Disusun Oleh :
181350007
SEMESTER V-A
BANTEN
2020
BAB II
Setelah dikumpulkan informasi mengenai naskah yang akan dijadikan sumber penelitian
dengan menggunakan studi katalog. Studi katalog dilakukan dengan mengumpulkan
informasi naskah yang akan diteliti melalui katalog-katalog naskah. Terdapat tiga naskah
Cekel Weneng Pati. Ketiga naskah yang dimaksud diperoleh dari digitalisasi naskah, berikut
ini adalah: Naskah merupakan koleksi dari OPAC Perpusatakaan Nasional Republik
Indonesia (PNRI), namun pada koleksi ini naskah tidak memiliki kode sesuai, namun naskah
ini memiliki nomor panggil ML 139. Terdapat pada katalog dengan catalog Id : 453896,
pada naskah ini memiliki 237 halaman, namun jika penomoran bahasa Arab memiilki
halaman sebanyak 300 halaman. Adapun naskah kedua adalah naskah yang ditemukan pada
website British Library, dengan kode naskah MSS Malay C2, memiliki 322 halaman. Naskah
ini berasal dari Kelantan merupakan milik dari Teungku Khalid. Naskah ketiga merupakan
koleksi dari Digitised Collections, terdapat 254 halaman, dengan kode naskah ML 139. Pada
koleksi ini hikayat memiliki nama lain yaitu “Hikayat Panji Semirang”.
Inventaris naskah berdasarkan pada World Unesco terdapat banyak variasi naskah
diantaranya adalah koleksi di Perpustakaan Nasional Kamboja sebanyak 1 naskah,
Perpustakaan Negara Malaysia sebanyak 5 naskah, Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia sebanyak 76 naskah, dan Perpustakaan Universitas Leiden sebanyak 260 naskah.
Jumlah ini belum semua karena masih banyak naskah yang tersimpan di perpustakaan lain
yang belum sempat terinventaris. Naskah-naskah itu dipakai dalam 13 bahasa diantaranya
Jawa-Bali, Jawa, Bali, Melayu, Sasak, Sunda, Aceh, Bugis, Thai, Khmer, tiga lainnya adalah
Myanmar, Vietnam, dan Laos.
Variasi besar lainnya dalam segi bahan dan bahasa. Ada lontar, daluang, kebanyakan dari
kertas Eropa. Variasi naskah Panji misalnya, Malat dari Bali. Naskah tertuanya dari tahun
1725, berbahasa Jawa-Bali dan beraksara Bali. Lalu ada variasi naskah Panji Ngron Akung
dari Gresik (1823). Ada Panji Jaya Lengkara dari perpustakaan Susuhunan, Surakarta
(1830). Ada juga Serat Panji Murtasmara dari Surakarta (1808). Kemudian Panji Anggraeni
koleksi perpustakaan Nasional yang disalin tahun 1801. Dari semua itu, variasi ceritanya
sangat banyak namun cerita pokoknya sama. Pada naskah ini menceritakan tentang kisah
Panji yaitu Raden Inu Kertapati dan kekasihnya Candra Kirana. Mereka dipisahkan dan
harus mengatasi banyak rintangan luar biasa sampai akhirnya bersatu lagi. Terdapat banyak
versi dari kisah pokok ini. Baik soal lokasi, tokoh, maupun nama.
Naskah ini memiliki banyak versi, dan di tulis ulang dalam banyak bahasa, dengan judul
aslinya yaitu “ Kisah panji” yang berasal dari daerah Majapahit-Jawa Timur dengan bahasa
pegon, namun ada naskah yang sering digunakan sebagai bahan studi dengan judul “Hikayat
Cekel Weneng Pati” dengan bahasa Melayu. Hikayat ini menceritakan tentang kisah
pengembaraan dan percintaan Galuh Candra Kirana, putri Ratu Daha dengan Raden Inu
Kertapati putra Ratu Kahuripan. Naskah ini ditulis pada tahun 1821 di salin oleh
Muhammad Bakir.. Berikut ini adalah gambar naskah yang dapat di lihat dari koleksi
Perpusnas RI, British Library dan juga Berlin Library :
Gambar 2.3 Cover naskah Hikayat Cekel Weneng Pati/Hikayat Panji Semirang (Digitised
Collection)
Secara fisik kedua naskah yaitu dari British Library dan Berlin Library masih
dalam keadaan baik apalagi pada bagian isi, tulisannya tidak ada yang kurang sedikit,
tulisannya masih sangat layak dan bagus. Namun pada cover naskah pada British Library
sepertinya bagian cover sudah hilang. Untuk koleksi Berlin Library dan British Library
yang menyediakan naskah secara soft file bisa adi baca dan dapat di unduh melalui
website. Bahkan, untuk kebutuhan membancanya, sebagian dapat juga diakses melaui
website yang tersedia. Jika melihat kode naskah MSS Malay C2 pada naskah ini
tulisannya sulit di baca karena tulisannya bergaya, belum ada yang rusak atau koyak,
tintanya tidak blur dan masih sangat jelas. Jika pada naskah yang di simpan di Perpus
Nasional RI, saya hanya bisa mendapatkan covernya saja, tidak bisa melihat pada bagian
tulisannya, karena untuk menjadi anggotanya tidak bisa asal daftar ada peraturan tertentu.
Pada naskah ketiga dari Digitised Collection dengan kode nomor ML 139.
Gambar 2.4 Hikayat Cekel Wening Pati, dengan kode naskah MSS MalayC2.
Gambar 2.5. Teks Hikayat Cekel Wening Pati, dengan kode nomor ML 139
Jangan sekali-kali lupa akan Allah dan RasulNya pada tatkala membaca surat ini
perkataan surat Jawa ini terlalu amat dusata sekali oleh dicandakan orang yang
menyurat yang bijaksana orang tetapi bukannya orang pada masa ini dahulu punya
perbuatan ini maka orang sekarang ini sedikit2 dicandanya pulak jadilah
perpanjanglah kata.
2. Naskah ML 139
Naskah Hikayat Cekel Weneng Pati atau (HCWP) dengan kode nomor 822413639
merupakan koleksi dari Berlin Library. Naskah ini di beri nama Hikayat Panji Semirang
namun isi dan ceritanya sama dengan Hikayat Cekel Wening Pati, karena Hikayat Panji
Semirang merupakan nama lain dari Hikayat Cekel Wening Pati. Naskah ini memiliki
245 halaman memiliki panjang 21x 34 cm. Pada setiap lembar terdapat 13 baris pada
bagian isi, namun pada bagian awal terdapat 6 baris saja. Naskah ini di tidak terbagi
menjadi dua teks melainkan monoteks. Naskah ini tidak memiliki garis panduan, tapi
tulisan rapi dan tersusun lurus tak ada kelok sama sekali, naskah yang di simpan di
Digitized Collection ini tulisannya sangat apik dan bagus, tidak ada tinta yang pudar,
tinta keseluruhan tulisan berwarna hitam. Tidak ada catatan kolofon, tidak memiliki
bingkai tulisan. Jenis tulisan yang di pakai adalah khat farisi, terlihat jelas karena adanya
garis-garis lengkungan yang panjang pada akhir susunan tulisan pada setiap kalimat.
Sistem penomoran disini menggunakan angka. Alas naskah menggunakan kertas eropa,
tidak terdapat watermark, naskah ini ditulis dalam bahasa Jawi-Malay, aksara arab tanpa
vokal atau harakat.
Banyaknya manuskrip yang masih ditemukan hingga saat ini. Bahwa popularitas
cerita “Panji Melayu” ini sudah ada di dunia melayu, naskah ini merupakan sastra yang
berakar pada era Pra-Islam (Hindhu). Naskah ini merupakan salinan Hikayat Cekel
Weneng Pati yang ditulis oleh seorang juru tulis bernama Da’ut, di daerah Kedah. Di tulis
pada tanngal 10 Zulhijah 1201H atau 23 September 1787.
Setelah melakukan inventarisasi, peneliti memilih naskah ML 139 untuk edisi naskah,
karena naskah ini memiliki tulisan yang lumayan bisa di baca ketimbang naskah MSS
MalayC2. Dalam edisi naskah peneliti akan mencantunkan dari segi kelengkapan isi,
kualitas keterbacaan teks, dan usia naskah. Adapun dalam meneliti, peneliti
menggunakan metode edisi kritis naskah.
BAB III
Naskah HCWP ini berbahasa dan berhuruf Arab-Jawi, mungkin banyak orang
yang tidak mengerti cara membacanya termasuk peneliti, yang masih belajar untuk
membaca naskah yang berbahasa Jawi ini, maka diperlukan upaya mentranskripsikan
ke dalam bahasa latin agar kelak bisa di baca dan di pahami dengan mudah. Maka
dari itu, diharuskan untuk mentranskripsikan naskah-naskah tersebut. Untuk menjaga
konsistensi dan mempermudah pembaca memahami berbagai tanda yang digunakan
dalam transliterasi, peneliti berpedoman kepada hal-hal berikut ini:
1. Teks asli naskah HCWP ditulis dengan aksara/huruf Arab dalam bahasa
Melayu dan ditranskripsikan ke dalam huruf latin.
2. Nomor halaman di tulis dengan angka latin dan diletakan di bawah pojok kiri .
3. Dalam bagian awal hanya terdapat 6 baris saja, setiap halaman dalam isinya
terdapat 12 baris
4. Peneliti memberikan tanda-tanda baca untuk memudahkan pelafalan dan
intonasi saat membaca. Tanda-tanda baca itu berupa titik, titik koma, koma,
tanda tanya, tanda seru dan tanda petik, jika di butuhkan dalam pelafalannya
dan nada sebut.
5. Susunan sesuai pada naskahnya yaitu monoteks tidak dibagi-bagi menjadi dua
baris kanan-kiri.
6. Peneliti memperbaiki kata-kata yang janggal dengan kata-kata yang sesuai.
Peneliti juga membenarkan ejaan tulisan yang dianggap kurang benar. Teks
perbaikannya akan diletakan di aparat kritik, posisinya ada pata
footnote/catatan kaki.
7. Jika ada tulisan atau kata yang tidak di mengerti peneliti hanya akan
menuliskannya titik titik dan dalam kurung. .
6
“da” disini mungkin maksudnya adalah “dari”. Jika dibenarkan “anak dari baginda”
7
“itu” di ubah menjadi “yaitu”
8
“Angkuripan”. kesalahan tulis “Kahuripan”
9
mungkin maksudnya “dia pun”
10
mungkin maksudnya “perwari”
11
maksudnya “selir”
12
maksudnya “perilaku”
gambar 2.6 (ML 139) naskah hlm bag. A gambar 2.7 (ML 139) naskah hlm 2.
gambar 2.8 (ML 139) naskah hlm.3 gambar 2.9 (ML 139) naskah hlm.4
C. Ringkasan Isi Teks Hikayat Cekel Weneng Pati
Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Candra Kirana yang mana putri
dari baginda Raja Nata yang amat ta’lim dan hormat kepada orangtuanya akan
bertunangan dengan Raden Inu Kertapati telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng .
Mendengar berita ini, Galuh Ajeng sangat teriris hatinya dan menangis melihat itu
ayahnya yaitu Paduka Liku, merasa ingin menolong anaknya agar Raden Inu bertunangan
dengan Galuh Ajeng bukan Galuh Candra.
Tidak hentinya rasa benci, dengki, serta dendam di dalam hati Paduka Liku
sehingga ia berencana untuk membunuh Galuh Candera Kirana serta paduka Nata. Ia
meracuni makanan yang hendak mereka makan yang mana makanan tersebut telah di
persiapkan oleh dayang-dayang istana. Jika Galuh Candera mati maka yang
menggantikan posisinya adalah Galuh Ajeng yang akan ditunangkan dengan Raden Inu,
itu berlaku juga dengan Paduka Nata yang apabila mati, kelak Paduka Liku yang akan
menggantikan posisinya.
Setelah itu Candera kirana di buang karena penyebab kerusakan dia di fitnah, tiba
saatnya pernikahan itu tiba, Raden Inu mengira Galuh Ajeng adalah Galuh Candera
setelah menikahinya, bukan kesengan yang di dapatkan Raden Inu malah kekecdwaan,
sebab watak sifatnya sangat buruk. Nun jauh disana, Galuh Ajeng menyamar menjadi
laki-laki yang berganti nama menjadi “Panji semirang” ia merupakan perampok yang
sakti. suatu ketika Raden Inu di suruh menghadap Panji Semirang sebagai tebusan harta.
Akhirnya mereka bertemu dan Raden Inu takjub kepada Panji Semirang karena
kecantikan wajahnya, Raden Inu langsung tahu kalau itu adalah wanita. Benar saja,
Raden Inu mengintip Panji Semirang sedang berganti baju dan melihat boneka emas yang
pernah di hadiahkan untuk Galuh Ajeng dan Galuh Candera, dari situ Raden Inu yakin
bahwa ia adalah Galuh Candera yang selama ini dia cari. Mereka pun melepas rindu
semalaman dan membawa Panji Semirang ke kerajaan dan menikahinya. Galuh Ajeng
merasa sedih dan bunuh diri, sedangkan Paduka Liu juga melakukan hal yang sama
dengan anaknya.
D. Nama-Nama Tokoh yang disebutkan dalam naskah (yang terlibat)
Berikut ini adalah nama-nama pemeran yang ada di dalam Hikayat Panji
Semirang atau Cekel Weneng Pati.
Pemegang peranan: