Anda di halaman 1dari 14

PERAN MASYARAKAT DALAM MELESTARIKAN BUDAYA MATTOJANG DI

DESA KATTEONG KABUPATEN PINRANG

Dwi Ayu Wulandari1


Dalilul Falihin.,S.Ag M.Si (Pembimbing 1)
Muhammad Zulfadli.,SH.,M.Hum (Pembimbing 2)
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar.
Email: Dwiayuwulandari2015ips13@gmail.com

Abstrak

Dwi Ayu Wulandari, 2018. Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Budaya Mattojang Di Desa
Katteong Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang. Skripsi Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar. (Dibimbing oleh Dalilul
Falihin.,S.Ag M.Si dan Muhammad Zulfadli.,SH.,M.Hum).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Gambaran budaya Mattojang pada


masyarakat Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang. 2) Gambaran nilai-nilai
sosial yang terkandung dalam budaya Mattojang pada masyarakat Desa Katteong Kecamatan
Mattirosompe Kabupaten Pinrang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu
proses pengumpulan data secara intensif dan sistematis guna memperoleh informasi dan
pengetahuan. Maka dalam penelitian ini peneliti mengamati dan berinteraksi dengan masyarakat
yang berada di Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang dengan wawancara
dan mengkaji dokumentasinya.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa: 1) Gambaran budaya Mattojang di
Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang sudah sangat baik seperti
memanjatkan doa agar manusia senantiasa menjaga alam dan isinya, seluruh usaha manusia
untuk menjaga alam diberkahi dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan memohon
keselamatan agar dapat terhindar dari segala bencana alam 2) Gambaran nilai-nilai sosial yang
terkandung dalam budaya Mattojang pada masyarakat Desa Katteong Kecamatan
Mattirosompe Kabupaten Pinrang pada dasarnya bernilai positif dan sangat baik pengaruhnya
bagi kelangsungan hidup bermasyarakat seperti nilai gotong royong, tolong menolong.

Kata Kunci:Peran Masyarakat, Melestarikan Budaya Mattojang

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar. Email:
Dwiayuwulandari2015ips13@gmail.com
1. PENDAHULUAN Budaya daerah memiliki sejarah
panjang dan memiliki kearifan dan
Indonesia terdiri atas berbagai suku keunggulannya masing-masing.Pada dirinya
bangsa dan kebudayaan yang hidup terbesar di masing-masing, budaya itu mengandung
sekitar 17.000 gagasan pulau, mulai dari kota unsur-unsur yang oleh para founding
Sabang di sebelah Barat, sampai ke kota fatherskita disarikan dalam pancasila.
Merauke di sebelah Timur Irian Jaya. Budaya-budaya daerah yang secara sadar
Berbagai suku bangsa tersebut terdapat dikemangkan dalam suasana keterbukaan,
beragam kebudayaan dan adat istiadat akan dinamis dan mampu mencari
masing-masing daerah memiliki ciri khas pengungkapan sesuai dengan lingkungan yang
masing-masing yang tidak dapat dikatakan berubah dan sekaligus menjadi penyumbang
lebih baik dari kebudayaan dan istiadat bagi pembentukan pola (sistem)
lainnya. kemasyarakatan di dalam masyarakat kita
Perbedaan suku bangsa merupakan yang amat majemuk dapat hidup bersama.
suatu realitas sosial budaya bangsa Indonesia, Globalisasi merupakan suatu proses
dan hal ini menunjukkan betapa eksisnya perubahan sosial yang menyebabkan
kesadaran primordial dalam kehidupan bangsa seseorang atau sekelompok orang maupun
Indonesia, disamping merupakan kondisi satu negara saling dihubungkandan saling
alamiah disyukuri dan dikagumi, tetapi juga membutuhkan. Kebudayaan merupakan
harus diwaspadai karena memiliki intensitas wujud abstrak dari segala macam ide dan
konflik yang cukup tinggi. gagasan manusia yang bermunculan didalam
Disebutkan dalam UUD 1945 Pasal 32 yang masyarakat yang memberi jiwa kepada
berbunyi bahwa: masyarakat itu sendiri baik dalam bentuk
maupun berupa system pengetahuan, nilai,
1.Negara memajukan kebudayaan pandangan hidup, kepercayan, persepsi, dan
nasional Indonesia di tengah peradaban etos kebudayaan.
dunia dengan menjamin kebebasan Menurut Peter L.Berge dalam Elly
masyarakat dalam memelihara dan M.Setiadi,dkk mengatakan:
mengembangkan nilai-nilai budayanya Manusia memiliki kemampuan daya
2.Negara menghormati dan memelihara antara lain akal, inteligensia, dan
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya intuisi.dengan kemampuan daya itulah
nasional2 manusiamenciptakan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia,
Masyarakat yang hidup di daerah namun manusia itu sendiri adalah
tertentu dengan memiliki kebudayaan dan produk kebudayaan.Dengan kata lain
ciri khas yang mampu membedakan kebudayaan ada karena ada manusia
masyarakat yang satu dengan masyarakat penciptanya dan manusia dapat hidup
yang lainnya. Dari adanya kebudayaan dan ditengah kebudayaan yang
ciri khas itulah muncul berbagai diciptakannya. Kebudayaan akan selalu
macam bahasa daerah yang dalam UU sebagai hidup manakala ada manusia sebagai
kekayaan budaya nasional. pendukungnya. 3
Kebudayaan tidak hanya masalah seni Sebagai mahluk budaya, Manusia
dan sastra. Pengertiannya amat luas dan berkemampuan untuk menciptakan sesuatu
beragam, tetapi esensinya dapat disimpulkan yang akan mereka jadikan suatu budaya dalam
sebagai sistem nilai, norma, gagasa, dan ide- lingkungannya sendiri. Khususnya di daerah
ide yang hidup dan dipergunakan oleh warga Kabupaten Pinrang mempunyai kebudayaan
untuk berinteraksi dengan lingkungannya, dan kebiasaan yang berbeda-beda meskipun
baik lingkungan fisik maupun social.

2 3
Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945 Elly M.Setiadi,dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya
pasal 32 Dasar. Jakarta: Pranamedia Group, hal.37
terdapat berbagai daerah disana.Seperti yang Tinjauan Pustaka
kita tahu bahwa di setiap daerah berbeda pula
kebiasaan masyarakatnya dan pola fikir 1. Pengertian Peran
masyarakatnya.Adapun usaha-usaha mereka Peran adalah bentuk dari perilaku
untuk membuat daerah mereka maju yang yang diharapkan dari sesesorang pada
paling beperan penting tentu saja adalah situasi sosial tertentu.Peran adalah
masyarakatnya. kombinasi posisi dan pengaruh seseorang
Kebudayaan di suatu daerah,tergantung melaksanakan hak dan kewajiban, berarti
bagaimana peran masyarakat dalam menjaga telah menjalankan suatu peran.kita selalu
dan mempertahankan keaslian budaya mereka menulis kata peran tetapi kadang kita sulit
dan tetap menerima modernisasi.
mengartikan dan definisi peran tersebut.
Sebagai salah satu Daerah yang masih
kental akan kebudayaannya yakni Adapun Menurut Soerjono Soekanto
Kebudayaan Mattojang yang berada di Desa “Peran yaitu merupakan aspek dinamis
Katteong, karena masih kental dan asli hal ini kedudukan (status), apabila seseorang
menjadikan kebudayaannya sebagai ciri khas melaksanakan hak dan kewajibannya
asli dari Desa ini. sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan”. 4 Setiap
Tujuan Penelitian orang mempunyai bermacam-macam
Berdasarkan beberapa pokok peran yang dijalankan dalam pergaulan
permasalahan yang telah dikemukakan hidupnya di masyarakat. Peran
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini menentukan apa yang diperbuat seseorang
adalah:
bagi masyarakat. Peran juga menentukan
1. Untuk mengetahui gambaran Kebudayaan
Mattojang di Desa Katteong Kecamatan kesempatan-kesempatan yang diberikan
Mattirosompe Kabupaten Pinrang. oleh masyarakat kepadanya.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai masyarakat
dalam upaya melestarikan Budaya 2. Pengertian Masyarakat
Mattojang di Desa Katteong Kecamatan Masyarakat adalah sebuah komunit
Mattirosompe Kabupaten Pinrang . as yang interdependen (saling tergantung
Manfaat Penelitian satu sama lain). Umumnya, istilah
1. Manfaat Teoritis masyarakat digunakan untuk mengacu
a) Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya sekelompok orang yang hidup bersama
dalam mengkaji masalah yang relevan. dalam satu komunitas yang teratur.
b) Sebagai bahan informasi kepada semua Masyarakat sebagai suatu kelompok
pihak tentang Budaya Mattojang di Desa manusia yang dibawah tekanan
Katteong Kecanatan Mattirosompe
serangkaian kebutuhan dan dibawah
Kabupaten Pinrang.
2. Manfaat Praktis pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal
a) Diharapkan dapat memberikan masukan dan tujuan tersatukan dan terlebur dalam
bagi pemerintah, khususnya dalam upaya suatu rangkaian kesatuan kehidupan.
pelestarian Budaya Mattojang ini. Adapun Pengertian Masyarakat
b) Dapat memperkaya khasana pengetahuan menurut Koentjaraningrat dalam Eko
kita, khususnya dalam pengkajian Handoyo yakni, “Masyarakat sebagai
kebudayaan. kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu system adat istiadat tertentu

4
Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: Raja Persada, hal.43
yang bersifat kontinu dan yang terikat Sebagai pengelompokan social, Faisal
oleh suatu rasa identitas bersama”.5 dalam Eko Handoyo menyebutkan tiga ciri
Mengenai pengertian masyarakat, yang menandai suatu masyarakat, yaitu:
Kusumahamidjojo dalam Eko Handoyo: 1. Pada masyarakat terdapat sekumpulan
Pertama, kelompok masyarakat individu yang jumlahnya cukup besar
yang berproses dalam yuridiksi 2. Individu-individu tersebut harus
Negara Republik Indonesia. Kedua, mempunyai hubungan yang melahirkan
tidak semua suka yang menghuni kerja sama di antara mereka minimal
Desa-desa di kepulauan Indonesia, satu tingkatan interaksi.
tetapi juga mereka yang dapat 3. Hubungan individu –individu sedikit
digolongkan kepada salah satu Suku banyak sifatnya harus permanen.
dan yang terutama hidup di kota- 4. Masyarakat haruslah dilihat sebagai
kota.Ketiga, mereka yang menjadi suatu system dari bagian-bagian yang
saling berhubungan satu sama lain.8
penghuni diwilayah RI untuk jangka
panjang dan menjalankan
kehidupannya berdasarkan prinsip 3. Budaya
organisatoris di Indonesia.Keempat, Menurut Keontjaraningrat dalam Elly
warga Negara Indonesia yang M.Setiadi yakni, “kebudayaan adalah
menjadi penghuni wilayah Negara keseluruhan system gagasan, milik diri
lain untuk jangka pendek.6 manusia dengan belajar”.9 wujud kebudayaan
Suatu masyarakat adalah pola tingkah berupa kebudayaan fisik merupakan total dari
laku yang menyangkut semua aspek hasil fisik perbuatan dan karya manusia dalam
kehidupan dalam batas kesatuan. Berdasarkan masyarakat, yang sifatnya paling kongkrit
dari defenisi diatas, maka ciri-ciri dari berupa benda-benda hasil budaya. Dan
masyarakat yakni: menurut Nasikun “Kebudayaan merupakan
1. Kelompok manusia yang disebut suatu system sosial yang pada dasarnya tidak
masyarakat memiliki suatu perasaan lain adalah suatu system daripada tindakan-
bersatu, bahkan sense of belonging tindakan.”10
yang relative sama sampai tingkat
kepentingan tertentu. Menurut Rafael Raga Maran, setiap
2. Kelompok manusia tersebut hidup dan kebudayaan mempunyai tujuh unsur
bekerja dalam suatu kerangka yang kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, symbol
sama untuk waktu yang lama. teknologi, bahasa dan kesenian. 11
3. Kelompok manusia tersebut Budaya pada dasarnya merupakan
menyelenggarakan hidupnya dalam nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi
suatu kerangka organisatoris yang antar individu. Nilai-nilai ini yang diakui
tumbuh dari kebiasaan atau kesepakatan secara langsung maupun tidak, seiring dengan
diam-diam. waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut.12
4. Kelompok manusia tersebut terdiri dari
kelompok-kelompok yang lebih kecil
baik kelompok dalam alur genealogis 8
Dr. Nasikun. 2015. Sistem Sosial Indonesia.
maupun dalam alur organisator.7 Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 13
9
ibid.p. 28
10
Nasikun. 2015. Sistem Sosial Indonesia.Jakarta:
Rajawali Pers, hal. 13
5 11
Eko Handoyo. 2015. Studi Masyarakat Rafael Raga Maran. 2007. Manusia Dan
Indonesia. Yogyakarta: Ombak, hal. 2 Kebudayaan. Jakarta: Rineka Cipta, hal. 38
6 12
ibid. p. 5-6 Rulli Nasrullah. 2012. Komunikasi Antar budaya.
7
ibid. p. 3 Jakarta: PrenaMedia Group, hal. 15
Budaya berupa gagasan-gagasan dan lingkungannya yang dianggap mampu
tindakan perilaku manusia, menghasilkan mengendalikan hidup manusia.
benda-benda kebudayaan fisiknya. Dan e. Persepsi
sebaliknya benda-benda kebudayaan manusia Suatu titik tolak pemikiran yang
dalam berprilaku maupun cara berprilakunya tersusun dari seperangkat kata-kata
serta cara berfikirnya. Sehingga sebagai yang digunakan untuk memahami
wujud kebudayaan, prilaku seorang individu kejadian.
atau kelompok akan memberinya identitas f. Etos Kebudayaan
diri. Dimana prilaku yang dilakukan oleh Etos sering diartikan sebagai watak
seorang individu merupakan suatu strategi khas 14
yang tersusun secara sadar, dalam artian
bahwa, prilaku yang ditampilkan oleh pelaku 4. Perubahan Sosial Budaya
berakar pada kesadaran individual dan prilaku Setiap masyarakat selama hidup pasti
yang dilakukan tersebut merupakan mengalami perubahan-perubahan, dapat
manifestasi dari sistem pengetahuan yang berupa perubahan yang tidak menarik dalam
dianutnya, serta motif-motif atau kepentingan- arti kurang mencolok. Adapun perubahan
kepentingan untuk terbangunnya suatu yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas,
tindakan yang diperoleh dari proses belajar. serta perubahan-perubahan yang lama dan
Proses sosialisasi bersangkutan dengan perubahan yang cepat.
proses belajar kebudayaan dengan proses Nursid Sumaatmadja menjelaskan
belajar kebudayaan dalam system social.13 dalam bukunya bahwa:
Perubahan sosial diartikan sebagai
Adapun Susbtansi Budaya menurut Elly variasi atau modifikasi dari suatu
M.Setiadi, yakni: kemajuan, pola atau bentuk sosial.
a. Sistem Pengetahuan Istilah yang komprehensif yang
System pengetahuan yang dimiliki menunjukkan hasil dari tiap gerakan
manusia sebagai mahluk social sosial. Perubahan sosial mungkin
merupakan suatu akumulasi dari merupakan suatu kemajuan atau
perjalanan hidupnya. kemunduran, bersifat tetap atau
b. Nilai sementara, terencana atau tidak
Nilai adalah sesuatu yang baik yang terencana, mungkin hanya satu arah
selalu diinginkan, dicita-citakan dan atau arahnya majemuk, mungkin
dianggap penting oleh seluruh menunjukkan sesuatu yang
manusia sebagai anggota masyarakat. menguntungkan atau merugikan, dan
c. Pandangan Hidup demikian seterusnya. Perubahan sosial
Pandangan hidup merupakan itu sifatnya umum dan terbuka, spontan
pedoman bagi suatu bangsa atau ataupun terencana. Oleh karena itu,
masyarakat dalam menjawab atau cepat atau lambat masyarakat selalu
mengatasi berbagai masalah yang mengalami perubahan sosial.15
dihadapinya mengandung konsep
nilai kehidupan yang dicita-citakan. Perubahan sosial tidak dapat
d. Kepercayaan dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal
Kepercayaan, manusia memiliki ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil
naluri untuk menghambakan diri dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan
kepada yang Mahatinggi, yaitu ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat
dimensi lain di luar diri dan yang mendukungnya dan tidak ada satupun

14
ibid. p. 32
15
Nursid Sumaatmadja. 2012. Manusia dalam
13
Abdurrahmat Fathoni. 2006. Antropologi Sosial Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup.
Budaya. Jakarta: Rineka Cipta. Hal, 25 Cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta, hal. 64
masyarakat yang tidak memiliki suatu (b) Perubahan secara cepat disebut
kebudayaan. revolusi. Dalam revolusi,
a. Hubungan antara Perubahan Sosial dan perubahan yang terjadi
Perubahan Kebudayaan direncanakan lebih dahulu maupun
Teori mengenai perubahan-perubahan tanpa rencana.
masyarakat sering mempersoalkan antara 2) Perubahan-perubahan yang
perubahan-perubahan sosial dan perubahan- pengaruhnya kecil dan perubahan-
perubahan kebudayaan. Perbedaan tersebut perubahan yang pengaruhnya besar
tergantung dari adanya perbedaan pengertian (a) Perubahan yang pengaruhnya kecil
tentang masyarakat dan kebudayaan. adalah perubahan pada unsur
Menurut Kingsley Davis dalam struktur sosial yang tidak bisa
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa: membawa pengaruh langsung atau
Perubahan sosial merupakan bagian pengaruh yang tidak berarti bagi
dari perubahan kebudayaan. Perubahan masyarakat.
dalam kebudayaan mencakup semua (b) Perubahan yang pengaruhnya
bagiannya yaitu kesenian, ilmu besar seperti proses industrialisasi
pengetahuan, teknologi, filsafat, dan pada masyarakat agraris.
seterusnya. Bahkan perubahan- 3) Perubahan yang dikehendaki dan
perubahan dalam bentuk serta aturan- perubahan yang tidak dikehendaki
aturan organisasi sosial.16 (a) Perubahan yang dikehendaki
adalah apabila seseorang mendapat
Ruang lingkup perubahan kebudayaan kepercayaan sebagai pemimpin.
lebih luas. Ada unsur-unsur kebudayaan yang (b) Perubahan sosial yang tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi dikehendaki merupakan perubahan
perubahan-perubahan dalam kebudayaan tidak yang terjadi tanpa dikehendaki
perlu memengaruhi sistem sosial. Seorang serta berlangsung dari jangkauan
sosiolog akan lebih memperhatikan perubahan pengawasan masyarakat dan dapat
kebudayaan yang bertitik tolak dan timbul menyebabkan timbulnya akibat
dari organisasi, serta memengaruhinya. yang tidak diinginkan.17
Pendapat tersebut dapat dikembalikan pada
pengertian sosiolog tersebut tentang c. Faktor-faktor yang menyebabkan
masyarakat dan kebudayaan. Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Perubahan sosial adalah perubahan
b. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan yang terjadi dalam masyarakat baik dalam
Kebudayaan segi norma maupun kebudayaan. Perubahan
Perubahan sosial budaya yang terjadi bisa terjadi karena keinginan untuk hidup dan
di dalam masyarakat sangat beragam. Secara lebih baik dan bisa juga secara terpaksa
umum, bentuk-bentuk perubahan sosial karena keadaan. Perubahan pasti akan selalu
budaya dapat dibedakan sebagai berikut: terjadi baik disadari maupun tidak.
1) Perubahan yang terjadi secara Berikut beberapa faktor penyebab
lambat dan perubahan yang terjadi perubahan sosial:
secara cepat Dilihat dari sebab yang bersumber dari
(a) Perubahan secara lambat disebut masyarakat itu sendiri: 1) bertambah
evolusi, pada evolusi perubahan atau berkurangnya penduduk, 2)
terjadi dengan sendirinya, tanpa penemuan-penemuan baru, 3)
suatu rencana atau kehendak pertentangan-pertentangan dalam
tertentu. masyarakat, 4) terjadinya
pemberontakan atau revolusi di dalam
16
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu
17
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 266 Ibid. p. 268-274
tubuh masyarakat itu sendiri. Sebab- leluhur mereka atau ritual-ritual kebudayaan
sebab yang berasal dari luar tertentu maka ia akan terkena penyakit
masyarakat: 1) sebab-sebab yang penyakit yang aneh.
berasal dari lingkungan fisik yang ada
disekitar manusia, 2) peperangan Dimulai dari pengobatan oleh Sanro
dengan Negara lain, 3) pengaruh atau dukun, pelaksanaan upacara adat, dan
kebudayaan masyarakat lain.18 syukuran. Setelah semua proses ini
berlangsung barulah orang sakit di Tojang.
d. Dampak Perubahan Sosial Tujuan dari Mattojang ini adalah untuk
Perubahan senantiasa mengandung membuang penyakit yang bersarang ditubuh
dampak negatif maupun positif. Untuk itu si penderita.Dengan mengayun-ayunkan tubuh
dalam merespon perubahan diperlukan di udara di harapkan penyakit tersebut terbang
kearifan dan pemahaman yang mendalam keluar dan tidak lagi kembali. Namun saat ini
mengenai nilai, arah program dan strategi Mattojang sebagai penyembuhan penyakit
yang sesuai dengan sifat dasar perubahan itu sudah tidak begitu diyakini lagi oleh
sendiri. masyarakat namun kini lebih meyakinkan
Mattojang sebagai ritual pesta rakyat atau
Menurut Nanang Martono: pesta panen

Teknologi pada hakikatnya diciptakan Menurut Gunawan dalam blog:


untuk memudahkan aktivitas manusia Lahirnya permainan kebudayaan
dalam memenuhi kebutuhannya. Mattojang tidak terlepas dari sebuah
Namun dalam kenyataannya, teknologi mitos yang kuat diyakini oleh
banyak disalahgunakan oleh manusia masyarakat bugis yang merupakan
itu sendiri. Di lain pihak dengan proses turunnya manusiapertama yaitu
semakin canggihnya teknologi, manusia Batara Guru (La Tola Pallipa pute’e)
menjadi tidak bebas dan menjadi dari Botting langi’ yang merupakan
tergantung dengan teknologi. Oleh nenek dari Sawerigading yang
karena itu, dapat dikatakan bahwa merupakan tokoh mitologi bugis .Untuk
teknologi (inovasi) banyak membawa melakukan permainan Mattojang atau
dampak bagi manusia sebagai berayun, dibutuhkan empat batang
pembuatnya. Dampak perubahan sering bambu besar (bambu betung) yang
dihadapkan pada sistem nilai, norma, tingginya kira-kira 10 meter.Setiap dua
dan sejumlah gagasan yang didukung batang bambu dipasang menyilang
oleh media-media komunikasi yang dengan mempertemukan kedua ujung
dapat mengubah sistem sosial, politik, bagian atasya.kemudian sebuah bambu
ekonomi, pendidikan maupun sistem yang panjangnya sekitar enam
budaya.19 meter dipasang melintang diatas
5. Konsep Mattojang bambu yang berdiri sebagai tempat
Mattojang bagi masyarakat tradisional penyanggah tali ayunan. Untuk
bugis merupakan pesta adat perayaan pesta pembuatan tiang ayunan ini, bisa juga
panen didalam daerah tersebut. Dulunya dengan menggunakan batang pinang
kebudayaan Mattojang merupakan rangkaian yang telah dipotong dengan ukuran
dari proses penyembuhan. Bagi masyarakat sama. Kemudian untuk tali ayunan
bugis, seseorang yang telah melupakan digunakan kulit kerbau yang telah
dikeringkan dan dianyam membentuk
18
tali. Namun saat ini pemakaian tali
Ibid. p. 275-282 ayunan sudah banyak yang
19
Nanang Martono. 2011. Sosiologi Perubahan
menggunakan rantai besi.Setelah tiang
Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan
Poskolonial. Cetakan Ke-1. Jakarta: Rajawali penyangga dan tali ayunan selesai,
Pers, hal. 23 langkah selanjutnya adalah membuat
Tudangeng atau dudukan. Tudangeng setelah kegiatan syukuran dilaksanakan maka
dibuat dari papan sebagai tempat duduk pada malam hari masyarakat akan berkumpul
orang yang akan diayun. Selanjutnya menyaksikan proses Tojang yang
dipasang Peppa yakni sebuah tali yang dilaksanakan oleh pemangku adat.
berfungsi sebagai alat penarik.Ketika 4. Mappadendang di iringi musik tradisional,
acara Mattojang dilangsungkan, pada saat proses tojang dilaksanakan kegiatan
seseorang yang ingin naik ke atas ini akan diiringi oleh beberapa masyarakat
tudangeng terlebih dahulu harus yang memainkan music khas tradisional
mengenakan baju bodo. Setelah itu mappadendang.Mattojang secara filosofis
barulah ia bisa di tojang. para dalam kepercayaan masyarakat Bugis
penonton yang hadir di tempat bermakna penenangan jiwa. Orang yang
penyelenggaraan acara juga dapat naik melakukan Mattojang akan tenang jiwanya
ke atas Tudangeng secara bergiliran seperti bayi yang tertidur diatas ayunan. Ia
untuk diayun. Peppa ditarik oleh dua akan merasa seperti tanpa beban melayang –
orang laki-laki atau perempuan untuk layang di udara.
mengayunkan orang yang duduk diatas
Tudangeng.”20 2. Metode Penelitian
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut pada kepercayaan masyarakat Jenis metode yang digunakan pada
Bugis, prosesi turunnya Batara Guru dari penelitian kebudayaan Mattojang adalah
negeri Khayangan yakni dengan kategori penelitian budaya dengan perolehan
menggunakan Tojang Pulaweng yang berarti data yang bersifat kualitatif deskriptif dengan
ayunan emas. Mitos ini pun kemudian menggunakan pendekatan fenomenologi
berkembang dan menjadi bagian dari prosesi dengan model telaah budaya menggunakan
adat. Sebagai salah satu cara untuk menjaga interaksionisme simbolik. Menurut Sugiyono:
kelestarian kepercayaan ini maka dibuatlah
permainan adat Mattojang yang kemudian Metode penelitian kualitatif adalah
berkembang menjadi permainan rakyat. metode penelitian yang berlandaskan
Adapun langkah-langkah yang pada filsafat postpositivisme,
dilakukan dalam pelaksanaan adat Mattojang : digunakan untuk meneliti pada kondisi
1. Pelaksanaan upacara adat, sebelum proses obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adat dilakukan terlebih dahulu masyarakat adalah eksperimen) dimana peneliti
melakukan musyawarah bersama untuk adalah sebagai instrumen kunci,
membahas mengenai kegiatan adat sekaligus pengambilan sampel sumber data
untuk mempererat tali sillaturahmi antar dilakukan secara purposive dan
masyarakat. snowbaal, teknik pengumpulan dengan
2. Syukuran, langkah berikutnya adalah triangulasi (gabungan), analisis data
masyarakat melaksanakan syukuran yang bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
dimana masyarakat akan saling berkumpul penelitian kualitatif lebih menekankan
bersama membuat makanan yang akan makna dari generalisasi.21
disajikan yang dinikmati bersama seluruh
masyarakat. Pada proses ini akan dipimpin Model telaah budaya yang
oleh ustad yang disepakati oleh masyarakat digunakan adalah interaksionisme
yang dilaksanakan pada siang hari. simbolik.Interaksionisme simbolik
3. Di Tojang, pada tahap ini masyarakat akan merupakan model penelitian budaya yang
membuat alat tojang dari batang pinang berusaha mengungkap realitas pelaku
20
Gunawan.Putra Sawitto. di
21
akses 27 September 2017. http://wargasawitto Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi
.blogspot.co .id/2013/06/ mattojang-tradisi- (Mixed Methods). Cetakan ke-8. Bandung:
permainan-masyarakat.html Alfabeta, hal.14
manusia.Falsafah dasar interaksionisme lain) terkait dalam penelitian ini, data ini
simbolik adalah fenomenologi.Namun dapat berupa catatan, buku, jurnal, skripsi
dibanding penelitian naturalistik dan yang dipublikasikan maupun yang tidak
etnografi yang juga memanfaatkan dipublikasikan.
fenomenologi, interaksionisme simbolik E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang
memiliki paradigma penelitian
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
tersendiri.Model ini pun mulai bergeser peneliti itu sendiri.Oleh karena itu, peneliti
dari awalnya, jika semula lebih sebagai instrumen juga harus “divalidasi”
mendasarkan pada interaksi kultural seberapa jauh peneliti kualitatif siap
antarpersonal, sekarang telah berhubungan melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
dengan aspek masyarakat dan kelompok. ke lapangan.

B. Lokasi Penelitian Menurut Nasution dalam Sugiyono:


Lokasi penelitian ini adalah di Desa
Katteong Kecamatan Mattirosompe Dalam penelitian kualitatif, tidak ada
Kabupaten Pinrang. Alasan penulis penelitian lain daripada menjadikan
mengambil lokasi tersebut karena Desa manusia sebagai instrumen penelitian
Katteong merupakan salah satu Desa yang utama. Alasannya ialah bahwa segala
mempunyai Kebudayaan yang berbeda dari sesuatunya belum mempunyai bentuk
tradisi yang biasanya ditemui di daerah lain yang pasti.Masalah fokus penelitian,
dan belum pernah ada yang melakukan prosedur penelitian, hipotesis yang
penelitian mengenai Kebudayaan Mattojang digunakan, bahkan hasil yang
pada masyarakat di Desa tersebut. diharapkan, itu semuanya tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas
C. Tahap - tahap Kegiatan Penelitian sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu
Adapun tahap-tahap yang di lakukan dikembangkan sepanjang penelitian itu.
dalam penelitian ini secara garis besar adalah Dalam keadaan yang serba tidak pasti
sebagai berikut: dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain
1. Tahap pra penelitian dan hanya peneliti itu sendiri sebagai
2. Tahap pelaksanaan penelitian alat satu-satunya yang dapat
3. Mengidentifikasi Data mencapainya.22

D. Sumber Data
Sumber data merupakan obyek dari F. Prosedur Pengumpulan Data
mana data diperoleh.Sumber data utama Prosedur pengumpulan data merupakan
dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, langkah yang paling utama dalam penelitian,
tindakan, selebihnya adalah data tambahan karena tujuan utama dari penelitian adalah
berupa dokumen dan lain-lain. Dalam mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
penelitian kualitatif data hasil penelitian pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
diperoleh melalui dua sumber data, yaitu: mendapatkan data yang memenuhi standar
1. Data Primer data yang ditetapkan.Adapun penjelasannya
Data primer dapat diperoleh secara sebagai berikut:
langsung dari sumber asli (tidak melalui a) Observasi
perantara) setiap kata-kata yang diamati dan Observasi sebagai teknik
diwawancarai ditempat penelitian.Data primer pengumpulan data mempunyai ciri yang
adalah data yang diperoleh secara langsung spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
dari responden atau informan. lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder secara tidak langsung
22
melalui media perantara (diperoleh oleh orang Sugiyono. Op. cit. p.306
H. Analisis Data
b) Wawancara Menurut Miles dan Huberman dalam
Wawancara adalah percakapan Sugiyono, mengemukakan bahwa “aktivitas
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
dilakukan dengan dua pihak, yaitu interaktif dan berlangsung secara terus
pewawancara (interviewer) yang mengajukan menerus sampai tuntas, sehingga datanya
pertanyaan dan terwawancara (responden) sudah jenuh”.23
yang memberikan jawaban atas pertanyaan Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
itu. 1. Pertama, mengumpulkan data terkait
c) Dokumentasi dengan Kebudayaan Mattojang pada
Studi dokumen merupakan pelengkap masyarakat Desa Katteong Kecamatan
dari penggunaan metode observasi dan Mattirosompe Kabupaten Pinrang.
wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat 2. Kedua, reduksi data atau mengolah data
dipercaya jika didukung oleh dokumentasi. dari lapangan dengan memilah dan
memilih, dan menyederhanakan data
G. Pengecekan Keabsahan Data dengan merangkum yang penting-penting
Dalam analisis data kualitatif pada sesuai dengan fokus masalah penelitian,
dasarnya peneliti hendak memahami situasi yaitu terkait dengan Kebudayaan
sosial dalam menentukan keabsahan data, Mattojang pada masyarakat Desa Katteong
maka langkah yang ditempuh adalah dengan Kecamatan Mattirosompe Kabupaten
cara triangulasi. Pinrang.
Triangulasi yang digunakan dalam 3. Ketiga, menyajikan data, laporan yang
penelitian ini adalah sebagai berikut: sudah direduksi dari hasil penelitian dilihat
1. Triangulasi Sumber kembali untuk mengetahui masih
Triangulasi sumber berarti untuk diperlukan penggalian data kembali untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda- mendalami masalah atau sebaliknya.
beda dengan menggunakan teknik yang sama. 4. Keempat, penarikan kesimpulan dan
2. Triangulasi Teknik verifikasi (conclusion
Triangulasi teknik untuk menguji drawing/verification), kesimpulan awal
keabsahan data dilakukan dengan mengecek masih bersifat sementara, dan akan
data kepada sumber yang sama dengan teknik berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang berbeda. Data yang diperoleh peneliti yang kuat yang mendukung pada tahap
dengan wawancara, lalu dicek dengan teknik data berikutnya.
observasi dan dokumentasi atau
kuesioner.Apabila dengan ketiga teknik 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengujian kredibilitas data tersebut
menghasilkan data yang berbeda-beda, maka Gambaran Umum Lokasi Penelitian
peneliti melakukan lebih lanjut kepada a. Demografi
sumber data yang bersangkutan atau yang Desa Katteong Kecamatan Mattiro
lain. Sompe Kabupaten Pinrangmemiliki
3. Triangulasi Waktu jumlah penduduk sebesar 4.095 jiwa.
Dalam penelitian, waktu memiliki Adapun perincian terdiri atas 1.906 atau
pengaruh terhadap kredibilitas data. Dalam sekitar 46,5% penduduk yang berjenis
rangka menguji kredibilitas dapat dilakukan kelamin laki-laki, sedangkan jumlah
dengan cara melakukan pengecekan dengan
penduduk yang berjenis kelamin
wawancara, observasi, dan dokumentasi
dalam waktu dan situasi yang berbeda, maka perempuan sebanyak 2.189 jiwa atau
peneliti melakukan dengan berulang-ulang sekitar 53,5%. Berdasarkan data tersebut
sehingga ditemukan kepastian yang benar. menunjukkan bahwa jumlah penduduk
23
ibid. p.334
perempuan lebih banyak jika c. Keadaan Ekonomi
dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumber perekonomian utama
laki-laki, yaitu dengan selisih sebanyak masyarakat di Desa Katteong yaitu dibidang
283 jiwa atau sekitar 7% dari keseluruhan pertanian, disamping profesi lain pun sama
penduduk. tujuannya yaitu dilakukan untuk
mengumpulkan uang menafkahi hidup
b. Keadaan Sosial Budaya keluarganya.
Desa Katteong yang menjadi Berikut penggolongan mata
obyek pada penelitian ini merupakan pencaharian masyarakat di Desa Katteong:
1) Bercocok tanam/bertani: antara lain
komunitas Mattojang yang masih kental
makanan pokok misalnya padi, jagung dan
akan adat-istiadat yang mengikat sayuran.
masyarakat secara turun-temurun dalam 2) Beternak: adapun hewan yang diternakkan
kehidupan sehari-hari. La Tola adalah seperti ayam, bebek, sapi, dan lain-lain.
pemimpin tertinggi adat yang memegang 3) Berdagang: jenis-jenis barang yang
keputusan tertinggi yang wajib dipenuhi diperdagangkan antara lain dari hasil
oleh masyarakat di Desa Katteong. pertanian, hewan ternak
Pedoman aturan adat masyarakat Katteong
disebut Pasang (pesan). Secara teknis d. Tingkat Pendidikan
aturan adat yang berupa pasang (pesan) Tingkat pendidikan masyarakat Desa
yang disampaikan oleh La Tola Semasa Katteong adalah sebagai berikut:
hidupnya secara lisan kepada para Tabel 1.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat
pemangku adatnya kemudian para di Desa Katteong Kecamatan Mattiro
pemangku adat tersebut yang Sompe Kabupaten Pinrang
menyampaikan kepada masyakat Kajang
secara menyeluruh. Rasa hormat dan Jumla
No Tingkat Presentas
penghargaan terhadap pemimpin tertinggi h
. Pendidikan e (%)
adat yaitu La Tola, sangat terlihat dalam (Jiwa)
kehidupan sehari-hari pada masa itu. Tidak/Belum 2.796 68%
1.
Sekolah Jiwa
Kekayaan dan keragaman budaya Tidak Tamat 435 11%
2.
di Desa Katteong sebagai satu rumpun SD Jiwa
3. Tamat SD 93 Jiwa 2%
budaya yang terdiri dari bugis, meskipun
SLTP/Sederajat 544 13%
demikian mayoritas mayarakat Tana Toa 4.
Jiwa
lebih banyak menggunakan Bahasa bugis SLTA/Sederaja 100 2,4%
dengan dialek keras. Kemajemukan ini 5.
t Jiwa
terkait pula dengan potensi kearifan lokal 6. Diploma 94 Jiwa 2,3%
yang biasa berkembang dalam tatanan 7. Sarjana 11 Jiwa 0,3%
sosial budaya. Beberapa sarana dan 8. S2 22 Jiwa 1%
prasarana umum yang diperlukan dan Jumlah 4.095 100%
tersedia di Desa Desa Katteong Jiwa
Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Sumber: Kantor Desa Katteong Kecamatan
Pinrang antara lain Balai Desa, Jalan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang Tahun
Desa, masjid, dan lain-lain. 2017

e. Keadaan Geografis
Secara administratif, Desa Katteong
merupakan satu dari sembilan belas Desa
yang berada dalam wilayah Kecamatan
Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, Sulawesi budaya Mattojang ini harus ada musyawarah
Selatan. Secara geografis, Desa Katteong terlebih dahulu karena baik aturan atau pun
mempunyai luas wilayah seluas 699 km². perayaan budaya tanpa musyawarah terlebih
Desa Katteong salah satu desa diKecamatan dahulu maka akan menimbulkan kekacauan
Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang yang didalam adat itu sendiri.
memiliki tanah sawah dengan luas sekitar
±331,17 ha. Sebelum pelaksanaan budaya
Adapun batas-batas wilayah Desa Mattojang sudah terjadi komunikasi antara
Katteong sebagai berikut: kepala desa dan ketua adat maupun
Sebelah Barat : Patobong masyarakat, hal tersebut bisa dilihat dengan
Sebelah Selatan : Labolong adanya pertemuan antara kepala desa, ketua
Sebelah Timur : Cempa adat dan masyarakat yang hadir. Jadi, terlebih
Sebelah Utara : Cappakala dahulu pihak ketua adat membicarakan hal-
hal yang dianggap penting untuk dilaksanakan
Iklim Desa Katteong, sebagaimana menghadapi hari diadakannya Mattojang
desa-desa lain di wilayah Indonesia sehingga persiapannya menjadi lebih matang.
mempunyai iklim kemarau, penghujan, dan Selain itu, dari proses pelaksanaan budaya
pancaroba. Hal tersebut mempunyai pengaruh Mattojang ini bisa diketahui mengenai
langsung terhadap pola tanam dan keadaan gambaran dari budaya Mattojang di Desa
masyarakat di DesaKatteong Kecamatan Katteong Kecamatan Mattirosompe
Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Kabupaten Pinrang.

Hasil dan Pembahasan


1. Peran Masyarakat dalam melestarikan 2. Gambaran nilai-nilai sosial yang
Budaya Mattojang di Desa Katteong terkandung dalam tradisi Mattojang di
Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Desa Katteong Kecamatan Mattiro
Pinrang Sompe Kabupaten Pinran.
Budaya Mattojang secara umum a. Gotong royong
dipahami oleh masyarakat di Desa Katteong Berdasarkan hasil pengamatan
Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang peneliti, nilai gotong royong yang terdapat
sebagai salah satu budaya yang dilaksanakan dalam budaya Mattojang sangat dibutuhkan
setiap setahun sekali. Pada budaya Mattojang karena masyarakat masih menjunjung tinggi
tersebut terdapat proses pelaksanaan yang nilai gotong royong ini hingga sekarang,
menjadi gambaran dari budaya Mattojang. dengan nilai gotong royong masyarakat
mampu memperkuat dan memperkokoh
Mattojang sama dengan menghargai silaturahmi antar masyarakat Katteong
Pallipa pute’e merupakan salah satu budaya maupun masyarakat dari luar Katteong serta
yang dilaksanakan setiap tahun untuk para pemangku adat.
mensyukuri atas karunia yang diberikan oleh Nilai gotong royong berkaitan dengan
Tuhan yang maha esaberupa hasil panen yang budaya Mattojang dianggap perlu
dapat mencukupi kebutuhan dalam setahun. dipertahankan karena komunitas adat di
Budaya ini dilakukan agar masyarakat Katteong masih sangat menjunjung tinggi
terhindar dari musibah atau hal-hal yang tidak nilai gotong royong, masyarakat menganggap
diinginkan, dilancarkan rezekinya serta diberi bahwa yang perlu dipertahankan adalah
umur yang panjang. Andingingi dilakukan budayanya agar nilai sosialnya pun tidak
apabila dalam suatu wilayah biasa terjadi berubah ketika budayanya tidak bisa
gagal panen atau muncul kekacauan yang dipertahankan maka nilai-nilai sosialnya juga
tidak dikehendaki, ini dirangkaikan dengan akan ikut berubah. Salah satu cara masyarakat
syukuran (A’baca doa). Pandangan mempertahankan nilai sosial tersebut adalah
masyarakat dengan adanya budaya Mattojang bersama-sama menjaga dan memegang salah
sangat baik karena sebelum pelaksanaan satunya berkerja sama untuk menjaga
kelestarian hutan, itulah prinsip utama bagi 4. KESIMPULAN, IMPLIKASI &SARAN
masyarakat Katteong yang harus dijunjung A. Kesimpulan
tinggi. Dalam kehidupan masyarakat nilai Berdasarkan hasil penelitian meng
gotong royong memiliki peran penting, nilai enai Kebudayaan Mattojang pada masyarakat
gotong royong sangat berperan dalam Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe
memupuk nilai kebersamaan. Dalam Kabupaten Pinrang, makadapat disimpulkan
pelaksanaan Mattojang semua perlengkapan sebagai berikut:
dan kebutuhan yang diperlukan berasal dari 1. Kebudayaan Mattojang pada masyarakat
alam. Untuk itu dibutuhkan kerja sama yang Desa Katteong Kecamatan Mattirosompe
baik antar masyarakat untuk menjaga alam, Kabupaten Pinrang sangat baik,
contoh tidak menebang pohon sembarangan diantaranya memanjatkan doa agar
karena dalam pasang ,bahwasanya, hutan itu manusia senantiasa menjaga alam dan
adalah paru-paru dunia oleh karena itu dengan isinya (agar masyarakat diberikan
adanya nilai gotong royong masyarakat harus kehidupan yang baik dan damai melalui
bekerja sama menjaga lingkungan dan hasil alamnya yang melimpah), seluruh
melestarikan hutan agar tidak kehilangan usaha manusia untuk menjaga alam
sumber kehidupan. Misalnya keberadaan diberkahi dan dilindungi oleh Tuhan Yang
sumber air di sekitar kawasan hutan bukan Maha Esa (upacara pembukaan acara adat
hanya dinikmati manusia, juga pepohonan inimerupakan kesempatan yang
atau satwa disekitanya bisa menikmatinya. dimanfaatkan oleh seluruh warga untuk
b. Tolong menolong meminta doa terhadap segala sesuatu yang
Berdasarkan hasil pengamatan ada di muka bumi) dan memohon
peneliti, Nilai tolong menolong masih keselamatan agar dapat terhindar dari
digunakan hingga saat ini karena nilai tersebut segala bencana alam (seperti terhindar
tidak bertentangan dengan keadaan dari kemarau berkepanjangan, banjir,
masyarakat ketika pelaksanaan budaya tsunami, gempa dan tanah longsor).
Mattojang dan memang masih memiliki 2. Gambaran nilai-nilai sosial yang
pengaruh besar terhadap proses pelaksanaan terkandung dalam Kebudayaan Mattojang
Mattojang selama prosesnya tetap sama maka pada masyarakat Desa Katteong
nilai tolong menolong ini pun masih Kecamatan Mattirosompe Kabupaten
digunakan dan tidak akan berubah. Adapun Pinrang sudah sangat baik yaitu dengan
yang menjadi penyebabnya karena masyarakat adanya nilai gotong royong dan tolong
adat Katteong sebagai masyarakat yang menolong. Implementasi nilai-nilai sosial
menjunjung tinggi sikap menolong dan yang terkandung dalam budaya
merupakan suatu norma dalam hubungan Mattojangsangat baik yaitu implementasi
antar individu (masyarakat) membuat perilaku nilai gotong royong seperti pembuatan
tolong-menolong tidak asing bagi masyarakat ayunan raksasa ini, implementasi nilai
Katteong. Masyarakat adat Katteong sangat tolong menolong seperti proses
menjunjung tinggi perilaku tolong-menolong, membersihkan makam La Tola (Pallipa
hal ini dibuktikan ketika ada seorang warga Pute’e).
yang membuat ayunan raksasa, para B. Implikasi
perempuan yang memasak untuk Assalama Penelitian ini telah menunjukan
maka semua masyarakat yang berada di gambaran budaya Mattojang,nilai-nilaisosial
kawasan adat Katteong, mereka berbondong- maupun implementasi dari nilai-nilai sosial
bondong untuk datang membantu. tersebut pada komunitas kebudayaan
Mattojang ini. Dengan demikian penelitian
yang berjudul peran masyarakat dalam
melestarikan budaya Mattojang di Desa
Katteong Kecamatan Mattirosompe
Kabupaten Pinrang., diharapkan mampu
menjadi sumber bacaan atau referensi
ilmiah pada bidang IPS khususnya yang Nanang Martono. 2011. Sosiologi Perubahan
berhubungan dengan masalah kebudayaan Sosial Perspektif Klasik, Modern,
atau tradisi. Hal ini juga diharapkan agar Posmodern, dan Poskolonial. Cetakan
seluruh masyarakat luar tahu bahwa, Ke-1. Jakarta: Rajawali Pers.
di Sulawesi Selatan terkhusus di Kab. Nursid Sumaatmadja. 2012. Manusia dalam
Bulukumba terdapat satu komunitas Konteks Sosial, Budaya, dan Hidup.
yang dinamai dengan komunitas budaya Cetakan ke-7. Bandung: Alfabeta.
Mattojang yang masih mempertahankan nilai- Nasikun. 2015. Sistem Sosial
nilai dan kepercayaan mereka terhadap Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers.
animisme dan dinamisme, serta keterkaitan- Prof. Dr. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
keterkaitan mereka dengan alam yang sangat Kuantitatif Kualitatif dan
kuat. Sebab dalam penelitian ini telah R&D).Cetakan ke-20. Bandung:
mengungkapkan beberapa hal yang Alfabeta.
menyangkut tentang budaya Mattojang. Rafael Raga Maran. 2007. Manusia Dan
C. Saran Kebudayaan. Jakarta: Rineka Cipta
1. Bagi masyarakat pada khususnya di Desa Rulli Nasrullah. 2012. Komunikasi Antar
Katteong Kecamatan Mattirosompe budaya. Jakarta: PrenaMedia Group.
Kabupaten Pinrang. Maupun masyarakat Sugiyono. 2017. Metode Penelitian
umum yang mengikuti pelaksanaan budaya Kuantitatif Kualitatif dan R&D).
ini agar menerapkan atau Cetakan ke-20. Bandung: Alfabeta.
mengimplementasikan nilai-nilai sosial
gotong royong dan tolong menolong Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
didalam kehidupan sosial masyarakat. Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan
2. Budaya Mattojangyang merupakan ritual ke-8.Bandung: Alfabeta.
adat untuk memanjatkan doa agar manusia Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi suatu
senantiasa menjaga alam dan isinya, pengantar. Jakarta: Raja Persada
seluruh usaha manusia untuk menjaga Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu
alam diberkahi dan dilindungi oleh Tuhan Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Yang Maha Esa, dan memohon Sumadi Suryabrata. 2014. Metode Penelitian.
keselamatan agar dapat terhindar dari Jakarta: PT Raya Grapindo.
segala bencana alam merupakan tradisi Suwardi Endraswara. 2012. Metodologi
yang harus tetap dipertahankan dikalangan Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
masyarakat agar kebudayaan tersebut tidak Gadjah Mada University Press.
hilang begitu saja.

5. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat Fathoni. 2006. Antropologi
Sosial Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Nasikun. 2015. Sistem Sosial Indonesia.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Elly M.Setiadi,dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Jakarta: Pranamedia Group.
Eko Handoyo. 2015. Studi Masyarakat
Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Gunawan. Putra Sawitto.di akses pada 27 Sep
tember 2017.http://wargasawitto.blog
spot.co.id/2013/06/mattojang-tradisi-
permainanmasyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai