek, yakni :

Kerajaan Kediri

1. Bidang Perekonomian Dan Perdagangan


Dalam bidang perekonomian dan perdagangan, kemajuan kerajaan ini dibuktikan dari
diterapkannya mata uang emas (Dirham) yang diciptakan sendiri sebagai alat pembayaran yang
sah.

Selain itu, Samudra Pasai juga menjadi pusat perdagangan internasional di masa kekuasaan
Sultan Malikul Dhahir dengan lada sebagai ekspor utamanya.

Penghasilan yang didapatkan begitu melimpah dengan hubungan dagang yang baik antara
pedagang lokal dan pedagang asing.
2. Bidang Sosial Dan Budaya
Kehidupan sehari-hari masyarakat Samudra Pasai diatur sesuai dengan syariat dan hukum-
hukum Islam. Banyak persamaan kehidupan antara masyarakat Pasai dengan masyarakat Arab,
sehingga daerah Aceh tersebut dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah.

Dalam bidang budaya, masyarakat Pasai memanfaatkan huruf Arab untuk menulis Bahasa
Melayu, sehingga dapat dipadukan menjadi huruf Arab Jawi.

3. Bidang Agama
Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan
sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.

Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-
muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang raja.
Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-masyarakat
setempat.

4. Bidang Politik
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi
kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan politik
yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah lainnya.

Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan
bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama
dengan perkembangan yang luar biasa.

Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan kerajaan
ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran ditengarai oleh
beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.

Masa Kemunduran Samudra Pasai


Masa kemunduran Samudra Pasai disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal kemunduran adalah adanya perselisihan di antara keluarga kerajaan.

Kerajaan Mataram Kuno


Perebutan tahta pemerintahan banyak terjadi sehingga menyebabkan terjadinya perang saudara
dan pemberontak di wilayah kerajaan.

Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk
membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya
diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada tahun
1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.

Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal menyerang
wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.

Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra Pasai
melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.

Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan
sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog
sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.

Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan Samudra Pasai memiliki berbagai peninggalan sejarah yang sangat berharga.
Peninggalan-peninggalan tersebut berupa benda-benda berharga dan makam para raja. Berikut
bukti-bukti peninggalan yang diperoleh :

1. Koin Emas
Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat
pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin
dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri khas
unik koin emas dengan tulisan Arab.

2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang
dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.

Bagian-bagian lonceng tersebut diukir dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China dengan
desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda lihat di
wilayah Lhokseumawe.

3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin


Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin yang selanjutnya
dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal. Naskah tersebut ditulis dengan
menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada tahun
1511 M ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis.

Kerajaan Mataram Islam


4. Makam Raja-raja Pasai
Makam Raja-raja Pasai merupakan peninggalan sejarah berharga yang sangat melekat mengenai
eksistensi Samudra Pasai. Terdapat banyak makam para Raja Pasai yang memerintah dari waktu
ke waktu. Salah satunya adalah makam Sultan Malik As-Saleh yang terletak di Desa Beuringin,
Kecamatan Samudra dengan batu nisan yang ditulis dengan huruf Arab dan Makam Sultan
Maulana Al Zhahir yang terletak di sebelahnya.

5. Makam Perdana Menteri


Samudra Pasai juga meninggalkan beberapa makam perdana menteri. Salah satu makam perdana
menteri yang terkenal adalah makam Tengku Yacob.

Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya
ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-
Taubah 21-22.

Itulah seputar sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Banyak penjelajah terkenal yang berkunjung ke wilayah Samudra Pasai
sehingga banyak catatan sejarah yang berhasil ditorehkan.

Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi generasi-generasi masa
depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan Pasai di masa lampau.

Catatan sejarah yang sangat melekat adalah mengenai masa kejayaan dan masa keruntuhan
Samudra Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudra Pasai kuat dalam berbagai bidang sehingga
memiliki pengaruh besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain.

Sementara pada masa kemundurannya, disebabkan oleh faktor perang saudara dan invasi
Portugal ke wilayah Samudra Pasai.

Catatan sejarah lain yang penting adalah peninggalan sejarahnya. Terdapat beberapa peninggalan
sejarah penting seperti barang berharga serta makam para raja dan menteri. Peninggalan sejarah
merupakan bukti kuat untuk menunjukkan kehidupan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau.

https://www.romadecade.org/kerajaan-samudra-pasai/#!

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Silsilah


Raja, Peninggalan, Masa Kejayaan dan
Keruntuhan
Oleh Ibu GuruDiposting pada 02/02/2019
Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran
Sejarah yaitu Tentang “Kerajaan Samudera Pasai“. Berikut dibawah ini penjelasannya:

Daftar Isi [Buka]

Sejarah Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Nama lengkap kerajaan samudera pasai adalah “Samudera Aca Pasai”, yang artinya “Kerajaan
Samudera yang baik dengan ibukota di Pasai” (H.M. Zainuddin, 1961:116).

Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Dalam buku berjudul “Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara”, Slamet Muljana menulis bahwa
Nazimuddin Al Kamil, Laksamana Laut dari Dinasti Fathimiah di Mesir, berhasil menaklukkan sejumlah
kerajaan Hindu atau Buddha yang terdapat di Aceh dan berhasil menguasai daerah subur yang dikenal
dengan nama Pasai.

Nazimuddin Al-Kamil kemudian mendirikan sebuah kerajaan di muara Sungai Pasai itu pada 1128
Masehi dengan nama Kerajaan Pasai. Alasan Dinasti Fathimiah mendirikan pemerintahan di Pasai
berdasarkan atas keinginan untuk menguasai perdagangan di wilayah pantai timur Sumatra yang
memang sangat ramai.

Menurut pengisahan yang terdapat dalam Hikayat Raja Pasaai, kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Malik
Al Salih mula-mula bernama Kerjaan Samudera. Adapun Kerajaan Pasai adalah satu pemerintahan baru
yang menyusul kemudian dan mengiringi eksistensi Kerajaan Samudera.

Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung
Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di
desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Sebelum
memeluk agama Islam, nama asli Malik Al Salih adalah Marah Silu atau Meurah Silo. “Meurah” adalah
panggilan kehormatan untuk orang yang ditinggikan derajatnya, sementara “Silo” dapat dimaknai sebagai
silau atau gemerlap.
Marah Silu adalah keturunan dari Suku Imam Empat atau yang sering disebut dengan Sukee Imuem
Peuet, yakni sebutan untuk keturunan empat Maharaja atau Meurah bersaudara yang berasal dari Mon
Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh sebelum masuk dan
berkembangnya Agama Islam. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera
Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M.
Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada
tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luarPada
masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh
para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia.

Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam. Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16
M. Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan sekitar tahun
1360 M oleh Majapahit dengan dipimpin Gajah Mada sebagai Mahapatih. Pada tahun 1524 M ditaklukkan
oleh kerajaan Aceh.

Silsilah Raja Kerajaan Samudera Pasai


Berikut ini terdapat beberapa silsilah raja kerajaan samudera pasai, antara lain:

1. Sultan Malik Al-Salih (1267-1297)


2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297–1326)
3. Sultan Malikul Mahmud
4. Sultan Malikul Mansur
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir (1383-1405)
7. Sultan Shalahuddin (1405– 1412)
8. Sultanah NAhrasiyah atau Sultanah Nahrisyyah (1420-1428)
9. Sultan Abu Zaid Malik (1455)
10. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1455-1477)
11. Sultan Zain AL-Abidin (1477-1500)
12. Sultan Abdullah Malik Az-Zahir (1501-1513)
13. Sultan Zain Al-Abidin (1513-1524)

Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai


Masa kebangkitan kembali kerajaan Samudera Pasai adalah dibawah masa pemerintahan Sultan Zain
Al-Abidin Malik Az-Zahir. Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405. Menurut catatan dari negeri
Cina dalam bentuk kronik cina Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir dikenal dalam catatan tersebut
dengan nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Namun saya masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik
Az-Zahir harus berakhir ditandai dengan tewasnya beliau di tangan Raja Nakur dalam sebuah
pertempuran. Sejak itu Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin
Malik Az-Zahir yaitu Sultanah Nahrasiyah. Raja Perempuan pertama Kerajaan Samudera Pasai.
Dibawah tampuk kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa
kejayaan. Pada masa pemerintahannya pernah didatangi seorang Laksamana Laut Cheng Ho. Armada
Cheng Ho berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai antaranya tahun 1405, 1408 dan 1412.

Cheng ho dalam laporannya yang ditulis oleh pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Dalam
catatannya menuliskan bahwa batas wilayah Kerajaan Samudera Pasai adalah sebelah selatan dan timur
terdapat pegunungan tinggi. Sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Aru. Utara dengan laut dan dua
kerajaan disebelah barat yaitu Kerajaan nakur dan Kerajaan Lide. Terus kearah barat ada kerajaan
Lamuri yang jika kesana perjalannya menempuh jarak 3 hari dan 3 malam dari pasai.

Kemajuan Kerajaan Samudera Pasai


Berikut ini terdapat beberapa kemajuan dari kerajaan samudera pasai, antara lain:

 Kondisi Sosial-Budaya Kerajaan Samudera Pasai

Sebagai kerajaan besar, pada kerajaan Samudera Pasai berkembang suatu kehidupan yang
menghasilkan karya tulis yang baik. Beberapa masyarakat berhasil memanfaatkan huruf Arab yang
dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian
disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah
Hikayat Raja Pasai (HRP).

Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan
sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara
buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu
Ishak.

 Kondisi Politik Kerajaan Samudera Pasai

Sultan pertama kerajaan ini adalah Malik As-Shaleh, lalu di lanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan
Muhammad Malik Az-Zhahir, yang pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai bisa dikatakan
mengalami masa keemasan. Ia berhasil mempersatukan Kerajaan Peurlak dan Samudera Pasai.

Pusat pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berada di antara sungai Jambu Air dengan sungai Pasai,
Aceh Utara. Dalam struktur pemerintahannya, terdapat istilah menteri, syahbandar, dan Kadi. Anak-anak
sultan digelari Tun begitupun dengan petinggi-petingi kerajaan.

Adapun mengenai berita dari China, dijelaskan bahwa abad 13, sekitar tahun 1282 M, Sultan Malik as-
Shaleh telah mengirim beberapa utusan ke Quilon, India, dan juga bertemu dengan duta-duta Cina.
Diantara nama-nama utusan yang dikirim adalah Husein dan Sulaiman (nama muslim). Dari keterangan
tersebut, dapat diketahui Samudera Pasai telah ada sekurang-kurangnya pada tahun 1282 M dan telah
melakukan hubungan dengan pihak luar.
Menurut Ibnu Bathutah ketika Ia berkunjung tahun 1346 M ke Sumatera, islam telah disyiarkan sekitar 1
abad lamanya. Di samping itu, Ia juga mengabarkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat
keagamaan raja dan rakyatnya, dan juga madzhab yang diyakini, yaitu madzhab Syafi’i.

Saat sultan terkahir memerintah, itulah awal lemahnya Kerajaan Samudera Pasai, ditandai dengan
masuknya Portugis yang berkuasa selama 3 tahun. Tahun 1524, kekuasaan pun jatuh kepada kerajaaan
Islam lainnya, yaitu Aceh Darussalam. Keruntuhan kerajaan ini juga karena serangan Majapahit dan juga
munculnya Kerajaan Melayu di Semenanjung Melayu.

 Kondisi Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai

Basis perekonomian kerajaan ini lebih ke pelayaran dan perdagangan. Ditinjau dari segi geografis, pada
saat itu Samudera Pasai merupakan suatu daerah penghubung antara pusat perdagangan di kepulauan
Indonesia, dengan India, Cina, dan Arab. Pada kerajaan ini juga telah digunakan mata uang sebagai alat
pembayaran yang disebut deureuham (dirham), menandakan bahwa perekonomian kerajaan ini telah
makmur.

Dalam sektor dagang, Samudera Pasai mengandalkan lada sebagai produk unggulan yang dicari
pedagang-pedagang internasional. Masyarakat pada umumnya sebagai petani yang menanam padi di
ladang yang dipanen 2 kali dalam setahun. Mereka juga beternak sapi perah untuk kemudian
menghasilkan susu dan keju.

Masa Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai


Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai ini diakibatkan beberapa pengaruh internal dan eksternal. Internal
kerajaan sebelum masa keruntuhan sering terlibat pertikaian antar keluarga kerajaan. Perebutan
kekuasaan dan jabatan kerap terjadi. Perang Saudara dan pemberontakan tidak bisa dihindari. Bahkan
Raja saat itu meminta bantuan kepada Raja Melaka untuk meredam pemberontakan.

Namun tidak urung terjadi karena pada tahun 1511 Kerajaan Melaka jatuh ketangan Portugal. Sepuluh
tahun kemudia tepatnya 1521 Portugal menyerang Kerajaan Samudera Pasai dan runtuhlah kerajaan itu.
Tetapi bibit kerajaan masih ada sehingga tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai menjadi bagian dari
Kesultanan Aceh.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai


Berikut ini terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan samudera pasai, antara lain:

 Dirham
Zaman dulu Dirham tidak memakai kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di Kerajaan Samudera
Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas,berdiameter 10 mm dengan 0,6
gram setiap koinnya.

Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi dirham atau
mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan
nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak digunakan sebagai alat transaski, terutama tanah.

Tradisi mencetak Dirham mas kemudian menyebar ke seluruh Sumatera, bahkan sampai semenanjung
Malaka semenjak Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524.

 Cakra Donya

Cakra Donya merupakan sebuah lonceng yang bisa dibilang keramat. Cakra Donya ini merupakan
lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M. Lonceng ini memilik
tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra sendiri memiliki arti poros kereta, lambang-lambang Wishnu,
matahari atau cakrawala.Sementara Donya berarti dunia.

Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol-simbol berbentuk aksara Arab dan
Cina. Aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus. Sedangkan aksara Cina bertuliskan Sing
Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5).
Intinya, Cakra Donya ini adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya sendiri merupakan hadiah dari
kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Kemudian hadiah lonceng ini dipindahkan ke Banda
Aceh sejak portugis berhasil dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah.

 Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum
meninggal pada tahun 1518 Masehi atau 923 Hijriah. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran yang
bertindak atas nama wakil Raja Portugis di India.

Surat ini ditulis menggunakan bahasa arab, isinya menjelaskan mengenai keadaan Kesultanan
Samudera Pasai pada abad ke-16. Selain itu, dalam surat ini juga menggambarkan tentang keadaan
terakhir yang dialami Kesultanan Samudera Pasai setelah bangsa Portugis berhasil menaklukkan Malaka
pada tahun 1511 Masehi.

Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Samudera pasai juga
tertulis di dalamnya. Sehingga bisa diketahui pengejaan serta dan nama-nama kerajaan atau negeri
tersebut. Adapun kerajaan atau negeri yang tertera dalam surat tersebut antara lain Negeri Mulaqat
(Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).

 Stempel Kerajaan

Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang merupakan Sultan Kedua Kerajaan
Samudera Pasai. Dugaan tersebut dilontarkan oleh oleh tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Stempel ini
ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan. Adapun
kondisi stempel ketika ditemukan sudah patah pada bagian gagangnya. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa stempel ini sudah digunakan hingga masa pemerintahan pemimpin terakhir Kerajaan Samudera
Pasai, yakni Sultan Zainal Abidin.

https://kelasips.co.id/kerajaan-samudera-pasai/

Anda mungkin juga menyukai