Anda di halaman 1dari 24

MAKNA UMPAMA DAN NILAI BUDAYA DALAM TRADISI

NYEMANANG DAYAK INGGAR SILAT

MAKALAH

DISUSUN OLEH

LUIS BONA

NIM: 201602698

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSADA KHATULISTIWA

SINTANG

2022/2023
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis makna umpama nilai-nilai budaya nyemanag di Desa
sungai garong, ritual nyemanang merupakan serangkaian kegiatan untuk
mencegah dan menghindari dan mengusir makhluk halus yang menganggu serta
gangguan-gangguan dari makhluk gaib seperti makhluk halus, jin, roh dan
sebagainya. Pada dasarnya ritual ini telah menjadi tradisi yang tidak dapat
ditinggalkan oleh masyarakat Desa sungai garong, karena tradisi ritual nyemanag
ini merupakan janji yang telah di buat dari zaman nenek moyang agar dilestarikan
oleh masyarakat suku dayak inggar silat yaitu janji untuk membayar hutang
dengan mempersembahkan kepala hewan seperti babi dan ayam kampung. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses
pelaksanaan ritual nyemanag ditinjau dari segi praktek dan tujuan
pelaksanaannya. Sedangkan manfaat dari penelitian di bidang akademik sebagai
sumbangan pemikian, khususnya Sosiologi untuk mengenal ritual tolak bala dari
sisi yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif.
Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisa data dengan pendekatan deskriptif analitik, yaitu berusaha mengambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dari hasil penelitian
dilapangan menunjukkan bahwa masyarakat Desa sungai garong sampai sekarang
ini masih mempercayai dan melaksanakan tradisi ritual nyemaang setiap
tahunnya, dan tradisi ritual nyemanang ini tidak boleh ditinggalkan begitu saja
oleh masyarakat Desa sungai garong karena tradisi ritual nyemanang ini
merupakan perjanjian yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yaitu perjanjian
untuk membayar hutang dengan mempersembahkan babi dan ayam kampung dan
apabila hutang tersebut tidak dibayar maka akan terjadi penyakit yang akan
menimpa masyarakat desa sungai garong. Oleh karena itu tradisi ritual nyemaang
ini tidak lepas dari kehidupan masyarakat Petalangan Desa sungai garong
kecamatan kayan hiilr kabupaten sintang .
ABSTRACT
This study analyzes the meaning of nyemanag cultural values in sungai garong
village, nyemanang ritual is a series of activities to prevent and avoid and expel
disturbing ethereal creatures as well as disturbances from supernatural beings such
as ethereal beings, jinns, spirits and so on. Basically, this ritual has become a
tradition that cannot be abandoned by the people of Sungai Garong Village,
because this nyemanag ritual tradition is a promise What has been made from the
time of the ancestors to be preserved by the Dayak Inggar Silat people is a
promise to pay debts by offering animal heads such as pigs and native chickens.
The purpose of this study is to find out more deeply how the process of
implementing nyemanag rituals is viewed in terms of practice and the purpose of
its implementation. Meanwhile, the benefits of research in the academic field as a
contribution to thinking, especially Sociology, are to recognize the bala repulsion
ritual from different sides. The method used in this study is Qualitative. Data
collection techniques are by observation, interviews, and documentation. Data
analysis with a descriptive analytical approach, that is, trying to describe and
interpret objects according to what they are. From the results of research in the
field, it shows that the people of Sungai Garong Village until now still believe and
carry out the nyemaang ritual tradition every year, and this nyemanang ritual
tradition should not be left alone by the people of Sungai Garongkarena Village
This nyemanang ritual tradition is a covenant that has existed since the time of the
ancestors, namely the agreement to pay debts by offering native pigs and chickens
and if the debt is not paid, there will be diseases that will afflict the people of
Sungai Garong Village. Therefore, this nyemaang ritual tradition cannot be
separated from the life of the people of Petalangan Sungai Garong Village, Kayan
Hiilr District, Sintang Regency.
KATA PENGANTAR

Dengan penuh syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makna Umpama Dan Nilai Budaya
Dalam Tradisi Nyemanang Dayak Inggar Silat” ini yang disusun guna
memenuhi tugas dari ibu Fusnika, M.Pd pada mata kuliah Kependidikan generasi
muda.

Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Atas dasar itu
maka kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak
yang berkepentingan dengan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan pengetahuan bagi kita semua dan dapat
bermanfaat dalam mengembangkan wawasan dan peningkatan Ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Sintang, 7 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah Negara yang besar, terkenal dengan
keanekaragaman suku dan kebudayaan. Kepulauan Indonesia yang terbentang dari
Sabang sampai Merauke didiami bahwa Indonesia merupakan negara yang
majemuk akan kebudayaan, baik dalam bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-
tradisi lainya.
Kemajemukan Indonesia ialah terdapat beranekaragam ritual yang
dilaksanakan dan dilestarikan oleh masing-masing masyarakatnya. Seperti
upacara dan ritual yang mempunyai bentuk atau cara melestarikan serta maksud
dan tujuan yang berbeda-beda, diantara kelompok masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Hal ini tentunya membedakan antara lingkungan tempat
tinggal, adat istiadat serta tradisi-tradisi yang diwariskan secara turun temurun.
Ritual keagamaan dalam kebudayaan suku bangsa biasanya merupakan unsur
kebudayaan yang paling tampak lahir. Sebagaimana beberapa daerah di Indonesia,
Nampak masih banyak yang membudayakan kepercayaan terhadap
jimat,kayu,batu, pohon besar dan lain-lain yang dianggap memiliki kekuatan
supranaturl yang dapat mempengaruhi gerak hidup, dapat membuat untung rugi,
bencana dan bahagia terhadap umat manusia. (Mukti Ali, 1969: 7)
Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai
komunitas desa,kota sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang
lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang di luar
warga masyarakat bersangkutan. Seorang warga dari suatu kebudayaan yang telah
hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaanya biasanya tidak melihat
lagi corak khasnya, terutama mengenai unsurunsur yang berbeda mencolok
dengan kebudayaannya sendiri.
Corak khas dari suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu
menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan
bentuk khusus. Sebaliknya, corak khas tadi juga dapat disebabkan karena adanya
kompleks unsur-unsur yang lebih besar. Berdasarkan atas corak khususnya tadi,
suatu kebudayaan dapatdibedakan dari kebudayaan lain. (Koentjaraningrat, 2009 :
214).
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun
dari suatu generasi ke gennerasi yang lain. Sementara, menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan struktursruktur sosial, religius, dan lain-
lain. Demikian pula, Edward B. Tylor berpendapat, bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Pengertian kebudayaan itu, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
kebudayaan itu merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstak. Sedangkan wujud kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Tradisi merupakan suatu kebiasaan kelompok masyarakat dan menjadi
bagian dari kehidupan mereka sejak lama. Hal itu dapat dilihat dalam suatu
negara, kebudayaan, waktu, dan agama yang sama. Adanya informasi yang
diteruskan secara lisan maupun tulisan dan dilakukan dari generasi ke generasi
diikatakan sebagai hal yang mendasar dari sebuah tradisi (Arifin 2020). James P.
Spradley mengatakan semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan
simbol-simbol. Sejalan dengan pendapat tersebut, Clifford Geertz mendefinisikan
simbol sebagai suatu objek atau peristiwa yang menunjukkan pada sesuatu,
sedangkan makna tersimpan dalam simbol. Sementara itu, kata-kata yang terucap,
objek, sebuah tempat, atau suatu peristiwa hanya bagian dari suatu sistem simbol
(Dharmojo 2005)
Ritual upacara nyemangang mengandung konsep kepercayaan terhadap
adanya kekuatan alam yang harus didukung dan dipertahankan untuk mencari
jalan terbaik dalam meneruskan kehidupan sehari-hari agar dijauhkan dari segala
marabahaya. Anggapan masyarakat suku Dayak inggar silat Desa Sungai Garong
Kecamatan Kayan Hiilr Kabupaten Sintang terhadap Upacara ritual nyemanang
merupakan suatu bentuk ritual pengobatan kampung yakni suatu perilaku simbolis
atau tindakan sekaligus sebagai wujud dari ekpresi jiwa mereka dalam menjalin
hubungan vertikal dengan penghuni dunia gaib. Masyarakat suku dayak inggar
silat Desa Sungai Garong menginginkan banyak harapan dari Ritual nyemanang
ini diantaranya mengobati orang sakit, yang terpengaruh oleh makhluk gaib serta
mengusir roh jahat yang ada di tubuh maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal
merekaterhind agar terhindari dari gangguan makhluk gaib, musibah, dan
bencana alam. Untuk menghindari berbagai macam kejadian yang tidak
diinginkan, ritual nyemanang memasukan unsur keagamaan yaitu dengan
mengawali Mendoa ( tawar) yang melibatkan orang petinggi dukun (nyemanang)
atau batin dan tokoh agama serta masyarakat di dalamnya.
Ritual nyemanang adalah pengobatan orang sakit dengan gangguan jiwa
yang di sebabkan oleh makhluk gaib,(hantu,jin,roh) dengan mantra mendoa
(tawar) Seperti halnya upacara nyemanang mengusir kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan semisal berbagai macam (hantu, jin,roh) dan terhindar dari gangguan
makhluk ghaib. Nyemanang tersebut dilakukan dengan cara pengobatan kampung,
yaitu melakukan serangkaian kegiatan keagamaan serta menyediakan
persembahan atau sesajean ditunjukan kepada makhluk gaib sebagai penolong,
penolak segala hal yang buruk serta perisai kampung. (W.J.S Poerwandarminta,
1985:1083)
B. Perumusan Masalah
Tradisi Ritual upacara nyemanang sebagaimana telah dilakukan oleh
masyarakat petalangan Desa Sungai Garong Kecamatan Kayan Hiilr Kabupaten
Sintang dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut ini:
1. Bagaimana pelaksanaan ritual nyemanang pada masyarakat suku Dayak
inggar silat di Desa Sungai Garong Kecamatan Kayan Hiilr Kabupaten
Sintang?
2. Apa saja nilai yang terkandung dalam ritual nyemanang ini bagi
masyarakat suku Dayak inggar silat di Desa Sungai Garong Kecamatan
Kayan Hiilr Kabupaten Sintang?

C. Tujuan Penelitian
Masalah paling penting dalam penelitian adalah Tujuan penelitian.
Dengan tujuan penelitian peneliti bias menemukan titik akhir dari sebuah
penelitan dengan topik yang akan diteliti, sehingga mencapai hasil yang
maksimum. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses pelaksanaan uacara
nyemanang ditinjau dari segi praktek dan tujuan pelaksanaanya.
2. Untuk mengetahui apa saja nilainilai yang terkandung di dalam tradisi
uacara nyamang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Makna Umpama Dan Nilai Budaya Dalam Tradisi Nyemanang
Suku Dayak Inggar Silat
1. Pengertian Makna dan Umpama
Makna ialah suatu hasil pengolahan dari interaksi sosial, kare itu
makna tidak melihat pada obyek, melainkan hasil negosiasi menggunakan
bahasa yang telah di lakukan. Negosiasi itu dilakukan kearena manusia
mengapresiasikan berbagai warna kehidupan mereka dari hasil interaksi sosial
itu baik itu obyek fisik, tindakan bahakan meliputi peristiwa yang telah di alami
sebelimnya. Makn yang terintrepretasikan manusia dapat berubah-ubah dari
waktu ke waktu berdasarkan keadaan yang di hadapi entah itu adanya sebuah
perubahan atas suatu situasi dan kondisi suatu lingkungan berdasarkan hasil dari
suatu interaksi sosial yang dilakukan, suatu perubahan yang telah
diintepretasikan karena manusia bisa melakukan suatu proses sosial yang pada
umumnya seperti beriteraksi dengan dirinya sendiri. karena makna itu lahir dari
proses sosial atau biasa di sebut interaksi sosial serta dari hasil interaksi dengan
dirinya sendiri atau biasa di sebut merenung. (Dalam Berger A Artur:2004)
Mengumukakan bahwa esenssi interaksi sembolik ialah bentuk
kebiasaan yang dilakukan berulang yang merupakan presentasi dari bentuk
sosial manusia yaitu suatu interaksi dengan orang lain yang biasa di sebut
komunikasi atau suatu pertukaran sebuah simbol yang dipercayai dan dilakukan
yang diberi nama makna. Pemikiran tersebut mengisyaratkan bahwa suatu
aktivitas yang dipercayai oleh manusia yang biasanya dilihat dengan sebutan
suatu proses yang dilakukan berulang memungknkan mausia membentuk dan
mengatus perilaku mereka dengan mempertimbangkan hasil pemikiran orang
lainnya yang menjadi lawan 20 berinteraksi mereka semua. Definisi yang telah
diberikan oleh masuia kepada manusia lainnya, objek, keadaan yang terjadi dan
serta diri mereka sendiri yang menentukana apa tingkah laku individu dalam
mengerti makan di konstruksikan sebagai suatu proses berinteraksi dan nantinya
proses tersebut tidak dijadikan alat oleh para pemegang kekuatan-kekuatan
sosial untuk memeinkan semua perannya , tetapi dapat dijadikan alat oleh
pemeran sebenarnya yang seharusnya memerankan baik itu dari sebuah
organisasi sosial dan suatu kekuatan sosial lainnya yang memang layak.
(Mulyana dedi:2002)
Intrasi Siimbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna
yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan
hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi,
serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu
tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk
membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain
melalui interaksi. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang
mendasari interaksi simbolik (Dalam Nina S Sakmaniah:2011), antara lain:
1 Pentingnya makna bagi perilaku manusia
Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi
simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya
makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara
interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan
makna yang dapat disepakati secara bersama
2 Pentingnya konsep mengenai diri
Tema pertama pada interaksi simbok berfokus pada pentingnya
membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi
simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya
makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara
interpretatif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan
makna yang dapat disepakati secara bersama
Makna nyemanag bagi masyarakat suku dayak inggar silat Desa Sungai
Garong Kecamatan Kayan Hilir Kabupaten Sintang Ritual nyemanang adalah
pengobatan orang sakit dengan gangguan jiwa yang di sebabkan oleh makhluk
gaib,(hantu,jin,roh) dengan mantra mendoa (tawar) Seperti halnya upacara
nyemanang mengusir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan semisal berbagai
macam (hantu, jin,roh) dan terhindar dari gangguan makhluk ghaib. Nyemanang
tersebut dilakukan dengan cara pengobatan kampung, yaitu melakukan
serangkaian kegiatan keagamaan serta menyediakan persembahan atau sesajean
ditunjukan kepada makhluk gaib sebagai penolong, penolak segala hal yang buruk
serta perisai kampung.
2. Nilai-nilai budaya
Nilai adalah pakem normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihan diantara cara-cara tindakan alternatif. Kluckhon
menyatakan bahwa nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya
membedakan ciri-ciri individu atau kelompok) dari apa yang diinginkan yang
mempengaruhi pilihan tindakan terhadap cara pandang.
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai acuan manusia
bertindak. Nilai juga berfungsi sebagai motivator dan manusia adalah
pendukung nilainya. Karena manusia bertindak itu didorong oleh nilai yang
diyakininya.
Nilai budaya merupakan nilai yang ada dan berkembang di dalam
masyarakat. Karena nilai budaya adalah tingkat pertama kebudayaan ideal atau
adat. Nilai budaya merupakan lapisan yang paling tidak terwujud dan ruangnya
luas. Jadi nilai budaya adalah sesutau yang sangat berpengaruh dan di jadikan
pedoman atau rujukan bagi suatu kelompok masyarakat tertentu
Adapun nilai-nilai budaya bisa ditinjau dari segi:
a. Nilai-nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan
manusia
Nilai-nilai hubungan manusia dengan manusia yang
lain adalah salah satu nilai-nilai budaya yang dianjurkkan
didalam masyarakat Jawa. Karena akan menciptakan
kemakmuran bersama. Selain itu kedamaian dan ketentraman
akan terwujud.
Namun semua itu dilandasi dengan rasa ikhlas, baik
lahir maupun batin. Seseorang tidak perlu mengharapkan
imbalan ataupun kebaikan serupa dari orang lain
b. Nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan alam
Pemanfaatan lingkungan mememiliki definisi pemberdayaan
sumberdaya alam dengan cara mengelola sumberdaya alam di
sekitara kita. Sumberdaya alam adalah sesuatu yanga dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia
agar hidup lebih sejahtera.
c. Nilai budaya yang berkaitan hubungan manusia dengan dirinya
sendiri
Nilai-nilai yang berhubungan dengan kecintaan manusia
terhadap dirinya sendiri adalah sesuatu yang wajar, seperti
manusia mandi yang artinya berbuat baik kepada fisiknya agae
selalau bersih dan tetap sehat.
d. Yang berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan
Nilai-nilai hubungan manusia dengan manusia yang lain
adalah salah satu nilai-nilai budaya yang dianjurkkan didalam
masyarakat Jawa. Karena akan menciptakan kemakmuran
bersama. Selain itu kedamaian dan ketentraman akan terwujud.
Namun semua itu dilandasi dengan rasa ikhlas, baik lahir
maupun batin. Seseorang tidak perlu mengharapkan imbalan
ataupun kebaikan serupa dari orang lain.
3. Budaya
Kata budaya dalam bahasa Ingris disebut Culture yang berarti relativ
rumit dan banyak teori, konsep, dan definisi. Jadi kajian budaya adalah
suatu upaya untuk memehami berbagai perubahan yang sedang terjadi.
Memang istilah budaya itu sangat sulit untuk di definisikan secara pasti.
Memahami budaya itu dapat mengacu kepada pendapat Raymong Willia.
Ia menawarkan tiga definisi tentang Culture dalam arti luas. Pertama
budaya dapat digunakan untuk mengacu kepada “suatu proses umum
perkembangan intelektual, spiritual, dan eksistensi. Kedua yaitu budaya
sebagai pandangan hidup suatu masyarakat. Ketiga budaya sebagai
rujukan karya-karya dan praktik intelektual
Dalam konteks yang lebih luas, pembentukan kebudayaan di mulai
dari konsepsi suatu pemahaman atau kemampuan untuk menggunakan
logika dan bahasa. Konsep merupakan gagasan-gagasan orisinal yang ada
secara potensial didalam jiwa manusia.
Istilah kebudayaan berasal dari kata “budaya” yang berarti pikiran,
akal budi, adat istiadat, dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan.
Budaya berasal dari kata “budh” (tunggal) dan “budhaya” (majemuk),
sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil pemikiran manusia atau
hasil akal manusia.
Menurut Barker, istilah kebudayaan berasala dari kata “Abhyudaya”
(bahasa Sansekerta) yang berarti hasil baik, kemajuan, kemakmuran, dan
kebahagiaan. Kartena istilah ini dipakai dalam kitab Dharmasutra dan
dalam kitab-kitab Agama Budha untuk menunjukan kemakmuran,
kebahagiaan, kesejahteraan moral dan rohani sebagaia kebalikan ddari
Nirvanan atau penghapusan segala musibah untuk mencapai kebaikan di
dunia.
Edward Burnett Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai komplek
keseluruhan (Complex Whole), yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hokum, moral, kebiasaan, dan lain-lain Yang di peroleh manusia
sebagai anggoota masyarakat.
Menurut Kroeber, kebudayaan tidak hanya merupakan fenomena
unik, tetapi mempunyai pengaruh yang besar. Kebudayaan dapat
dilakukan oleh seseorang manusia atau kelompok sehingga tidak hanya
menyangkut hasil karya manusia. Kebudayaan justru juga menyangkut
keberadaan manusia yang datang membawa pengaruh tingkah laku.
Sedangkan kebudayaan menurut Harjoso yang ditinjau dari berbagai
macam komponen-komponen seperti biologi, psikologi, dan sosiologi.
Karena hal tersebut dilandaskan dengan tingkah laku manusia yang
membentuk cerminan kebudayaan. Cerminan tersebut memiliki beberapa
aspek, yaitu aspek biologis, psikologis, sosiologis, dan antropologis.
Selain itu tingkah lkau manusia juga meliputi aspek yang berhubungan
dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, ekonomi, hokum, dan
sejarah.
Definisi kebudayaan sangat berbeda dengan peradaban dan adat.
Karena kebudayaan merupakan keseluruhan totalitas dari apa yang pernah
dihasilkan oleh manusia. Sedangkan peradaban (civilization) lebih
dominan digunakan untuk bagian-bagian dan unsur-unsur estetika dari
pada kebudayaan. Misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, etika, dan system
komunikasi yang kompleks dalam masyarakat.
Jadi peradaban itu adalah bentuk yang luas dari kebudayaan.
Peradaban merupakan wilayah kultural. Yaitu sekumpulan karakteristik
dan fenomena kultural yang memiliki karakteristik. Sifatnya sangat khusus
dan akan menghasilkan peradaban. Kebudayaan dan peradaban sama-sama
mencakup nilai-nilai, norma-norma, institusi-institusi, dan pola-pola piker
yang menjadi bagian penting dari suatu masyarakat.
Istilah lain yang berkaitan dengan kebudayaan adalah adat. Jika
kebudayaan itu memiliki tiga wujud, yaitu wujud ideal, wujud kelakukan,
dan wujud fisik. Maka adat adalah wujud ideal dari kebudayaan. Karena
adat sering di identikan dengan bentuk tatakrama atau etika.
Ada 4 tingkatan adat, yaitu
a. Niai budaya, yaitu merupakan lapisan yang paling abstrak dan
luas lingkupnya yang memberi ide-ide mengenai konsep dari hal-
hal yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Tingkatan ini
biasanya disebut dengan sistem nilai budaya.
b. Norma-norma, yaitu peranan-peranan tertentu di dalam
masyarakat. Biasanya berbentuk aturan yang tidak tertulis namun
telah disepakati.
c. Hukum, yaitu pada tingkatan ini lebih konkrit. Karena hukum itu
nyata tentang berbagaimacam sektor hidup yang sudah jelas
batas-batas ruang lingkupnya
d. Tingkatan aturan khusus, yaitu mengatur aktivitas-aktivitas yang
sudah jelas dan terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat.
Tingkat ini sifatnya konkrit.
Bhikhu Parekh menyatakan, kebudayaan adalah sebuah sistem arti dan
makna yang tercipta secara historis atau sesuatu yang menuju pada hal-hal yang
sama. Misalnya sebuah sistem keyakinan dan praktik suatu kelompok manusia
memahami, mengatur, dan menstrukturkan kehidupan individual dan kolektif
masyarakat.
Kebudayaan merupakan sebuah cara untuk memahami maupun
mengorganisasikan kehidupan manusia. Definisi ini juga mengandung pengertian
bahwa kebudayaan mencakupi kelompok-kelompok sosial yang membentuk dan
mengembangkan pranata-pranata yang ada dalam masyarakat.
Zeved Barbu menuliskan, bahwa kebudayaan adalah suatu tingkah laku
sosial yang termediasi oleh simbol-simbol. Kebudayaan juga di identikan dengan
hasil kreatif manusia yang kapabilitasnya terlihat dalam keberadaan simbol. Jadi
konsep kebudayaan dengan sendirinya bergantung pada simbol yang secara
genetik memiliki konotasi kemunculan kebudayaan.
Sebagaimana penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada banyak
konsep kebudayaan, yang pada intinya adalah memahami kebudayaan sebagai
hasil karya manusia yang terwujud pada peninggalan-peninggalan sejarah.
Definisi-definisi kebudayaan di atas sengaja di uraikan untuk
memberikan penekanan-penekanan akan adanya sesuatu yang khas yang muncul
atau ada dari manusia. Karena kebudayaan sering mengingatkan orang pada
sesuatu yang khas. Karena kebudayaan bisa bermakna apabila dilihat dalam
eksistensi dan rencana hidup manusia. Hal ini menjelaskan bahwa sebagai agen
kebudayaan, manusia dengan sendirinya menjadi mahkluk dinamis, Sehingga
kebudayaan manusia malah terletak di dalam aktivitas manusia itu sendiri.

Persoalan kebudayaan tidak terletak kepada bendanya atau bentuk


budaya itu sendiri. Namun persoalan budaya itu terletak di balik wujud budaya itu
sendiri atau di dalam nilai-nilai budaya. Karena kebudayaan adalah segala upaya
manusia dalam memandang, memaknai, dan menembus benda menjadi sesuatu
yang berarah dan memiliki tujuan. Upaya melampaui tujuan itu merupakan
keniscayaan yang di tempuh oleh manusia untuk mencapai kesempurnaan
eksistensi manusia.

4. Ritual
Ritual adalah bentuk atau metode tertentu dalam melakukan upacara
keagamaan atau upacara penting, atau tata cara dan bentuk upacara. Makna
dasar dari ritual ini menyiratkan bahwa disutu sisi, aktifitas ritual berbeda dari
aktifitas biasa, terlepas dari ada atau tidaknya nuansa keagamaan atau
kekidmatanya. Disisi lain, aktifitas ritual berbedadengan aktifitas teknis dalam
hal ada atau tidaknya sifat seremonial. (Muhaimin AG, 2001: 113)
Ilmuwan antropologi mendefinisikan ritual dengan pandangan berbeda
seperti halnya yang dikatakan oleh Gluckman. Menurutnya ritual adalah
kategori upacara yang lebih terbatas, tetapi secara simbolis lebih kompleks
karena ritual menyangkut urusan sosial psikologis yang lebih dalam. Lebih
jauh ritual dicirikan mengacu pada sifat dan tujuan misteri religius. Berbeda
dengan Gluckman, Leach menyatakan ritual adalah setiap perilaku
mengungkapkan status pelakunya sebagai makhluk sosial dalam sistem
struktural dimana ia berada saat itu.
Definisi di atas maka ritual dapat di simpulkan memiliki beberapa
perbedaan. Perbedaan ini menurut Dhavamony dibagi menjadi empat macam
yaitu:
a. Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang
bekerja karena daya mistis.
b. Tindakan religius, kultus pada leluhur, juga bekerja dengan cara ini.
c. Ritual konstitusif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan
sosial dengan merujuk pada pengertian-pengnertian mistis dengan cara
ini upacara-upacara kehidupan menjadi khas.
d. Ritual faktitif yang meningkatkan produktifitas atau kekuatan, atau
pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan
kesejahteraan materi suatu kelompok.
Leach seperti dikutip Muhaimin AG, sebagian besar tindakkan manusia
berada dalam sekala yang berkesinambungan. Ia menunjukkan bahwa di suatu sisi
perilaku manusia dapat bersifat sepenuhnya duniawi, sepenuhnya fungsional, serta
sangat teknis non-fungsional dan kompleks. Teknik dan ritual, duniawi dan sakral,
bukan menunjukkan jenis kegiatan melainkan aspek dari hampir semua jenis
kegiatan. Teknik memiliki konsekwensi matrial ekonomis yang dapat diukur dan
diperkirakan. Dilain pihak Ritual adalah pernyataan simbolik, menceritakan
sesuatu tentang individu yanng terlibat dalam kegiatan itu. Leach menyakini
bahwa setiap prilaku memiliki aspek ritual sekaligus non ritual. Semuanya
tergantung pada ekspresi individu yang bersangkutan melalui tindakkanya, baik
nilai status dan simboliknya maupun tujuan atau kegunaan praktisnya. (Toyo
2014: 22- 24).
William A Haviland mengatakan ritual merupakan sarana yang
menghubungkan manusia dengan yang gaib. Ritual bukan hanya sarana yang
memperkuat ikatan sosial kelompok dan mengurangi ketegangan, tetapi juga suatu
cara untuk merayakan peristiwaperistiwa penting dalam banyak religi di dunia
adalah upacara Ritual Tolak Bala. Dalam ritual seperti itu tema pokoknya
seringkali melambangkan proses pemisahan antara yang hidup dan yang
meninggal. Kegiatan upacara selain mengandung nilai budaya, befungsi bahwa
dalam hidup manusia harus senantiasa diikat dengan adat dan budaya yang
dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku juga menghubungkan manusia
dengan sesama manusia begitu juga halnya upacara dapat menghubungkan
manusia dengan alam. (Koentjaraningrat, 1985: 32).
Ritual yang merupakan unsur religi yang saling melengkapi maksudnya hal
yang masih samar dalam keyakinan diperjelas dalam tindakan keupacaraan. Di
pihak lain tindakan keupacaraan merupakan isi keyakinan dan menjadi syahdu,
dan penuh makna tanpa cela bila didasarkan pada keyakinan tersebut. Upacara
memperlihatkan struktur horizontal maupun vertikal. Struktur horizontal
menjelaskan pada bidang-bidang kehidupan apa saja tindakan berupacara itu harus
atau tidak harus dilaksanakan, Sedangkan struktur pertikal menggambarkan
hubungan dan cara berkomunikasi kepada hal-hal yang gaib.
Upacara atau ritual adalah kesatuan rangkaian berbagai bentuk dan unsur
berkomunikasi atau berelasi dengan makhluk gaib, roh alam, atau roh nenek
moyang. Koentjaraningrat (1974: 251) mengidentifikasikan sebelas unsur upacara
(ritus), yakni bersaji, berkorban, berdoa, makan bersama, menari dan menyanyi,
berprosesi, berseni drama, berpuasa, intoksinasi, bertapa, dan bersemedi. (Noerid
Haloei Radam, 2011: 49-51).

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Ritual Upacara Nyemanang Suku Dayak Inggar Silat


Pelaksanaan ritualnya memiliki makna sosial yang amat tinggi.
Sebagian pelakunya ada yang sadar bahwa ini adalah “perintah” atau tuntutan
dan atas keyakinannya, tetapi ada juga yang melaksana-kannya karena sudah
menjadi tradisi atau kebiasan anggota masyarakatnya. Ritus-ritus dan upacara
religi pada dasarnya berfungsi sebagai penyemanga tkehidupan. Penyemangat
dalam bentuk ritus-ritus juga biasa diberikan kepada tahap-tahap pertumbuhan
individu seperti lahir, kanak-kanak, menikah, menjadi tua, hingga meningggal
dunia. itus dan upacara itu dibagi menjadi tiga, yakni pertama, perpisahan
(sparation), ritus ini dalam bentuk upacara kematian. Kedua, peralihan
(marge), adalah ritus yang berkaitan dengan peralihan tahap seperti upacara
hamil tujuh bulan atau mithoni. Ketiga, integrasi. Upacara kegiatan ini seperti
dalam acara selamatan kelahiran, pernikahan, dan pergantian musim (Chakim
2015).
Salah satu ritual yang ada di masyarakat suku Dayak inggar silat
adalah ritual upacara nyemanang pelaksanaan serta proses nya harus
mempersiapkan segala alat seperti tempayan, mangkok kuno, beras, besi, daun
sabang tujuannya agar roh para lehuhur datang tempat upacara nyemanang
untuk menyembuhkan penyakit serta menyantapkan sesajian yang telah
dipersiapkan.
B. Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi nyemanang
Sesuai dengan metode yang ditetapkan dalam Bab sebelumnya, maka
dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan wawancara mendalam atau
indept interview, observasi dan kajian pustaka. Untuk mempermudah
wawancara, peneliti telah menyusun instrumen berupa interview guide atau
panduan wawancara. Panduan wawancara tersebut berisi sembilan pertanyaan
yang mengungkapkan tentang persepsi atau pandangan masyarakat terhadap
Tradisi Tolak Bala dan Analisis Tradisi nyemanang.
a. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik
atau saling mempengaruhi antar manusia yang 53 berlangsung sepanjang
hidupnya didalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (2006, h. 58)
Proses Sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika
individu dan kelompok-kelompok.
Homans (dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap
individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Selama peneliti dengan teknik penentuan informan menggunakan
Purposif Sampling, maka ditentukan beberapa informan yang dapat
diwawancarai. Wawancara peneliti berdasarkan interview Guide atau panduan
wawancara yang telah disusun, dengan menggunakan rumusan masalah dan
teori yang dipergunakan. Berkaitan dengan persepsi atau pandangan
masyarakat tentang tradisi nyemanang ini difokuskan pada tanggapan
masyarakat tentang nyemanag yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat.
C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi masyarakat suku dayak inggar
silat melakukan tradisi nyemanag
Banyak faktor yang memperngaruhi masyarakat dalam melaksanakan
tradisi nyemanang. Masyarakat beranggapan jika tidak ikut
melaksanakannyemanang akan mendapat kesialan dan musibah pada diri dan
keluargfanya. Ada juga masyarakat yang beranggapan pada pelaksanaan
nyemanang itu merupakan ajang untuk sosialisasi antara masyarakat suku
dayak inggar silat.
Faktor yang mempengaruhi masyarakat ikut melaksanakan tradisi
nyemanang adalah karena tradisi tersebut merupakan tradisi rutin yang terus
menerus dilaksanakan oleh masyarakat setiap tahunnya, apabila tidak ikut
memperingati nyemanag timbul rasa malu kepada masyarakat yang lain, dan
juga akan menimbulkan rasa resah akan terjadinya musibah dikemudian hari
karena sudah menjadi sugesti bagi masyarakat yang tidak melaksanakan
Tradisi nyemanang akan mendapatkan kesialan dan musibah serta di ganggu
makhluk halus.

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
berdasarkan hasil dari penelitian makna umpama dan nilai budaya dalam
tradisi nyemanang dayak inggar silat Pelalawan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut ini:
A. Kesimpulan
1) Ritua nyemanag adalah mengobati orang sait dengan mengusirkan roh
jahat (bahaya, penyakit, dan sebagainya) dengan baca mantra (tawar).
Yang bermaksud mengusir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan oleh
masyarakat Desa Sungai garong semisal berbagai macam wabah penyakit,
dan terhindar dari ganngguan-gangguan makhluk gaib yang berniat
menganggu baik itu makhluk halus, jin, setan, roh dan
sebagainya.nyemanag tersebut dilakukan dengan cara pengobatan
kampung, dengan melakukan berbagai serangkaian kegiatan seperti
membaca mantra, sesajian, dengan menyediakan sesajean atau
persembahan beru babi dan ayam yang ditujukkan kepada makhluk gaib
sebagai penolong, penolak segala hal yang buruk serta perisai kampung.
2) Nilai yang terkandung dalam ritual nyemanag
a) Ketenangan
b) Kebersamaan
c) Kekeluargaan
B. SARAN
Kepada Masyarakat Desa sungai garong agar menjaga dan melestarikan
tradisi nyemanang ini agar tidak memudardan masyarakat Desa Betung tetap
mempertahankan nilai dan norma yang terkandung di dalam tradisi ritual
nyemanag ini yang telah diwariskan oleh nenek moyang, karena tradisi nyemanag
ini merupakan suatu keistimewaan khususnya bagi masyarakat suku Dayak inggar
silat Oleh karena itu diharapkan masyarakat Desa sungai garong tetap menjaga
dan mempertahankan serta mewariskan tradisi ini kepada anak cucu dan
keponakan
Perubahan yang terjadi pada tradisi ritual nyemanang ini haruslah
disikapi dengan bijak oleh ninik mamak adat serta orang-orang yang berperan
penting di dalam acara ritual nyemanag ini,agar tidak terjadinya perubahan atau
memudarnya nilai dan norma yang terkandung dalam ritual tolak bala ini serta
tidak membawa dampak yang negatifbagi masyarakat khususnya masyarakat suku
dayak inggar silat.
DAFTAR PUSTAKA
Adeng Muchtar Ghazali. 2011, Antropologi Agama, Upaya Memahami
Keragaman Kepercayaan dan Agama Bandung: penerbit Alfabeta
Andreas Soeraso,2008, Sosiologi Jakarta:Quandra Bustanudin Agus, 2006,
Agama Dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi Agama,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Burhan bungin. 2009,Sosiologi Komunikasi:Teori Paradigma, Dan Dikursus
Teknaologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana
Harun Hadi Wijono, 2006,Religi Suku Murba di Indonesia. Jakarta PT. BPK
Gunung Mulya
Koentjaraningrat, 2009 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Penerbit P.T. Rineka
Cipta
Koenjaraningrat, 2005 Pengantar Antropologi Agama Pokokopokok Etnografi
Jakarta: Rineka Cipta
Noerid Haloei Radam, 2011 Religi Orang Bukit, Yogyakarta: Yayasan Semesta.
Soerjono Soekanto,1983 Beberapa Teori sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,
Jakarta: Cv Rajawali.
Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanda 2009, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta
Graha Ilmu.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai