Anda di halaman 1dari 13

MENGGALI KEMBALI SEJARAH

SEORANG PONGTIKU

KELOMPOK : 5 ( LIMA )

NAMA KELOMPOK :

1. CITRA SANDA BUNGA


2. DIAN DIKAWATI
3. FRICHILIYA INTAN L. P
4. SINDY R. PANGGALO
5. YOSIA ENRIQHE MAPALIEY
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah sederhana ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk
mengetahui tentang Pahlawan Kemerdekaan yang telah berjuang didaerah Toraja
yaitu Pongtiku.
Namun dalam penyusunannya, kami menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati kami
menanti saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan rasa
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Agustina Mari, selaku guru Bahasa Indonesia
2. Bapak Daniel Bombang, selaku Narasumber
Satu harapan yang kami inginkan semoga karya tulis ini dapat berguna
bagi pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI
1. Judul Halaman........................................................................................... 1
2. Kata Pengatar............................................................................................. 2
3. Daftar Isi.................................................................................................... 3
4. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................4
5. BAB II PEMBAHASAN...........................................................................5
6. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pong Tiku adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal
dari Tanah Toraja, Sulawesi Selatan. Pong Tiku merupakan pahlawan nasional
yang berjuang melawan penjajahan kolonialisme Belanda di Toraja. Ia lahir di
Rindigallo tahun 1846.
Hari ini bila kita berkunjung ke Toraja, bila kita berjalan di wilayah tepi
sungai Sadan, tepatnya di pusat Kota Rantepao, kita akan melihat Patung
Pongtiku yang berdiri tegak sebagai simbol keberanian dan perlawanan orang
Toraja atas penjajah yang hendak datang dan merampas kemerdekaan orang
Toraja. Namun, alangkah baiknya kita mengenal cerita dan sejarah
kepahlawanan Pongtiku agar di hari-hari ke depan, kita akan lebih menghargai
kebebasan dan kemerdekaan yang sudah kita miliki di hari ini.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui biografi seorang Pahlawan yang bernama Pongtiku.
2. Untuk mengetahui bagaimana awal mula Pongtiku ikut
memperjuangkan kemerdekaan
3. Untuk mengetahui bagaimana proses perang yang dilalui Pongtiku
dengan Belanda.
4. Untuk mengetahui kisah meninggalnya Pongtiku.
5. Untuk mengetahui isi sumpah semangat perjuangan yang dikemukakan
Pongtiku.
6. Untuk mengetahui isi prasasti yang terdapat ditugu tempat
meninggalnya Pongtiku.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Biografi Pongtiku
Pong Tiku, atau sering juga dituliskan Pongtiku, dilahirkan pada
tahun 1846 di wilayah sekitar Rantepao, dataran tinggi Sulawesi. Pada saat
itu, Sulawesi bagian selatan sedang mengalami booming kopi yang
perdagangannya ditentukan oleh banyak panglima perang setempat.
Pongtiku adalah anak terakhir dari enam bersaudara. Ia adalah anak dari
Karaeng Siambo, seorang panglima perang sekaligus Penguasa Pangala.
Ibu Pongtiku bernama Lebok, ia berasal dari Tondon. Pongtiku muda sendiri
adalah seorang anak muda energik yang juga dekat dengan para pedagang
kopi yang sering mengunjungi desanya.

2. Awal Pongtiku ikut memperjuangkan kemerdekaan


Ketokohan Pong Tiku mulai kelihatan ketika terjadi konflik
bersenjata antara negeri Baruppu dan negeri Pangala pada tahun 1880.
Dalam konflik ini ia ditugasi oleh ayahnya yang sudah berusia lanjut, untuk
memimpin lasykar Pangala. Negeri Baruppu dapat dikuasainya dan
dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaannya. Sejak itu, kepemimpinannya
diakui oleh pemangku-pemangku adat lain di Tana Toraja. Dengan mereka,
ia membina kerja sama untuk saling membantu.

3. Proses perang dengan Belanda


Perkuatan pertahanan yang dibangun oleh Pong Tiku ternyata sangat
bermanfaat pada waktu ia menghadapi serangan militer Belanda ke Tana
Toraja. Serangan ini merupakan rentetan dari serangan Belanda terhadap
Kerajaan Bone yang ketika itu merupakan kerajaan terkuat di Sulawesi
Selatan. Setelah kerajaan Bone ditaklukkan, Pada tahun 1905 Belanda
melanjutkan operasi-operasi militernya ke kerajaan-kerajaan lain. Satu
persatu kerajaan ini mereka taklukkan, termasuk kerajaan Luwu dengan ibu
kotanya Palopo. Tana Toraja pun merupakan sasaran untuk dikuasai.
Operasi militer Belanda untuk menduduki Tana Toraja dimulai dari
Palopo. Pada pertengahan bulan Maret 1906, setelah menempuh perjalanan
yang sulit, pasukan Belanda tiba di Bori. Mereka berhasil memaksa
beberapa pemuka adat untuk datang ke Bori dan menyerahkan senjata. Hal
yang sama dilakukan pula setelah pasukan ini tiba di Rantepao.
Dari tempat ini, pada akhir Maret 1906, Belanda mengirim surat
kepada Pong Tiku meminta agar ia datang ke Rantepao. Pong Tiku menolak
dengan tegas. Permintaan kedua yang disampaikan Belanda pada
pertengahan April 1906, juga ditolaknya.
Setelah dua kali Pong Tiku menolak untuk datang ke Rantepao,
Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan ke benteng-benteng
pertahanan Pong Tiku. Sasaran pertama ialah merebut benteng Lalidong
yang terletak di atas sebuah bukit di sebelah barat daya benteng Buntubatu.
Serangan dilancarkan pada tanggal 27 Juni 1906. Setelah bertempur hampir
sehari penuh, benteng ini dapat mereka rebut. Pasukan Pong Tiku
mengundurkan diri ke benteng Buntubatu.
Sasaran Belanda berikutnya ialah merebut benteng Buntuasu, Kado,
dan Tondok. Di antara ketiga benteng tersebut, benteng Buntuasu yang
pertama kali diserang karena dianggap lebih mudah untuk direbut. Serangan
dilancarkan pada tanggal 16 Juli 1906.
6
Ternyata, mereka mendapat perlawanan yang cukup sengit. Serdadu
Belanda yang merayap mendaki bukit dihujani tembakan gencar dari
benteng. Banyak pula yang menjadi korban terkena batu-batu yang
digulingkan oleh pasukan Pong Tiku dari atas benteng. Akhirnya, pasukan
Belanda mengundurkan diri.
Setelah gagal merebut benteng Buntuasu, Belanda mengalihkan
serangan ke benteng Kado dan Tando dengan terlebih dahulu
mendatangkan pasukan bantuan dari kolasi. Serangan itu pun tidak berjalan
seperti yang direncanakan. Sama halnya dengan serangan terhadap benteng
Buntuasu, serdadu-serdadu Belanda yang mendaki bukit menjadi korban
batu-batu yang digulingkan dari benteng. Banyak pula yang terkena air
cabai (tirrik mata) yang disemprotkan oleh pasukan Pong Tiku. Namun,
setelah bertempur selama sehari, benteng ini dapat juga mereka kuasai.
Pasukan Pong Tiku mengundurkan diri, sebagian ke benteng Rinding Alla
dan sebagian ke benteng Buntubatu.
Pertahanan di benteng Rinding Alla tidak sekuat pertahanan di
benteng-benteng lain. Lagipula, Belanda mengubah taktik serangan.
Biasanya, serangan dilancarkan pada siang hari. Akan tetapi, serangan
terhadap benteng Rinding Alla dilancarkan pada dinihari dan hal itu diluar
perkiraan pasukan Pong Tiku. Menjelang siang, benteng ini jatuh ke tangan
Belanda. Sementera itu, kondisi di benteng utama, Buntubatu, sudah kritis.
Benteng ini sudah terisolasi. Hubungan dengan daerah luar dan dengan
pejuang-pejuang lain sudah terputus akibat ketatnya blokade yang dilakukan
Belanda. Persediaan makanan dan air minum sudah menipis. Peluru-peluru
meriam pun boleh dikatakan sudah habis. Pasokan senjata dari luar tidak
dapat lagi dilakukan. Dalam situasi serba kritis itu, ibunda Pong Tiku
meninggal dunia yang dengan sendirinya turut mempengaruhi jiwa pejuang
ini. Bagaimanapun, sesuai dengan tradisi masyarakat Toraja, ia harus
menyelenggarakan upacara pemakaman jenazah ibunya.
7
Belanda yang mengetahui kondisi kritis dalam benteng Buntubatu
mulai memanfaatkannya. Mereka mengirim kurir untuk mengajak Pong
Tiku berdamai. Semula, Pong Tiku menolak. Akan tetapi, istri-istri anggota
pasukannya mendesak agar ajakan damai itu diterimanya. Oleh karena
desakan itu, ditambah dengan pertimbangan untuk memperoleh waktu bagi
penyelenggaraan pemakaman ibunya, pada akhirnya Pong Tiku bersedia
berdamai. Sebagai tanda kesediaan berdamai, ia menyerahkan sejumlah
kecil senjata kepada Belanda, sedangkan sebagian besar disembunyikan
dengan perhitungan akan digunakan pada waktu yang akan datang. Untuk
memperlihatkan kebaikan hati. Belanda memberikan hadiah kepada para
istri dan anak-anak Pong Tiku.
Perdamaian itu hanya berlangsung selama tiga hari. Pada tanggal 30
Oktober 1906 pasukan Belanda menyerbu benteng dan menggeledah isinya.
Mereka menemukan senjata dalam jumlah ratusan. Para penghuninya diusir
dari benteng, termasuk Pong Tiku. Ia diperintahkan kembali ke Pangala.
Setelah selesai menyelenggarakan pemakaman ibunya, Pong Tiku
bersama sejumlah kecil sisa-sisa pasukannya berusaha kembali melanjutkan
perjuangan. Ia bergabung dengan para pejuang di benteng Ambeso dan Alla
yang dipimpin oleh beberapa orang pemangku adat. Benteng yang terletak
di Tana Toraja bagian selatan ini sudah beberapa kali diserang oleh Belanda,
namun gagal. Akhirnya, akhirnya Belanda mendatangkan pasukan yang
lebih besar dari Rantepao dan Kalosi. Setelah melalui pertempuran sengit,
benteng Ambeso jatuh ke tangan Belanda. Benteng Alla yang merupakan
benteng terakhir di Tana Toraja, direbut Belanda pada akhir Maret 1907.
Pong Tiku berhasil menyelamatkan diri. Dia kembali ke Pangala
melalui hutan dan celah-celah bukit, berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain.

4. Proses meninggalnya Pongtiku


Selama 2 tahun Pong Tiku berperang dengan Belanda,selama itu
juga Pong Tiku membuat Belanda kocar kacir dan akibatnya posisi Belanda
yang sudah terjepit oleh perlawanan Pong Tiku dan rakyat Tana
Toraja,sehingga Belanda menggunakan taktik liciknya dengan cara
menghasut salah seorang anggota atau pasukan Pong Tiku untuk
memberitahukan dimana Pong Tiku berada,dengan imbalan di beri sejumlah
uang.Dan pada saat itu Pong Tiku sedang mandi di sungai sadan yang
letaknya di singki (sekarang benteng batu),Rantepao.
Akhirnya pasukan Pong Tiku yang berhianat melapor kepada
Belanda tentang keberadaan Pongtiku, pasukan Belanda langsung berangkat
ke sungai sadan tempat di mana Pong Tiku mandi pada saat itu, Pada saat
pasukan Belanda mendatangi tempat itu tanpa banyak banyak tingkah
langsung menangkap Pong Tiku karena kagetnya Pong Tiku tidak berbuat
apa-apa.Dan akhirnya pada tanggal 10,juli 1907 Pong Tiku di tembak mati
di tempat tersebut.
5. Isi sumpah semangat perjuangan yang dikemukakan Pongtiku
Bila melihat sejarah panjang Toraja dan Sulawesi Selatan, maka tak
pelak lagi kita akan mendapati Pongtiku adalah penantang Belanda yang
terakhir di daerah selatan Sulawesi, dan sekaligus penantang utama Belanda
di wilayah Toraja. Semangat perjuangan Pongtiku ini tampak lewat sumpah
yang diucapkannya sendiri, yaitu: Iatu Tolino Pissanri Didadian, sia
Pissanri Mate Iamoto Randuk Domai Tampak Beluakku Sae Rokko Pala
Letteku, Nokana Lanaparenta Tumata Mabusa (Manusia hanya sekali
dilahirkan dan mati, dari ujung rambut sampai telapak kakiku, saya tidak
akan rela diperintah oleh Belanda). Semangat ini pun terlihat dari
perjuangan gigih yang membawa Pongtiku ke dalam kobaran perang dengan
Belanda yang berlangsung lebih dari setahun lamanya.

8
6. Isi prasasti yang terdapat ditutu tempat meninggalnya Pongtiku

Tentara Belanda pertama kali datang ke Toraja pada tahun 1906.


Sekalipun perlawanan Pong Tiku dan kawan-kawan sangat heroik, Belanda
kemudian menang melalui tipu muslihat yang berakhir dengan eksekusi
Pong Tiku di tepi sungai di Sa'dan, Rantepao pada tahun 1907. Sekarang di
atas tempat dihukum matinya Pong Tiku (terletak di Jalan Benteng Batu
Rantepao) dibangun sebuah tugu peringatan/prasasti yang menceritakan
perjuangan Pong Tiku berikut kutipan prasasti itu:

PAHLAWAN PONGTIKU

1850 :Pongtiku lahir di Rindingallo, (pangala, Kota Pahlawan)

1906 Maret :Belanda menduduki Rantepao, Belanda mengirim ultimatum


supaja pongtiku menjerah, Pongtiku membalas lebih baik mati daripada
menyerah

1906 April :Pertempuran di Tondon Pangala'


1906 Djuni:Pertempuran di Benteng Lali' Londong

1906 Djuni:Permintaan Belanda berunding ditolak

1906 Djuli:Pertempuran di Benteng-Benteng Buntu Asu Ka'do dan Tondok

1906 Agustus:Pertempuran di Benteng Rindingallo

1906 Oktober:Gentjatan Sendjata

1906 November:Belanda dengan siasat Litjiknja Melutjuti semua sendjata


pasukan Pongtiku

1907 Djanuari:Pongtiku dengan pasukan menggabung dengan pasukan


Bombing di Alla

1907 Maret:Benteng Alla jatuh, Pongtiku kembali ke Pangala'

1907 Djuni 30:Pongtiku ditangkap dan ditahan di Rantepao

1907 Djuli 10:Pongtiku ditembak mati di tempat di tepi sungai Sa'dan


10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pong Tiku adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang


berasal dari Tanah Toraja, Sulawesi Selatan. Pong Tiku merupakan pahlawan
nasional yang berjuang melawan penjajahan kolonialisme Belanda di Toraja.

Pongtiku lahir sebagai anak bungsu dari pasangan suami istri Karaeng
dan Lebok pada petengahan Abad ke XIX (1846) di Tondon Pangala.
Karaeng adalah penguasa adat Pangala dan sekitarnya. Karena kemampuan
dan kepemimpinan Pongtiku yang menonjol, maka sekalipun ia anak bungsu
dialah yang menggantikan ayahandanya sebagai penguasa tatkala ayahnya
sudah tua.

Selama 2 tahun Pong Tiku berperang dengan Belanda,selama itu juga


Pong Tiku membuat Belanda kocar kacir dan akibatnya posisi Belanda yang
sudah terjepit oleh perlawanan Pong Tiku dan rakyat Tana Toraja,sehingga
Belanda menggunakan taktik liciknya dengan cara menghasut salah seorang
anggota atau pasukan Pong Tiku untuk memberitahukan dimana Pong Tiku
berada,dengan imbalan di beri sejumlah uang.Dan pada saat itu Pong Tiku
sedang mandi di sungai sadan yang letaknya di singki (sekarang benteng
batu),Rantepao.Akhirnya pasukan Pong Tiku yang berhianat melapor kepada
Belanda tentang keberadaan Pongtiku, pasukan Belanda langsung berangkat
ke sungai sadan tempat di mana Pong Tiku mandi pada saat itu, Pada saat
pasukan Belanda mendatangi tempat itu tanpa banyak banyak tingkah
langsung menangkap Pong Tiku karena kagetnya Pong Tiku tidak berbuat
apa-apa.Dan akhirnya pada tanggal 10,juli 1907 Pong Tiku di tembak mati di
tempat tersebut.

11

3.2 Saran

Saran kami yaitu sebaiknya Makam Pahlawan Pongtiku selalu


dibersihkan karena banyak sampah dan daun-daun pohon yang berserakan
dan mengganggu pemandangan sehingga membuat makam tampak tidak
terawat.
Dan untuk para generasi muda, sebaiknya tau tentang sejarah
kemerdekaannya, apa lagi Pahlawan kemerdekaan yang ada diwilayahnya
yang telah memperjuangkan kemerdekaan sehingga sekarang dapat
merasakan bagaimana kemerdekaan itu. Karena bangsa yang baik adalah
bangsa yang tau sejarahnya.
12

Anda mungkin juga menyukai