Abstrak
Masyarakat Indonesia terdiria dari
beberapa suku bangsa sehingga di indonesia
memiliki beberapa hukum yang berlaku di
antaranya hukum adat. Hukum adat sendiri
berlaku dan berkembang dalam lingkungan
masyarakat di suatu daerah. Hukum adat sendiri
muncul dari kebiasaan masyarakat setempat,
salah satu contohnya adalah hukum adat bagi
pelanggar kesepakatan duduk induak-induak di
jorong sungai aur nagari salingka muaro yang
mana apabila kesepakatan ini dilanggar maka
akan dikenakan denda. Untuk mendapatkan
sebuah penulisan yang baik maka dilakukan
penilitian dengan wawancara dan tinjauan
pustaka.
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang memiliki
kekayaan yang beraneka ragam yang tersebar
mulai dari Sabang sampai dengan Merauke.
Kekayaan yang dimiliki Indonesia tersebut bukan
hanya berupa sumber daya alam saja tetapi juga
memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan
kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia.
Manusia sebagai makhluk yang
berkebudayaan memiliki aktifitas-aktifitas yang
hasilnya akan dirasakan oleh generasi-generasi
penerus Bangsa. Berkat warisan kebudayaan,
manusia dapat mengatasi masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidpan. Pewarisa kebudayaan ini
terjadi lewat bahasa, oleh karena ruang lingkup
kebudayaan itu luas sekali, jadipada dasarnya
kebudayaaan itu merupakan suatu proses belajar-
mengajar yang menghasilkan bentuk-bentuk baru
dengan menimba pengetahuan dan kepandaian
dari kebudayaan sebelumnya.
Kebudayaan adalah keseluruhan system
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang di jadikan
milik dari manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1990:180).
Kebudayaan di Indonesia mengalami
perjalanan yang panjang dan dipenuhi oleh
beberapa kebudayaan yang dikuasai oleh nilai-
nilai agama dan kebudayaan asing yang masuk ke
Indonesia sehingga kebudayaan itumenjelma
menjadi kebudayaan yang sekarang dan
mengakar. Diantara kebudayaan yang
berpengaruh adalah Hindu, Budha, Islam dan
Nasrani serta kebudayaan dari barat.
Kebudayaan terdiri dari banyak hal
diantaranya adalah perkawinan. Perkawinan dari
beberapa daerah beraneka ragam pelaksanaan dan
upacara adatnya tetapi sebenarnya mempunyai
maksud yang sama. Perkawinan banyak yang
menggunakan dari agama Islam karena
masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin anatara
seorang pria dangan seorang wanita sebagai
suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa, sehingga
kehidupan dialamini dapat berkembang dengan
baik. Dalam perkawinan mempunyai tatacara dan
syarat-syarat tertentu yang berbeda-beda di setiap
daerah serta harus terpenuhi dalam
pelaksanaanya (Bakrie A Rachman dan Ahmad
Sukardja, 1919:7)
Adat istiadat pernikahan Minangkabau
merupakan salah satu dari sekian banyak
pernikahan adat disetiap daerah di Indonesia.
Pepatah adat Minangkabau menjelaskan “adat
basandi syarak,syarak basandi kittabullah”
Berpilin antara adat dan agama Islam membawa
konsekuensi sendiri. Baik ketentuan adat,
maupun ketentuan agama dalam mengatur hidup
dan kehidupan Minang, tidak dapat diabaikan
khususnya dalam pelasanaan perkawinan. Kedua
aturan itu harus dilaksanakan secara serasi,
seiring dan sejalan. Pelanggaran apalagi
pendobrakan terhadap suatu ketentuan adat
maupun ketentuan agama Islam dalam masalah
perkawinan, akan membawa kosekuensi yang
pahit sepanjang hayat dan bahkan berkelanjutan
dengan keturunan. Hukuman yang dijatuhkan
masyarakat adat dan agama walau tak pernah
diundangkan tetapi sangat berat dan kadang kala
jauh lebih berat dari pada hukuman yang
dijatukan oleh Pangadilan Agama maupun
Pengadilan Negara. Hukuman itu diantaranya
dalam bentuk pengucilan dan pengasingan dalam
pergaulan masyarakat Minang.
Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi
semua syarat dianggap sebagai
perkawinansumbang atau perkawinan yang tidak
memenuhisyarat menurut adat Minang.Selain itu
masih ada tata krama, upacara adat dan ketentuan
agama Islam yang harus dipenuhiseperti tata
krama jampuik-manjapuik, pinang-maminang,
batuka tando, akad nikah, baralek turun bako,
baralek gadang, jalang-manjalang dan lain
sebagainya.Tata krama dan upacara perkawinan
adat ini pun tak mungkin diremehkan karena
semua masyarakat Minang menganggap bahwa
perkawinanitu merupakan suatu yang agung.
Hukum Adat adalah hukum yang berlaku dan
berkembang dalam lingkungan masyarakat di
suatu daerah. Ada beberapa pengertian mengenai
Hukum Adat. Menurut Hardjito Notopuro
Hukum Adat adalah hukum tak tertulis, hukum
kebiasaan dengan ciri khas yang merupakan
pedoman kehidupan rakyat dalam
menyelenggarakan tata keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan bersifat
kekeluargaan. Soepomo, Hukum Adat adalah
sinonim dari hukum tidak tertulis didalam
peraturan legislatif, hukum yang hidup sebagai
konvensi di badan-badan negara seperti
parleman, dewan provinsi, dan sebagainya,
hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan
yang dipertahankan dalam pergaulan hidup, baik
di kota maupun di desa-desa. Menurut Cornelis
van Vollennhoven Hukum Adat adalah himpunan
peraturan tentang perilaku bagi orang pribumi
dan Timur Asing pada sutiap pihak mempunyai
sanksi karena bersifat hukum, dan pada pihak
lain berada dalam keadaan tidak dikodifikasikan
karena adat (Dewi C Wulandari, 2010:3-4).
Hukum Adat pada umumnya belum atau
tidak tertulis yaitu kompleks norma-norma yang
bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang
selalu berkembang meliputi peraturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari,
senantiasa ditaati dan dihormati karena
mempunyai akibat hukum atau sanksi. Dari
empat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
Hukum Adat merupakan sebuah aturan yang
tidak tertulis dan tidak dikodifikasikan, namun
tetap ditaati dalam masyarakat karena
mempunyai suatu sanksi tertentu bila tidak
ditaati. Dari pengertian Hukum Adat yang
diungkapkan diatas, bentuk Hukum Adat
sebagian besar adalah tidak tertulis. Padahal,
dalam sebuah negara hukum, berlaku sebuah asas
yaitu asas legalitas. Asas legalitas menyatakan
bahwa tidak ada hukum selain yang dituliskan di
dalam hukum. Hal ini untuk menjamin kepastian
hukum. Namun di suatu sisi bila hakim tidak
dapat menemukan hukumnya dalam hukum
tertulis, seorang hakim harus dapat menemukan
hukumnya dalam aturan yang hidup dalam
masyarakat. Diakui atau tidak, namun Hukum
Adat juga mempunyai peran dalam Sistem
Hukum Nasional di Indonesia.
Dari beberapa pengertian dan istilah,
sebagaimana disebutkan di muka dapat kita
ketahui bahwa istilah Hukum Adat merupa-kan
terjemahan dari istilah bahasa asing/Belanda
yaitu Adat Recht yang diketemukan oleh Snouck
Horgronje dan kemudian dipop-ulerkan oleh C.
Van Vollenhoven. Ternyata istilah Hukum Adat
yang merupakan terjemahan dari Adat Recht itu
tidak dikenal dalam masyarakat, dan masyarakat
hanya mengenal atau memakai dan memahami
pengertian adat dan hukum secara terpisah sendi-
sendiri.
Di dalam masyarakat hanya dikenal kata
“ADAT” saja tetapi istilah ini pun berasal dari
bahasa asing/Arab. Istilah adat dapatlah
dikatakan telah diresepsi ke dalam bahasa
Indonesia dan hampir seluruh daerah Indonesia.
Kemudian adat apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia berarti kebiasaan, jadi secara
sederhana istilah Adat Recht dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia dan seyogyanya atau
seharusnya menjadi hukum kebiasaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Hukum Adat itu
adalah sama dengan hukum kebiasaan. Tegasnya
Hukum Adat merupakan istilah lain dari hukum
kebiasaan.
Oleh karena adat adalah kebiasaan yang
normatif dan dipertahankan oleh masyarakat,
maka walaupun ia tidak terus berulang-ulang,
pada saat-saat tertentu akan berulang dan harus
dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan maka
masyarakat akan mengadakan reaksi. Dengan
dasar atau alasan di atas dan juga tidak
dipertentangkan kedua konsepsi tersebut di atas,
dapat dikatakan bahwa untuk selanjutnya
dinyatakan bahwa pengertian Hukum Adat adalah
sama dengan Hukum Kebiasaan (Sigit Septo
Nugroho, 2016:20).
Berdasarkan historis, budaya minangkabau
berasal dari luhak nan tigo, yang kemudian
menyebar ke wilayah rantau di sisi barat, timur,
utara dan selatan dari Luhak Nan Tigo. Saat ini
wilayah budaya Minangkabau meliputi Sumatera
Barat, bagian barat Riau (Kampar, Kuantan
Singingi, Rokan Hulu), pesisir barat Sumatera
Utara, bagian barat Jambi, bagian utara
Bengkulu, bagian barat daya aceh.
Keberadaan hukum adat, khususnya hukum
adat Minangkau, sangat penting dan diakui, tetapi
dalam perkembangannya ada kecenderungan
pemahaman terhadap hukum adat kian “menipis”
di masyarakat. Bahkan dalam masyarakat dimana
hukum adat itu hidup dan berkembang. Kondisi
yang sama tidak terkecuali di alami adat dan
hukum adat Minangkabau. Adanya banyak faktor
yang menjadi penyebab mengapa hal itu terjadi
dan bahkan tidak jarang masyarakat tidak lagi
bisa membedakan antara adat dan hukum adat.
Terhadap adat itu sendiri banyak pengertian
yang dikemukakan para ahli. Satu antaranya
bahwa adat adalah tingkah laku yang oleh dan
dalam suatu masyarakat ( sudah , sedang, akan )
diadatkan. Sementara itu adat dipandang juga
sebagai kebiasaan normatif yang dipertahankan
oleh masyarakat, walaupun tidak terus terulang,
pada saat-saat tertentu akan berulang dan harus
dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan maka
masyarakat akan mengadakan reaksi. Dalam
pandangan yang lain disebutkan, bahwa adat
keseluruhan adat yang tidak tertulis dan hidup
didalam masyarakat berupa kesusilaan,
kebiasaan, dan kelaziman yang mempunyai
akibat hukum. Dengan pengertian hukum adat
yang demikian sepertinya belum memberikan
suatu garis tegas perbedaan antara adat dan
hukum adat, sebab adat juga dalam ranah
pengertian adat seperti yang telah dikemukakan.
Bahkan dengan pengertian hukum adat yang
demikian sepertinya tidak ada bedanya antara
adat dan hukum adat.
Dalam kaitannya antara adat dan hukum adat
itu, maka dalam masyarakat Minangkabau
dikenal 3 (tiga) alur (alua), yakni;
1. Alur Adat ialah peraturan-peraturan di
da;am adat Minangkabau yang asalnya
peraturan itu dibuat dengan kata mufakat oleh
penghulu setempat (Adat nan teradat). Sewaktu-
waktu dapat berubah umpamanya dalam
melaksanakan helat perkwinan, cara-cara
meresmikan gelar dll
2. Alur Pusako adalah peraturan-peraturan
yang sudah diterima dari nenek moyang kita
di Minangkabau seumpama gelar pusako, pusako,
nagari, syarat nagari undang duo puluah , cupak
nan dua, kato nan ampek dan sebagainya.
3. Jalan nan pasa. Jalan yang perlu ditempuh
oleh setiap manusia yaitu jalan dunia dan jalan
akhirat.