Anda di halaman 1dari 24

PERNIKAHAN DINI MASYARAKAT PESISIR DESA KEDUNGREJO

KECAMATAN MUNCAR MENURUT PANDANGAN TOKOH


NAHDHATUL ULAMA’ DAN MUHAMMADIYAH KABUPATEN
BANYUWANGI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

Mohammad Ainul Hakim

19210054

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
Proposal Skripsi

Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar


Menurut Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah
Kabupaten Banyuwangi

A. Latar Belakang

Nahdhatul ulama dan muhammadiyah merupakan ormas islam terbesar di Indonesia,


dengan besarnya kedua ormas tersebut maka tak ayal tokoh dari kedua ormas nahdahtul
ulama’ dan muhammadiyah dijadikan pedoman bagi kalangan masyarakat untuk
menyelasaikan masalah agama, sosial maupun budaya. Meskipun terdapat beberapa
perbedaan di antara kedua ormas tersebut tidak menjadi sebuah persoalan karena pada
dasarnya keduanya merupakan sebuah ormas islam yang tujuannya sama berjuang untuk
agama yaitu agama islam. Kedua ormas tersebut tidak hanya terfokus kepada persoalan
agama saja melainkan banyak hal seperti persoalan sosial maupun budaya hal ini
dilakukan semata mata untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang damai tanpa
adanya konflik di tengah tengah masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan suku,
agama, tradisi dan budaya.

Besarnya pengaruh tokoh dari ormas islam nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah
diharapkan memberikan sebuah pandangan mengenai maraknya pernikahan dini
khususnya pada masyarakat pesisir di desa kedungrejo kecamatan muncar terlebih juga
bisa memberikan sebuah solusi untuk mencegah pernikahan dini. Persoalan pernikahan
dini di kabupaten banyuwangi menjadi sebuah persoalan yang serius karena terhitung dari
bulan januari hingga bulan agustus 2021 angka permohonan perceraian mencapai jumlah
4.027 pengajuan, besarnya jumlah pengajuan permohonan perceraian ini di dominasi oleh
pasangan yang masih berusia 20 hingga 30 tahun, tapi tidak sedikit dari itu terdapat
pasangan yang masih berusia dibawah 20 tahun yang mengajukan permohonan
perceraian, daerah yang menyumbang angka tertinggi ialah kecamatan genteng dan
kecamatan muncar.1 Dengan adanya nama kecamatan muncar sebagai daerah

1
Ikhwan, “Tingginya Angka Pernikahan Dini Picu Maraknya Janda Usia Produktif di Banyuwangi”, Suara
Jatim Post.com, 3 September 2021, diakses 15 Desember 2021,
https://www.suarajatimpost.com/news/tingginya-angka-pernikahan-dini-picu-maraknya-janda-usia-produktif-di-
banyuwangi/
penyumbang angka tertinggi maka pernikahan dini di kecamatan muncar khususnya
pernikahan dini yang kerap dilakukan oleh masyarakat pesisir desa kedungrejo harus di
cegah sebisa mungkin.

Lembaga Unicef pernah melakukan penelitian di indonesia dan hasil dari penelitian
tersebut di temukan bahwasanya angka terjadinya pernikahan anak usia dini yang
berumur 15 tahun jika diprosentasekan jumlah nya ialah 11%, dan yang berumur 18
tahun jika di prosentasekan jumlahnya ialah sejumlah 35%. Sedangkan survei dari
demografi dan kesehatan indonesia menyatakan hasil laporannya bahwasanya 12,8% dari
6.341 perempuan yang berusia 15-19 tahun dinyatakan sudah menikah, dan 59,2% dari
6.681 perempuan yang berusia 20-24 tahun diantaranya sudah dinyatakan menikah.2

Pernikahan pada usia di indonesia merupakan sebuah fenomena yang berskala


nasional, dan faktor budaya yang lagi menjadi pengaruh besar kepada pola kehidupan
dalam bermasyarakat, termasuk juga di dalamnya ialah fenomena pernikahan dini.
Pernikahan yang dilakukan oleh berbagai macam etnis di indonesia, seakan akan
memberitahukan bahwasanya masalah pernikahan di usia dini perlu menjadi perhatian
bersama bagi masyarakat indonesia. Posisi indonesia sendiri dalam peringkat masalah
pernikahan di usia dini ialah menduduki posisi peringkat ke-37, dan menduduki posisi
peringkat ke-2 di asia tenggara. Dengan adanya indonesia dalam posisi peringkat tersebut
tentu bukan merupakan hal yang patut dibanggakan karena dengan tingginya pernikahan
pada usia dini dapat menjadi sebab mempengaruhi kepadatan penduduk di indonesia dan
berpotensi kepada tingkat kelahiran seorang anak yang tinggi pula..3

Jika dilihat dari hukum islam maka hukum pernikahan ini bisa wajib, sunnah, haram,
makruh dan mubah menurut kalangan empat madzhab fiqih4, dengan begitu pernikahan
ialah suatu perbuatan yang bersifat fleksibel hukumnya tergantung kondisi dan
kemampuan dari seorang yang ingin menikah. Namun secara rasional manusia ialah
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain, tidak terkecuali
manusia juga membutuhkan pendamping hidup atau pasangan untuk melestarikan
keturunannya. Jika dilihat dalam al-qur’an sebagai sumber dari segala hukum islam tidak

2
Kanella Ayu Wulanuari, dkk, “Faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada wanita”, Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia, No.1(2017): 69.
3
Ana Latifatul Muntamah, dkk, “Pernikahan dini di indonesia : faktor dan peran pemerintah (perspektif
penegakan dan perlindungan hukum bagi anak)”, Widya yuridika Jurnal Hukum, No.1,(2019), 2
4
Muhammad Fasihuddin, dkk, Syarah Fathal Qarib Diskursus Munakahah, (Malang : Ma’had Al-Jami’ah Al-
Aly UIN Malang, 2021), 18-24.
menjelaskan secara spesifik mengenai usia pernikahan, namun di dalamnya hanya
menetapkan dengan isyarat dan tanda tanda, dengan tidak dijelaskan secara rinci di dalam
al-qur’an maka di serahkan kepada ranah fiqih dan kepada seluruh kaum muslimin untuk
menentukan batasan batasan umur yang diperkirakan siap untuk menikah dengan
menyesuaikan isyarat atau tanda tanda yang telah dinyatakan di dalam al-qur’an dan
menyesuaikan dengan kondisi tempat dimana hukum itu akan ditetapkan.5

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana fenomena pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan


muncar
2. Bagaimana pandangan tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah kabupaten
banyuwangi mengenai pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan
muncar

C. Tujuan penelitian

Jika merujuk kepada rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Untuk menjelaskan fenomena pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo


kecamatan muncar
3. Untuk mengungkapkan pandangan tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah kabupaten banyuwangi mengenai pernikahan dini masyarakat pesisir
desa kedungrejo kecamatan muncar

D. Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini juga terdapat manfaat disamping dengan adanya tujuan yang tertera
diatas, manfaat dari penelitian ini ialah :

1. Secara teoritis
a.) Bertambahnya pengetahuan yang luas dalam memahami problem yang terjadi
ditengah masyarakat salah satunya mengenai pernikahan dini yang kerap terjadi di
masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan muncar

5
Kamal Muchtar, Asas-asas hukum islam tentang perkawinan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1974), 44
b.) Bisa mempelajari pandangan beberapa tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah sosial, agama
maupun budaya
c.) Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikirian ilmiah bagi fakultas syariah prodi hukum keluarga islam
2. Secara praktis
a.) Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi bagaimana pandangan seorang
tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah dalam menyikapi persoalan
pernikahan dini masyarakat pesisir.
b.) Bagi penulis, dapat mengaplikasikan terlebih kepada diri sendiri dan keluarga
mengenai pandangan yang telah diungkapkan oleh tokoh ormas nahdhatul ulama’
dan muhammadiyah dalam persoalan pernikahan dini masyarakat pesisir.
c.) Bagi ormas nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah, sebagai dua ormas terbesar di
indonesia dan pandangan para tokohnya yang menjadi rujukan bagi kalangan
masyarakat, dengan dijadikannya pandangan tokoh kedua ormas tersebut sebagai
rujukan maka hal ini bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai pernikahan dini.

E. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu ialah penelitian yang dibuat oleh seseorang yang lebih
dahulu memiliki tema maupun objek yang sama oleh penulis, mengenai fungsi dari
penelitian terdahulu disini menjadi pedoman atau acuan bagi penulis agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan penelitian. Fungsi lain dari penelitian terdahulu ialah
sebagai penunjang untuk menambah pengetahuan bagi penulis dalam penelitian yang
akan dilakukan. Berikut mengenai penelitian terdahulu yang akan dijelaskan dibawah
ini sebagai berikut :

Pertama, Di dalam artikel yang ditulis oleh fathur rahman alfa yang berjudul
pernikahan dini dan perceraian di indonesia, dalam artikel ini membahas mengenai
faktor terjadinya pernikahan dini di indonesia dan mengungkapkan bahwa pernikahan
dini memiliki banyak dampak negatif. Dalam artikel ini ditulis bahwasanya salah satu
dampak negatif dari pernikahan dini ialah timbulnya perceraian antara kedua
pasangan yang melakukan pernikahan dini, hal ini didukung oleh data Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan 22 persen
perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Beberapa daerah di Indonesia seperti
Bondowoso menunjukan angka pernikahan usia dini yang lebih tinggi yaitu 57% dan
dalam waktu 1 tahun 50 persen dari pernikahan tersebut berakhir dengan perceraian.6

Kesamaan penelitian terdahulu ini ialah mengangkat tema yang sama yaitu
tentang pernikahan dini dan menggunakan pendekatan kualitatif. adapun perbedaan
yang terpenting dari penelitian ini ialah menggunakan sumber data di perpustakaan
(Library Research), dan juga perbedaan dalam segi obyek penelitiannya karena
penelitian ini obyeknya ialah perceraian yang disebabkan oleh pernikahan dini,
sedangkan penelitian yang akan dibuat ini obyeknya mengenai pandangan dari tokoh
Nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah kabupaten banyuwangi mengenai pernikahan
dini masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan muncar.

Kedua, Dalam artikel yang ditulis oleh syarifah salmah yang berjudul
pernikahan dini dari sudut pandang sosial dan pendidikan, dalam artikel ini dijelaskan
bahwa tingginya angka pernikahan dini memang menjadi perhatian bersama oleh
seluruh masyarakat, karena dalam rangka menekan laju pertambahan penduduk
indonesia. Dan dalam lingkup pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan bisa menjadi
sebab kecenderungan melakukan pernikahan dini. Faktor yang juga mendukung
terjadinya pernikahan dini ialah kekhawatiran orang tua terhadap perilaku anak
anaknya dengan solusi menikahkan anaknya di usia dini yang bertujuan agar terhindar
dari segala macam aib tentang anak.7

Kesamaan penelitian terdahulu ini ialah mengangkat tema yang sama yaitu
tentang pernikahan dini dan menggunakan pendekatan kualitatif, adapun perbedaan
yang paling mencolok dari penelitian ini ialah mengenai tempat yang dijadikan
sebagai obyek penelitian, jika penelitian ini terfokus kepada pernikahan dini yang
terjadi di provinsi Kalimantan selatan sedangkan penelitian yang akan dibuat ini
terfokus kepada pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan
muncar, dan juga penelitian ini meneliti mengenai pernikahan dini dalam sudut
pandang sosial dan pendidikan, sedangkan penelitian yang akan dibuat ini meneliti

6
Fathur Rahman Alfa, “pernikahan dini dan perceraian di indonesia”, JAS :Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhshiyyah,
no.1 (2019), 52
7
Syarifah Salmah, “Pernikahan dini ditinjau dari sudut pandang sosial dan pendidikan”, Alhiwar Jurnal Ilmu
teknik dan dakwahí, no.7 (2016), 37
mengenai pandangan tokoh nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah terhadap
pernikahan dini.

Ketiga, dalam artikel yang ditulis oleh kanella ayu wulanuari, dkk yang
berjudul faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada wanita, dalam
artikel ini dijelaskan faktor pernikahan dini pada wanita di Dusun Gading Kabupaten
Banjarnegara adalah pendidikan responden, pendapatan responden, dan hubungan
biologis. Faktor paling dominan pada penelitian ini adalah pendapatan responden.
Penelitian ini memberikan kontribusi kepada masyarakat agar tenaga kesehatan lebih
siap memberikan edukasi kepada orang tua, keluarga, remaja bahwasannya
pernikahan di bawah usia yang seharusnya memiliki banyak resiko, sehingga resiko
tersebut dapat di minimalisir.8

Kesamaan penelitian terdahulu ini ialah mengangkat tema yang sama yaitu
tentang pernikahan dini dan juga obyek penelitiannya sama sama terfokus kepada
suatu daerah. Sedangkan perbedaan penelitian ini ialah menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan kuisioner sedangkan penelitian yang akan dibuat ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dan perbedaan yang paling mencolok dari
penelitian ini dengan penelitian yang akan dibuat adalah fokus kajian penelitiannya,
jika penelitian ini terfokus kepada faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan
dini pada wanita sedangkan penelitian yang akan dibuat terfokus kepada pandangan
tokoh nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah mengenai pernikahan dini masyarakat
pesisir desa kedungrejo.

Tabel Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian terdahulu dengan Penelitian


Penulis :

Tabel 1.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No. Penulis / Nama Jurnal / Persamaan Perbedaan


Tahun / Judul

8
Kanella Ayu Wulanuari, dkk, “Faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada wanita”, Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia, No.1(2017), 74.
1. Fathur Rahman Alfa / JAS mengangkat tema adapun perbedaan yang
:Jurnal Ilmiah Ahwal yang sama yaitu terpenting dari
Syakhshiyyah / 2019 / tentang pernikahan penelitian ini ialah
pernikahan dini dan perceraian dini dan menggunakan sumber
di indonesia menggunakan data di perpustakaan
pendekatan kualitatif (Library Research), dan
juga perbedaan dalam
segi obyek penelitiannya
karena penelitian ini
obyeknya ialah
perceraian yang
disebabkan oleh
pernikahan dini,
sedangkan penelitian
yang akan dibuat ini
obyeknya mengenai
pandangan dari tokoh
Nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah
kabupaten banyuwangi
mengenai pernikahan
dini masyarakat pesisir
desa kedungrejo
kecamatan muncar.

2. Syarifah Salmah / Alhiwar mengangkat tema adapun perbedaan yang


Jurnal Ilmu teknik dan dakwahí yang sama yaitu paling mencolok dari
/ 2016 / Pernikahan dini ditinjau tentang pernikahan penelitian ini ialah
dari sudut pandang sosial dan dini dan mengenai tempat yang
pendidikan menggunakan dijadikan sebagai obyek
pendekatan kualitatif penelitian, jika
penelitian ini terfokus
kepada pernikahan dini
yang terjadi di provinsi
Kalimantan selatan
sedangkan penelitian
yang akan dibuat ini
terfokus kepada
pernikahan dini
masyarakat pesisir desa
kedungrejo kecamatan
muncar, dan juga
penelitian ini meneliti
mengenai pernikahan
dini dalam sudut
pandang sosial dan
pendidikan, sedangkan
penelitian yang akan
dibuat ini meneliti
mengenai pandangan
tokoh nahdhatul ulama’
dan muhammadiyah
terhadap pernikahan
dini.

3. Kanella Ayu Wulanuari, dkk / Kesamaan penelitian Sedangkan perbedaan


Jurnal Ners dan Kebidanan terdahulu ini ialah penelitian ini ialah
Indonesia / 2017 / Faktor faktor mengangkat tema menggunakan
yang berhubungan dengan yang sama yaitu pendekatan kuantitatif
pernikahan dini pada wanita tentang pernikahan dengan menggunakan
dini dan juga obyek kuisioner sedangkan
penelitiannya sama penelitian yang akan
sama terfokus kepada dibuat ini menggunakan
suatu daerah. pendekatan kualitatif,
dan perbedaan yang
paling mencolok dari
penelitian ini dengan
penelitian yang akan
dibuat adalah fokus
kajian penelitiannya,
jika penelitian ini
terfokus kepada faktor
faktor yang
berhubungan dengan
pernikahan dini pada
wanita sedangkan
penelitian yang akan
dibuat terfokus kepada
pandangan tokoh
nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah
mengenai pernikahan
dini masyarakat pesisir
desa kedungrejo.

Dari table diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya terdapat beberapa


persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu, walaupun memiliki objek
penelitian yang berbeda namun sama tentang temanya, dari tempat penelitian yang
berbeda namun mengangkat tema yang sama. Adapun penulis sendiri mengkaji
tentang Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar
Menurut Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah Kabupaten
Banyuwangi

F. Kerangka Teori

1. Fenomena pernikahan dini

Pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh kedua pasangan suami
istri, namun umur dari kedua pasangan tersebut dikategorikan belum cukup umur
untuk menikah sebagaimana yang telah di tetapkan oleh pemerintah bahwasanya
syarat umur untuk calon suami dan istri ialah minimal berumur 19 tahun, jadi dari sini
bisa ditarik kesimpulan bahwasanya jika ada kedua pasangan suami dan istri bisa
dikatakan melakukan pernikahan di usia dini jika kedua pasangan tersebut melakukan
pernikahan dibawah umur 19 tahun.

Pernikahan dini jika tetap dilakukan maka dengan sengaja telah melanggar
undang undang yang telah dibuat oleh pemerintah, undang undang yang dilanggarnya
ialah Undang undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, Undang undang No.23
tahun 2002 tentang perlindungan anak, dan Undang undang No.21 tahun 2007 tentang
pemberantasan tindak pidana perdagangan orang. Dengan dibentuknya undang
undang tersebut ialah dengan tujuan untuk melindungi anak agar tetap memperoleh
haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang, juga terlindungi dari kekerasan,
eksploitasi dan diskriminasi.9

Dalam kasus pernikahan dini terkadang ditemukan bahwasanya faktor


pendorong untuk melakukan pernikahan bukan berasal dari seorang anak namun
berasal dari orang tua dari seorang anak itu. Pernikahan menjadi hal yang sangat
urgen dan patut di perhatikan secara seksama, jika pernikahan di usia dini tetap
terjadi di setiap daerah, maka laju pertumbuhan penduduk tidak akan dapat
dibendung, dan semakin berkurangnya lahan karena di sebabkan oleh cepatnya laju
pertumbuhan penduduk, karena penduduk sangat membutuhkan lahan untuk
dijadikan sebagai tempat tinggal. Pernikahan dini ini pun pasti terjadi di setiap
penjuru negeri indonesia ini, bahkan ada suatu desa di indonesia yang merespon
dengan baik mengenai pernikahan dini ini, karena mereka beranggapan bahwasanya
nikah dini ialah merupakan suatu tradisi dari nenek moyang mereka, dan tradisi
pernikahan di usia dini itu harus di lestarikan secara turun temurun dari generasi satu
kepada generasi yang lain. Salah satu daerah yang menganggap bahwasanya
pernikahan di usia dini adalah sebuah eksistensi ialah terdapat di daerah kecamatan
seberang ulu I kota palembang. Di daerah tersebut sangat marak terjadi pernikahan di
usia dini, bahkan hal itu di jadikan sebagai sebuah kebiasaan masyarakat yang
terdapat di daerah itu. Undang undang tentang pembatasan minimal untuk menikah di

9
Dwi Rifiani, “Pernikahan dini dalam perspektif dalam hukum islam”, de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum,
No.2(2011): 127.
daerah sana seolah olah di biarkan atau di abaikan begitu saja oleh masyarakat di
daerah sana.10

pernikahan di usia dini terjadi diseluruh kota dan kabupaten yang berada di
wilayah provinsi jawa timur dan jumlahnya pun bervariasi antara kabupaten satu
dengan kabupaten yang lain atau kota yang satu dengan kota yang lain. Jumlah total
kasus pernikahan di usia dini yang terdapat di semua kabupaten yang berada di
provinsi jawa timur yang berjumlah sebanyak 29 kabupaten dan kasusnya ialah
sebanyak 2.213 kasus, sedangkan jumlah total kasus yang terjadi diberbagai kota yang
berada di wilayah jawa timur yang berjumlah sebanyak 9 kota dan kasusnya ialah
berjumlah sebanyak 133 kasus. Karakteristik masyarakat di setiap daerah kabupaten
atau kota ialah menjadi pengaruh atau latar belakang dalam terjadinya suatu
pernikahan di usia dini, hal itu jika di kaitkan dengan teori psikososial erikson
dinyatakan bahwa seorang remaja sedang berada dalam fase perkembangan yang
mana fokus perkembangannya ialah pembentukan identitas diri yang ada dalam
dirinya, pada fase seperti ini seorang remaja yang terfokus perkembangannya untuk
pembentukan identitas seorang diri ialah agar di dalam dirinya terbentuknya identitas
pribadi yang matang dan konsisten.11

di provinsi jawa timur sendiri sangat banyak macam variasi mengenai faktor
penyebab dilakukannya pernikahan di usia dini, yang diantara nya faktor tersebut
adalah masalah sosial dan ekonomi, dan rumitnya tradisi dan budaya yang hidup
dalam satu kelompok suatu masyarakat. Problem sosial dan budaya yang sejak dari
dahulu telah melegenda di tengah tengah masyarakat ialah merupakan suatu yang
diyakini sebagai realita budaya yang memang harus untuk dilakukan dalam ranah
pernikahan usia anak anak. Terdapat beberapa budaya yang ada di indonesia ini yang
beranggapan bahwasanya pernikahan itu akan dilaksanakan ketika seseorang baik itu
seorang laki laki ataupun seorang perempuan jika kedua duanya sudah melewati masa
pubertas, khususnya pernikahan pada usia dini ini kerap terjadi pada perempuan, bagi
kaum perempuan jika belum menikah ketika sudah melewati fase pubertas
anggapannya ialah seperti sebuah aib bagi dirinya, jika tidak menghiraukan akan hal

10
Ana Latifatul Muntamah, dkk, “Pernikahan dini di indonesia : faktor dan peran pemerintah (perspektif
penegakan dan perlindungan hukum bagi anak)”, Widya yuridika Jurnal Hukum, No.1,(2019), 3
11
Dian Jayantari Putri K Hedo, “Kajian perkawinan usia muda di jawa timur”, Jurnal kependudukan keluarga
dan sumber daya manusia, No.2(2020), 100-104.
itu maka masyarakat menyebutnya dengan berbagai macam ungkapan yang nadanya
itu menyindir perempuan tersebut, seperti contoh dijuluki perawan tua, tidak laku
kawin dan lain lain.12

2. Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa Kedungrejo

Dalam prakteknya pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo


mayoritas mengadakan pernikahannya dengan sirri, karena jika mengajukan
pernikahan kepada pihak KUA maka secara otomatis akan di tolak oleh KUA karena
masih belum cukup umur dan tidak termasuk kriteria umur untuk menikah menurut
peraturan yang telah di keluarkan yakni calon kedua mempelai minimal berumur 19
tahun. dan ada sebagian juga mengajukan dispensasi nikah kepada Pengadilan agama
kabupaten banyuwangi karena umur nya belum mencukupi untuk masuk dalam
kriteria umur untuk menikah.

Faktor pendidikan menjadi pengaruh penting dari penyebab terjadinya


pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo karena jika orang yang
berpendidikan maka ia akan faham bahwa pendidikan itu lebih penting dari pada hal
yang lain, biasanya kalau orang yang bependidikan pola pikir nya lebih tidak
menghiraukan akan pikiran untuk segera nikah, tetapi ia berfikir bahwa menikah
harus siap dengan segala kesiapan lahir dan batin, oleh karena itu dirinya akan
menikah jika ia siap secara lahir dan batinnya.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini masyarakat


pesisir desa kedungrejo ialah Faktor sosial dan budaya. Individu atau seseorang yang
dirinyaa sedang fokus untuk melakukan proses pembentukan jati diri maka akan
banyak menyerap dan mengadaptasi nilai dan budaya yang ada di sekitarnya sebagai
bagian dari proses pembentukan jati diri, seorang remaja yang mengadaptasikan
proses pembentukan jati dirninya dengan budaya atau adat istiadat tempat dimana ia
tinggal yang mana tempat itu melestarikan mengenai pernikahan di usia dini hal
seperti itu akan membuat remaja tersebut terdorong untuk melakukan pernikahan di
usia dini.

12
Sukamto, “Analisis Sosio Yuridis terhadap pernikahan usia dini dan perceraian di jawa timur”, Al-Daulah
Jurnal Hukum dan perundangan islam, No.2, (2017), 399-400
Faktor kemiskinan juga mempengaruhi sebab terjadinya pernikahan dini
masyarakat pesisir desa kedungrejo. Faktor kemiskinan bisa terjadi dikarenakan
keluarga sudah tidak mampu secara ekonomi, maka keluarga tersebut mau tidak mau
harus merelakan anaknya untuk menikah di usia dini dengan orang yang lebih kaya
dari dirinya dengan maksud agar meringankan beban dalam keluarga dan bisa
terbantukan ekonomi dalam keluarganya oleh pasangan anaknya karena tingkatan
ekonominya menengah ke atas.

Faktor penyebab pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo juga


selaras dengan faktor penyebab pernikahan dini kecamatan malangke, di kecamatan
malangke faktor kemiskinan dan pendidikan saling mempengaruhi terjadinya
perkawinan dini. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab tidak dapat akses
pendidikan dan terjadi pengangguran.13

3. Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah Kabupaten Banyuwangi


terkait Pernikahan dini Masyarakat pesisir Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar.

Dengan maraknya pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat pesisir


desa kedungrejo hal ini membutuhkan perhatian bersama karena dengan maraknya
pernikahan dini laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat sedangkan lahan
semakin menyempit hal ini sangat merugikan banyak pihak, baik pihak pemerintah
maupun masyarakat. Dengan masalah seperti ini maka dibutuhkannya arahan dari
sebuah tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah kabupaten banyuwangi
karena kedua ormas tersebut merupakan ormas terbesar di Indonesia dan pengaruhnya
bagi masyarakat dari kedua tokoh tersebut sangat besar, dengan adanya pandangan
dari kedua tokoh tersebut mungkin pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir bisa berkurang.

dari pandangan tokoh ormas nahdtahul ulama’ dan muhammmadiyah bisa


memberikan himbauan kepada masyarakat pesisir khususnya agar tidak mudah untuk
melakukan pernikahan dini karena dampaknya yang begitu besar bagi keutuhan
rumah tangga pasangan yang melakukan pernikahan dini karena dari segi kesiapan
dhohir dan bathin dari kedua pasangan tidak begitu siap untuk membangun sebuah
keluarga dan hal itu sangat rentan untuk terjadinya perceraian didalam rumah

13
Yunus, Dkk, “Pernikahan di Bawah Umur Pada Masyarakat Pesisir Malangke”, Al-Ahwal Al-Syakhsiyah, IAI
Al-Qolam Maqashid, No.2, (2020), 50
tangganya. Dan dampak lain dari pernikahan dini ialah sebagaimana yang telah
dijelaskan diatas bahwasanya dari maraknya pernikahan dini ini bisa menyebabkan
laju pertumbuhan penduduk yang meningkat sedangkan lahan semakin menyempit.

Bukan hanya sekedar memberikan sebuah pandangan dan himbauan dari


kedua tokoh ormas tersebut, melainkan juga diharap memberikan sebuah solusi agar
pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat pesisir bisa diminimalisir atau bisa
berkurang jumlah masyarakat yang melakukannya. Dari solusi dan pandangan dari
tokoh kedua ormas tersebut mungkin bisa memberikan sebuah gambaran dan
infromasi bagi masyarakat bahwa pernikahan dini dampaknya sangat besar dan sangat
merugikan banyak pihak terutama bagi pasangan yang melakukan pernikahan dini,
terutama juga bagi pihak pemerintah yang akan dibuat sibuk memimirkan akan laju
penduduk yang sangat meningkat dan lahan yang semakin menyempit karena dibuat
sebagai rumah atau tempat tinggal bagi sebuah keluarga.

Dari perolehan data dari pengumpulan data dengan metode wawancara kepada
masyarakat pesisir dan dari hasil observasi lapangan juga dapat dikonsultasikan
kepada tokoh kedua ormas nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah yang tujuannya
ialah agar kedua tokoh ormas tersebut bisa memberikan sebuah pandangan, arahan
dan solusi yang tepat mengenai pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo.

G. Metode Penelitian

Bentuk upaya untuk mendapatkan data yang akurat, lengkap dan obyektif maka
dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan penelitian sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian field research (penelitian lapangann)


atau bisa disebut penelitian empiris, yang mana dalam penelitian ini menggunakan
metode dengan terjun kelapangan yang berutujuan untuk mendapatkan obyek
yang ingin diteliti. Peneliti memfokuskan pada pola interaksi dengan masyarakat
dan beberapa tokoh ormas, dalam hal ini sebelumnya sudah ditentukan dari awal
mengenai masyarakat dan tokoh ormas yang akan dijadikan obyek interaksi. Dari
interaksi tersebut bisa mendapatkan data yang diperlukan untuk penelitian dalam
menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal interaksi ini peneliti akan mengambil statement baik dari
masyarakat pesisir maupun tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah di kabupaten banyuwangi. Interaksi dengan masyarakat
peneliti menitik beratkan mengenai fenomena pernikahan dini masyarakat
pesisir dan faktor penyebabnya, sedangkan interaksi dengan tokoh nahdhatul
ulama’ dan muhammadiyah peneliti menitik beratkan kepada sebuah
pandangan tokoh tersebut mengenai maraknya pernikahan dini masyarakat
desa kedungrejo dan memberikan sebuah solusi agar pernikahan dini
masyarkat pesisir bisa diminimalisir.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah


pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif adalah penelitian yang pemecahan
masalahnya dengan menggunakan data empiris.14 Jadi apabila ditinjau dari
data yang diperoleh maka pendekatan kualitatif ini menghasilkan data
deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan maupun prilaku seseorang
yang diteliti yang dituangkan dalam bentuk paparan data. Disisi lain peneliti
juga mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan pernikahan dini.

Peneliti bermaksud untuk mengkaji mengenai pernikahan dini


masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan muncar menurut pandangan
tokoh nahdhatul ulama’ dan muhammadiyah, dalam penelitian ini akan
mengungkap dua hal pertama, bagaimana pernikahan dini masyarakat pesisir
desa kedungrejo kedua, bagaimana pandangan tokoh ormas nahdhatul ulama’
dan muhammadiyah tentang pernikahan dini masyarakat pesisir desa
kedungrejo. Untuk mengungkap dua hal itu maka diperlukannya pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini, dan pendekatan kualitatif ini pemecahan
masalahnya dengan data yang diperoleh dengan menggunakan model
penelitian empiris.

3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di dusun sampangan desa kedungrejo
kecamatan muncar kabupaten banyuwangi, yang mana lokasi tersebut ialah

14
Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Bandung: PT Refika
Utama, 2008), 13.
daerah pesisir dan masyarakat sekitarnya kerap melakukan pernikahan dini.
Lokasi kedua ialah bertempat di kantor PCNU kabupaten banyuwangi yang
beralamatkan di Jl. Jenderal Ahmad Yani No.59, desa Tukangkayu,
Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Lokasi kedua ialah
bertempat di kantor pimpinan daerah muhammadiyah banyuwangi yang
beralamatkan di Jl. Adi Sucipto No.14, Desa Sobo, Kecamatan Banyuwangi,
Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti memilih tiga lokasi tersebut karena
dari ketiga lokasi itu bagi peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan
kredibel tentang penelitian ini. Dan juga dari judul penelitian ini sudah ada
indikasi bahwa penelitian ini akan dilakukan di ketiga lokasi tersebut.
4. Jenis data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.15
Sumber data primer dalam dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
dengan pihak atau informan yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.
informan tersebut terdiri dari masyarakat pesisir desa kedungrejo, tokoh
nahdhatul ulama’ dan tokoh muhammadiyah
b. Data Sekunder, adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpulan data (peneliti).16 Adapun data sekunder yang
dijadikan peneliti sebagai bahan rujukan ialah literatur yang terdapat
dalam al-qur’an, hadits, perundang undangan, dan buku buku yang ada
kaitannya dengan pernikahan dini, jurnal ilmiah dan buku lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
5. Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data


sebagai berikut :

1.) Wawancara
Wawancara merupakan sebuah metode untuk mendapatkan
data mengenai sebuah penelitian dengan cara bertanya langsung

15
Amiruddin dan Zainal Asikin (Eds), Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 30.
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2011), 225
kepada informan. Wawancara ialah suatu proses interaksi dan
komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh
beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi.
Faktor-faktor tersebut ialah pewawancara, informan, topik penelitian
yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.17
Metode pengumpulan data dengan metode wawancara dalam
penelitian ini mengunakan metode wawancara semi terstruktur, yaitu
dengan cara pertanyaaan yang diajukan bersifat fleksibel tetapi tidak
menyimpang dari tujuan wawancara yang telah ditetapkan. Tujuan
wawancara jenis ini yaitu untuk menemukan permasalahan secara lebih
terbuka, dimana pihak yang di wawancara diminta pendapat,
keterangan maupun idenya. Peneliti juga ingin mengetahui informasi
spesifik yang nantinya dapat dibandingkan dan dikorelasikan dengan
informasi lainnya yang diperoleh dalam wawancara lain.18
2.) Observasi
Observasi merupakan sebuah metode pengamatan yang
fungsinya untuk memperoleh data mengenai sebuah permasalahan, dari
proses observasi tersebut peneliti dapat memperoleh sebuah
pemahaman maupun pembuktian mengenai informasi maupun
keterangan yang diperoleh dari informasi yang sebelum sebelumnya.
Mencatat data observasi bukan hanya sekedar mencatat, tetapi juga
melakukan sebuah pertimbangan kemudian melakukan sebuah
penilaian kedalam suatu skala tertingkat.19
Observasi yang dilakukan oleh peneliti ialah mendatangi
langsung lokasi yang dituju untuk penelitian, yaitu dusun sampangan
desa kedungrejo yang mana daerah ini masyarakatnya kerap
melakukan pernikahan dini, di lokasi ini peneliti melakukan sebuah
pengamatan bagaimana pola hidup dan sosial masyarakatnya sehingga
bisa menyebabkan pernikahan dini.

17
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), 194.
18
Catherine Dawson, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 23
19
Amiruddin dan Zainal Asikin (Eds), Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 45.
3.) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah metode untuk pengumpulan
data yang dilakukan melalui data tertulis dengan menggunakan analisis
data.20 Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
diperlukan dengan cara memperoleh data dokumentasi tentang objek
yang diteliti dari lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku
rujukan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
6. Metode pengolahan data
Dalam penelitian ini akan menggunaka metode pengolahan data
sebagai berikut :
1.) Pemeriksaan data (editing)

Pemeriksaan data merupakan sebuah proses penelitian kembali


terhadap catatan, berkas-berkas, informasi yang dikumpulkan oleh
pencarian data. Data yang diperoleh dan di kumpulkan untuk
mengetahui apakah data tersebut sudah cukup baik atau kurang
untuk melanjutkan penelitian. Dalam proses mengedit dari proses
penggalian data primer dan data skunder. Penulis melakukan
pengeditan dari penggalian data primer maupun sekunder yang
berhubungan dengan penelitian Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir
Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Menurut Pandangan Tokoh
Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah Kabupaten Banyuwangi

2.) Klasifikasi
Proses klasifikasi ialah merupakan sebuah upaya untuk
mengumpulkan data data yang sudah didapatkan baik itu data
primer maupun sekunder kemudian dari data tersebut peneliti
melakukan pengelompokkan jenis dari data data yang telah
diperoleh yang gunanya ialah menentukan jawaban dari rumusan
masalah yang telah dirumuskan sesuai dengan penelitian ini.
3.) Verivikasi
Verivikasi merupakan proses untuk membuktikan sebuah
kebenaran data untuk terciptanya sebuah validitas data. Verivikasi

20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta, 2011), 240
bisa dilakukan dengan metode mendatangi informan untuk
wawancara dan kemudian setelah berwawancara peneliti
memberikan hasil wawancara kepada informan tersebut dengan
tujuan agar informan menanggapi bahwa hasil dari wawancara
tersebut sesuai dengan apa yang telah ia sampaikan dalam
wawancara atau tidak sesuai.
Dalam proses ini peneliti melakukan pencocokan dari data yang
diperoleh dari hasil wawancara mengenai Pernikahan Dini
Masyarakat Pesisir Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Menurut
Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah
Kabupaten Banyuwangi dengan memberikan hasil wawancara
tersebut kepada informan yang tujuan diberikannya hasil
wawancara kepada informan ialah untuk memastikan apakah hasil
dari wawancara tersebut sudah sesuai dengan yang ia sampaikan
dalam wawancara atau tidak sesuai.
4.) Analisis
Analisis dalam pengolahan data yang telah diperoleh
merupakan sebuah bagian yang sangat penting, karena dengan
metode analisis inilah data yang sudah diperoleh akan Nampak
manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah dalam penelitian
dan mencapai tujuan akhir dari penelitian.
5.) Kesimpulan
Setelah proses analisis data, maka dilakukan kesimpulan dari
analisis data untuk menyempurnakan penelitian tersebut, dengan
tujuan untuk mendapatkan suatu jawaban dari hasil penenlitian
yang dilakukan. Langkah ini, peneliti melakukan penulisan
kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari proses penentuan
informan, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berfungsi sebagai gambaran umum mengenai


pembahasan yang terdapat dalam sebuah penelitian, oleh karena itu maka perlu untuk
menulis sistematika penulisan dalam penelitian ini, adapun sistematika penulisannya
yaitu sebagai berikut :
Bab I : dalam bab ini menjelaskan mengenai pendahuluan, dalam bab I ini
terdiri dari latar belakang mengapa melakukan penelitian ini, latar belakang sendiri
ialah bagian yang menjelaskan bagi penulis sebab dan alasan yang timbul dalam
ketertarikan terhadap tema mengenai Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa
Kedungrejo Kecamatan Muncar Menurut Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan
Muhammadiyah Kabupaten Banyuwangi. Bukan hanya itu saja, tetapi juga pada bab I
ini menjelaskan mengenai rumusan masalah ataupun hal hal yang menjadi tolak ukur
dalam penelitian ini oleh penulis terdapat 2 rumusan masalah yaitu pertama,
Bagaimana fenomena pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo kecamatan
muncar dan kedua, Bagaimana pandangan tokoh ormas nahdhatul ulama’ dan
muhammadiyah kabupaten banyuwangi mengenai pernikahan dini masyarakat pesisir
desa kedungrejo kecamatan muncar. Dalam bab ini juga menjelaskan tujuan dan
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, baik itu secara teoritis
maupun praktis.

Bab II : dalam bab ini menjelaskan mengenai penelitian terdahulu yang


dilakukan oleh penelitian lain dalam meninjau pustaka yang dilakukannya yang
terdapat hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terkait objek
maupun tema.

Bab III : dalam bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang
akan dipakai oleh penulis dalam melakukan penelitian. pertama, mengenai jenis
penelitian yaitu penelitian empiris kedua, pendekatan yang akan dipakai dalam
penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Ketiga, lokasi penelitian yaitu dikawasan
pesisir di desa kedungrejo kecamatan muncar kabupaten banyuwangi. Keempat, jenis
dan sumber data yang dilakukan yaitu data primer maupun sekunder. Kelima, metode
pengumpulan data ialah dengan wawancara dan dokumentasi oleh penulis.

Bab IV : dalam bab ini akan menjelaskan mengenai pembahasan dalam


penelitian yaitu Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa Kedungrejo Kecamatan
Muncar Menurut Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan Muhammadiyah
Kabupaten Banyuwangi.
Bab V : dalam bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian yang terdirin
dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah penjelasan secara umum mengenai
jawaban dalam rumusan masalah yang diangkat oleh penulis yang terdiri dari
beberapa uraian. Adapun saran yaitu menjelaskan mengenai solusi atau masukan oleh
penulis teruntuk fenomena pernikahan dini masyarakat pesisir desa kedungrejo secara
khusus, serta pihak yang terlibat secara umum yang menyangkut dalam pembahasan
penelitian oleh penulis mengenai Pernikahan Dini Masyarakat Pesisir Desa
Kedungrejo Kecamatan Muncar Menurut Pandangan Tokoh Nahdhatul Ulama’ dan
Muhammadiyah Kabupaten Banyuwangi.
Daftar Pustaka

Alfa, fathur Rahman, “pernikahan dini dan perceraian di indonesia”, JAS :Jurnal Ilmiah
Ahwal Syakhshiyyah, No.1, 2019.
Asikin, Amiruddin dan Zainal (Eds), Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
Dawson, Catherine, Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010.
Effendi, Masri Singarimbun dan Sofian, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1989.
Fasihuddin, Muhammad, dkk, Syarah Fathal Qarib Diskursus Munakahah. Malang : Ma’had
Al-Jami’ah Al-Aly UIN Malang, 2021.

Ikhwan, “Tingginya Angka Pernikahan Dini Picu Maraknya Janda Usia Produktif di
Banyuwangi”, Suara Jatim Post.com, 3 September 2021, diakses 15 Desember 2021,
https://www.suarajatimpost.com/news/tingginya-angka-pernikahan-dini-picu-
maraknya-janda-usia-produktif-di-banyuwangi/

K Hedo, Dian Jayantari Putri, “Kajian perkawinan usia muda di jawa timur”, Jurnal
kependudukan keluarga dan sumber daya manusia, No.2, 2020.
Muchtar, Kamal, Asas-asas hukum islam tentang perkawinan. Jakarta : Bulan Bintang, 1974.
Muntamah, Ana Latifatul, dkk, “Pernikahan dini di indonesia : faktor dan peran pemerintah
(perspektif penegakan dan perlindungan hukum bagi anak)”, Widya yuridika Jurnal
Hukum, No.1, 2019.
Rifiani, Dwi, “Pernikahan dini dalam perspektif dalam hukum islam”, de Jure, Jurnal
Syariah dan Hukum, No.2, 2011.
Salmah, Syarifah, “Pernikahan dini ditinjau dari sudut pandang sosial dan pendidikan”,
Alhiwar Jurnal Ilmu teknik dan dakwahí, No.7, 2016.
Sukamto, “Analisis Sosio Yuridis terhadap pernikahan usia dini dan perceraian di jawa
timur”, Al-Daulah Jurnal Hukum dan perundangan islam, No.2, 2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfa Beta, 2011.
Wulanuari, Kanella Ayu, dkk, “Faktor faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada
wanita”, Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, No.1, 2017.
Yunus, Dkk, “Pernikahan di Bawah Umur Pada Masyarakat Pesisir Malangke”, Al-Ahwal Al-
Syakhsiyah, IAI Al-Qolam Maqashid, No.2, 2020.
Zainuddin dan Masyhuri, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Bandung:
PT Refika Utama, 2008.

Anda mungkin juga menyukai