Aspek sosial dan budaya sangat berpengaruh dan sangat mempengaruhi
pola kehidupan manusia. Dalam era globalisasi ini dengan berbaagai perubahan yang begitu ekstrem terbuka yang menjadikan pada masa ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan penduduk adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan didalam penduduk dimana mereka berada dalam arti lain masih banyaknya ibu dan anak yang haknya masih tidak dipenuhi bahkan jauh dari kata khususnya di daerah-daerah terpencil. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan ini, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak walaupun telah kami teliti banyaknya banyaknya dampak negatif itu lebih banyak dibandingkn dengan dampak positifnya. Pola makan, misalnya salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan-pantangan yang tabu dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu yang penduduk modern sering katakan itu mitos. Dalam suatu daerah sebuah mitos itu dapat mempengaruhi perkembangan penyembuhan kesehatan pada masa nifas. Sebagian penduduk sangat berpegang teguh dengan adat istiadat dan budaya setempat sehingga mendorong kami dalam praktik kuliah lapangan (PKL). Agar kita dapat mengetahui budaya dan tradisi yang ada pada penduduk Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar
Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang baik ditinjau dari aspek fisik, sosial maupun budaya ? 2. Bagaimana prosesi tradisi dan ritual pada masa nifas pada penduduk Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang ? 3. Nilai kearifan lokal apa yang terkandung pada tradisi dan ritual pada masa nifas pada penduduk Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran umum Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar
Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang baik ditonjau dari aspek fisik, sosial maupun budaya. 2. Mengetahui makna simbolik yang terdapat pada tradisi dan ritual pada masa nifas pada penduduk Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. 3. Mengidentifikasi nilai kearifan lokal yng terkandung pada tradisi dan ritual pada masa nifas pada penduduk Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi. Adapun yang dimaksud
metode observasi menurut Suharsimi Arikunto adalah pengamatan langsung dari lingkungan fisik atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berlangsung yang mencangkup semua kegiatan perhatian ke objek dengan menggunakan alat penilaian sensorik. Atau suatu pekerjaan yang dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mengumpulkan data dan melaksanakan prosedur yang sistematis dan tepat. Penelitian ini juga meenggunakan metode wawancara. Adapun yang dimaksud metode wawancara menurut Lexy J Moleong dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secaara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
Lokasi Praktik Kuliah Lapangan di Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar
Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Adapun subjek penelitiannya adalah Bapak Makpud selaku Kepala Desa, Bapak Ahmad Ghoni selaku sekertaris Desa, Ibu Anisa Amd. Keb selaku bidan Desa, Ibu Malla selaku petugas Posyandu, Ibu Casuni selaku paraji, Ibu Kholipah selaku penduduk Desa (Ibu Nifas) dan Mbah Wasmi selaku juru kunci atau sesepuh di Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang
Pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi untuk mencari data
tentang kondisi demografi desa dan kegiatan penduduk sehari-hari, teknik wawancara yaitu untuk menggali informasi tentang mitologi, nilai-nilai kearifan lokal yang ada didalam tradisi ritual nifas, pengetahuan penduduk tentang masa nifas dan masalah yang sering terjadi dalam masa nifas. Isntrumen dalam pengumpulan data ini menggunakan kamera sebagai alat dokumentasi dalam bentuk gambar dan posel sebagai alat perekam suara serta video yang dijadikan bukti dalam penelitian Praktik Kuliah Lapangan yang diselenggarakan di Dusun Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang.
Tulisan ini merupakan laporan hasil penelitian pada penduduk Dusun
Sewoharjo Desa Karanganyar Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang. Adapun subjek penelitiannya adalah tentang tradisi dan ritual buang ari-ari. Adapun sistematika laporannya sebagai berikut. Adapun sistematikanya adalah cover terdiri dari judul, kedudukan makalah, logo, nama penyusun mulai dari ketua, dan data lembaga. Lembar pengesahan terdiri dari judul, kolom tandatangan dosen, data lembaga dan nomor halaman dengan huruf. Abstrak merupakan gambaran singkat tentang tujuan penulisan, masalah, pengumpulan data dan kesimpulan temuan kecil. Kata pengantar menjelaskan tentang tujuan memberikan informasi singkat tentang karya tulis tersebut dan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu. Daftar isi atau daftar tabel ditulis secara pointer sesuai dengan kaidah yang ada. Selain itu juga terdiri dari tiga bab diantaranya, bab satu merupakan bab pendahuluan, pada bab pendahuluan ini mendeskripsikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan, permasalahan, tujuan dari penelitian atau observasi, metode penelitian dan sistematika penulisan laporan. Bab dua merupakan tinjauan pustaka, pada bab ini mendeskipsikan teori-teori yang digunakan sesuai dengan tema yang diobservasikan. Bab tiga merupakan laporan hasil Praktik Kuliah Lapangan, pada bab ini mendeskripsikan tentang monografi desa, deskripsi tentang tema kajian, dan pembahasan. Adapun dibagian penutup terdiri dari simpulan dan rekomendasi yang didalamnya terdapat uraian yang menyajikan penapsiran dan pemaknaan penelitian temuan. Daftar literatur terdiri dari daftar buku, tulisan yang dijadikan rujukan serta informent berupa nama orang yang diwawancarai serta kedudukan sosial misalnya aparat desa, bidan desa, paraji, sesepuh dan penduduk desa. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Local Wisdom
Pengertian kearifan lokal (local wisdom) dalam kamus terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam kamus Inggris Indonesia John M. Echlos dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan setempat ) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah mampu bertahan terhadap budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, mempunyai kemampuan mengendalikan, mampu memberi arah pada perkembangan budaya. Kearifn lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakan pada level lokal dibidang, pertanian, pendidikan, pengelolaaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan. Dalam kearifan lokal, terkandung pulaa kearifan budaya lokal. Kearifan budayalokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus- menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah-laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat yang penuh keadaban. Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari Pengertian di atas memberikan cara pandang bahwa manusia sebagai makhluk integral dan merupakan satu kesatuan dari alam semesta serta perilaku penuh tanggung jawab, penuh sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta serta mengubah cara pandang antroposentrisme ke cara pandang biosentrisme dan ekosentrisme. Nilai-nilai kerarifan lokal yang terkandung dalam suatu sistem sosial masyarakat, dapat dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke genarasi lainnya yang sekaligus membentuk dan menuntun pola perilaku manusia sehari- hari, baik terhadap alam maupun terhadap alam.
B. Pengertian Kebudayaan, Tradisi dan Ritual
Kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Ritual adalah sarana yang menghubungkan manusia dengan hal-hal yang bersifat keramat. Ritual dapat memperkuat ikatan sosial, kelompok, dan mengurangi ketegangan. Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian bagi kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini suatu tradisi dapat punah. Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial yang dimiliki oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial merupakan ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat. Lembaga sosial memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam yang sangat kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan anggota lembaga sosial tersebut. Dalam lembaga sosial, hubungan sosial di antara anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas yang tinggi terhadap pemimpin. Bentuk kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong di Jawa. Gotong royong merupakan ikatan hubungan tolong-menolong di antara masyarakat desa. Di daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat terwujud dalam banyak aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen bersama merupakan beberapa contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di dalam masyarakat Jawa, kebiasaan gotong royong terbagi dalam berbagai macam bentuk. Bentuk itu di antaranya berkaitan dengan upacara siklus hidup manusia, seperti perkawinan, kematian, dan panen yang dikemas dalam bentuk selamatan.
C. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam setelahnlahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara mencegah kehamilan berikutnya, imunisasi dan nutrisi pada ibu. Masa pascapersalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalaninan untuk yang pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Kedaan ini ditandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara drastis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru. Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di samping masa pascapersalianan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan (individual). Perdarahan pascapersalinan komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Penyebab perdarahan paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang-kadang adalah laserasi serviks atau vagina, ruptura uteri dan inversi uteri-uteri. Bila plasenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak lengkap pada jam pertama setelah persalinan, harus segera dilakukan plasenta manual untuk melahirkan plasenta. Tindakan hanya dianjurka untuk tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan kondisi fasilitas kesehatan yang cukup memadai. Bila plasenta telah dilahirkan secara lengkap, tetapi masih terjadi perdarahan, segera berikan suntikan oksitosin. Dilanjutkan dengan masase fundus secara sirkular sampai terjadi kontraksi uterus yang adekuat. Keadaan ibu memerlukan pengawasan (tekanan drah, nadi, keadaan umum). Salah satu penyebab infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah Grup A Streptokokus (GAS) atau Streptococcus pyogenes. Gaguan pada masa nifas lainnya adalah eklamsia, eklamsia adalah penyebab penting kematian ibu diseluruh dunia. Ibu dengan persalinan yang diikuti oleh eklamsia atau pre-eklamsia berat, harus dirawat inap. Pengobatannya menggunakaan magnesium sulfat. Kelainan hipertensi dalam kehamilan di mulai setelah dua puluh minggu usia kehamilan, tetapi lebih sering terjadi pada akhir kehamilan. Komplikasi pasca persalinan lain yang sering di jumpai termasuk infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia. Banyak ibu mengalami nyeri pada daerah perineum dan fulfa selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum ibu harus di perhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadi infeksi. Masalah psikologi pada masa pascapersalinan bukan merupakan komplikasi yang jarang ditemukan masalh ini dapat dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan pelaksanaan pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan dan pascapersalinan. Status nutisonal pada masa remaja, kehamilan dan laktasi memiliki dampak langsung pada kesehatan maternal dan bayi selama masa nifas. Intake nutrisi pascapersalinan harus ditingkatkan untuk mengatasi kebutuhan energi selama menyusui. BAB III LAPORAN HASIL PKL