Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERNIKAHAN KALANGKAH

DALAM ADAT SUNDA


( Studi Kasus Di Desa Pataruman Kota Banjar Jawa Barat )

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan guna memnuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
Dosen Pengampu : Muhammad Fuad Zain, S.H.I., M.Sy.
Oleh :
NABILA NAJA ISMAIL
2017302073

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
A.Latar Belakang Masalah
Perkawinan dalam Islam diartikan sebagai salah satu asas pokok hidup
paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna.dan Islam
mengajarkan bahwa berkeluarga merupakan salah satu sarana untuk menjaga
martabat dan kehormatan manusia1 disini pernikahan diartikan sebagai tali
persatuan baik individu ataupun kelompok pernikahan sendiri dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu adaa agama, hukum, social budaya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia sendiri Nikah adalah Perjanjian antara


laki-laki dan Perempuan untuk menjadi suami istri secara resmi dan diakui
negara ,sedangkan kata Kawin adalah membentuk keluarga dengan lawan
jenis,melakukan hubungan intim atau persetubuhan.2 Dalam pasal 2 kompilasi
hukum islam menyebutkan bahwa “perkawinan” yaitu akad yang sangat kuat atau
untuk menaati perintah Allah dan melakukanya adalah ibadah sepanjang masa.3

Aspek budaya disini salah satunya adalah Upacara adat pernikahan dalam
kontek budaya merupakan salah satu tradisi yang bersifat ritualistic atau tradisi
yang sudah ada sejak dulu kala dan masih berkembang di masyarakat walaupun
banyak sekali yang sudah tidak melestarikan adat tersebut dikarenakan sudah
tidak ada lagi tokoh masyarakat dalam desa tersebut maka dari itu adat tersebut
sudah hilang secara tidak sadar dikalangan kita sebagaimana halnya aspek-aspek
kehidupan lain dalam sistem kebudayaan tersebut.

Proses upacara adat disini yang dilakukan sebagai serangkaian upacara


adat perkawinan biasanya menghadirkan simbol-simbol budaya yang mewakili
norma-norma budaya sering pula dikenal dengan Perkawinan adat. prosesi
perkawinan adat disini contohnya perkawinan adat sunda yang dimana terdapat
beragam rangkaian simbol adat baik tindakan maupun bahasa verbal melalui kata-
kata dalam bentuk syair atau tembang.semua simbol ini menjadi bagian yang tak

1
Fondasi keluarga sakinah,(Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kemenag RI,2007) Hlm.1
2
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta,Balai
Pustaka,1994), Cet. Ke-3, Edisi ke-2, Hlm.614
3
Departemen Agama RI, kompilasi Hukum Islam ,(Jakarta: 2011) Hlm.14

1
terbisahkan dari serangkaian acara tersebut dan sebagaimana pula pada
perkawinan adat yang kita temui dalam daerah dan budaya yang lainnya.

Salah satu bagian dari perkawinan adat sunda yaitu pernikahan


“kalangkah” pernikahan kelangkah ini lebih sering dikenal dengan pernikahan
kakak atau saudara kandung yang dilangkahi oleh adik nya .akan tetapi dalam
adat sunda sendiri yang berlaku adalah seorang adik tidak boleh melangkahi
seorang kakak kandungnya yang belum menikah karena menurut adat sendiri
merupakan suatu hal yang dianggap melanggar aturan adat tidak boleh
mendahului orang yang lebih tua darinya.4Selain penyebutan kelangkah didesa
pataruman sendiri pernikahan kelangkah ada yang lebih khusus lagi lebih akrab
dikalangan desa sini yaitu istilah “karunghal”

Hukum adat dalam pernikahan pernikahan yang diamksud disini adalah


hukum mayarakat (hukum rakyat) yang sudah ada sejak dulu dan tidak tertulis
dalam bentuk perundang-undangan negara yang mengatur tata tertib dalam
perkawinan. jika masyarakat melarang adat yang akan mengadilinnya adalah
peradilan adat yaitu tokoh adat, masyarakat ,keluarga atau kerabat yang
bersangkutan.5 Sekalipun jika terjadi seorang adik yang melangkahi kakanya, adat
yang berlaku yaitu seorang adik akan memberikan uang atau barang pelangkah
yang akan diberikan kepadanya kakanya yang belum menikah.

Tetapi banyak sekali perbedaan pendapat disini dikalangan masyarakat


sunda atau kerabat dikarenakan seharusnya memberikan secara ikhlas atau sesuai
permintaan dari kakanya (saudara kandung yang akan dilangkahi)

B. Definisi Oprasional

1. Hukum Islam

4
Ahmadi, ”macam-macam Pernikahan adat sunda”
5
H.Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti 1990) Hlm.14-15

2
Al-Quran dan Literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata
hukum Islam sebagai salah satu istilah.yang ada didalam al-Quran adalah kata
syari’ah,fiqih ,hukum allah .dan yang seakar dengannya.istilah hukum Islam
merupakan terjemah dari Islamic law dan literature barat. 6

2. Pernikahan

Menurut Hukum positif Undang-Undang No.1 tahun 1974 pasal 1:


Pernikahan adalah hubungan lahir batin anatara seorang pria dengan seorang
wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang tentram bahagia
dan kekal. Sesungguhnya perkawinan bukan hanya kebutuhan lahiriyah
(jamani),namun juga merupakan kebutuhan rohani (bathin).pengertian tersebut
juga direlefan dengan Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 21 7

3. Kalangkah Adat Sunda

Adat sunda memiliki spesifikasi sendiri dalam membagi suatu pernikahan yaitu
pernikahan biasa dan diam-diam.pernikahan biasa adalah pernikahan yang aturan
dan tata caranya mengikuti ketentuan yang berlaku sedangkan pernikahan diam-
diam adalah pernikahan yang aturan dan tata caranya sama dengan aturan adat
yang berlaku salah satunya pernikahan kalangkah.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka diperoleh


rumusan masalah sebagai berikut:

1.Bagaimana masyarakat desa pataruman menyikapi budaya tersebut yang hampir


punah ?

6
Dr.Rohidin,SH,M.Ag, PENGANTAR HUKUM ISLAM ( Lintang Rasi Aksara Books, cetakan ke-1 )
Agustus 2016 ,Hlm 1.
7
Akhmad Munawar,”Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif Yang Berlaku Di Indonesia”
Jurnal Al’Adl Hukum dan Perkawinan, Vol.7, No 13 (januari- juni 2015) Hlm.23

3
2.Apa saja cara yang harus dilakukan supaya tradisi tersebut tidak punah ?

D.Tujuan dan Manfaat penelitian

1.Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui tradisi budaya lokal atau adat didaerah desa pataruman

b) Mencari cara supaya budaya tersebut selalu dilestarikan

2.Manfaat penelitian

a) Dapat memberikan edukasi untuk anak muda milenial.

b) Dapat memberikan cara-cara supaya budaya lokal ini makin berkembang


dikalangan anak muda dan ikut serta melestarikannya.

E.Kajian Pustaka

Sebelum melakukan penelitian,disini peneliti menelaah mengenai


penelitian terdahulu yang juga berkaitan dengan adat sunda yang ditinjau
berdasarkan Hukum Islam perihal pernikahan kalangkah guna mendukung
penelitian ini diantaranya :

Skripsi Dwi Nur Fauziyyah Febtiana Jurusan Hukum Keluarga (ahwal


syakhshiyah ) Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia tahun
2020 yang berjudul “Adat Perkawinan Kalangkah Pada Masyarakat Desa
Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Presfektif Hukum
Islam” Hasil penelitian disini menunjukkan bahwa dalam adat sunda pernikahan
kalangkah itu sudah ada sebelum tahun 1998, masyarakat disini jika ada yang

4
mengalami pernikahan kalangkah dan mempercayai tokoh agama yang paham
mengenai adat serta pernikahan kalangkah ini.8

Skripsi Nur Faizah Jurusan Peradilan Agama (ahwal syakhsiyah) Fakultas


Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2010 yang berjudul “Pernikahan Melangkahi Kakak Menurut Adat Sunda“ Hasil
Penelitian disini pada masyarakat khususnys di Desa Cijuray pernikahan semacam
ini sangat dilarang, karena kebanyakan di Desa ini percaya bahwa apabila ada
seorang kakak yang belum menikah dan dilangkahi pernikahannya oleh seorang
adik,maka niscaya kehidupan dari kakak perempuan tersebut tidak bagus
kedepannya terutama masalah jodoh.9

Skripsi Bella Qori Amalia Jurusan Al-Akhwal Al-Syakhsiyah fakultas


Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung 2019 yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Kelangkah Dalam Adat Sunda
“(studi kasus di muara raman bukit kemuning lampung utara) hasil Penelitian
disini menjelaskan bagaimana tata cara melakukan pernikahan kelagkah ini didesa
muara raman bukit kemuning.10

Ada persamaan tentang penelitian-penelitian diatas yaitu sama-sama


mengkaji tentang kebudayaan sunda didaerah masing-masing akan tetapi
berbedaan penelitian disini dengan penelitian diatas yaitu tentang adat sunda yang
berbeda disetiap daerahnya tentang hukum adatnya,serta bagaimana masyarakat
menyikapi dan menjaga tradisi tersebut dimasa sekarang.

F. Kerangka Teoritik

1.Hubungan Antara Hukum Adat dan Hukum Islam


8
Dwi Nur Fauziyyah Febtiana “Adat Perkawinan Kalangkah Pada Masyarakat Desa Panyingkiran
Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Presfektif Hukum Islam” skripsi, Yogyakarta : UII
2020.
9
Nur Faizah, “Pernikahan Melangkahi Kakak Menurut Adat Sunda“ Skripsi, Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah 2010.
10
Bella Qori Amalia, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Kelangkah Dalam Adat Sunda
“(studi kasus di muara raman bukit kemuning lampung utara), Skripsi, Lampung : UIN Raden Intan
Lampung, 2019.

5
Hukum Adat adalah Peraturan yang tidak tertulis diamana adat disini
sudah melekat pada masyarakat yang ada sejak dahulu kala dan pedoman bagi
masyarakat desa setempat.

Adat ‘urf shahih,baik dalam wujud am (universal/umum) ataupun dalam


wujud khas (special/ khusus) bisa dijadikan sebagai dalil dalam Hukum Islam.
Hukum Pidana seperti qisas,Transformasi utama yang dicoba oleh hukum islam
terhadap qisas yakni memasukkan prinsip penyeimbang ke dalam hukum qisas
dan Hukum Islam disini menempuh cara antara lain yaitu:

a). Hukum Islam mengadopsi adat secara utuh baik dari segi prinsip ataupun segi
penerapan, contohnya : jual beli ariyah.

b). Hukum Islam mengadopsi Adat dari aspek prinsip namun dalam penerapanny
disesuaikan dengan Hukum Islam,contohnya: Permasalahan ila’ serta zihar yang
telah berlaku dalam adat Arab Pra-Islam.

c). Hukum Islam manasakh ataupun menyatakan tidak berlaku lagi adat dan
lembaga lama ,baik dari segi prinsip ataupun dari segi penerapan

Hukum Adat berperan sebagai penerima, sedangkan Hukum Islam selaku


peran yang diterima. Dalam artian Hukum adat akan menerima hukum islam . jadi
Hukum Islam berlaku dapat berlaku bila sudah diterima ataupun masuk ke dalam
Hukum Adat 11

b. Pernikahan Adat sunda

Dalam Tradisi Pernikahan Masyarakat Sunda terdapat beberapa tahapan yaitu:

1.Nendeun Omong

Nandeun Omong ini artinya Menyimpan Kata yaitu sebagai tali awal membuka
silaturahmi agar siap untuk dilamar.biasanya kedua keluarga bertemu dikediaman
wanita yang dimana akan membicarakan megenai hari,tanggal dan apa saja yang
harus dipersiapan untuk prosesi lamaran.

11
Abd Rauf, “Kedudukan Hukum Adat dalam Hukum Islam, Jurnal IAIN Ambon 9, No.1
(2013) Hlm.86.

6
2.Narosan/Nanyaan

Narosan ini artinya bertanya atau manyarakat desa setempat mengenalnya dengan
Lamaran,tahapan ini bersifat resmi sebagai ikatan kedua belah pihak agar kedua
belah pihak tidak menerima pinangan dari orang lain.

Ditahap ini pihak laki-laki memberikan berupa makanan,pakaian dan


perhiasan yang beupa cincin untuk diserahkan kepada pihak perempuan.

3.Seserahan

Seserahan ini biasanya dilakukan seminggu sebelum akad nikah dan


sebelum seserahan akan diserahkan, dari pihak laki-laki memepersiapkan segala
hal yang akan diserahkan kepada pihak perempuan seperti perabotan rumah
tangga,pakaian,dan alat-alat yang dibutuhkan seorang perempuan diberikan
dengan cara dibungkus atau dihias supaya terlihat menarik.

4.Ngaras

Ngaras merupakan prosesi yang sakral dimana kedua mempelai membasuh


kedua kaki orangtua pengantin dimana disini sebagai simbol penghormati kepada
orangtua bentuk dari rasa terimakasih dan meminta izin untuk mendapatkan restu
pernikahan.

5.Siraman

Siraman memiliki makna membersihkan diri atau mensucikan diri


dari,biasanya dilakukan 1 hari sebelum menikah.calon pengan ten perempuan
akan dimandikan dengan air berisi macam-macam kembang yang diguyur dari
bagian kepala sampai mata kaki.disini calon pengantin biasa menggunakan
pakaian adat atau yang disebut dengan kemben dan dihiasi ornamen bunga melati
yang dirangkai.

6.Ngeuyeuk Seureuh

7
Ngeuyeuk Seureuh artinya jawaban dari orangtua terhadap tahapan ngaras
sebelumnya untuk memberikan restu kepada kedua mempelai dan orang tua akan
memberikan nasihat.

7.Akad Nikah

Setelah melewati serangkaian proses,tahapan ini menjadi inti dari


pernikahan dengan proses akad ini pihak laki-laki mengucap janji sehidup semati
dihadapn semua orang setelah itu kedua mempelai menjadi pasangan sah suami
dan istri dan disini proses seserahan dan tukar cincin antar kedua pasangan.

8.Saweran

Saweran adalah lemparan berbagai macam barang dimana kedua mempelai akan
duduk dibawah payung yang melambangkan kewaspadaan dalam rumah tangga
kemudia dilempari barang-barang seperti: beras,uang,permen dan para tamu
biasanya berebut mendapatkannya.

Dari barang-barang tersebut memiliki arti sendiri yaitu :

a).Beras putih melambangkan kehidupan.

b).kunyit melambangkan kebahagiaan.

Kunyit yang dilarutkan dan disatukan pada beras menghasilkan beras kuning yang
disini melambangkan kekokohan keluarga.

c).Macam-macam bunga melambamgkan keharuman rumah tangga.

d).Permen melambangkan keharmonisan rumah tangga.

e).uang logam atau uang kertas melambangkan kekayaan dan kecukupan.

f).Sirih yang digulung berbentuk cerutu melambangkan perbaduan suami istri.

9.Ngunduh Mantu

8
Artinya resepsi yang dilaksanakan dikediaman laki-laki dengan tujuan
memperkenalkan pengantin kepada keluarga laki-laki.

G. Metode Penilitian

1.jenis Penelitian

Berdasarkan aspek tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti,jenis


penelitian adalah lapangan yang bersifat kualitatif.dalam penelitian kualitatif
peneliti sekaligus berperan sebagai instrumen peneliti.berlangsungnya proses
pengumpulan data,peneliti bener-bener diharapkan mampu berinteraksi dengan
obyek (masyarakat) yang dijadikan sasaran penelitian.dengan arti kata,peneliti
menggunakan pendekatan alamiah dan peka terhadap gejala-gejala yang
dilihat,didengar,dirasakan serta difikirkan.keberhasilan penelitian amat tergantung
dari data lapangan,maka ketetepan,ketelitian,rincian, kelengkapan dan keluesan
pencatatan informasi yang diamati dilapangan amat penting artinya.pencatatan
data lapangan yang tidak cermat akan merugikan peneliti sendiri dan akan
menyulitkan dalam analisis untuk penarikan kesimpulan.12

2.Subyek dan Lokasi Penelitian

Subyek yang diteliti dalam penelitian kualitatif disebut informan yang


dijadikan teman bahkan konsultan untuk menggali informasi yang dibutuhkan
peneliti.Sesuai uraian terdahulu maka pemilihan sampel dijadikan informan tidak
disadari teknik probabilistic sampling,melainkan disesuaikan dengan harapan
informasi yang diinginkan.penepatan sample didasarkan pada teknik purposive
sampling disebut criterior based sampling.13adapun dalam pelaksana penelitian ini
yang menjadi objek adalah masyarakat yang terlibat dalam “Pernikahan
kalangkah” ini didesa Pataruman, kecamatan Pataruman Kota Banjar Jawa Barat.

3.Sumber Data
12
Salim,Syahrum Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cipta Pustaka Media,tahun 2012)
Hlm.113
13
Salim,Syahrum Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cipta Pustaka Media,tahun 2012)
Hlm.142

9
a).Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya.Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data yang dimiliki sifat up to date.untuk mendapatkan data
primer,peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.teknik yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
wawancara,diskusi terfokus ( focus grup discussion-FGD) dan penyebaran
kuesioner.14 Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari warga yang
mengalami pernikahan kalangkah ini yang terlibat secara langsung.

b.Sumber Skunder

Sumber data skunder adalah data yang diperoleh untuk dikumpulkan


penelit dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
skunder dapat diperoleh dari berbagai sember seperti buku,laporan,
jurnal.15Adapun data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari dari hasil
observasi dan literature yang ada baik dari tokoh adat maupun masyarakat desa.

4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain dengan


menggunakan :

a).Observasi

Nasution (1998) menyatakan bahwa,observasi adalah dasar semua ilmu


pengetahuan.para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data ,yaitu:fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. objek penelitian
dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spandley dinamakan situasi

14
Sandu Siyanto, Dasar Metodelogi Penelitian , (Yogyakarta: Literasi Media Publishing tahun
2015) Hlm.67
15
Sandu Siyanto, Dasar Metodelogi Penelitian , (Yogyakarta: Literasi Media Publishing tahun
2015) Hlm.68

10
social,yang terdiri dari tiga komponen yaitu: place (tempat),actor (pelaku),dan
activities (aktifitas).16

b).Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti


ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih
mendalam.teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan,keyakinan
pribadi.17

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semistruktur yang dimana


tujuannya lebih bebas dan terbuka dibandingkan dengan wawancara tersetruktur.

c).Dekumentasi

Dokumentasi merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu. Berbentuk


tulisan,gambar,biografi,peraturan.dokumen yang berbentuk gambar misalnya:
foto,gambar hidup,skesta.18

Dalam penelitian kualitatif dokumen berupa foto,diperlukan sehubung


dengan penelitian disini metode dokumentasi sangat diperlukan karena sebagai
bukti nyata warga yang mengalami pernikahan kalangkah ini.

5.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data disini proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan,dan dokumentasi.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif,yaitu analisis yang berdasarkan


data yang diperoleh selanjutkan menjadi hipotensis.dan disimpulkan berdasarkan
data yang sudah terkumpul.

16
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung : Alfabeta ,2016) Hlm.226.
17
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung : Alfabeta ,2016) Hlm.231
18
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung : Alfabeta ,2016) Hlm.240

11
H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahsan berisi tentang kerangka penulisan sistematis oleh


peneliti.untuk mempermudah pembahasan maka penelitian membagi pokok
pembahasan menjadi tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian inti, bagian akhir.

Bagian awal terdiri dari judul Skripsi,pernyataan keasliaan,halaman


pengesahan, nota dinas pembimbing,abstrak,dan kata kunci,pedoman
transliterasi.kata pengantar, daftar isi,lampiran.

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,


definisi oprasional,rumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian,kajian
pustaka,metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II merupakan landasan teori yang berisi tentang Pernikahan kalangkah


dan budaya Sunda.

Bab III merupakan penelitian yang berisi tentang jenis penelitian,sumber


data, teknik pengumpulan data, teknik pembahasan hasil penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisi tentang


paparan gambaran umum lokasi dan temuan penelitian.paparan data Desa
Pataruman, Kecamatan Pataruman yang didalamnya menjelaskan mengenai
Pernikahan Adat, tujuan tradisi, dan bagaimana tradisi tersebut dizaman sekarang.

Bab V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan hasil


penelitian dan saran.pada bagian akhir skripsi ini dicantumkan daftar pustaka,
lampiran-lampiran,dan daftar riwayat hidup.

I.Daftar Pustaka

Fondasi keluarga sakinah,(Jakarta: Ditjen Bimas Islam Kemenag RI,2007) Hlm.1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta,Balai Pustaka,1994), Cet. Ke-3, Edisi ke-2, Hlm.614

Departemen Agama RI, kompilasi Hukum Islam ,(Jakarta: 2011) Hlm.14

12
Ahmadi, ”macam-macam Pernikahan adat sunda”

H.Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti


1990) Hlm.14-15

Dr.Rohidin,SH,M.Ag, PENGANTAR HUKUM ISLAM ( Lintang Rasi Aksara


Books, cetakan ke-1 ) Agustus 2016 ,Hlm 1.

Akhmad Munawar,”Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif Yang Berlaku


Di Indonesia” Jurnal Al’Adl Hukum dan Perkawinan, Vol.7, No 13 (januari- juni
2015) Hlm.23

Dwi Nur Fauziyyah Febtiana “Adat Perkawinan Kalangkah Pada Masyarakat


Desa Panyingkiran Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka Presfektif Hukum
Islam” skripsi, Yogyakarta : UII 2020

Nur Faizah, “Pernikahan Melangkahi Kakak Menurut Adat Sunda“ Skripsi,


Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah 2010.

Bella Qori Amalia, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pernikahan Kelangkah


Dalam Adat Sunda “(studi kasus di muara raman bukit kemuning lampung utara),
Skripsi, Lampung : UIN Raden Intan Lampung, 2019.

Abd Rauf, “Kedudukan Hukum Adat dalam Hukum Islam, Jurnal IAIN Ambon 9,
No.1 (2013) Hlm.86
Salim,Syahrum Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cipta Pustaka
Media,tahun 2012) Hlm.113

Salim,Syahrum Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Cipta Pustaka


Media,tahun 2012) Hlm.142

Sandu Siyanto, Dasar Metodelogi Penelitian , (Yogyakarta: Literasi Media


Publishing tahun 2015) Hlm.67

Sandu Siyanto, Dasar Metodelogi Penelitian , (Yogyakarta: Literasi Media


Publishing tahun 2015) Hlm.68

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung :


Alfabeta ,2016) Hlm.226.

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung :


Alfabeta ,2016) Hlm.231

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif,Kualitatif dan R&D.(Bandung :


Alfabeta ,2016) Hlm.240

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai