Abstrak: Salah satu bentuk adat dan tradisi daerah adalah upacara adat, yang mana upacara adat
ini dilaksanakan, didukung dan dilestarikan oleh masyarakat tertentu. Ketika upacara adat tidak
dilaksanakan, muncul anggapan negatif dan ketakutan masyarakat kalau-kalau terjadi sesuatu,
sehingga upacara adat rutin dilaksanakan dengan serentetan prosesi dan sesaji yang lengkap.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang sejarah munculnya tradisi cembrengan, prosesi upacara
mantenan tebu pada tradisi cembrengan di pabrik Mojo, dan makna simbolis upacara mantenan
tebu pada tradisi cembrengan Mojo.
Kata Kunci : upacara Adat, Cembrengan, Mantenan tebu
PENDAHULUAN
Karakteristik bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam ragam bahasa, budaya,
dan adat istiadat dalam masyarakat maka bermacam-macam ragam pula kaidah-kaidah,
norma-norma yang hidup dan tumbuh serta berkembang dalam setiap masyarakatnya.
Disetiap masyarakat yang terdapat dalam wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia
memiliki hukum adatnya masing-masing, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
sebagai norma pengatur dalam kehidupan bermasyarakat.
Negara Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa : “Negara Indonesia adalah negar
hukum”. Indonesia dengan tegas mengakui keberadaan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya sebagaimana disebutkan pada pasal 18D (2) UUD 1945 yang
berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengn perkembaangan
masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam undang-undang”
Hukum adat adalah hukum tidak tertulis, dia hidup, tumbuh dan berkembang
dalam setiap kelompok masyarakat sebagai aturan hidup masyarakat yang dipelihara dan
ditaati oleh setip kelompok masyarakat. Hukum adat itu berbeda antara kelompok
masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lainnya dan selalu diperthankan
kemurniannya yang merupakan warisan turun-temurun. Contohnya dalam masyarakat
hukum adat sragen, dimana kedudukan adat selalu dikedepankan bahkan sampai saat ini,
hukum adat sragen selalu hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat yang bersangkutan.
Di wilayah Sragen, tepatnya di desa Sragen kulon masih sangat akrab dengan
tradisi Cembrengan atau upacara cembrengan bisa disebut juga upacara temanten tebu.
Cembrengan di Pabrik gula Mojo Sragen, rutin digelar untuk mengawali musim giling
tebu setiap tahunnya yang jatuh dibulan April atau Mei. Tradisi yang dilaksanakan oleh
pabrik gula Mojo yang disebut dengan cembrengan itu dilaksanakan setiap tahun
menjelang musim giling, yang diikuti dengan berbagai macam pertunjukan-pertunjukan
untuk meramikan upacara tersebut. Tradisi ini berlangsung secara turun temurun, tradisi
ini mempunyai tujuan tujuan untuk meminta keselamatan dan hasil gula yang baik.
Lambat laun tradisi ini mengalami perkembangan, upacara manten tebu ini sekarang
bukan sekedar ritual pekerja dan petani tebu, namun telah menjadi pesta rakyat karena
setiap malamnya terdapat pasar malam disekitar pabrik gula Mojo yang selalu digelar
selama beberapa minggu dan menampilkan berbagai pergelaran kesenian rakyat.
Kesenian tradisional dan modern banyak dipertunjukkan dalam cembrengan, namun ada
keunikan yang tampak dalam upacara Cembrengan ini. Tradisi ini digelar sebagai wujud
rasa syukur atas melimpahnya panen serta memohon keselamatan pada Tuhan saat
musim giling tebu berlangsung. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini
akan memfokuskan masalah yang berkaitan dengan ”Upacara Mantenan Tebu Pada
Tradisi Cembengan Di pabrik Mojo”.
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul “Upacara mantenan tebu pada tradisi Cembrengan di
pabrik Mojo” mengambil lokasi di Pabrik Gula Mojo, kabupaten Sragen.
B. Metode penelitian
1. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitin tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis.
2. Penelitian Survei
Metode survei adalah metode yang sering digunakan untuk memperoleh informasi
dalambentuk opini atau pendapat dari orang-orang yang berhubungan langsumg
dengan apa yang diamati. Tujuan utama dari penelitian jenis ini adalah untuk
mengetahui gambaran umum dari populasi melalui sampel beberapa orang.
Metode survei memiliki 3 karakter utama, yaitu:
- Informasi yang diperoleh dari kelompok besar yang dikumpulkan
- Informasi diperoleh melaluipengajuan pertanyaan kepada orang yang telah
ditunjuk sebagai sampel
- Informasi yang didapat biasanya dari sampel, bukan populasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada subjek penelitian.
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan pabrik gula, ada satu tradisi dipabrik gula guna mengawali
proses giling tebu untuk menjadi gula. Prosesi ini disebut dengan “temanten tebu”
dan “cembrengan”. Pengertian umum cembrengan berarti keramaian yang terjadi
didalam dan disekitar pabrik gula dalam rangka selamatan giling. Ada pihak yang
mengatakan bahwa kemungkinan cembreng berasal dari bahasa Tinghoa Cing bing
yang berarti ziarah kemakam leluhur, kemudian berubah menjadi Ceng Beng dan
berkembang menjadi Cembrengan untuk menunjukan peristiwa ziarah dengan segala
kegiatan yang terjadi pada acara menjelang giling. Sampai saat ini prosesi upacara
cembrengan masih dilakukan sebagai tanda awal musim giling tebu setiap April-Mei,
prosesi Cembrengan di pabrik gula Mojo diawali dengan pemilihan temanten tebu
yang terdiri dari tebu temanten pria dan tebu temanten wanita. Dua pasang tebu ini
nantinya akan diberi nama yang disesuaikan dengan pengharapan yang baik.
Upacara tradisi Cembrengan berasal dari frase dalam bahasa Cina yaitu Chin
Bing yang bearti berziarah sebelum melaksanakan tugas, tradisi ini kemudian
mengikutkan warga lokal yng juga bekerja di pabrik hingga kemudian terjadi
akulturasi budaya. Karena tidak terbiasa dengan sebutan Chin Bing maka warga lokal
lebih mudah mengejanya dengan Chin-Bing-an hinggga menjadi Cembrengan.
Upacara Tradisi Cembrengan dapat disebut sebagai akulturasi antara kebudayaan
Jawa dengan kebudayaan Tionghoa, tradisi upacara cembrengan muncul untuk
mengawali musim giling tebu dn sebelum tebu pertama dimasukan dalam mesin
penggiling. Sebelum memulai musim giling tebu biasanya para pekerja pabrik
melakukan upacara Cembrengan, sebagai suatu bentuk rasa syukur atas hasil panen,
dan merupakan doa agar proses giling tebu dapat berjalan lancar, dan hasilnya dapat
memenuhi target.
Mantenan antara tebu ini hanya sebuah simbolisasi, dimana tebu pilihan dari
hasil petani rakyat dan dari pabrik untuk dipertemukan dalam sebuah upacara tradisi
cembrengan, hal ini adalah bagian dari do’a dan harapan atas kerjasama dan hasil
panen yang baik yang telah berlangsung sejak pabrik ini berdiri.
Sebelum memulai segala prosesi tersebut hal yang pertama kali dilakukan
adalah ziarah ke makam Mbah Pateh dan Mbah Kradah yang bertujuan agar arwah
atau roh roh leluhur sekitar pabrik dapat tenang dan tidak mengganggu dalam proses
penggilingan tebu yang akan dilaksanakan. Upacara selamatan giling diselenggarakan
secara meriah layaknya suatu perhelatan. Agar lebih menarik, upacra selamatan
dikemas seperti upacara pernikahan. Karena yang mempunyai hajad pabrik gula,
maka pasangn temanten secara simbolis berwujud sepasang tebu yang kemudian lebih
dikenal dengan “Tebu Temanten”. Ijab dinyatakan selesai setelah tebu temanten
dimasukkan bersama-sama dengan tebu pengiring distasiun gilingan.
KESIMPULAN
Sebelum memulai musim giling tebu biasanya para pekerja pabrik melakukan
upacara Cembrengan, sebagai suatu rasa syukur atas hasil panen, dan merupakan doa
agar proses giling tebu dapat berjaln lancar, dan hasilnya dapat memenuhi target.
Upacara Mantenan tebu pada Cembrengan tidak mengalami perubahan yang banyak
dan masih menjga nilai luhur warisan nenek moyang, terdapat suatu kepercayaan
dalam diri masyarakat Jawa bahwa suatu tatanan leluhur, akan membawa masyarakat
tersebut kepada kabaikan dan apa bila dilanggar atau ditinggalkan akan membawa
suatu mala petaka. Maka upacara cembrengan menjadi sarana selamatan sebelum
memulai musim giling tebu, yang dipercayai akan menjauhkan malapetaka selama
musim giling tebu berlangsung. Penggunaan berbagai sesaji dapat melambangkan
beberapa hal, seperti sebagai bentuk rasa syukur, sebgai sarana penolak bala dan
sebagai perwujudan do’a kepada leluhur.
Abrori, fajar. 2017. Cembengan, Ritual Kuno Arakan Kepala Kerbau di Pabrik Gula.
https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/2936185/cembengan-ritual-kuno-arakan-
kepala-kerbau-di-pabrik-gula. Diakses pada 10 April 2019.
Pramono, AA. 2009. Makna Simbol Ritual Cembengan di Muadukismo kabupaten Bantul.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uin-
suka.ac.id/3298/1/BAB%2520I
%252CV.pdf&ved=2ahUKEwjNjNf8vaXiAhXC4XMBHW0SAhsQFjABegQIARAB&usg=AO
vVaw3ws36m_ET_cijwUNr8eDSJ. Diakses pada 18 Mei 2019