letaknya berada di Pulau Sumatera tepatnya di ujung utara pulau yakni kota Lhokseumawe,
Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Raja pertama atau pendiri Kerajaan Samudra
Pasai bernama Meurah Silu dengan gelar Sultan Malik As-Saleh pada tahun 1267. Sumber
sejarah dan bukti mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dapat kita lihat di Makam
atau kuburan raja-raja aceh yang bisa kita lihat di Aceh Utara tepatnya kampung Gendong.
Pada makam tersebut terdapat makam dari raja pertama atau bisa disebut juga dengan
pendiri kerajaan ini.
Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Samudra Pasai yang lain yaitu
ditemukannya koin dari bahan emas dan perak dengan tercantum nama rajanya. Selain itu,
sumber keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga tercantum di dalam kitab Rihlah Ila I
Masyriq karya dari Abu Abdullah Ibn Batuthah pada tahun 1304-1368. Kitab tersebut
merupakan kisah orang-orang atau para pedagang yang pergi mengembara ke arah timur
dan menuju Nusantara. Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai juga diperkuat dari catatan
sejarawan Maroko bernama Ibn Batutah. Dalam catatannya, Samudra Pasai digunakan
sebagai sebagai pusat studi Islam. Ia menyebut Samudra sebagai "sumutrah" dan
kemudian sekarang menjadi Sumatra.
Baca juga :
Raja kedua yaitu Sultan Muhammad atau nama aslinya Sultan Malik at Tahir I. Dalam
menjalankan kekuasaan perubahan yang diharapkan tidak banyak atau jalan ditempat.
Kekuasaan Kemudian digantikan oleh Al Malik Az Tahir II. Nah pada masa ini Kerajaan
Samudra Pasai mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah, menurutnya armada dagang yang
dimiliki Samudra Pasai sangat mumpuni dan kuat. Pada sekitar tahun 1521, bangsa Portugis
memasuki wilayah perairan selat Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudra Pasai
hingga tahun 1954. Kemudian beberapa tahun kemudian wilayah ini menjadi
kekuasaan Kerajaan Aceh yang memiliki pusat di Bandar Aceh Darussalam. Itulah sedikit
rangkuman mengenai kehidupan politik Kerajaan Samudra Pasai.
Kronik Dinasti Yin, dari kronik tersebut kita dapat mengetahui bahwa utusan
Kerajaan Samudra Pasai telah berkunjung ke Cina.
Catatan Marco Polo tahun 1292, dalam catatan tersebut ia mengatakan bahwa di
Sumatra terdapat beberapa wilayah yaitu Basma, Lamuri, dan Fansur. Memang
Marcopolo tidak menyebutkan Samudra Pasai, tetapi ia menyebutkan Basma yang
letaknya tidak jauh dari Pasai. Ia juga mengunjungi Perlak.
Catatan Ibn Batutah, ia merupakan seorang pengembara dari Maroko. Dalam catatan
tersebut, ia menyebutkan Kerajaan Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al
Zahar. Ia juga menyebutkan Kerajaan ini telah menjadi pusat studi agama Islam dan
tempat para ulama Islam berkumpul.
Utusan Kaisar Cina, ia mengirim 3 utusan-nya yakni pada tahun 1403, 1414, dan
1430.
Beliau memimpin kerajaan dalam kurun waktu 1297 sampai 1326 Masehi. Tercatat selama
abad 13 sampai abad 16, kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang mempunyai pelabuhan
yang sangat sibuk. Saat itu, Samudra Pasai dapat mengekspor lada sekitar 8 ribu sampai
10 ribu bhara setiap tahunnya. Komoditas lain juga demikian seperti sutera, emas dan
kapur barus yang mereka datang kan dari daerah pedalaman. Kemajuan juga ditandai
dengan mata uang yang mereka gunakan sebagai alat pembayarannya.
Kerajaan Samudra Pasai juga menjalin hubungan dagang dengan Pulau Jawa. Mereka
melakukan tukar menukar hasil komoditas pertanian maupun perkebunan , seperti beras
ditukar dengan lada. Selain sebagai pusat perdagangan seperti yang sudah dijelaskan di
atas, Kerajaan Samudra Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam di
Nusantara.
Karena serangan dari Gajah Mada / patih Kerajaan Majapahit pada tahun 1339,
serangan tersebut merupakan sebuah langkah yang dilakukan dengan tujuan
menyatukan Nusantara, tetapi akhirnya gagal.
Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Tahir.
Berdirinya Bandar di Selat Malaka yang lokasi dan letaknya lebih vital dan strategis
Adanya serangan dari bangsa Portugis.
Stempel Kerajaan Samudra Pasai : Stempel ini ditemukan di Desa Kuta Krueng,
Kecamata Samudra, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini diduga milik Sultan
Muhammad Malikul Tahir oleh Tim peneliti Sejarah Kerajaan Islam.
Cakra Donya : Cakra Donya merupakan lonceng yang berbentuk stupa. Lonceng ini
dibuat negeri Cina pada tahun 1409 M. Lonceng tersebut berukuran tinggi 125cm
dan lebarnya 75cm.
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin : Surat ini merupakan tulisan dari Sultan
Zainal Abidin pada tahun 923H atau 1518 Masehi, naskah ini ditujukan kepada
Kapitan Moran
Makam : ditemukan beberapa makam raja, salah satunya makam dari Sultan Malik
Al Saleh dan terdapat juga makam raja-raja lainnya.
Sumber :
Notosusanto, Nugroho, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai
Pustaka
Wikipedia
https://sumbersejarah1.blogspot.com/2017/06/sejarah-kerajaan-samudra-pasai.html
Pernah diberitakan bahwa Sultan Pasai ini melakukan hubungan dengan Sultan
Mahmud di Delhi dan juga Kesultanan Usmani Ottoman. Selain itu juga
diberitakan pula bahwa ada pegawai kerajaan yang berasal dari Isfahan (Kerajaan
Safawi) yang datang ke Istana Pasai untuk mengabdi. Oleh sebab itu, karya sastra
yang berasal dari Persia begitu sangat populer di Kerajaan Samudera Pasai. Tak
heran jika sastra Persia sangat berpengaruh terhadap kesusastraan di Melayu
pada saat itu.
Menurut catatan dari Butatah, Islam telah hadir sejak satu abad yang lalu
tepatnya sekitar abad ke 12 M. Setelah selama setahun berada di Pasai, kemudian
Butatah melanjutkan pelayarannya ke China. Dan akhirnya pada tahun 1347
Butatah kembali lagi ke Samudera Pasai.
Tak lama kemudian masa pemerintahan Sultan Malik As-Shaleh pun digantikan
oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Malik Az-Zahir. Pada masa
pemerintahannya, koin emas digunakan sebagai mata uang di Kerajaan
Samudera Pasai. Seiring dengan perkembangan zaman, Pasai menjadi salah satu
tempat untuk berdagang dan sekaligus untuk pengembangan dakwah Islam.
Kemudian pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik Az-Zahir pun meninggal
dan kemudian pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai di pimpin oleh putranya
yang bernama Sultan Mahmud Malik Az-Zahir dan ia hanya memerintah sampai
tahun 1345 saja. Selanjutnya pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik Az-
Zahir (putra dari Sultan Mahmud Malik Az-Zahri) Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh pasukan dari Kerajaan Majapahit antara tahun 1345 dan 1350.
Dalam serangan itu membuat Sultan Pasai harus melarikan diri dari ibukota
kerajaan.
Pada tahun 1383 Kerajaan Pasai mulai bangkit lagi dibawah pemerintahan Sultan
Zain Al-Abidin dan ia hanya memimpin sampai tahun 1405 saja. Kemudian dalam
catatan sejarah ia pun tewas dibunuh oleh Raja Nakur. Dan akhirnya Kerajaan
Samudera Pasai dilanjutkan oleh istrinya yang bernama Sultanah Narasiyah.
Kemudian pada tahun 1405, 1408 dan 1412 Kerajaan Samudera Pasai kedatangan
armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal. Menurut catatan Cheng Ho,
Kerajaan Samudera Pasai ini memiliki batas wilayah pegunungan tinggi disebelah
selatan dan timur. Sementara itu disebelah barat dan utara memiliki berbatasan
dengan dua kerajaan, yaitu Nakur dan Lide. Dalam kunjungannya tersebut Cheng
Ho juga memberikan hadiah dari Kaisar China yang berupa Lonceng Cakra
Donya.
Kemudian pada abad ke 16, bangsa Portugis berhasil masuk didaerah Selat
Malaka dan berhasil menguasai Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1521
sampai 1541. Selanjutnya wilayah Kerajaan Samudera Pasai direbut kembali oleh
Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Dimana waktu itu
Kerajaan Aceh dipimpin oleh Raja Sultan Ali Mughayat.
Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai
133? –
4 Sultan Al-Malik azh-Zhahir II Dikunjungi Ibnu Batutah
1349
1349 –
5 Sultan Zainal Abidin I Diserang Majapahit
1406
1406 –
6 Ratu Nahrasyiyah Masa kejayaan Samudra Pasai
1428
1428 –
7 Sultan Zainal Abidin II
1438
1438 –
8 Sultan Shalahuddin
1462
1462 –
9 Sultan Ahmad II
1464
1464 –
10 Sultan Abu Zaid Ahmad III
1466
1466 –
11 Sultan Ahmad IV
1466
1466 –
12 Sultan Mahmud
1468
1468 –
13 Sultan Zainal Abidin III Digulingkan oleh saudaranya
1474
1474 –
14 Sultan Muhammad Syah II
1495
1495 –
15 Sultan Al-Kamil
1495
1495 –
16 Sultan Adlullah
1506
1506 –
17 Sultan Muhammad Syah III Memiliki 2 makam
1507
1507 –
18 Sultan Abdullah
1509
1509 –
19 Sultan Ahmad V Malaka jatuh ke tangan Portugis
1514
1514 –
20 Sultan Zainal Abidin IV
1517
Kehidupan di Kerajaan Samudera Pasai
Dari segi kehidupan di Kerajaan Samudera Pasai ada beberapa aspeh kehidupan
yang terjadi disana, diantaranya:
Kehidupan Politik
Tercatat dalam sejarah bahwa Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi silam di daerah Selat Malaka. Banyak sekali pedagang dari luar daerah yang datang
ke Samudera Pasai, diantaranya ada yang datang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, China serta
daerah lainnya.
Setelah semakin kuat dengan pertahanannya, Samudera Pasai kemudian meluaskan wilayah
kekuasaannya ke daerah pedalaman, seperti: Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana,
Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan
Pasai. Dengan perluasan wilayah tersebut bertujuan Islamisasi di daerah pedalaman.
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat di Kerajaan Samudera Pasai ini bersumber dari
perdagangan dan pelayaran. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan Samudera
Pasai berada di dekat Selat Malaka yang menjadi jalur utama pelayaran dunia
saat ini. Samudera Pasai memanfaatkan Selat Malaka untuk menghubungkan
berbagai pedagang yang berasal dari Arab, India dan China.
selain itu banyak juga karya-karya sastra dan buku-buku Islam yang dikarang
oleh para ilmuan-ilmuan Pasai. Contohnya seperti Hikayat Raja-raja Pasai,
Sulalatus Shalatin dan masih banyak lagi.
Selain itu juga banyak terdapat kemajuan yang besar dalam berbagai bidang
diantaranya:
Perdagangan
Pelayaran
Perekonomian
Hubungan Internasional
Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai ini menjadi runtuh karena disebabkan oleh beberapa
faktor Internal dan Eksternal. Runtuhnya kerajaan tersebut berawal dengan
adanya peperangan antar saudara di kerajaan tersebut. Dalam peperangan
tersebut terjadi sebuah perebutan kekuasaan dan jabatan dalam kerajaan, hingga
akhirnya peperangan tersebut tidak bisa dihindari.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1521 Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh bangsa Portugis. Dan saat itu menjadi sebab runtuhnya Kerajaan
Samudera Pasai dari faktor eksternal. Akan tetapi bibit-bibit kejayaan kerajaan
tersebut masih ada tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai kerena menjadi bagian
dari Kesultanan Aceh.
Lonceng Cakra Donya, lonceng tersebut terbuat dari besi yang berbentuk
seperti stupa dan dibuat oleh China pada tahun 1409 M. Pada bagian
lonceng terdapat beberapa ukiran aksara Arab dan China yang sangat
indah. Lonceng tersebut diberikan oleh kaisar China ke raja Samudera
Pasai pada waktu itu.
Lonceng Cakra Donya
Koin Dirham, koin ini digunakan sebagai mata uang Kerajaan Samudera
Pasai. Selain itu koin tersebut juga terbuat dari beberapa campuran antara
emas, perak dan tembaga. Disalah satu dari koin tersebut terdapat aksara
Arab yang bertuliskan Muhammad Malik Az-Zahir dan di sisi lainnya
bertuliskan Al-Sultan Al-Adil.
Koin Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin, surat ini ditulis oleh Sultan Zainal
Abidin dan diberikan kepada Kapten Moran sebelum ia meninggal. Surat
tersebut ditulis pada tahun 1518 M dengan menggunakan aksara Arab.
Naskah surat tersebut berisi tentang keadaan Samudera Pasai pada abad
ke 16 M, tepatnya saat Portugis berhasil menguasai Malaka pada tahun
1511 M.
Surat
yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin
Makam Raja Pasai, para raja-raja Kerajaan Pasai juga termasuk dalam
salah satu peninggalan yang paling bersejarah. Untuk saat ini makam
tersebut dijadikan sebagai tempat wisata religi. Makam tersebut terletak
disekitar komplek makam raja Samudera Pasai, di desa Beuringin,
kecamatan Samudera.
Makam Raja Samudera Pasai
https://balubu.com/kerajaan-samudera-pasai/
SILSILAH
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524
PERIODE PEMERINTAHAN
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad
ke-13 hingga 16 M.
WILAYAH KEKUASAAN
Wilayah kekuasaan Pasai mencakup wilayah Aceh ketika itu.
STRUKTUR PEMERINTAHAN
Pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya memerintah
secara turun temurun. disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan
kerajaan, terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana
Menteri atau Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer
atau Panglima Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana,
seorang Sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang
dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan
mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di
bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar ini juga menjabat
sebagai penghubung antara sultan dan pedagang-pedagang asing.
KEHIDUPAN POLITIK
Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan Malik al-
Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun 1285 – 1297. Pada masa
pemerintahannya, datang seorang musafir dari Venetia (Italia) tahun 1292 yang
bernama Marcopolo, melalui catatan perjalanan Marcopololah maka dapat
diketahui bahwa raja Samudra Pasai bergelar Sultan. Setelah Sultan Malik al-
Saleh wafat, maka pemerintahannya digantikan oleh keturunannya yaitu Sultan
Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahir I (1297 – 1326). Pengganti dari
Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahir II (1326 – 1348). Pada masa ini pemerintahan Samudra Pasai
berkembang pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan
Islam di India maupun Arab. Bahkan melalui catatan kunjungan Ibnu Batutah
seorang utusan dari Sultan Delhi tahun 1345 dapat diketahui Samudra Pasai
merupakan pelabuhan yang penting dan istananya disusun dan diatur secara
India dan patihnya bergelar Amir. Pada masa selanjutnya pemerintahan
Samudra Pasai tidak banyak diketahui karena pemerintahan Sultan Zaenal
Abidin yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahir III kurang begitu jelas. Menurut
sejarah Melayu, kerajaan Samudra Pasai diserang oleh kerajaan Siam. Dengan
demikian karena tidak adanya data sejarah yang lengkap, maka runtuhnya
Samudra Pasai tidak diketahui secara jelas. Dari penjelasan di atas, apakah
Anda sudah paham? Kalau sudah paham simak uraian materi berikutnya.
KEHIDUPAN EKONOMI
Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai
menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka.
Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-
pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang
pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai
dengan keterangan Ibnu Batulah.
Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapurbarus dan
emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat
tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (dirham).
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat
perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di
kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis
yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab
yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai
(HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-
Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu
oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas
menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai
dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
Sumber : http://acehdalamsejarah.blogspot.com
https://www.acehprov.go.id/jelajah/read/2018/01/22/64/kerajaan-samudera-pasai.html
Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali
dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan
Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu yang menaklukkan
beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan Samudera pada tahun 1270 Masehi.Makam
Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abdul Kadir.
Ia menikah dengan Ganggang Sari, seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan
itu, lahirlah dua putranya yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur. Setelah keduanya
beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia
mendirikan kerajaan baru bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir
menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.
Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan Malikul Dhahir
sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir
miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap
jemawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu
Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk
di tanah tanpa beralas apa-apa.
Dengan cermin pribadinya yang begitu rendah hati, raja yang memerintah Samudera Pasai dalam
kurun waktu 1297-1326 M ini, pada batu nisannya dipahat sebuah syair dalam bahasa Arab, yang
artinya, ini adalah makam yang mulia Malikul Dhahir, cahaya dunia sinar agama.
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota
di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Bersamaan dengan Pidie,
Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor
utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap tahunnya, selain
komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman.
Bukan hanya perdagangan ekspor impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju,
Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat
dari emas dikenal sebagai uang dirham.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa
ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan
Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
Perdagangan
Selain sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi pusat perkembangan Islam di Nusantara.
Kebanyakan mubalig Islam yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari Pasai.
Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Jawa juga terlihat
dari sejarah dan latar belakang para Wali Songo. Sunan Kalijaga memperistri anak Maulana
Ishak, Sultan Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah yang gigih melawan penjajahan Portugis
lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai.
Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal di tahun 1980-an, sebelum
konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah. Menurut Yakub, juru kunci
makam Sultan Malikus saleh, nama besar sang sultan turut mengundang rasa keingintahuan para
peziarah dari Malaysia, India, sampai Pakistan. “Negara-negara itu dulunya menjalin hubungan
dagang dengan Pasai,” tutur Yakub.
Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat sejumlah situs makam para pendiri
kerajaan dan keturunannya di makam raja-raja itu. Makam itu menjadi saksi satu-satunya karena
peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan Malikussaleh dan cucunya, Ratu
Nahrisyah, adalah dua kompleks situs yang tergolong masih terawat. makam Malikal Zahir.
Menurut Snouck Hurgronje, hubungan langsung Arab dengan Indonesia baru berlangsung abad
17 pada masa kerajaan Samudra Pasai, Banten, Demak dan Mataram Baru.
Samudra Pasai sebelum menjadi kerajaan Islam merupakan kota pelabuhan yang berada dalam
kekuasaan Majapahit, yang pada masa itu sedang mengalami kemunduran. Setelah dikuasai oleh
pembesar Islam, para pedagang dari Tuban, Palembang, malaka, India, Cina dan lain-lain datang
berdagang di Samudra Pasai. Menurut Ibnu Batutah: Samudera Pasai merupakan pelabuhan
terpenting dan Istana Raja telah disusun dan diatur secara indah berdasarkan pola budaya
Indonesia dan Islam.
Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai oleh agama dan kebudayaan Islam.
Pemerintahnya bersifat Theokrasi (berdasarkan ajaran Islam) rakyatnya sebagian besar memeluk
agama Islam. Raja raja Pasai membina persahabatan dengan Campa, India, Tiongkok, Majapahit
dan Malaka. Pada tahun 1297 Malik Al saleh meninggal, dan digantikan oleh putranya Sultan
Muhammad (th 1297 – 1326)
lebih dikenal dengan nama Malik Al Tahir, penggantinya Sultan Ahmad (th 1326 – 1348), juga
pakai nama Malik Al Tahir, penggantinya Zainal Abidin.
Raja Zainal Abidin pada tahun 1511 terpaksa melarikan diri dan meninggalkan tahtanya
berlindung di Majapahit, karena masih saudara raja Majapahit. Hal ini berarti hubungan
kekerabatan Raja Samudra Pasai dengan Raja Majapahit terbina sangat baik, menurut berita Cina
disebutkan pertengahan abad 15, Samudra Pasai masih mengirimkan utusannya ke Cina sebagai
tanda persahabatan.makam Naina Hisana bin Naina.
Fatahilah, ulama terkemuka Pasai menikah dengan adik Sultan Trenggono(raja Demak/adik
Patih Unus/anak Raden Patah). Fatahilah berhasil merebut Sunda Kelapa (22 Juni 1522) berganti
nama menjadi Jayakarta, juga Cirebon dan Banten.
http://sejarahanda.blogspot.com/2012/05/sejarah-kerajaan-samudra-pasai.html
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini untuk dapat digunakan sebagai bahan
kajian sejarah.[1] Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini
bersumberkan dari Hikayat Raja-raja Pasai,[2] dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta
penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.[3]
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267.
Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur)
karya Abu Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada
tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan ihsan Portugal pada tahun 1521.
Daftar isi
1Pembentukan awal
2Relasi dan persaingan
3Pemerintahan
4Perekonomian
5Agama dan budaya
6Akhir pemerintahan
7Daftar penguasa Pasai
8Warisan sejarah
9Rujukan
10Kepustakaan
11Pranala luar
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye (Sungai Jambu Air)
dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan
waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng
pertahanan dari batu, namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa
kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar serta dilalui
oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun
ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik.[6] Sehingga
penamaan Lhokseumawe yang dapat bermaksud teluk yang airnya berputar-putar kemungkinan
berkaitan dengan ini.
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar dan kadi. Sementara anak-anak
sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan Tun, begitu juga beberapa petinggi kerajaan.
Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar sultan.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, Kerajaan Perlak telah menjadi bagian
dari kedaulatan Pasai, kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur
di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi
satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa
pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, Lide (Kerajaan Pedir) disebutkan menjadi
kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk
dengan Nakur, puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
Sultan Al-Kamil
Sultan Adlullah
1509 - 1514
20
1514 - 1517
Kerajaan Samudra Pasai – Apakah Anda tahu mengenai sejarah Kerajaan Samudra
Pasai? Samudra Pasai ialah sebuah Kerajaan pertama di Indonesia yang bernuansakan agama
Islam. Letak kerajaan ini ada di daerah pesisir utara Pulau Sumatera, tepatnya di Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Sebagai Kerajaan Islam tertua di Nusantara, Samudra Pasai kerap didatangi oleh berbagai
penjelajah, sebut saja Ibnu Batutah dan Laksamana Cheng Ho. Sehingga tidak heran, Kerajaan
Samudra Pasai memiliki banyak catatan sejarah di masa lalu.
Jauh sebelum Kerajaan Samudra Pasai didirkan, wilayah Pasai telah ditempati oleh penduduk
Muslim yang pada mulanya adalah imigran dari Arab, Mesir, Persi, dan wilayah timur tengah
lainnya.
Mereka berkunjung ke Pasai untuk menyebarkan agama Islam di wilayah tersebut dan
melakukan perdagangan. Dalam realitanya, Islam mudah diterima oleh masyarakat setempat
sehingga peradaban Islam berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah.
Kesultanan Samudra Pasai itu sendiri didirikan oleh Marah Silu dengan gelar Sultan Malik As-
Saleh pada tahun 1267 M. Masa Marah Silu berkuasa adalah 30 tahun dan dia wafat pada tahun
1297 M.
Selanjutnya kekuasaan diserahkan kepada anaknya yang bernama Sultan Malik Az-Zahir dan
Samudra Pasai terus mengalami perkembangan hingga mencapai masa kejayaannya.
Kerajaan Kediri
Selain itu, Samudra Pasai juga menjadi pusat perdagangan internasional di masa kekuasaan
Sultan Malikul Dhahir dengan lada sebagai ekspor utamanya.
Penghasilan yang didapatkan begitu melimpah dengan hubungan dagang yang baik antara
pedagang lokal dan pedagang asing.
2. Bidang Sosial Dan Budaya
Kehidupan sehari-hari masyarakat Samudra Pasai diatur sesuai dengan syariat dan hukum-
hukum Islam. Banyak persamaan kehidupan antara masyarakat Pasai dengan masyarakat Arab,
sehingga daerah Aceh tersebut dijuluki sebagai Kota Serambi Mekkah.
Dalam bidang budaya, masyarakat Pasai memanfaatkan huruf Arab untuk menulis Bahasa
Melayu, sehingga dapat dipadukan menjadi huruf Arab Jawi.
3. Bidang Agama
Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan
sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.
Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-
muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang raja.
Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-masyarakat
setempat.
4. Bidang Politik
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi
kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan politik
yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah lainnya.
Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan
bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama
dengan perkembangan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan kerajaan
ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran ditengarai oleh
beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.
Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk
membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya
diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada tahun
1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.
Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal menyerang
wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra Pasai
melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.
Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan
sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog
sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.
1. Koin Emas
Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat
pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin
dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri khas
unik koin emas dengan tulisan Arab.
2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang
dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.
Bagian-bagian lonceng tersebut diukir dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China dengan
desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda lihat di
wilayah Lhokseumawe.
Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya
ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-
Taubah 21-22.
Itulah seputar sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam
pertama di Indonesia. Banyak penjelajah terkenal yang berkunjung ke wilayah Samudra Pasai
sehingga banyak catatan sejarah yang berhasil ditorehkan.
Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi generasi-generasi masa
depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan Pasai di masa lampau.
Catatan sejarah yang sangat melekat adalah mengenai masa kejayaan dan masa keruntuhan
Samudra Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudra Pasai kuat dalam berbagai bidang sehingga
memiliki pengaruh besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain.
Sementara pada masa kemundurannya, disebabkan oleh faktor perang saudara dan invasi
Portugal ke wilayah Samudra Pasai.
Catatan sejarah lain yang penting adalah peninggalan sejarahnya. Terdapat beberapa peninggalan
sejarah penting seperti barang berharga serta makam para raja dan menteri. Peninggalan sejarah
merupakan bukti kuat untuk menunjukkan kehidupan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau.
https://www.romadecade.org/kerajaan-samudra-pasai/#!
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Dalam buku berjudul “Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara”, Slamet Muljana menulis bahwa
Nazimuddin Al Kamil, Laksamana Laut dari Dinasti Fathimiah di Mesir, berhasil menaklukkan sejumlah
kerajaan Hindu atau Buddha yang terdapat di Aceh dan berhasil menguasai daerah subur yang dikenal
dengan nama Pasai.
Nazimuddin Al-Kamil kemudian mendirikan sebuah kerajaan di muara Sungai Pasai itu pada 1128
Masehi dengan nama Kerajaan Pasai. Alasan Dinasti Fathimiah mendirikan pemerintahan di Pasai
berdasarkan atas keinginan untuk menguasai perdagangan di wilayah pantai timur Sumatra yang
memang sangat ramai.
Menurut pengisahan yang terdapat dalam Hikayat Raja Pasaai, kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Malik
Al Salih mula-mula bernama Kerjaan Samudera. Adapun Kerajaan Pasai adalah satu pemerintahan baru
yang menyusul kemudian dan mengiringi eksistensi Kerajaan Samudera.
Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung
Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di
desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.
Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama. Sebelum
memeluk agama Islam, nama asli Malik Al Salih adalah Marah Silu atau Meurah Silo. “Meurah” adalah
panggilan kehormatan untuk orang yang ditinggikan derajatnya, sementara “Silo” dapat dimaknai sebagai
silau atau gemerlap.
Marah Silu adalah keturunan dari Suku Imam Empat atau yang sering disebut dengan Sukee Imuem
Peuet, yakni sebutan untuk keturunan empat Maharaja atau Meurah bersaudara yang berasal dari Mon
Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh sebelum masuk dan
berkembangnya Agama Islam. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera
Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M.
Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada
tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luarPada
masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh
para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia.
Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam. Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16
M. Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan sekitar tahun
1360 M oleh Majapahit dengan dipimpin Gajah Mada sebagai Mahapatih. Pada tahun 1524 M ditaklukkan
oleh kerajaan Aceh.
Cheng ho dalam laporannya yang ditulis oleh pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Dalam
catatannya menuliskan bahwa batas wilayah Kerajaan Samudera Pasai adalah sebelah selatan dan timur
terdapat pegunungan tinggi. Sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Aru. Utara dengan laut dan dua
kerajaan disebelah barat yaitu Kerajaan nakur dan Kerajaan Lide. Terus kearah barat ada kerajaan
Lamuri yang jika kesana perjalannya menempuh jarak 3 hari dan 3 malam dari pasai.
Sebagai kerajaan besar, pada kerajaan Samudera Pasai berkembang suatu kehidupan yang
menghasilkan karya tulis yang baik. Beberapa masyarakat berhasil memanfaatkan huruf Arab yang
dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian
disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah
Hikayat Raja Pasai (HRP).
Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan
sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara
buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu
Ishak.
Sultan pertama kerajaan ini adalah Malik As-Shaleh, lalu di lanjutkan oleh anaknya, yaitu Sultan
Muhammad Malik Az-Zhahir, yang pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai bisa dikatakan
mengalami masa keemasan. Ia berhasil mempersatukan Kerajaan Peurlak dan Samudera Pasai.
Pusat pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berada di antara sungai Jambu Air dengan sungai Pasai,
Aceh Utara. Dalam struktur pemerintahannya, terdapat istilah menteri, syahbandar, dan Kadi. Anak-anak
sultan digelari Tun begitupun dengan petinggi-petingi kerajaan.
Adapun mengenai berita dari China, dijelaskan bahwa abad 13, sekitar tahun 1282 M, Sultan Malik as-
Shaleh telah mengirim beberapa utusan ke Quilon, India, dan juga bertemu dengan duta-duta Cina.
Diantara nama-nama utusan yang dikirim adalah Husein dan Sulaiman (nama muslim). Dari keterangan
tersebut, dapat diketahui Samudera Pasai telah ada sekurang-kurangnya pada tahun 1282 M dan telah
melakukan hubungan dengan pihak luar.
Menurut Ibnu Bathutah ketika Ia berkunjung tahun 1346 M ke Sumatera, islam telah disyiarkan sekitar 1
abad lamanya. Di samping itu, Ia juga mengabarkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat
keagamaan raja dan rakyatnya, dan juga madzhab yang diyakini, yaitu madzhab Syafi’i.
Saat sultan terkahir memerintah, itulah awal lemahnya Kerajaan Samudera Pasai, ditandai dengan
masuknya Portugis yang berkuasa selama 3 tahun. Tahun 1524, kekuasaan pun jatuh kepada kerajaaan
Islam lainnya, yaitu Aceh Darussalam. Keruntuhan kerajaan ini juga karena serangan Majapahit dan juga
munculnya Kerajaan Melayu di Semenanjung Melayu.
Basis perekonomian kerajaan ini lebih ke pelayaran dan perdagangan. Ditinjau dari segi geografis, pada
saat itu Samudera Pasai merupakan suatu daerah penghubung antara pusat perdagangan di kepulauan
Indonesia, dengan India, Cina, dan Arab. Pada kerajaan ini juga telah digunakan mata uang sebagai alat
pembayaran yang disebut deureuham (dirham), menandakan bahwa perekonomian kerajaan ini telah
makmur.
Dalam sektor dagang, Samudera Pasai mengandalkan lada sebagai produk unggulan yang dicari
pedagang-pedagang internasional. Masyarakat pada umumnya sebagai petani yang menanam padi di
ladang yang dipanen 2 kali dalam setahun. Mereka juga beternak sapi perah untuk kemudian
menghasilkan susu dan keju.
Namun tidak urung terjadi karena pada tahun 1511 Kerajaan Melaka jatuh ketangan Portugal. Sepuluh
tahun kemudia tepatnya 1521 Portugal menyerang Kerajaan Samudera Pasai dan runtuhlah kerajaan itu.
Tetapi bibit kerajaan masih ada sehingga tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai menjadi bagian dari
Kesultanan Aceh.
Dirham
Zaman dulu Dirham tidak memakai kertas, maka dari itu dirham-dirham yang ada di Kerajaan Samudera
Pasai dibuat dari 70% emas murni 18 karat tanpa campuran kimia kertas,berdiameter 10 mm dengan 0,6
gram setiap koinnya.
Dirham ini dicetak dengan dua jenis, yakni satu Dirham dan setengah Dirham. Pada satu sisi dirham atau
mata uang emas itu tercetak tulisan Muhammad Malik Al-Zahir. Sementara di sisi lainnya tercetak tulisan
nama Al-Sultan Al-Adil. Dirham ini banyak digunakan sebagai alat transaski, terutama tanah.
Tradisi mencetak Dirham mas kemudian menyebar ke seluruh Sumatera, bahkan sampai semenanjung
Malaka semenjak Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524.
Cakra Donya
Cakra Donya merupakan sebuah lonceng yang bisa dibilang keramat. Cakra Donya ini merupakan
lonceng yang berupa mahkota besi berbentuk stupa buatan Cina tahun 1409 M. Lonceng ini memilik
tinggi 125 cm dan lebar 75 cm. Cakra sendiri memiliki arti poros kereta, lambang-lambang Wishnu,
matahari atau cakrawala.Sementara Donya berarti dunia.
Pada bagian luar Cakra Donya terdapat sebuah hiasan dan simbol-simbol berbentuk aksara Arab dan
Cina. Aksara Arab tidak dapat dibaca lagi karena telah aus. Sedangkan aksara Cina bertuliskan Sing
Fang Niat Tong Juut Kat Yat Tjo (Sultan Sing Fa yang sudah dituang dalam bulan 12 dari tahun ke 5).
Intinya, Cakra Donya ini adalah sebuah lonceng impor. Cakra Donya sendiri merupakan hadiah dari
kekaisaran Cina kepada Sultan Samudra Pasai. Kemudian hadiah lonceng ini dipindahkan ke Banda
Aceh sejak portugis berhasil dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah.
Naskah surat Sultan Zainal Abidin merupakan surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin sebelum
meninggal pada tahun 1518 Masehi atau 923 Hijriah. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran yang
bertindak atas nama wakil Raja Portugis di India.
Surat ini ditulis menggunakan bahasa arab, isinya menjelaskan mengenai keadaan Kesultanan
Samudera Pasai pada abad ke-16. Selain itu, dalam surat ini juga menggambarkan tentang keadaan
terakhir yang dialami Kesultanan Samudera Pasai setelah bangsa Portugis berhasil menaklukkan Malaka
pada tahun 1511 Masehi.
Nama-nama kerajaan atau negeri yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Samudera pasai juga
tertulis di dalamnya. Sehingga bisa diketahui pengejaan serta dan nama-nama kerajaan atau negeri
tersebut. Adapun kerajaan atau negeri yang tertera dalam surat tersebut antara lain Negeri Mulaqat
(Malaka) dan Fariyaman (Pariaman).
Stempel Kerajaan
Stempel ini diduga milik Sultan Muhamad Malikul Zahir yang merupakan Sultan Kedua Kerajaan
Samudera Pasai. Dugaan tersebut dilontarkan oleh oleh tim peneliti sejarah kerajaan Islam. Stempel ini
ditemukan di Desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
Stempel ini berukuran 2×1 centimeter, diperkirakan terbuat dari bahan sejenis tanduk hewan. Adapun
kondisi stempel ketika ditemukan sudah patah pada bagian gagangnya. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa stempel ini sudah digunakan hingga masa pemerintahan pemimpin terakhir Kerajaan Samudera
Pasai, yakni Sultan Zainal Abidin.
https://kelasips.co.id/kerajaan-samudera-pasai/