Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KUNJUNGAN PARIWISATA BUDAYA

TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN MAKASSAR

Disusun Oleh:

Anggun Rizka Amini

T202210205

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Jl. Perintis Kemerdekaan No.KM.10, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota


Makassar, Sulawesi Selatan 90245
PENDAHULUAN

Kebudayaan itu adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh budi manusia,
kebudayaan adalah khas manusia, bukan ciptaan binatang ataupun tanaman yang
tidak mempunyai akal budi. Binatang memang mempunyai tingkah laku tertentu
menurut naluri pembawaannya yang berguna untuk memelihara kelangsungan
hidupnya, akan tetapi binatang tidak mempunyai kebudayaan. Manusia
(masyarakat) dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan karena keduanya merupakan
suatu jalinan yang saling erat berkait.

Kebudayaan tidak akan ada tanpa masyarakat dan tidak ada satu
kelompok manusiapun, betapa terasing dan bersahaja hidup mereka yang tidak
mempunyai kebudayaan. Semua kelompok masyarakat (manusia) pasti memiliki
kebudayaan karena manusia merupakan subyek budaya. Mempelajari unsur-unsur
yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami
kebudayaan manusia, kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia
dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga
sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Budaya akan
lebih dipahami apabila sudah menjadi perbuatan dan karya, tidak sekedar menjadi
pemahaman tetapi manfaat yang lebih besar bagi manusia.

Jerald G and Rober menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program
bersama yang mensyaratkan respons individual pada lingkungannya. Definisi
tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-
hari, tetapi dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Budaya
bukan hanya perilaku di permukaan, tetapi sangat dalam ditanamkan dalam diri
kita masing-masing.

Webster’s New Collegiate Dictionary mendefinisikan, budaya sebagai


pola terintegrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan,
dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan
meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus. Dalam pandangan Jeff
Carttwright budaya adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku
orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk
merespons pada lingkungan budaya mereka. Atas dasar itu, Carttwright
mendefinisikan budaya sebagai sebuah kumpulan orang yang terorganisasi yang
berbagi tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur dalam
bentuk pengaruhnya pada motivasi.

Salah seorang guru besar antropologi Indonesia Koentjaraningrat


berpendapat bahwa “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan
dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga
yang berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi daya yang
artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal. Masih menurut koenjtaraningrat
berpendapat bahwa unsur kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu pertama
sebagai suatu ide, gagasan, nilai-nilai norma-norma peraturan dan sebagainya,
kedua sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah
komunitas masyarakat, ketiga benda-benda hasil karya manusia. Selain itu,
terdapat 7 istilah universal yang menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan
bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang
tersebar di berbagai penjuru dunia.
PEMBAHASAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris
kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah atau
mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata
culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
Indonesia.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya diartikan sebagai; pikiran,


adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar diubah. Dalam pemakaian sehari-hari, orang biasanya
mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi.

Dalam hal ini tradisi diartikan sebagai kebiasaan masyarakat yang tampak.
Budaya atau culture merupakan istilah yang datang dari disiplin antropologi
sosial. Dalam dunia pendidikan budaya dapat digunakan sebagai salah satu
transmisi pengetahuan, karena sebenarnya yang tercakup dalam budaya sangatlah
luas. Budaya laksana software yang berada dalam otak manusia, yang menuntun
persepsi, mengidentifikasi apa yang dilihat, mengarahkan fokus pada suatu hal,
serta menghindar dari yang lain.

Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan ditentukan
oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai
cara yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan
dengan masalah tersebut.

Menurut pandangan saya tentang artikel/buku yang berjudul kebudayaan


suku bugis, sebelumnya kebudayaan Sulewesi Selatan diwarnai oleh tiga suku
bangsa, yaitu suku Bugis, Makassar, Toraja. Suku yang terbesar jumlahnya adalah
suku Bugis, yang di mana suku bugis ini menempati sebagian besar jazirah yang
ada di Sulewesi Selatan. Kebudayaan suku-suku bangsa itu terdapat persamaan
wujud, bentuk dan pola. Namun, perbedaan itu tidak dapat dipungkiri.

Saya sangat tertarik membaca buku/artikel ini karena selain buku tersebut
menarik perhatian para pembaca karena di dalam buku tersebut menjelaskan
kehidupan sehari – hari masyarakat khusunya pada masyarakat bugis terutama
dalam melakukan aktifitas kesehariannya. Masyarakat yang beretnis bugis
merupakan penduduk mayoritas yang ada di Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng,
Wajo, Sidenreng Rappang, Pinrang, Barru, Pangkaje’ne kepulauan dan Maros.
Tetapi, sebagian mereka tersebar di kabupaten Polewali, Mamasa, Enrekang dan
Luwu, kabupaten Pangkaje’ne kepulauan dan Maros merupakan wilayah transisi
budaya Makassar dan Bugis. Penduduk di daerah ini disamping menggunakan
bahasa Makassar juga memakai bahasa Bugis dalam keseharian mereka.

Di dalam buku tersebut juga menjelaskan tujuh unsur kebudayaan yaitu


bahasa, pengetahuan, sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem
kemasyarakatan dan kekerabatan, sistem religi dan kepercayaan serta kesenian.
Dari tujuh unsur kebudayaan yang dijelaskan di dalam buku tersebut diketahui
melalui hasil penelitian di mana penelitian ini dilakukan di masyarakat bugis pada
umumnnya lalu digambarkan dan dijelaskan di dalam buku.

Pertama, Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat


menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata
pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok
masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.

Dijelaskan sistem mata pencaharian hidup orang bugis pada umumnya


adalah petani, ada juga sebagai pedagang. Penduduk yang bertempat tinggal di
pinggir pantai, mayoritas menempuh hidup sebagai nelayan. Dalam melihat
sistem mata pencaharian hidup di Kabupaten Pinrang yang menjadi daerah
penelitian, pada dasarnya pekerjaan pokok yang dilakukan masyarakat bugis di
Pinrang sama seperti mata pencaharian hidup orang bugis pada umunya yaitu
sebagai petani dan nelayan, tetapi ada juga sebagian masayarakat di sana menjadi
pedagang.
Kedua, Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya
sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut.
Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia
berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda
yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih
sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk
dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

Sistem teknologi alat-alat yang digunakan oleh penduduk khususnya pada


penduduk Kabupaten Pinrang yang menjadi daerah penelitian, nampaknya belum
mengalami perubahan, masih menggunakan alat-alat tradisonal dan cara
pengolahan pun masih tradisional. Tetapi saat ini yang saya ketahui di sana sudah
ada alat-alat canggih seperti dalam bertani dulunya ketika tanahnya mau diratakan
harus menggunakan kerbau tapi sekarang sebagian masyarakat bugis sudah ada
yang menggunakan traktor. Selain itu, ada juga sistem teknologi dalam pembuatan
rumah orang bugis. Rumah tradisonal bagi orang bugis disebut bola dan terdiri
dari tiga tingkatan ruang, yaitu tingkat atas disebut rakkeang (loteng), tingkat
kedua disebut ale bola ale sao (badan rumah), dan tingkat ketiga disebut awa sao
(badan rumah). Latar belakang pandangan hidup mengenai rumah, letak dan arah
rumah,komponen bentuk rumah dan tipe-tipe rumah tradisonal.

Ketiga, Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan


sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak
dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya
karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan
dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup
apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai
jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-
alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka
pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu
himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan
manusia yang ada di sekitarnya.
sistem pengetahuan orang bugis, diantaranya : pengetahuan tentang alam
flora dan fauna, pengetahuan tentang ramuan obat, pengetahuan kedutan pada
bagian badan, pengetahuan tentang appesissikeng (sifat dan waktu) manusia, dan
pengetahuan tentang hari baik dan buruk. Dari pengetahuan di atas, mempunyai
perbedaan pengetahuan dari dimana orang bugis itu berada, terutama pada alam
flora dan fauna, sedangkan tentang pengetahuan ramuan obat yang berbeda adalah
jenis tumbuh-tumbuhan dan namanya tumbuhan tersebut. Dari dua macam sistem
pengetahuan yang berbeda tiap pemukiman orang bugis, nampak adanya pengaruh
lingkungan alam terhadap pembentuk pengetahuan mereka. Adapun pengetahuan
tentang hari baik dan buruk, kedutan-kedutan pada bagian badan dan pengetahuan
appesissikeng terdapat kesamaan yang umum dimengerti.

Keempat, asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah


adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib
atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa
manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari
hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam
usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku
bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh
seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih
primitif.

sistem religi dan kepercayaan. Religi atau agama yang dianut masyarakat
bugis pada umumnya mayoritas beragama islam, tetapi masih mengenal dengan
adanya upacara-upacara yang mencari hubungan dengan dunia gaib menurut
sistem kepercayaan yang mereka anut. Sistim kepercayaan yang dibuat oleh
manusia hasil bayangan-bayangannya tentang alam, alam gaib dan gambaran
pikirannya tentang hidup dan maut. Di daerah-daerah yang tingkat kecerdasan
penduduk bugis masih rendah terutama mengenai kecerdasannya mengenai agama
islam, upacara yang mengkonsepsikan kepercayaan lama, masih tetap kelihatan.
Namun yang melakukan upacara itu terdiri dari jumlah yang kecil. Orang Bugis,
Makassar dan Mandar termasuk suku bangsa yang setia kepada Islam, namun di
dalam pelaksanaan upacara-upacara tradisonal masih nampak cara-cara yang
berkesambungan dari dahulu, tetapi diberi semangat dari tema-tema islam.
Upacara-upacara peninggalan lama, agaknya tetap mempertahankan diri dalam
upacara baur hidup (life cycle), yakni upacara masa peralihan (krisis reites), dapat
diambil bentuk seperti upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara
kematian.

Kelima, Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial


merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk
masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap
kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan
mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan
bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya,
manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk
membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.

sistem kemasyarakatan dan kekerabatan. Kelompok kemasyarakatan orang


bugis pada umumnya sebagai warisan dari zaman ini masih tetap berjalan,
walaupun ikatan-ikatannya sudah tidak ketat lagi seperti dulu. Manusia yang
memiliki naluri sosialnya selalu berada dalam keadaan brhubungan dengan
masusia lain. Itulah yang melahirkan kegiatan sosial dan karena itu kegiatan sosial
membentuk kelompok kemasyarakatan yang bertujuan untuk memnuhi
kebutuhannya. Kelompok adalah kumpulan individu yang hidup saling
berhubungan antara yang satu dengan lainnya secara luas, tetap dan teratur.
Hubungan itu diatur oleh suatu sistem yang bersumber dari nilai-nilai budaya
yang ditaati bersama diantaranya hubungan kekerabatan yang terdiri dari sianang,
sompung lolo, sirowe-rowekkeng dan siwija. Kemudian lapisan kemasyarakatn
yang terdiri dari tiga stratifikasi sosial yaitu arung, maradeka dan ata. Lalu yang
ketiga sistem kekerabatan, dimana sistem kekerabatan dalam masyarakat Pinrang
dan masyarakat bugisumumnya menganut prinsip bilateral atau parental. Keempat
istilah kekerabatan orang bugis dan yang terakhir sistem perkawinan.

Ketujuh, Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian


etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi
yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau
artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan
etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada
Teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni
drama dalam suatu masyarakat.

kesenian orang bugis pada umumnya salah satunya lagu rakyat yang
biasanya ditampilkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan lainnya seperti ketika ada
upacara perkawinan, biasanya menyanyikan sebuah lagu untuk acara pelengkap
saja dan kemeriahan upacara tersebut. Selain itu, dapat dilihat dalam bentuk
atraksinya seperti dari makananya dan tradisi dari upacara-upacara tersebut.

Inilah tujuh unsur kebudayaan yang ada di dalam masyarakat bugis yang
telah dijelaskan di dalam buku/artikel tersebut sangat lengkap dan dengan melalui
buku/artikel ini menarik perhatian orang khususnya bagi para pembaca dapat
menambah wawasan pengetahuan dan mengetahui lebih dalam lagi
tentangkebudayaan bugis. Kekuatan dari buku ini secara keseluruhan
menggambarkan peristiwa atau kejadian sebenarnya yang masih dipercaya oleh
masyarakat bugis pada umumnya khususnya penelitian ini dilakukan di daerah
kabupaten pinrang.

Meskipun tujuh unsur kebudayaan telah dijelaskan secara lengkap di buku


tersebut, hanya saja buku ini tidak menjelaskan nilai-nilai yang ada di kebudayaan
bugis, dimana nilai-nilai kebudayaan bugis itu sangat penting untuk dipelajari dan
dimengerti oleh mahasiswa. Nilai-nilai yang ada di kebudayaan bugis merupakan
sebagai warisan yang telah berlangsung dalam kurung waktu yang begitu lama
dan nilai ini terkadang masih ditemukan dalam kehidupan modern saat ini
ditengah masyarakat bugis yang juga berubah mengikuti alur-alur perubahan
zaman, nilai-nilai yang ada pada budaya Bugis seperti nilai kejujuran,
kecendikiaan, kepatuhan, keteguhan, dan nilai usaha. Selain itu, masyarakat bugis
masih mengenal dengan adanya siri’, di mana sisri’ ini memiliki nilai yang
terkandung di dalam siri’ yaitu nilai malu dan nilai harga diri.

Anda mungkin juga menyukai