Anda di halaman 1dari 5

“Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia

Dosen Pengampu : Edwin Mirza Chaerulsyah, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
ANISYA FITRIANTI

NIM : F1231181012

PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
Judul : “Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”

Penulis : Moh. Ikbal

Sumber : jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/alhukuma/article/view/314/264

Pendahuluan

Artikel yang berjudul “Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar” Merupakan
artikel hasil dari jurnal penelitian AL-HUKAMA The Indonesian Journal of Islamic Family Law
Volume 06, Nomor 01, Juni 2016; ISSN:2089-7480. Isi artikel terdiri atas judul, nama penulis,
abstrak dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kata kunci,  bagian
pendahuluan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan daftar
pustaka. Secara garis besar artikel tersebut membahas tentang uang mahar perkawinan yang
diberikan laki-laki kepada keluarga calon mempelai wanita yang menentukan jumlah mahar yang
akan diberikan.

1. 1. Ulasan Latar Belakang Masalah

Artikel yang berjudul “Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar” Latar
Belakang Jurnal ini berisi tentang suatu tradisi yang sudah melekat pada masyarakat suku Bugis
dari dulu hingga sekarang dalam menentukan jumlah mahar atau yang diebut bahasa bugis yaitu
“Uang Panaik”. Tetapi dalam tradisi ini dijadikan sebagai ajang untuk menyombongkan diri,
dimana bila orang tua dari pihak calon mempelai wanita ketika anak perempuan nya dilamar
dengan Uang Panaik dalam jumlah yang besar. Nilai uang panaik sangat ditentukan oleh
kedudukan atau status sosial wanita dalam masyarakat, seperti jenjang pendidikan, ekonomi
keluarga, kesempurnaan fisik, gadis atau janda, jabatan, pekerjaan dan keturunan . Uang panaik
memiliki peran yang sangat penting dan merupakan salah satu rukun dalam perkawinan adat
suku Bugis Makassar. Tidak ada uang panaik berarti tidak ada perkawinan. Adapun akibat
hukum jika pihak laki-laki tidak mampu menyanggupi jumlah uang panaik yang di targetkan
oleh pihak keluarga wanita, maka secara otomatis perkawinan akan batal dan pada umumnya
implikasi yang muncul adalah pihak keluarga laki-laki dan perempuan akan mendapat cibiran
atau hinaan di kalangan masyarakat setempat serta dapat menimbulkan trauma psikis bagi kedua
calon mempelai yang batal pernikahannya.

1 . 2.      Pertanyaan/fokus penelitian

Dalam Artikel Jurnal yang berjudul “Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”
Relevansi yang terkadung antara Latar Belakang dan Fokus Penelitian Secara Garis Besar
menjadi mudah di pahami Karena Pada Paragraf Awal artikel tersebut menceritakan tentang
Pemberian uang panaik yang bertujuan untuk menghargai atau menghormati wanita yang ingin
dinikahi dengan menyiapkan pesta pernikahan megah dalam tradisi pernikahan suku Bugis.
Tetapi menimbulkan sisi negatifnya yaitu Penetapan mahar atau uang panaik yang besar , dapat
menyebabkan kerugian dari salah satu pihak yaitu jika pihak Pria yang tidak mampu
memberikan Uang Panaik sesuai dengan yang diajukan oleh pihak keluarga wanita. Maka
pernikahan tersebut dibatalkan serta mendapatkan cibiran dan hinaan dari masyarat dan trauma
psikis dari kedua belah pihak. Walupun dalam agama Islam tidak menentukan jumlah mahar
yang diberian, tetapi pemberian mahar tidak membebankan salah satu pihak yang tidak mampu,
disini bisa kita katakan adanya penyimpangan sosial dalam suatu tradisi, dimana menimbulkan
gengsi atau egoisme dalam satu pihak dan membebankan pihak yang lain. Dari uraian diatas
dapat menyimpulkan pertanyaan yaitu Tujuan dari Penetapan uang Panaik, Dampak negatif
tradisi Penetapan uang panaik, serta menurut pandangan agama Islam terhadap dampak negatif
tersebut. Dari bahan yang ada dalam artikel tersebut, dimulai dari latar belakang sampai fokus
penelitian semuanya mempunyai relevansi yang baik dalam tinjauanya.

1.3.       Tujuan dan Manfaat

Dalam deskripsi artikel jurnal “Uang Panaik dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”,
dimana tujuan dari pembahasan artikel tersebut memberikan beberapa keterangan mengenai
Tujuan dari Penetapan uang Panaik, Dampak negatif tradisi Penetapan uang panaik, serta
Menurut pandangan agama Islam terhadap dampak negatif tersebut, dan begitupun manfaat yang
dapat kita simpulkan dari pembahasan artikel  tersebut menjadi wawasan kita dalam mengetahui
tradisi kebudayaan suku serta pandangan agama dalam tradisi tersebut.
4. Teori

 Didalam jurnal menggunakan teori hukum Islam yang pada akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan atas status uang panaik dalam pandangan hukum Islam. 

5. Hipotesis

            Didalam jurnal yang di ambil tidak terdapat hipotesis.

6. Metode penelitian

 Metode penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) yang menjadikan teknik
interview/wawancara dan pengamatan/observasi sebagai metode pengumpulan data. Observasi
dilakukan di Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar mengenai pemberian
uang panaik dalam perkawinan adat suku Bugis Makassar di daerah tersebut. Adapun obyek
wawancara dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar, khususnya tokoh masyarakat yang dijadikan sebagai key informan, karena
dianggap telah mewakili masyarakat setempat. Data yang telah dihimpun dianalisis
menggunakan metode deskriptif dengan pola pikir deduktif, yaitu teknik analisis dengan
menggambarkan secara sistematis terlebih dahulu mengenai pemberian uang panaik dalam
perkawinan adat suku Bugis Makassar Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar.

7. Populasi dan sampel apakah teknik sampling sesuai dengan pertanyaan penelitian.

Populasi yang digunakan yaitu mewawancarai salah satu tokoh masyarakat setempat sebagai
perwakilan dari masyarakat. Tidak ada menggunakan data sampel.

8. Teknik koleksi data àtepat dan relevan kah dengan pertanyaan / fokus.

Teknik koleksi data fokus terhadap permasalahan yang sedang dibahas. Dalam rangka
mendapatkan data dan informasi yang empirik, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan
pola deduktif menggambarkan secara sistematis dari pengamatan dan penelitian lapangan.
Penentuan lokasi penelitian yang ditetapkan adalah di Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar.

9. Teknik analisis àrelevan atau tepat untuk pertanyaan / fokus penelitian.


Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan dan diidentifikasikan berdasarkan pola, tema
dan sub-sub tema. Selanjutnya dilakukan interpretasi dengan memberikan makna pada pola,
tema dan sub tema serta mencari hubungan antar data. Selain itu peneliti juga menggunakan
daftar pustakawan sebagai sumber referensinya.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang disajikan dalam artikel tersebut sudah sesuai dengan Penulisan yang benar
dan dikutip melalui sumber – sumber yang dapat dibuktikan kebenaranya.

Anda mungkin juga menyukai