PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara multikultural tentunya juga memiliki keragaman
tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda. Setiap daerah di Indonesia, memiliki
cara bertindak serta kebiasaan yang berbeda pula tergantung pada apa yang
mereka anggap baik untuk kelangsungan kebudayaan mereka tersebut. Daerahdaerah ini notabenenya memiliki suatu pranata sosial tertentu dalam mengatur
setiap perilaku mereka dalam masyarakat.
Pranata sosial ini pada umumnya merupakan cara-cara tertentu dalam
mastarakat yang mengatur segala bentuk perilaku dan tindakan setiap individu
sebagai anggota masyarakat tersebut. Artinya bahwa ketika seseorang atau
individu memilih untuk menjadi anggota suatu masyarakat tertentu, berarti ia
secara langsung terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut
serta harus menaatinya.
Pada pengertian lebih lanjut, kebudayaan ataupun tradisi merupakan bagian
daripada pranata sosial. Ada hal-hal tertentu yang merupakan bagian daripada
tradisi masyarakat yang telah menjadi aturan-aturan yang mengikat perilaku dan
tindakan masyarakat. Tradisi ini dapat berupa aktivitas gotong royong masyarakat.
Daerah-daerah tertentu biasanya telah menjadikan gotong royong ini sebagai suatu
aturan dalam menciptakan masyarakat yang teratur dan terkendali. Apabila
aktivitas gotong royong tersebut dilanggar, maka ada sanksi-sanksi khusus yang
diberikan oleh kelompok masyarakat lain kepadanya.
itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki
penduduknya. tak heran bila Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan yang
dimiliki, sebab Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari
berbagai macam etnis atau lebih dikenal dengan negara multikultural, disamping
itu kekayaan budayanya pun di dorong oleh kondisi fisik negara Indonesia yang
berpulau-pulau, bahkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
Selain terkenal sebagai negara kepulauan, Indonesia pun terkenal dengan jumlah
penduduknya yang cukup padat urutan ketiga didunia.3
Kebudayaan yang terdiri dari pola-pola yang nyata maupun yang
tersembunyi mengarahkan perilaku yang dirumuskan dan dicatat oleh manusia
dan simbol-simbol yang menjadi pengarah yang tegas bagi kelompokkelompoknya. Kebudayaan itu sendiri merupakan kesatuan dari gagasan, simbolsimbol dan nilai yang mendasari hasil karya dan perlaku manusia. Perilaku
manusia yang berkembang pada suatu masyarakat yang dilakukan oleh manusia
secara terus menerus pada akhirnya menjadi sebuah tradisi.4
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki
penduduknya. tak heran bila Indonesia terkenal akan banyaknya kebudayaan yang
dimiliki, sebab Indonesia merupakan negara yang penduduknya terdiri dari
berbagai macam etnis atau lebih dikenal dengan negara multikultural, disamping
3 Koenjaraningrat dkk. 2014. Manusian Dan Kebudayaan di Indonesia. Penerbit:
Djambatan, Jakarta. hlm 239
4 Lihat Skipsi Jaenab, 2008, Trdisi Perang Ketupat, Sejarah Kebudayaan islam. Fakultas
Adab, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. hal 1
itu kekayaan budayanya pun di dorong oleh kondisi fisik negara Indonesia yang
berpulau-pulau, bahkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia.
Selain terkenal sebagai negara kepulauan, Indonesia pun terkenal dengan jumlah
penduduknya yang cukup padat urutan ketiga didunia.
Oleh karena wujud kebudayan melalui suatu proses dinamis yang terkait
antara berbagai istem ,maka khusus di indonesia ,menurut Bachtiar setidak
tidaknya bisa dikenal empat macam sistem budaya yang jelas berbeda satu sama
lain. Salah satu sistem budaya itu ,yakni sistem budaya kelompok etnik prbumi
yang masingmasing beranggapan
bahwa kebudayaan
mereka
diwariskan
kepada mereka secara turun-temurun dan sistem budaya ini yang disebut sistem
adat.
Budaya kelompok etnik itu ,misalnya budaya gorontalo .budaya kelompok
etnik yang disebutkan di atas ,menurut Bosch mengalami pengaruh india yang
kuat sehingga masi terasa akibatnya sampai sekarang.5
Sistem kekerabatan masyarakat Gorontalo yang beraneka ragam profesi
dan tingkat sosial tidak menjadi penghalang untuk tetap hidup dalam suasana
kekeluargaan. Dan itu menjadi salah satu hal utama mengapa masyarakat
Gorontalo selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi bentrok / konflik yang
berskala besar.
Sistem kemasyarakatan yang terus terpelihara dan berjalan dengan baik
hingga saat ini adalah hidup tergotong royong dan menyelesaikan segala
5 Ibid
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 .Tradisi
Tradisi adalah suatu kebiasan yang teraplikasikan secara terus-menerus
dengan berbagai simbol dan aturan kepada seluruh. Demikian juga di masyarakat
bengkulu terdapat berbagai tradisi yang teraplikasi di antara tradisi tabot. Upacara
ritual tabot sebagai seluruh produk kebudayaan, penomena budaya berbuka dua
justru menjadikan tabot sebagai lokal genius. Fenomena ini pula di yakini banyak
kalangan membuat ritual tabot mampu bertahan dengan benturan-benturan budaya
yang dihadapinya selama dua abad terakhir.
Apabila dilihat dari perspektif filsafat sejarah,suptansi budaya tabot itu m
eru simbolisasi dari seluru keprihatinan sosial. Dengan demikian, sebagai produk
budaya manusia secara tidak langsung lewat tahapan-tahapan propesi yang ada
itu, iya juga menyusun simbol-simbol solidaritas sosial atau merupakan
simbolisasi kearipan sosial.7
Hal ini dapat terlihat sebelum dan selama hari pelaksanaan upacara,
disejumlah kampung tempat keluarga tabot, mereka saling membantu dalam
mengerjakan bangunan tabot dalam suasana akrab. Bahkan, pada prosesi anakanak berusia 10-12 tahun ikut mengumpulkan dana untuk kepentingan ritual tabot,
orang-orang yang lewat pun menyumbang secara sukarela. Hal ini menunjukkan,
bahwa ritual tabot didukung oleh semua elemen masyarakat Bengkulu yang tidak
membedakan ras masyarakat. Bahkan, mayarakat non muslimpun juga
7 Budhisantoso, dkk. Sinopsis Upacara Tradisional Daerah Bengkulu (Upacara Tabot Di Daera
Bengkulu). Bengkulu.
berpartisipasi, karena mereka menyadari ritual tabot bukan hanya milik orang
muslim Bengkulu saja, melainkan semuanya merasa memiliki. Ritual tabot tabot
2010, etnis China menyumbangkan sebuah pertunjukkan warisan leluhur mereka
Barongsai (Harian Rakyat Bengkulu, Edisi Desember 2010).8
Hal ini dapat terlihat sebelum dan selama hari pelaksanaan upacara,
disejumlah kampung tempat keluarga tabot, mereka saling membantu dalam
mengerjakan bangunan tabot dalam suasana akrab. Bahkan, pada prosesi anakanak berusia 10-12 tahun ikut mengumpulkan dana untuk kepentingan ritual tabot,
orang-orang yang lewat pun menyumbang secara sukarela. Hal ini menunjukkan,
bahwa ritual tabot didukung oleh semua elemen masyarakat Bengkulu yang tidak
membedakan ras masyarakat. Bahkan, mayarakat non muslimpun juga
berpartisipasi, karena mereka menyadari ritual tabot bukan hanya milik orang
muslim Bengkulu saja, melainkan semuanya merasa memiliki. Ritual tabot tabot
2010, etnis China menyumbangkan sebuah pertunjukkan warisan leluhur mereka
Barongsai (Harian Rakyat Bengkulu, Edisi Desember 2010).9
Johanes Mardimin, menyatakan bahwa secara bersama-sama, dan bahkan
tidak jarang tradisi-tradisi itu berakhir menjadi suatu ajaran, jika ditinggalkan
akan mendatangkan bahaya. Teori Johanes Mardimin itu bahwa bagi masyarakat,
terutama generasi sebagai penerus tradisi warisan leluhur supaya dipelihara.
Menurut Tokoh masyarakat Minang H.M Yunus Said peragaan tabot dapat
mempererat kerukunan umat beragama, khususnya antar sesama keluarga tabot,
8 Ibid
9 Ibid
10
11
13 Ade Putra. Trunojoyo Madura 'Makna, Tradisi dan Simbol Dalam Upacara Roka.
12
perjanjian/ikrar,
dengan
inti
pengucapan
kalimat
syahadat,
melaksanakan rukun islam dan rukun iman secara utuh, sebagai seorang muslim,
mulai dari timbal kedewasaan. Sebagai kewajiban kaum perempuan muslim,
mulai dari timbul tanda kedewasaannya (HAIT ), untuk menata diri lahir dan
bathin, dengan pengetahuan pembersihan diri, dan penjagan kesucian dirinya
dalam kehidupannya. Jenjang perdatan dalam peristiwa/aspek kelahiran dan
keremajaan yang turun temurun diperlakukan oleh masyarakat suku gorontalo.
14 Farha Daulima dan Salmin Djakaria, 2008. Gerakan Patriotisme di Daerah Gorontalo,
MbuI Bungale, Propinsi Gorontalo. Hlm 22.
13
14
berikut:
Timbuwale (sereh) yang biasa dan yang harum, batang dan daunnya dilumat.
Totapo Talanggilala (kulit kayu telur) yang ditumbuk kasar.
Humopoto (kencur), daun serta dagingnya ditumbuk kasar.
Tapulapunga (daun sembung), daun, batang dan akarnya ditumbuk kasar.
Linggopoto (lengkuas), daun serta daginngnya ditumbuk kasar.
Dungomeme yang harum (daun dadap),
Daging buah pala daun cengkih.
c) Kamar kecil/bagunan kecil, yang berukuran 1x2 meter, tanpa jendela,
pintunya tertutup, dan disebut Huwali/Beleya Polungudelo. d) Bada`a atau bedak
1)
2)
3)
4)
15
usus
16
nilainya).
1 piring berisi daun puring (polohungo).
1 piring berisi Bakohati lo umonu (kotak kecil yang berisi
17
kuning).
1 baki berisi tangkai Bulewe.
1 baki berisi 7 buah bakohati lo umonu.
1 baki berisi 7 potongan tebu (patodu).
15 Daulima, Farha. 2008. Tata Cara Mome`ati dan Mohatamu. Galeri Budaya Daerah.
Gorontalo.
18
menjalankan fungsinya dengan baik. Seturut teori ini masyarakat terdiri dari
berbagai elemen atau insitusi. Elemen-elemen ini antara lain adalah ekonomi,
politik, hukum, agama, pendidikan, keluarga, budaya, adat istiadat, dan lainlain.16
Fungsinalisme struktural menurut Merton ada 3 asumsi atau postulat yaitu
pertama, ke satuan fungsional masyarakat merupakan suatu keadaan di mana
seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat ke selarasan
atau eksistensi internal yang memadai, tanpa menhasilkan konflik yang
berkepanjangan yang tidak dapat di atasi atau di atur. Ke dua, postulat
fungsionalisme universal postulat ini mengaggap bahwa seluruh bentuk sosial dan
kebudayaan yang sudah baku memilki fungsi-fungsi positif. Ke tiga, postulat
indispensability bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek
material, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memilki sejumlah
tugas yang harus di jalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat di
pisahkan dalam kegiatan sistem sebagai ke seluruhan.
Menurut teori struktural fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem
memiliki struktur yang terdiri atas banyak lembaga. Masing-masing memiliki
fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi dengan kompleksitas yang berbedabeda ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern maupun primitif.
Misalnya lembaga sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-nilai yang ada
generasi baru. Lembaga keluarga berfungsi menjaga ke langsungan perkembangan
jumlah penduduk.
16 Theodorson, 1967:67
19
Kemudian fungsional struktural menurut Talcott Parsons yaitu ada tiga fase
yang pertama, terdiri dari tahap-tahap perkembangannya atas teori vountaristik
dari tindakan sosial. Ke dua, yaitu pembebasan dari kekangan teori tindakan sosial
yang mengarah struktural fungsional ke dalam pengembangan suatu teori tindakan
yang lebih umum yang berisikan konsep-konsep sistem dan kebutuhan-kebutuhan
sistem yang sangat penting. Dan yang ke tiga adalah mengenai model sibernetika
dari sistem-sistem sosial (Hamilton, 1990). 17
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
17 Hamilton, 1990
20
Dalam penelitian
ini
Bualemo
21
22
23
Observasi
Observasi
atau
pengamatan
merupakan
suatu
tehnik
atau
cara
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk tehnik pengumpulan data yang
banyak digunakan dalam penelitian kualitatif deskriptif.
3.6.3
Dokumenter
Dokumenter
merupakan
suatu
tehnik
pengumpulan
data
dengan
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1
25
26
rangka
peningkatan
partisipasi
atas
swadaya
masyarakat
untuk
2
3
Dusun II
131 KK
215 Orang
210 Orang
Dusun III
106 KK
190 Orang
194 Orang
Jumlah
402 KK
650 Orang
669 Orang
Jumlah Total
1.319 Orang
Sumber Data : Profil Desa tahun 2014
Dari tabel di atas dapat diketahui keadaan penduduk desa Bualemo
berdasarkan jumlah penduduk menurut jumlah kepala keluarga (KK), dan jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah penduduk laki-laki dan jumlah
penduduk perempuan. Selain itu data pada table di atas selain untuk mengetahui
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui juga jumlah dusun
yang ada di desa bualemo yaitu Dusun I. Dusun II dan Dusun III dengan jumlah
KK terbanyak terdapat di Dusun I dan yang memilki jumlah penduduk terendah
terdapat di Dusun III.
4.1.3.2 Keadaan Pendidikan
Keadaan pendidikan di Bualemo di Kabupaten Banggai hingga saat ini
menujukan kemajuan meskipun tidak sama halnya dengan desa-desa lain, yakni
trobosan pendidikan yang sudah merata. Setelah di lakukan pendataan keadaan
pendidikan oleh pemerintah setempat, masyarakat bualemo dari sekolah dasar,
SMA/Sederajat dan sampai perguruan tinggi, telah terlaksana.
Tabel 2
Keadaan Pendidikan Desa Bualemo
TINGKAT PENDIDIKAN
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK
Usia 3-6 tahun yang Sedang TK/Play group
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah
Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat
Tamat SD/Sederajat
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP
Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTA
28
LAKI-LAKI
- Orang
16 Orang
- Orang
122 Orang
- Orang
- Orang
- Orang
- Orang
- Orang
PEREMPUA
N
- Orang
36 Orang
- Orang
115 Orang
- Orang
- Orang
- Orang
- Orang
- Orang
29
kegiatan
bercocok
tanam
misalanya
masayakat
bualemo
30
Bualemo yang bekerja di sektor pertanian memiliki jumlah terbanyak dan yang
bekerja sebagai sektaor perikanan terdapat tingkatan kedua sedangkan yang
bekerja di pedagang terdapat pada urutan ketiga.
4.1.3.4 Keadaan Penduduk Menurut Agama
Di Desa Bualemo kecamatan Bualemo kabupaten Banggai.
memiliki dua agama yaitu agama Islam dan agama Kristen. Di Desa
Bualemo juga memiliki tempat ibadah (mesjid), namun tempat ibadah
untuk yang beragama Kristen belum tersedia. Sehingga mereka penganut
agama Kristen masih melaksanakan ibadah di desa lain yang tidak jauh
dari desa Bualemo yaitu desa Transmalik.
Tabel 4
Keadaan Penduduk Menurut Agama
AGAMA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Islam
646 Orang
663 Orang
Kristen
4 Orang
6 Orang
Jumlah
650 Orang
669 Orang
Jumlah Total
1.319 Orang
Sumber Data : profil Desa Bualemo Kecamatan Bualemo Tahun 2014
Dari data tabel 5 di atas dapat di ketahui bahwa di Desa Bualemo
memiliki dua agama yaitu agama Islam dan agama Kristen. Di Desa
Bualemo juga memiliki tempat ibadah (mesjid), namun tempat ibadah
untuk yang beragama Kristen belum tersedia. Sehingga mereka penganut
agama Kristen masih melaksanakan ibadah di desa lain yang tidak jauh
dari desa Bualemo yaitu desa Transmalik.
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
31
32
Artinya:
Kami masyarakat Bualemo kebiasaan turun-temurun memang masih ada
acara pembeatannya. Kebiasaan ini memang sudah ada sejak masyarakat etnik
Gorontalo berada di Bualemo, hanya saja upacara pembeatan sudah tidak
lengkap lagi. seperti mandi lemon, menginjakkan piring diatas piring. Alasannya
pada saat anak-anak mereka disini sudah nifas pertama mereka akan dimandikan
oleh dukun beranak. Dan pada saat itu juga mereka langsung diadakan acara
pembeatan. Tapi acara pembeatan hanya sederhana, mereka hanya diperintah
untuk mengambil air wudhukemudian dipakaikan baju adat saja. Adapun
masyarakat Bualemo sudah tidak melaksanakan kebiasaan ini alasannya masalah
biaya.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Bualemo kebiasaan ini sudah dilakukan oleh masyarakat Bualemo sejak
masyarakat etnik Gorontalo berada di Bualemo. Kebiasaan atau tradisi ini sudah
berlangsung secara terus menerus sampai sekarang. Namun, sebagian masyarakat
masih ada yang tidak melakukan pembeatan, dikarenakan kurangnya biaya.
4.2.2 Adat Istiadat
Adat istiadat yang hidup dalam masyarakat ada hubungannya dengan
tradisi rakyat yang merupakan pokok dari pada hukum adat. Berbicara tentang
adat istiadat. Adapun beberapa adat istiadat yang dikemukakan oleh ketua adat
berikut ini.
33
34
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi atau adat
istiadat berupa pembeatan di Bualemo dilakukan dengan mengadakan acara yakni
pesta yang melibatkan beberapa tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat
yang ada di desa Bualemo. Proses pembeatan etnik gorontalo di bualemo yaitu
melibatkan ketua adat. Dalam hal ini, anak yang akan di beat pertama-tama
melakukan mandi bersih, yang airnya sudah di campur berbagai macam bunga
yang wangi, tujuh bambu yg berisi uang logam, dan bunga. Setelah melakukan
mandi bersih anak yang akan di beat diharuskan berwudhu untuk proses
selanjutnya.
Setelah melakukan mandi bersih dan berwudu, anak yang akan di beat di
persiapkan untuk menggunakan pakaian adat yang telah disediakan oleh tokoh
adat, dan selanjutnya anak yang akan di beat di tuntun ke tempat yang telah
dipersiapkan untuk pembeatan. Dalam proses ini, imam atau tokoh agama yang
telah bertugas untuk melakukan pembeatan pada anak sudah bersiap diri di tempat
pembeatan untuk membimbing atau membina anak yang akan di beat.
Adat istiadat etnik Gorontalo yakni pembeatan ini, diadakan oleh setiap
keluarga, jika anak-anaknya sudah remaja dan akil baliqh (haid untuk
perempuan), dan bagi laki-laki telah di khitan. Pelaksanaan pembeatan ini, hanya
dilakukan oleh masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo. Sedangkan
untuk masyarakat etnik lain tidak melakukan acara pembeatan seperti yang telah
dilakukan oleh masyarakat etnik Gorontalo.
4.2.3 Sistem Kepercayaan
35
Artinya:
Kepercayaan orangtua jika anak-anak mereka belum nifas maka masih
tanggung jawab orangtua, setelah mereka nifas kewajiban orangtua harus
melaksanakan pembeatan. Jika semua itu terlaksana maka orangtua sudah bisa
melepas tanggung jawabnya. Pada dasarnya proses pembeatan hanya ada pada
masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo karena kami masih
melakkan kebiasaan ini secara turun-temurun. Mereka yang di luar etnik
Gorontalo sudah tidak melakukan kebiasaan ini, anak-anak mereka hanya di
mandi bersihkan saja kemudian sudah tidak dilaksanakn pembeatan.
36
sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk karena mereka
sudah diajarkan melalui upacara pembeatan. Tingkah laku kami memang sudah
menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari hal ini dibuktikan sampai saat
ini hubungan kami dengan masyarakat etnik lain masih baik-baik saja tanpa ada
masalah. Walaupun berbeda kepercayaan namun kami saling menghargai.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa saat melakukan
proses pembeatan, tingkah laku masyarakat Bualemo yaitu bahagia, bersyukur
pada Allah SWT, dan menata hidup karena sudah remaja atau akil baliq. Tingkah
laku ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari oleh masyarakat etnik Gorontalo di
Bualemo. Karena telah terbukti bahwa hubungan masyarakat etnik Gorontalo dan
etnik lain yang ada di Bualemo selalu akur dan saling menghargai segala adat
istiadat di Bualemo.
4.2.5 Norma-Norma
Dalam setiap upacara pasti memiliki norma-norma yang sudah ditetapkan.
Adapun norma-norma yang terkandung pada proses pembeatan etnik Gorontalo di
Bualemo akan diungkapkan oleh ketua adat di Bualemo lewat wawancara berikut.
Dalam proses pembeatan memang so ada depe norma-norma, normanorma disini ada norma kesopanan, norma agama, dan norma adat-istiadat.
Kalau norma-norma itu di langgar torang percaya torang mo dapat dosa dan
torang akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Memang norma-norma ini so
jadi torang pe landasan hidup. Masyarakat etnik lain juga biar beda dengan
torang tapi dorang tetap ada depe norma-norma masing-masing.
Artinya:
38
Dalam proses pembeatan memang sudah ada norma-norma, normanorma tersebut ada norma kesopanan, norma agama, dan norma adat-istiadat.
Jika norma-norma itu tidak dilaksanakan kami percaya kami akan mendapatkan
dosa dan akan dikucilkan oleh masyarakat setempat. Memang norma-norma ini
sudah menjadi landasan hidup kami. Masyarakat etnik lain meskipun mempunyai
perbedaan dengan kehidupan kami tapi mereka memilki norma-norma yang
masing-masing.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkam bahwa norma norma
yang terkandung dalam proses pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo terdapat
beberapa norma yaitu norma agama, norma kesopanan, norma adat. Masyarakat
Bualemo masih melakukan norma tersebut. Apabila norma-norma tersebut
dilanggar akan mendapat bencana atau hukuman dari allah, akibatnya akan di
kucilkan oleh masyarakat banyak.
4.2.6 Sikap dan Kepercayaan
Sikap dan kepercayaan dalam setiap etnik memang berbeda namun itu
tidak menjadi masalah untuk kita saling bersosialisasi antar etnik, seperti yang
diungkapkan oleh ketua adat etnik Gorontalo di Bualemo dalam wawancara
berikut.
Torang pe sikap masyarakat Bualemo pada umumnya so di tanamkan
sikap saling menghargai antar sesama, bagitu juga dengan masyarakat etnik lain
sikap saling menghargai sangat menonjol pa dorang pe diri masing-masing biar
torang itu beda etnik tapi torang tidak saling baku jatuh atau mo bahina
kepercayaan masing-masing.
39
Artinya:
Sikap kami selaku masyarakat Bualemo pada umumnya sudah
diterapkan sikap saling menghargai antar sesama, begitu juga dengan
masyarakat etnik lain sikap untuk saling menghargai sangat terlihat dalam diri
mereka masing-masing walaupun memiliki perbedaan tapi kami tidak saling
menjatuhkan atau menghina kepercayaan masing-masing.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya
sikap masyarakat etnik Gorontalo di Bualemo sikap untuk saling menghargai
antar sesama memang sudah menjadi kebiasaan mereka, meskipun kepercayaan
mereka berbeda dengan etnik lain namun tetap saling menghargai tanpa harus
saling menjatuhkan satu sama lain. Begitupun dengan etnik lain, mereka tidak
menghina atau menjathkan apa yang sudah menjadi kepercayaan etnik Gorontalo
yang ada di Bualemo.
4.2.7 Waktu upacara
Waktu upacara dalam proses upacara pembeatan memang sangat penting
dalam menentukan bik buruknya acara tersebut, dan wakru upacara harus pada
hari, tanggal dann bulan yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh ketua adat
etnik Gorontalo di Bualemo dalam wawancara berikut.
Biasanya torang pe waktu upacara beat itu di beken pada siang hari,
memang kalau acara beat itu tidak sembarangan mo di bikin depe hari. Disitu
torang harus musyawarah dengan orang-orang tua karna dorang yang lebe tau
hari-hari apa yang gaga mo ba beken akan.
40
Artinya:
Biasanya waktu upacara pembeatan disini dilaksanakan pada siang
hari, benar adanya jika melaksanakan acara pembeatan tidak sembarangan
untuk menentukan hari pelaksanaanya. Kami harus musyawarah dengan orangorang tua karena mereka yang lebih tau hari apa yang baik untuk melaksanakan
upacara pembeatan.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa waktu upacara
pembeatan masyarakat etnik Gorontalo di Bualemo dilaksanakan pada waktu
siang hari. Pelaksanaan upacara pembeatan harus dilaksanakan pada waktu-waktu
yang khusus yang memang hanya bagus untuk dilakukan upacara pembeatan di
rencanakan. Orang tua yang mempunyai anak gadis, mereka percaya bahwa anakanak masih dalam tanggung jawab orang tua, dan percaya bahwa anak-anaknya
sudah masuk ajaran agama islam. Proses pembeatan seperti ini hanya terdapat
pada masyarakat etnik Gorontalo saja.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana gambaran
tentang pelaksanan upacara pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo kabupaten
Banggai.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diatas, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perbedaan pelaksanan upacara pembeatan etnik Gorontalo di Bualemo
kabupaten Banggai dilihat dari beberapa indikator. Bahwa pada dasarnya
masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo masih melakukan
42
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penetian dan keterbatasan peneletian yang telah
diuraikan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada masyarakat etnik Gorontalo yang berada di Bualemo diharapkan
agar tetap mempertahankan yang sudah menjadi kebiasaan yaitu tetap
melaksanakan upacara pembeatan.
2. Kepada masyarakat etnik Gorontalo dan diluar etnik Gorontalo sikap
untuk saling menghargai antar sesama manusia meskipun berbeda
kepercayaan diharapkan agar tetap selalu terjaga dengan baik.
43