ABSTRAK
Winda Daeng Masenge, Nim : 231 409 026, 2014 : Adat Learo Dalam
Pernikahan Masyarakat Busisingo. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Gorontalo.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)
pelaksanaan adat learo dalam pernikahan masyarakat Busisingo dan, (2)
pandangan masyarakat Busisingo terhadap kelangsungan adat learo di Desa
Busisingo Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
kualitatif yaitu menggambarkan tentang pelaksanaan adat learo dalam upacara
pernikahan dan pandangan masyarakat terhadap kelangsungan adat learo di Desa
Busisingo Kecamatan Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Dalam
pengambilan data-data yang berkaitan dengan judul penelitian tersebut, penulis
melakukan suatu observasi dan wawancara dengan informan yang dianggap
mengetahui pelaksanaan adat learo dalam pernikahan masyarakat Busisingo serta
menggunakan literatur-literatur atau dokumen yang berkaitan dengan judul yang
diteliti. Hasil penelitian menunjukan bahwa Adat learo adalah prosesi adat yang
biasa digunakan masyarakat Busisingo sebelum berlangsungnya pernikahan. Adat
learo masih bersifat fleksibel, dalam artian bisa digunakan dan bisa juga tidak
digunakan dalam acara perkawinan tergantung hasil musyawarah dari keluarga
kedua belah pihak, namun tetap berdasarkan ketentuan adat yang berlaku. Adat
learo ini merupakan pelengkap dalam tata cara pernikahan adat pada masyarakat
Busisingo dan biasanya dengan dilangsungkannya adat learo ini acara pernikahan
akan terasa lebih meriah. Bagi pengantin yang sudah pernah menikah atau hamil
diluar nikah, berdasarkan ketentuan adat yang berlaku tidak diperkenankan
memakai prosesi adat learo dalam perkawinannya, namun tetap membayar uang
pengganti pelaksanaan adat learo tersebut berdasarkan ketentuan adat.
Pelaksanaan adat learo dalam kepercayaan masyarakat Busisingo dan Bintauna
secara umum, bisa menjustifikasi kesucian calon pengantin. Dimana dengan
tanda-tanda tertentup pada saat pelaksanaan adat laero dapat diketahui apakah
calon pengantin tersebut masih suci atau tidak.
Menurut JC. Mokoginta (1996:77), “adat istiadat adalah bagian dari tradisi
yang sudah mencakup dalam pengertian kebudayaan. Karena itu, adat atau tradisi
ini dapat dipahami sebagai pewarisan atau penerimaan norma-norma adat
istiadat”.
Berdasarkan pandangan para pendapat para ahli tersebut, maka dapat di
simpulkan bahwa adat istiadat adalah sebuah aturan yang ada dalam suatu
masyarakat yang di dalamnya terdapat aturan-aturan kehidupan manusia serta
tingkah laku manusia didalam masyarakat tersebut, tetapi bukan merupakan
aturan hukum.
Konsep masyarakat, masyarakat sebagai makhluk social budaya membuat
terciptanya berbagai wujud kolektif manusia yang berbeda cirinya, sehingga
penyebutan terhadap kesatuan-kesatuan tersebut juga berbeda-beda. Istilah yang
paling sering digunakan untuk menyebut sekelompok manusia adalah masyarakat,
meskipun sebenarnya tidak semua kelompok masyarakat dapat dikategorikan
sebagai masyarakat. Diperlukan adanya karakteristik tertentu sehingga kelompok
manusia dapat disebut sebagai masyarakat.
Koentjaraningrat (2002:143-144) menjelaskan cukup detail tentang
pengertian masyarakat ini, sebagai berikut:
Istilah yang paling lazin dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup
manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari
adalah masyarakat.Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang
berasal dari kata socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri
berasal dari akar kata Arab yang berbunyi syaraka yang berarti “ikut serta
atau berpartisipasi”. Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia
yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”.
METODE PENULISAN