Anda di halaman 1dari 11

101

PERGESERAN TRADISI PATANNG PULOAN DI DESA TONGKO


KECAMATAN BAROKO KABUPATEN ENREKANG

Oleh:
TAUFIK
Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar
FIRMAN UMAR
Dosen FIS Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui pelaksanaan tradisi


patang puloan di Desa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. (2) untuk
mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi Patang puloan
(3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pergeseran
tradisi patang puloan. Penelitian ini adalah penelitian ex post facto dan yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Desa Tongko
Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang sebanyak 3012 jiwa. Sedangkan jumlah
sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik sampling pertimbangan
(purposive sampling) yaitu dengan jumlah sampel dalam pelaksanaan penelitian
ini menggunakan 30 sampel diantaranya 5 orang tokoh adat, 5 orang tokoh agama,
15 orang masyarakat dan 5 orang dari pemerintah setempat. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi, analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriftif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: (1). Pelaksanaan tradisi Patang puloan merupakan puncak acara dalam
rangkaian acara/ritual upacara kematian di Desa Tongko yang dimulai dari acara
sangbonginna (malam pertama) yang terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu kegiatan
siang dan kegiatan malam, mangbongi tallu (malam ketiga), mangbongi pitu
(malam ketujuh), dan mangpatang puloan (malam keempat puluh) yang terdiri
dari dua tahapan acara, pertama adalah mangpepellao ( menurunkan ), kedua
adalah manggere tedong ( menyembelih kerbau). (2). Nilai-nilai yang terkandung
dalam tradisi patang puloan: a. Nilai kebersamaan dan rasa solidaritas. b.
Memupuk kerja sama dalam bentuk gotong royong. c. Nilai Kepercayaan (3).
Faktor yang mempengaruhi pergeseran Tradisi Patang puloan: a. Faktor
Perkembangan zaman (Globalisasi). b. Faktor pendidikan. c. Faktor ekonomi. d.
Faktor Agama (Kepercayaan). Disarankan kepada masyarakat agar menjaga nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi patang puloan sebagai
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, meskipun terjadi perkembangan zaman
(Globalisasi), pendidikan dan agama (kepercayaan) yang sangat berpengaruh
terhadap masyarakat untuk melakukan perubahan.

KATA KUNCI: Pergeseran, Tradisi Patang puloan.

101
102

PENDAHULUAN dengan perkembangan masyarakat dan


prinsip Negara Kesatuan Republik
Tradisi merupakan satu kata yang tidak Indonesia, yang diatur dalam undang-
dapat dipisahkan dari sebuah bangsa, termasuk undang”.
bangsa Indonesia yang merupakan negara
majemuk dengan multiculture terbesar di dunia. Pasal tersebut telah membuktikan bahwa
Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang dasar yuridis berlakunya hukum adat di Indonesia
terbentang dari Sabang sampai Merauke, di mana ada, dan diakui oleh pemerintah. Dasar yuridis
setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda- tersebutlah yang dapat menjelaskan berlakunya
beda. hukum adat secara sah di Indonesia. Hukum adat
Beragamnya kebudayaan tersebut adalah hukum yang harus diperjuangkan karena
bukanlah merupakan suatu perbedaan melainkan merupakan hukum tertua yang telah dimiliki
menjadi suatu kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia dan juga karena Indonesia merupakan
Indonesia. Hal ini ditandai dengan lahirnya bangsa yang sangat kaya dengan keanekaragaman
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya suku, ras, agama, dan budaya, sehingga dengan
adalah “walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu”. hukum adat, maka segala kepentingan dalam
Maksudnya adalah dalam perbedaan tersebut, suatu masyarakat adat dapat diayomi olehnya,
masyarakat Indonesia hidup berdampingan dan untuk Indonesia yang lebih baik.
dengan damai dalam lingkup Negara Kesatuan Sehubungan dengan itu, dalam hal
Republik Indonesia. kematian juga diatur dalam hukum adat. Pada
Hukum adat merupakan sebuah aturan setiap daerah (wilayah adat) memiliki tradisi
kebiasaan manusia dalam hidup bermasyarakat tertentu baik dalam pelaksanaan upacara maupun
sejak manusia itu diturunkan ke muka bumi, kenduri kematian. Seperti pada masyarakat Duri
hukum adat adalah hukum asli dari sebuah kabupaten Enrekang terdapat sebuah tradisi
bangsa. Sumbernya adalah peraturan-peraturan Patang Puloan.
hukum tidak tertulis yang tumbuh dan Pada masyarakat Duri, tradisi Patang
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran Puloan merupakan sebuah tradisi yang
hukum masyarakatnya. Sementara adat sering dilaksanakan pada hari ke 40 terhitung mulai dari
dipandang sebagai sebuah tradisi sehingga hari pertama meninggalnya seseorang. Tujuannya
terkesan sangat lokal dan ketinggalan zaman. Hal adalah untuk mendoakan yang meninggal dengan
ini dapat dimaklumi karena hukum adat adalah harapan agar mendapatkan ampunan, keselamatan
suatu aturan tanpa adanya sanksi riil (hukuman) serta tempat yang layak di sisi Allah SWT.
di dalam masyarakat kecuali menyangkut soal Pada pelaksanaan tradisi Patang Puloan
dosa adat yang erat berkaitan dengan soal-soal ini, terdapat syarat-syarat tersendiri, seperti
pantangan untuk dilakukan. hewan-hewan yang akan disembelih maupun cara
Di zaman modern, setelah Indonesia atau prsoses pelaksanaannya. Pada prinsipnya,
memasuki era reformasi, ketentuan yang pelaksanaan tradisi ini tidak hanya bertujuan
mengatur mengenai hukum adat lebih jelas dasar kepada yang meninggal, akan tetapi di sisi lain
yuridisnya. Setelah amandemen kedua UUD juga untuk mempererat kembali ikatan
1945, tepatnya pada Pasal 18B ayat (2), hukum persaudaraan. Serta sebagai sarana untuk
adat dihargai dan diakui oleh Negara, Pasal mengetahui silsilah garis keturunan keluarga yang
tersebut berbunyi: lain.
“Negara mengakui dan menghormati Namun pada perkembangannya, tradisi
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum Patang Puloan ini telah mengalami pergeseran.
adat beserta hak-hak tradisionalnya Perkembangan zaman mampu mempengaruhi
sepanjang masih hidup dan sesuai masyarakat untuk terus melakukan perubahan
103

pola pikir kearah yamg lebih modern. Sehingga serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua
ilmu pengetahun yang berkembang baik dari segi perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman
pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. dan tindakan individual menjadi milik bersama
Khususnya agama Islam, masyarakat yang mulai dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya.
mencari ilmu pengetahuan tentang agama Islam, Begitulah tradisi dilahirkan. Fungsi tradisi itu
kemudian didukung oleh masuk dan sendiri, yaitu sebagai berikut:
berkembangnya organisasi keagamaan yang a. Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah
banyak memberikan pengetahuan yang lebih kebijakan turun temurun. Tempatnya di dalam
mendetail tentang agama islam, sehingga kesadaran, keyakinan, norma dan nilai yang
masyarakat suku Duri lebih mudah untuk kita anut serta di dalam benda yang diciptakan
menerima ajaran Islam yang baru. di masa lalu. Tradisi pun menyediakan
Pola pikir yang telah berubah tersebut fragmen warisan historis yang kita pandang
mampu membawa masyarakat Duri untuk sedikit bermanfaat.
demi sedikit meninggalkan tradisi-tradisi adat. b. Memberikan legitimasi terhadap pandangan
Adapun yang masih memegang teguh warisan- hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang
warisan kebudayaan, semakin terkucil sudah ada. Semuanya ini memerlukan
keberadaannya di tengah-tengah pola pikir pembenaran agar dapat mengikat anggotanya.
masyarakat lain yang sudah semakin c. Menyediakan simbol identitas kolektif yang
berkembang. meyakinkan, memperkuat loyalitas primordial
terhadap bangsa, komunitas dan kelompok.
TINJAUAN PUSTAKA d. Membantu menyediakan tempat pelarian dari
keluhan, ketidakpuasan dan kekecewaan
Tradisi dalam bahasa latin yaitu “ kehidupan modern.
tradition ” yang berarti diteruskan atau kebiasaan, Dalam kehidupan, kebudayaan dan
dalam pengertian yang paling sederhana ialah masyarakat merupakan dua hal yang tak dapat
sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan dipisahkan dan selamanya merupakan
menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok dwitunggal. Masyarakat adalah orang yang hidup
masyarakat. bersama yang menghasilkan kebudayaan, dengan
Hal yang paling mendasar dari tradisi demikian tidak ada masyarakat yang tidak
ialah adanya informasi yang diteruskan dari mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada
generasi ke generasi, baik tertulis maupun tidak kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
tertulis (lisan). Karena tanpa adanya hal ini maka pendukungnya.
tradisi dapat punah, dalam pengertian lain tradisi Segala sesuatu yang terdapat dalam
adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan
temurun dan masih dijalankan dimasyarakat. yang dimiliki masyarakat itu, sehingga
Tradisi lahir melalui dua cara. Cara kebudayaan yang turun-temurun dari generasi-
pertama, muncul dari bawah melalui mekanisme kegenerasi harus tetap hidup, walaupun orang-
kemunculan secara spontan dan tak diharapkan orang yang menjadi anggota masyarakat
serta melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
alasan, individu tertentu menemukan warisan kelahiran. Kebudayaan setiap bangsa atau
historis yang menarik. Perhatian, ketakziman, masyarakat terdiri dari unsur-unsur kecil yang
kecintaan, dan kekaguman yang kemudian merupakan bagian dari suatu kebulatan yang
disebarkan melalui berbagai cara, mempengaruhi bersifat sebagai kesatuan. Menurut Melville J.
rakyat banyak. Sikap takzim dan kagum itu Herskovits membagi empat unsur-unsur pokok
berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, kebudayaan sebagai berikut:
penelitian, dan pemugaran peninggalan purbakala 1. Alat-alat teknologi.
104

2. Sistem ekonomi. tidak selalu baik baginya. manusia dan


3. Keluarga. masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di
4. Kekuasaan politik. bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-
Sedangkan menurut Bronislaw kebutuhan masyarakat tersebut, sebagian besar
Malinowski menyebutkan unsur-unsur pokok dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
kebudayaan sebagai berikut: masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar
1. System norma yang memungkinkan karena kemampuan manusia adalah terbatas,
kerja sama antara para anggota dengan demikian kemampuan kebudayaan yang
masyarakat di dalam upaya menguasai merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di
alam sekelilingnya. dalam memenuhi segala kebutuhannya.
2. Organisasi ekonomi. Dalam tindakan-tindakannya untuk
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada
pendidikan, perlu diingat bahwa taraf permulaan, manusia bersikap menyerah
keluarga merupakan lembaga dan semata-mata bertindak di dalam batas untuk
pendidikan yang utama. melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak
4. Organisasi kekuatan. dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang
Bebarapa macam unsur-unsur hingga kini masih rendah taraf kebudayaannya.
kebudayaan untuk kepentingan ilmiah dan Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di
analisisnya diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pedalam daerah Jambi, masih bersikap menyerah
pokok atau besar kebudayaan, lazim disebut terhadap lingkungan alamnya, Rata-rata mereka
(Cultural Universals). Istilah ini menunjukkan itu masih merupakan masyarakat yang belum
bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal mempunyai tempat tinggal tetap, hal mana
yaitu dapat dijumpai di manapun di dunia ini. disebabkan karena persediaan bahan pangan
Ada tujuh unsur kebudayaan yang semata-mata tergantung dari lingkungan alam.
dianggap sebagai (cultural universals), Yaitu: Taraf teknologi mereka belum mencapai
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia tingkatan dimana kepada manusia diberikan
(pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, kemungkinan-kemungkinan untuk memanfaatkan
senjata, alat-alat produksi, transport dan dan menguasai lingkungan alamnya.
sebagainya). Kebudayaan mengatur agar manusia
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem mengerti bagimana seharusnya bertindak,
ekonomi (pertanian, peternakan, sistem berbuat, menentukan sikap kalau mereka
produksi, sistem distribusi dan sebagainya). berhubungan dengan orang lain. Apabila manusia
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, hidup sendiri, maka tak ada manusia lain yang
organisasi politik, sistem hukum, sistem merasa terganggu oleh tindakan-tindakannya.
perkawinan). Akan tetapi setiap orang, bagaimanapun
4. Bahasa (lisan maupun tertulis). hidupnya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan
5. Kesenian (seni rupa, seni suara dan seni bagi dirinya sendiri. Kebiasaaan merupakan suatu
gerak). perilaku pribadi. Pribadi berarti bahwa kebiasaan
6. Sistem pengetahuan. seseorang itu berbeda dari kebiasaan orang akan
7. Religi (sistem kepercayaan) membentuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sendiri.
sangat besar bagi manusia Dan masyarakat. Kebiasaan yang dijadikan kebiasaan
Bermacam kekuatan yang harus dihadapi yang teratur oleh seseorang, kemudian dijadikan
masyarakat dan anggota-anggotanya seperti dasar bagi hubungan antara orang-orang tertentu,
kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan sehingga tingkah-laku atau tindakan masing-
lainnya di dalam masyarakat itu sendiri yang masing dapat diatur dan itu semuanya
105

menimbulkan norma atau kaidah. Kaidah yang perilaku organisasi, susunan lembaga
timbul dalam masyarakat sesuai dengan kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
kebutuhannya pada suatu saat, umumnya masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi
dinamakan adat-istiadat. sosial dan lain sebagainya.
Adat istiadat berbada pada suatu tempat Untuk mempelajari perubahan
dengan adat istiadat yang ada di tempat lain, masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang
begitu pula adat-istiadat berbeda pada suatu melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti
tempat menurut waktunya. Adat-istiadat yang lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan
mempunyai akibat hukum bernama hukum adat. masyarakat, mungkin saja karena ada faktor baru
Namun adat-istiadat juga mempunyai akibatnya yang lebih memuaskan masyarakat sebagai
apabila dilanggar oleh anggota masyarakat pengganti faktor yang lama itu. Mungkin juga
dimana adat-istiadat tersebut berlaku. Misalnya masyarakat mengadakan perubahan karena
adat-istiadat dikalangan masyarakat tertentu, adat terpaksa demi untuk menyesuaikan suatu faktor
menetapkan bahwa keluarga prialah yang harus dengan faktor-faktor yang lain yang sudah
melakukan pememinangan terhadap seorang mengalami perubahan terlebih dahulu.
gadis. Adat-istiadat tersebut bersifat tidak tertulis Pada umumnya faktor-faktor tersebut
dan dipelihara secara turun-temurun. dapat bersumber dari dalam masyarakat itu
Disamping adat-istiadat ada kaidah- sendiri dan ada juga yang bersumber dari luar,
kaidah yang dinamakan peraturan (Hukum), yang faktor-faktor yang bersumber dalam masyarakat
biasanya dibuat dan mempunyai sanksi tegas. itu sendiri , antara lain adalah:
Peraturan bertujuan membawa suatu keserasian 1. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
dan memperlakukan hal-hal yang bersangkut paut 2. Penemuan-penemuan baru.
dengan keadaan lahiriah maupun batiniah Apabila ditelaah lebih lanjut perihal
manusia. penemuan-penemuan baru, maka ada beberapa
Peraturan (Hukum) dibuat oleh Negara faktor pendorong yang dipunyai masyarakat bagi
atau badan-badan Negara yang diberi wewenang individu pendorong tersebut adalah:
seperti MPR, DPR, Pemerintah dan lain 1. Kesadaran individu–individu akan
sebagainya. Peraturan-peraturan (hukum) yang kekurangan dalam kebudayaan.
tertulis sifatnya seringkali terlampau kaku dan 2. Kualitas ahli-ahli dalam suatu
biasanya kurang dapat mengikuti kepesatan kebudayaan.
perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan 3. Perangsang bagi aktivitas-aktivitas
masyarakat. penciptaan dalam masyarakat.
Di dalam setiap masyarakat ada yang 3. Pertentangan (conflict).
dinamakan pola-pola perilaku atau patterns of 4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi.
behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara faktor-faktor perubahan sosial dan
masyarakat bertindak dan berkelakuan yang sama kebudayaan dapat pula bersumber dari luar
dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat masyarakat itu sendiri, antara lain:
tersebut. Setiap tindakan dalam masyarakat selalu 1. Lingkungan dan alam fisik yang ada di sekitar
mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi, manusia.
kecuali terpengaruh oleh tindakan bersama tadi, 2. Peperangan.
maka pola-pola perilaku masyarakat sangat 3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat. Faktor-faktor yang mendorong jalannya
Setiap masyarakat manusia selama proses perubahan.
hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, a. Kontak dengan kebudayaan lain.
perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada b. Sistem pendidikan formal yang maju.
nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola
106

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan merupakan cerminan dari kepribadian
keinginan-keinginan untuk maju. masyarakatnya sehingga sebagian besar
d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang masyarakat adat masih mempertahankan
menyimpang. kebudayaan bahkan terus dijaga kelestariannya,
e. Sistem terbuka lapisan masyarakat (open namun tidak sedikit juga masyarakat yang
stratification). perlahan-lahan mulai meninggalkan tradisi yang
f. Penduduk yang heterogen. sudah ada kemudian digunakan dengan kebiasaan
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang- baru yang lebih modern.
bidang kehidupan tertentu. Salah satunya adalah tradisi patang
h. Orientasi ke masa depan. puloan yang ada pada masyarakat duri Desa
i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang,
berikhtiar untuk memperbaiki kehidupan. tradisi ini dikenal sebagai sebuah tradisi untuk
1. Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya memperingati 40 hari kematian seseorang dengan
perubahan. tujuan untuk mendoakan agar mendapatkan
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. ampunan dan keselamatan.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
terlambat. METODE PENELITIAN
c. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
d. Adanya kepentingan-kepentingan yang Variabel yang akan dikaji dalam
tertanam dengan kuat atau vested interest. penelitian ini adalah variable Tunggal yaitu
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada “Pergeseran tradisi patang puloan di Desa
integrasi kebudayaan. Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten
f. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing Enrekang”. Model dan Desain penelitian ini
atau sikap yang tertutup. menggunakan model ex post facto karena peneliti
g. Hambatan-hambatan yang bersifat idiologis. tidak melakukan tindakan terhadap variabel,
h. Adat atu kebiasaan tetapi hanya meneliti hal-hal yang sudah terjadi
pergeseran yang terjadi dalam isi konsep sebelumnya. Dan desainnya pun dirancang secara
kebudayaan ialah kini kebudayaan dipandang Deskriptif Kualitatif di karenakan penelitian ini
sebagai sesuatu yang lebih dinamis, bukan hanya membutuhkan beberapa informan yang
sesuatu yang kaku atau statis. Dulu kebudayaan desainnya dirancang untuk menggambarkan
diartikan sebagai sebuah kata benda namun kini masalah Pergeseran tradisi patang puloan di Desa
lebih dari sebuah kata kerja, kebudayaan bukan Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang.
lagi pertama-tama sebuah koleksi barang-barang Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang
kebudayaan, seperti misalnya karya-karya penelitian ini maka perlu dikemukakan defenisi
kesenian, buku-buku, alat-alat, apalagi jumlah operasionalnya. Variable penjelasan yang
museum, dan lain sebagainya, kini kebudayaan dimaksud ialah:
terutama dihubungkan dengan kegiatan manusia  Pergeseran tradisi adalah terjadinya sebuah
yang yang membuat alat-alat dan senjata-senjata, perubahan terhadap kebiasaan yang dilakukan
dengan tata upacara tari-tarian dan mantera- oleh masyarakat di Desa Tongko Kecamatan
mantera yang menentramkan roh jahat.Tradisi- Baroko Kabupaten Enrekang yaitu peringatan
tradisi yang ada pada suatu daerah merupakan 40 hari kematian.
suatu kekayaan tersendiri yang mempunyai nilai-  Patang puloan atau dalam bahasa Indonesia
nilai tersendiri pula, nilai-nilai inilah yang diartikan sebagai peringatan 40 hari kematian,
kemudian menjadi pegangan atau pedoman hidup hal ini dilakukan untuk mendoakan orang
suatu masyarakatnya dari dulu hingga kini. Nilai- yang meninggal tersebut agar mendapatkan
nilai yang terkandung dalam hukum adat tempat yang layak disisi Tuhan, perhitungan
107

40 hari ini terhitung dimulai dari Acara sangbonginna (Malam pertama).


meninggalnya seseorang. Ada dua kegiatan pertama kegiatan Siang. pada
Dalam suatu penelitian sosial, siang hari terlebih dahulu dilangsungkan acara
keberadaan populasi merupakan sesuatu yang pemakaman si mayat, dalam acara ini Keluarga,
mutlak sebagai sumber informasi dalam kerabat dekat maupun kerabat jauh, juga
memperoleh data guna menjawab masalah masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah meninggal berbondong-bondong datang melayat,
jumlah keseluruhan masyarakat di Desa Tongko pelayat yang hadir biasanya membawa sadekka
Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang adalah (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan)
3012. Dalam karya ilmiah ini tehnik penarikan berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus
sampelnya menggunakan Purposive Sampling mayat, selain itu ada juga yang membawa passolo
yang merupakan tehnik penentuan sampel dengan atau amplop berisi uang. Pada acara pemakaman
pertimbangan subjektivitas dari pelaksanaanya ini yang perlu dipersiapkan adalah ayam
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya pada kampung, kambing serta kue-kue tradisional,
pengumpulan informasi dipilih orang, informan Selanjutnya ayam dan kambing yang telah
atau responden yang dianggap paling tahu. Dalam dipersiapkan tersebut terlebih dahulu diolah dan
pelaksanaan penelitian ini peneliti akan dimasak, sesudah dimasak kemudian dibacakan
menggunakan 30 sampel dari masyarakat Desa doa oleh seorang Guru, Guru disini adalah yang
Tongko Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang memimpin dalam semua ritual-ritual yang di
yaitu 5 orang perwakilan dari tokoh adat, 5 orang lakukan. Namun sebelum dibacakan doa, semua
perwakilan tokoh agama, 5 perwakilan dari unsur urusan terhadap si mayat semuanya harus sudah
pemerintahan, dan 15 orang dari masyarakat yang terlaksana, setelah semua sudah dilaksanakan
ada di Desa Tongko Kecamatan Baroko sesajen yang telah dibacakan doa oleh Guru
Kabupaten Enrekang. dibagi-bagikan kepada seluruh keluarga yang
Teknik pengumpulan data yang hadir, Kegiatan ini dilaksanakan di rumah
digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang meninggal. Dengan dibagi-baginya
Wawancara dan dokumentasi. Oleh karena itu sesajen tersebut menandakan berakhirnya
sasaran penelitian ini adalah dokumen dalam kegiatan siang yang dilaksanakan dan
bentuk arsip-arsip. Catatan-catatan resmi dan lain keluargapun harus mempersiapkan keperluan-
sebagainya. Untuk kepentingan analisis data hasil keperluan yang pada acara malam.
penelitian, digunakan analisis deskriftif kualitatif Maksud dan tujuan dari
terutama dalam menggambarkan tentang dilaksanakannya kegiatan siang pada acara
Pergeseran tradisi Patang puloan di Desa Tongko sangbonginna adalah untuk pemakaman jenazah,
Kecamatan Baroko Kabupaten Enrekang. adapun orang-orang yang datang melayat adalah
untuk saling bersilaturahmi selain itu juga
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN merupakan salah satu bentuk rasa turut berduka
cita atas meninggalnya salah satu anggota
Patang puloan merupakan acara yang keluarga, sedangkan hewan-hewan yang dipotong
terpenting dalam rangkaian acara/ritual upacara pada kegiatan ini dimaksudkan sebagai sedekah
kematian di Desa Tongko. Tahapan acara dari keluarga dan orang yang meninggal.
biasanya dimulai dari acara sangbonginna Makna Pada pelaksanakan acara
(malam pertama), acara Mangbongi tallu (malam pemakaman pada kegiatan siang hari merupakan
ketiga), acara mangbongi pitu (malam ketujuh), salah satu bentuk penghormatan terhadap orang
dan acara mangpatang puloan (malam keempat yang telah meninggal dunia. Adapun orang-orang
puluh). yang datang melayat bermakna bahwa ikatan
kekeluargaan diantara mereka masih etrjalin
108

dengan baik. Sedangkan hewan-hewan yang sesajen dimaksudkan sebagai bentuk sedekah dari
dipotong agar si mayat mendapatkan keselamatan orang yang meninggal. Sedangkan Makna yang
selain itu agar keluarga, kerabat serta orang-orang terkandung pada acara Mangbongi tallu adalah
yang ditinggalkan mendapatkan perlindungan dan bahwa hubungan silaturahmi antara keluarga
pertolongan. dengan irang yang telah meninggal harus tetap
Yang kedua adalah Kegiatan Malam terjalin dengan dilaksanakannya acara ini.
Setelah acara penguburan selesai pada siang Acara mangbongi pitu (malam ketujuh)
harinya, pada malam harinya dilaksanakanlah Pada acara mangbongi pitu di laksanakan pada
acara sangbonginna, acara ini juga biasa disebut siang dan malam hari, yang dilaksanakan pada
ma’randuk bongi, pada acara ini biasanya pihak siang hari adalah memotong satu ayam kampung
keluarga terdekat menyampaikan ucapan terima dan satu telur rebus. Kegiatan ini hanya diikuti
kasih kepada pelayat sekaligus dilakukan oleh keluarga. Dan pada malam harinya disiapkan
pembacaan doa-doa secara bergantian oleh kambing dan ayam kampung kegiatan ini dihadiri
keluarga dan para pelayat yang datang. Pada oleh keluarga, kerabat serta masyarakat sekitar,
Acara sangbonginna sesajen yang disiapkan setelah sesajen siap Guru pun mendoakannya
hanya ayam kampung dan telur rebus (tallo kemudian dibagikan kepada orang yang hadir
manuk) sesajen ini dibacakan doa oleh Guru pada acara ini. Acara bongi pitu atau
kemudian dibagikan kepada keluarga memperingati 7 hari meninggalnya seseorang
secukupnya. dilaksanakan dengan maksud dan tujuan sebagai
Maksud dan tujuan dari penghormatan terhadap orang yang meninggal
dilaksanakannya kegiatan malam atau Ma’randuk selain itu untuk mendoakan orang yang
bongi adalah salah satu bentuk ucapan terima meninggal, sesajen yang disiapkan dimaksudkan
kasih dari keluarga kepada semua orang yang sebagai sedekah. Makna yang ada pada acara
hadir atas bantuannya dalam prosesi pemakaman mangbongi pitu adalah bahwa untuk menghargai
selain itu untuk mendoakan orang yang dan mengenang jasa-jasa dari orang yang
meninggal. Sedangkan sesajen yang diadakan meninggal perlu diadakan penghormatan-
pada kegiatan ini adalah sebagai sedekah dari penghormatan melalui acara-acara yang
keluarga dan orang yang meninggal. Sedangkan dilakukan.
Makna yang terkandung dalam kegiatan ini Acara puncaknya adalah Patang Puloan
adalah penghormatan terhadap orang-orang yang (empat puluh hari ) yang terdiri dari dua tahapan
meninggal melalui pembacaan doa-doa agar acara yaitu: pertama Tahapan Mangpepellao
selalu mendapatkan pertolongan dan keselamatan. (Menurunkan) masyarakat mempercayai bahwa
Acara Mangbongi tallu (malam ketiga) Roh orang yang telah meninggal selama empat
pada acara ini keluarga mendatangi kuburan puluh hari terhitung sejak meninggalnya masih
untuk mendoakan orang yang meninggal, berada bersama-sama/berdiam di dalam rumah,
kegiatan ini disebut membaca kalakking, setelah sehingga pelaksanaan ritual ini bermaksud untuk
pembacaan kalakking selesai, keluarga pulang ke mangpepellao (menurunkan) roh tersebut dan
rumah untuk menyediakan sesajen yaitu kambing, mengantarkannya ketempat yang semestinya. Roh
ayam kampung dan telur rebus, sama seperti yang masih berada di dalam rumah akan
acara sangbonginna, sesajen-sesajen diolah dan dikeluarkan/diturunkan melalui penyelenggaraan
dimasak kemudian dibacakan doa oleh Guru ritual-ritual yang prosesnya hampir sama dengan
selanjutnya dibagikan kepada keluarga yang yang sebelum-sebelumnya. Pada ritual ini sesajen
hadir. yang disiapkan adalah kambing serta ayam
Acara bongi tallu dilaksanakan dengan kampung sebanyak mungkin, Keluarga juga
maksud dan tujuan keluarga berziarah dan wajib menyiapkan peralatan berupa piring dan
mendoakan orang yang meninggal sedangkan beberapa lembar pakaian. Ritual ini
109

dilangsungkan pada waktu dini hari sekitar jam tersebut dibagi-bagikan kepada yang hadir,
03.00 sampai selesai. Semua anggota keluarga kemudian dimakan secara bersama-sama.
berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi Maksud dan Tujuan dari diadakannya
sesajen, suasana semakin sakral manakala acara Manggere tedong dengan menyiapkan
kepulan asap dupa semakin tebal. Kemudian sesajen-sesajen adalah bentuk rasa syukur dari
mulailah sesajen tersebut dibacakan doa oleh anggota keluarga terhadap sang pencipta atas
Guru, Sesajen yang sudah didoakan kemudian segala rezeki yang diberikan sehingga seluruh
dibagikan kepada anggota keluarga yang hadir rangkaian dalam penyelenggaraan acara kematian
dan dimakan secara bersama-sama. dapat dilaksanakan. Ritual inipun bertujuan untuk
Maksud dan tujuan dari diadakannya menyambung tali persaudaraan antara tiap
acara Mangpepellao adalah untuk menurunkan anggota keluarga. Makna yang terkandung dalam
dan melepaskan roh orang yang meninggal dan acara ini adalah bahwa rezeki yang didapat adalah
mengantarnya ke alam yang semestinya (alam pemberian Tuhan maka perlu diadakan syukuran-
roh). Adapun sesajen yang dipersiapkan syukuran agar keluarga yang ditinggalkan
dimaksudkan sebagai bekal kepada roh yang akan mendapatkan kebahagiaan.
melanjutkan perjalanannya. Makna dari kegiatan Upacara tradisional adalah merupakan
Mangpepellao adalah bahwa kwluarga yang bahagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan,
ditinggalkan sudah mengikhlaskan kepergian dari tumbuh dan berkembang secara historis pada
salah satu anggota keluarganya dengan masyarakat pendukungnya, berfungsi
diadakannya acara mangpepellao. Adapun makna mengukuhkan norma-norma sosial dan nilai-nilai
dalam sesajen yang dipersiapkan adalah agar roh luhur . Salah satu upacara tradisional yang masih
selamat dalam perjalanannya yang akan dan terus dipertahankan oleh masyarakat
melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang pendukungnya adalah upacara kematian. Banyak
semestinya (alam roh). orang yang menganggap sepele terhadap upacara
Yang kedua adalah Tahapan Manggere kematian. Orang lebih tertarik memperhatikan
Tedong (Menyembelih kerbau). Dalam acara ini upacara daur hidup yang lain seperti upacara
siapapun boleh hadir, Tahapan ini dilaksanan perkawinan. Padahal apabila kita amati dengan
pada pagi harinya. Pada acara manggere tedong, seksama sebagai mana yang telah diungkapkan di
sesajen yang dipersiapkan adalah nasi ketan atas, upacara kematian juga megandung nilai-
(sokko’), serta kue-kue tradisional (baje’). nilai luhur yang pada akhirnya akan diwarisi oleh
Kemudian daging dari hasil sembelihan tersebut para penerus pendukung kebudayaan tersebut.
dibagi-bagikan kepada anggota yang terdiri dari Dalam pembahasan masalah yang kedua berikut
appa’ sulapa’ (empat sudut) baik yang hadir akan dijelaskan nilai-nilai yang terkandanung
maupun yang tidak hadir. Sisa daging yang telah dalam peneltian ini : Nilai sosial dan budaya
dibagikan, akan di masak semuanya diolah dalam pelaksanaan Tradisi Patang Puloan.
sesederhana mungkin, Memasuki waktu siang Kebersamaan Dan Rasa Solidaritas. Nilai
hari, semua menu makanan disiapkan kemudian kebersamaan tercermin dari berkumpulnya
diletakkan dalam sebuah wadah dari daun pisang sebagian besar anggota keluarga bersama
(tetuk) dan disusun dalam sebuah nampan. masyarakat sekitar dalam suatu tempat, duduk
Setelah semuanya siap, selanjutnya sang Guru dan berdo’a untuk tujuan yang sama. Adapun
pun mulai membacakan doa. Ritual ini dilakukan nilai solidaritas tercermin dari berkumpulnya
di tengah lapangan terbuka. Semua yang hadir anggota kerabat maupun warga setempat dalam
duduk membentuk lingkaran dan dengan khusyuk upacara tersebut, yang terdiri dari berbagai
mendengarkan doa yang dibacakan oleh sang lapisan sosial menandakan bahwa terjalinnya rasa
Guru. Setelah pembacaan doa selesai, makanan solidaritas diantara mereka.
110

Nilai Kerja Sama Dalam Bentuk Gotong perubahan-perubahan pada masyarakat. Dilihat
Royong dalam tradisi patang puloan Nampak dari tingkat pendidikan pada masyarakat sekarang
pada saat keluarga yang dibantu oleh warga kesadaran akan arti pentingnya pendidikan sudah
sekitar dalam mempersiapkan segala keperluan cukup tinggi, maka ini berdampak pula pada cara
dalam acara patang puloan Nilai Kepercayaan Di berfikir, sehingga dengan ilmu yang dimiliki
kalangan masyarakat yang masih memegang masyarakat mulai berfikir rasional terhadap
teguh tradisi patang puloan meyakini bahwa roh kebudayaan yang ada. Hal-hal yang tak rasional
orang yang sudah meninggal masih berada di atas mulai ditinggalkan.
rumah, dengan diselenggarakannya acara patang Faktor Ekonomi Banyaknya rangkaian
puloan ini adalah dengan maksud untuk acara/ritual yang dilakukan serta keperluan-
menurunkan dan mengantarkan roh itu ke alam keperluan yang menjadi syarat mutlak dalam
yang semestinya. penyelenggaraannya sedikit banyak dirasakan
Masyarakat erat kaitannya dengan oleh masyarakat terkadang sangat memberatkan.
perubahan. Dinamika di masyarakat terjadi di Pelaksanaan tradisi patang puloan membutuhkan
beberapa aspek, salah satunya adalah aspek dana yang cukup besar karena Banyaknya
budaya yang ada di masyarakat. Kebiasan- rangkaian acara/ritual yang dilakukan serta
kebiasaan atau tradisi-tradisi yang dianggap keperluan-keperluan yang menjadi syarat mutlak
sudah tidak sesuai lagi, maka akan perlahan-lahan dalam penyelenggaraannya.
bergeser. Seperti halnya pada tradisi Patang Faktor Agama (kepercayaan). masuk
Puloan di desa Tongko kecamatan Baroko dan berkembang pesatnya organisasi keagamaan
kabupaten Enrekang, yang semula tradisi ini dalam masyarakat yang mempunyai peranan
merupakan sebuah kewajiban bagi masyarakat untuk memberikan pemahaman yang lebih
untuk dilaksanakan apabila ada anggota keluarga kepada masyarakat. Di Indonesia, jauh sebelum
yang meninggal, kini perlahan-lahan mulai Islam masuk masyarakat sudah mengenal ajaran
bergeser. hindu dan budha. Jadi kebiasaan-kebiasaan
Pergesaran tradisi patang puloan ini masyarakat juga banyak dipengaruhi oleh ajaran-
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: ajaran agama terdahulu. Kemudian agama Islam
Faktor Perkembangan Zaman (Globalisasi). Jika masuk dan banyak merubah kebiasaan-kebiasaan
melihat perihal masyarakat kita, pergeseran nilai masyarakat yang dianggap bertentangan dengan
budaya memang wajar terjadi, Setidaknya ini ajaran Islam. Agama merupakan sebuah
terjadi karena efek dari modernisasi keyakinan, sedangkan budaya merupakan sebuah
perkembangan zaman. Terkadang juga nilai kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi
budaya yang telah lama dipegang menjadi sebuah tradisi. Kedua-duanya dijadikan pedoman
sedemikian mudah untuk dilepaskan. dan pegangan hidup oleh masyarakat. Jadi sudah
Itu dikarena terlalu kerasnya tarikan modernitas. sepantasnyalah jika agama dan budaya berjalan
Perkembangan zaman mempengaruhi pola pikir beriringan untuk membawa masyarakat menjadi
masyarakat untuk melakukan perubahan kearah lebih baik.
yang lebih modern akibatnya sebuah kebudayaan Pergeseran Tradisi Patang Puloan. dari
yang mereka miliki dianggap sudah sangat segi Jenisnya, Dulu masyarakat sangat memegang
tradisional dan ketinggalan zaman dan lambat teguh tradisi patang puloan ini bahkan merupakan
laun akan mereka ganti dengan budaya yang lebih sutau kewajiban yang harus dilakukan jika ada
modern. anggota keluarga yang meninggal sebagai bentuk
Faktor Pendidikan Pendidikan penghormatan kepada orang yang meninggal
masyarakat yang sudah maju sangat berpengaruh melalui acara tradisi patang puloan. Namun kini
dalam perubahan tradisi patang puloan. Sekolah masyarakat sudah acuh bahkan masyarakat
mempunyai peranan penting dalam melakukan seolah-olah menganggap bahwa tradisi Patang
111

Puloan tersebut sudah tabu untuk dilaksanakan DAFTAR PUSTAKA


sehingga mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Dari segi bentuknya, pergeseran tradisi patang Abdulsyani. 2002. Sosiologi Skematika,Teori,
puloan tergambar dari: Adanya pengurangan dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara.
kewajiban-kewajiban tertentu dan Adanya Abdurrahmat Fathoni. 2006. Antropologi Sosial
penggantian ritual. Dari segi Peralatan. Salah satu Budaya. Jakarta : Rineka Cipta.
yang merupakan kewajiban dalam tradisi patang Abu. Ahmadi. 1995. Ilmu Sosial Dasar.
puloan adalah peralatan seperti: ayam, kambing, Semarang : Rineka Cipta.
kerbau, telur, kue-kue tradisional, sokko ( nasi Herimanto & winarno. 2012. Ilmu sosial dan
ketan ), piring, pakaian. Dari segi peralatan Budaya dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
banyak meninggalkan unsur-unsur yang Imam Sudiyat. 1981. Hukum Adat. Yogyakarta :
merupakan suatu kewajiban seperti pada acara Liberty.
bongi pitu,kambing diganti dengan ayam yang Johanes Mardimin, 1994. Jangan Tangisi
jumlahnya diperbanyak, atau pada acara Patang Tradisi: Transformasi Budaya Menuju
puloan kerbau diganti dengan kambing. Masyarakat Indonesia. Yogyakarta.
Kanisius
PENUTUP
Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan
Berdasarkan uraian yang dikemukakan kebudayaan di Indonesia. Jakarta :
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Djambatan.
sebagai berikut: Lili Rasjidi. Ira Tania Rasjidi. 2002. Pengantar
1. Pelaksanaan tradisi patang puloan di Desa filsafat Hukum. Bandung : Mandar
Tongko Maju.
Patang puloan merupakan puncak acara dalam Nasikun. 2012. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta :
rangkaian acara/ritual upacara kematian. Rajagrafindo Persada.
Acara dimulai dari sangbonginna ( malam Natsir Sitonda. 2007. Toraja warisan dunia.
pertama ), mangbongi tallu ( malam ketiga ), Makassar : Refleksi.
mangbongi pitu ( malam ketujuh ), dan Nurani Soyomukti.2010. Pengantar
terakhir adalah mangpatang puloan ( malam Sosiologi.Yogyakarta : Ar Ruzz Media.
keempat puluh ) yang terdiri dari dua Piotr Sztompka. 2008. Sosiologi Perubahan
rangkaian acara, pertama adalah Sosial. Jakarta : Prenada.
mangpepellao ( menurunkan ) dan yang kedua Soerjono Soekanto. 2012. Hukum adat Indonesia.
adalah manggere tedong ( menyembelih Jakarta : Rajagrafindo Persada.
kerbau ). ________1990. Sosiologi sebagai Suatu
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi pengantar. Jakarta : Rajagrafindo
patang puloan yaitu: nilai kebersamaan dan Persada.
rasa solidaritas, nilai kerja sama dalam bentuk Van peursen. 1988. Strategi Kebudayaan.
gotong royong, dan nilai kepercayaan. Yogyakarta. Kanisius.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya UUD NRI 1945 pasal 18B Ayat 2
pergeseran Tradisi Patang puloan yaitu: Alfrida Buntulibu. 1999. Tinjauan mengenai
Faktor perkembangan zaman ( Globalisasi ), pergeseran nilai budaya dan aliran kepercayaan
Faktor pendidikan, Faktor ekonomi, Dan aluk todolo di kecamatan Sesean.
faktor agama ( kepercayaan ).

Anda mungkin juga menyukai