Anda di halaman 1dari 6

Proposal Penelitian

Mata Kuliah Metode Penelitian (KPM 1309)

PERAN STAKEHOLDER DALAM MELESTARIKAN


KEBUDAYAAN DI KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG

FIRDANI ANNISA DHIKA SAHARI

I3401201057

Dosen Praktikum:

Hana Indriana, SP, Msi

Widya Hasian Situmeang, SKPm, MSi

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2022
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masyarakat dan kebudayaan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan dan mampu menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya.
Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan, begitu pula sebaliknya tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat. Kebudayaan telah ada sejak zaman prasejarah.
Pada zaman itu, di dalam lingkungan masyarakat terdapat sistem nilai budaya
yang termasuk mata pencaharian dan peralatan hidup. Oleh karena itu,
kebudayaan harus tetap dijaga serta dilestarikan keberadaannya agar tidak
mudah tergantikan dengan budaya asing. Dalam menjaga kelestariannya
tentunya masyarakat maupun stakeholder lainnya memiliki peranan penting
daan mempertahankan budaya lokal agar tetap hidup di era modern in ini.

Keberadaan kampung adat merupakan sebuah kekayaan ilmu yang


merupakan sumber untuk peningkatan ilmu pegetahuan (Ruswandi 2011).
Kampung Budaya Sindang Barang salah satu kampung adat yan

Kampung ini terletak di Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari


Kabupaten Bogor. Kearifan lokal yang masih berlangsung di kampung budaya
Sindang Barang adalah budaya ‘’Serentaun’’ yang merupakan tradisi yang
dianggap sebagai tanda ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen
yang melimpah. Kampung budaya Sindang Barang terbentuk atas insitaif
masyarakat setempat yang ingin melestarikan budaya Sunda melalui kampung
budaya. Menurut Dimas Ario Nugroho (2016) mengemukakan bahwasanya data
yang ditemukan dilapangan dan beberapa referensi menunjukkan bahwa
terdapat sebuah hal yang mengancam keberadaan Kampung Sindang Barang
dan hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi adat itu sendiri. Tidak hanya itu,
dinamika yang dihadapi oleh masyarakat kampung Sindang Barang mengalami
proses perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat dan ditambah lagi dengan
banyaknya budaya luar yang masuk di kampung Sindang Barang, dan
membawa dampak positif dan negatif bagi keberlangsungan budaya lokal yang
ada di lingkup masayarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengkaji secara


mendalam mengenai peran antropologi dalam melestarikan kearifan lokal
di kampung budaya.

1.2 Rumusan Masalah


Kebudayaan Sunda yang masih kental tercermin dalam perilaku kehidupan
masyarakatnya sehari-hari terutama direfleksikan dalam pelaksanaan acara
Serentaun yang rutin dilaksanakan di Kampung Sindang Barang. Menurut
penjelasan Prasetyo (2011) Kampung Budaya Sindang Barang adalah salah satu
kampung adat dari 20 kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Budaya
Sindang Barang adalah salah satu komunitas yang hingga kini mempertahankan
aspek kebudayaan lokal kerajaan Pajajaran, dimana terdapat 78 lokasi situs
sejarah Pakuan Sindangbarang. Namun, kebudayaan Sindang Barang terancam
eksistensinya karena banyak faktor yang mengancam. Oleh karena itu, penting
bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana proses internalisasi kebudayaan
masyarakat terhadap kearifan lokal di Kampung Budaya Sindang Barang?

Kota Bogor punya masa lalu yang erat dengan suku sunda pada zamannya.
Maka tak heran, jika melihat eksistensi masyarakat sunda di Kota Bogor. Pada
perjalanan sejarahnya, Kota Bogor berhasil menumbuhkan adat dan budaya
sunda yang masih terjaga hingga saat ini. Salah satu pionir penjaganya adalah
Kampung Budaya Sindang Barang yang menjadi pusat pelestarian budaya
masyarakat sunda anggapan para petani Kampung Budaya Sindang Barang
ketika mengetahui akan dibangun sebuah Kampung Budaya, mereka sangat
senang dan turut mendukung proses pembangunan kampung tersebut. Oleh
karena itu, perlu dianalisis bagaimana proses internalisasi kebudayaan
masyarakat terhadap kearifan lokal ‘’Serentaun’’ di Kampung Budaya
Sindang Barang?

Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan hidup


sesuai dengan kondisi lingkungan, sesuai dengan kebutuhan, dan kepercayaan
yang telah berakar dan sulit untuk dihilangkan. Kearifan lokal ‘serentaun’’ di
Kampung Sindang Barang masih tetap dijalankan sampai saat ini karena
masyarakat beranggapan bahwasanya ‘’serentaun’’ merupakan ritual ucap
syukur tani yang mengandung nilai-nilai kebaikan ataupun keberkahan yang
mereka rasakan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui bagaimana
tingkat kepercayaan masyarakat di Kampung Sindang Barang terhadap
kearifan lokal ‘’serentaun’’?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan Budaya ‘’Serentaun’’ sebagai bentuk kearifan
lokal masyarakat di Kampung Budaya Sindang Barang.
2. Mengetahui proses internalisasi kebudayaan masyarakat terhadap
kearifan lokal di Kampung Budaya Sindang Barang.
3. Mengetahui tingkat kepercayaan masyarakat di Kampung Sindang
Barang terhadap kearifan lokal ‘’serentaun’’.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


peneliti, akademisi, serta masyarakat adat mengenai peran kearifan lokal dalam
melestarikan kearifan lokal Sunda (Serentaun). Secara detail kegunaan hasil
penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti, tulisan ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan,


pengalaman, dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa
kuliah khususnya mengenai peran antropologi sosial terhadap kearifan
lokal yang terdapat di Kampung Budaya Sindang Barang.
2. Bagi akademisi, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat adat Kampung Budaya, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mengenai kearifan lokal yang mereka miliki
sehingga dapat menjaga dan melestarikan kearifan lokal tersebut.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Antropologi Sosial

2.1.2. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan salah satu sumber pengetahuan (kebudayaan)


masyarakat dapat ditemukan dalam tradisi dan sejarah, pendidikan formal dan
informal, seni, agama serta interpretasi kreatif lainnya. Kearifan lokal
merupakan salah satu produk kebudayaan suatu masyarakat yang terlahir karena
adanya kebutuhan akan nilai, norma dan aturan untuk menjadi model dalam
melakukan suatu tindakan (Hilman 2018). Secara umum maka kearifan lokal
(local wisdom) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang
bersifat penuh kearifan, bernilai baik, bersifat menjaga yang menjadi suatu
pedoman dan tertanam dalam kehidupan masyarakat setempat.

Muctar Arsjad (2010) mengatakan bahwasanya dengan era globalisasi yang


diikuti masuknya budaya asing seharusnya budaya kearifan lokal harus dapat
disinergikan. Tentunya hal ini perlu dilestarikan dan dijaga karena sudah
banyak contoh budaya hasil peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia justru
diadopsi bangsa lain. Kearifan lokal dankeunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara
dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal dapat pula
diartikan sebagai nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan
dalam waktu yang lama.

2.1.3. Kampung Adat dan Masyarakat Adat

Menurut Soekanto (2001), Masyarakat merupakan suatu bentuk


kehidupan bersama, yang warga-warganya hidup bersama untuk jangka waktu
yang cukup lama, sehingga menghasilkan kebudayaan”. Masyarakat adat
didefinisikan sebagai “Sebuah kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan
kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi
semua warganya”. Masyarakat adat memiliki kearifan yang tinggi, kedalaman
pengetahuan kehidupan yang mengagumkan serta sistim sosial-ekonomi yang
tangguh. Masyarakat adat memiliki pengetahuan asli bagaimana memelihara
dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di dalam habitat mereka. (Hazairin,
1970:44). Dari dua definisi mengenai ‘’masyarakat” dan “masyarakat adat”
terdapat sejumlah unsur yang harus dijustifikasi di lapangan (di antara
masyarakat adat sendiri dan pihak-pihak terkait) yaitu: organisasi sosial beserta
anggota-anggotanya yang berhubungan dengan sesamanya dalam menghasilkan
kebudayaan, kesatuan hukum penguasa, lingkungan hidup, tanah dan air.

Kasepuhan, komunitas adat, ataupun kampung adat adalah wilayah yang


memang diatur sedemikian rupa oleh para tokoh adat dengan berpedoman pada
hukum adat dan nilai-nilai budaya dari nenek moyang mereka (Setiawan 2014).
Masyarakat atau Komunitas adat menurut Siregar (2002) adalah komunitas
yang hidup berdasarkan asal usul leluhur, di atas wilayah adat, yang memiliki
kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial yang diatur oleh
hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan
masyarakatnya. Komunitas adat juga merupakan kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan
pelayanan, baik sosial ekonomi maupun politik.

2.1.3 Persepsi dan Budaya


Menurut Kamus besar bahasa indonesia kata ‘budaya’ utamanya didefinisikan sebagai
akal budi, hal ini mengacu pada serapan yang diambil dari bahasa sansekerta ‘buddayah’ ,
yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi’, yang berarti akal. Dengan demikian,
kebudayaan berarti hal-hal yang berkaitan dengan akal. Selanjutnya KBBI mendefinisikan
budaya sebagai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah, dengan demikian
jelas bahwa sesuatu yang disebut sebagai suatu hal yang sudah mengakar pada
masyarakatnya yang nilai-nilainya sulit diubah.

Persepsi didapatkan dengan menyimpulkan informasi yang ia terima, seperti didefinisikan


Rakhmat Jalaludin (1998) Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.

Tinpus

Menurut relativisme kultur setiap bangsa mempunyai nilai dan keunikan


kultural sendiri, dan itu harus dihargai. (Shweder 2000: 161) . Menurut Roger
Keesing, antropologi terdorong untuk beriorientasi pada upaya pemahaman
makna bukan hanya sekadar ukuran yaitu dengan lebih menekankan pada
penafsiran yang dekat dengan hakikat manusia atau human being (kemanusiaan)

1. Kearifan lokal
1. Identitas sosial

-afektif

-kognitif

-evaluatif

3. persepsi

Anda mungkin juga menyukai