Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI BIAYA DAN MANAJEMEN ISLAM

MAKALAH
KONSEP PENYUSUNAN ANGGARAN DALAM ISLAM

Oleh Kelompok 6 :
MARIA ULFA (A031181345)
NURHADIJA (A031181348)
KASWATI (A031181365)
FITRATUNNISA (A031181366)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat
serta salam tidak lupa juga dihanturkan untuk junjungan nabi agung, yaitu Nabi
Muhammad yang telah menyampaikan petunjuk Allah untuk seluruh alam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
Alimuddin,SE.,MM.,Ak.,CPMA. Serta Ibu Rizky Utami S.E., M.Acc., Fin selaku dosen
kami dan kepada semua pihak serta berbagai sumber yang senantiasa memberikan
bantuannya dalam menyelesaikan makalah tentang “ Konsep Penyusunan Anggaran
Dalam Islam”  ini.
Akhir kata, harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada
masyarakat dan bersedia untuk mewujudkannya bersama.

Makassar. 17 April 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………….…..1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI…................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…….........................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah……………………………………………………………................5
1.3 Tujuan…………….…………......…………………………….………………..............5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyusunan Anggaran Dalam
Islam........................................................................6
2.2 Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Penuyusunan Anggaran Dalam Perspektif
Islam…………………………………………………………………….............................9
2.3 Penyusunan Anggaran Dalam Islam……………………………………………………..13

BAB III PENUTUP


Kesimpulan....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era sekarang ini, Lembaga atau sebuah organisasi baik bersifat profit (sektor
swasta) maupun nonprofit (Pemerintah) adalah yang mampu melakukan efisiensi,
peningkatan mutu, dan mampu mem-pertahankan kelangsungan hidup organisasi dan
terus berkembang. Kondisi tersebut menuntut para pemangku kebijakan untuk
meningkatkan kinerja yang tidak lepas dari kemampuan dalam perencanaan, peng-
koordinasian, dan pengendalian berbagai aktivitas dan sumber daya yang dimiliki. Dalam
menjalankan sebuah organisasi, ada berbagai fungsi yang harus dilakukan oleh seorang
manajer. Fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan (planning) pengendalian
(controlling), dan pengambilan keputusan (decision making).
Perencanaan sebagai titik tolak men-jalankan kegiatan organisasi, memegang
peranan yang sangat penting. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan dapat dibeda-
kan menjadi perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka
panjang organisasi tertuang dalam visi, misi, strategi dan program, sedangkan peren-
canaan jangka pendek akan diturunkan berdasar perencanaan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek yang disajikan dalam bentuk angka-angka disebut dengan
anggaran.
Organisasi memerlukan anggaran sebagai salah satu komponen penting agar tetap
survive dalam menjalankan suatu aktivitas untuk menerjemahkan seluruh strategi
menjadi rencana dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Anggaran merupakan
gambaran kuantitatif dari tujuan-tujuan manajemen dan menjadi alat untuk menentukan
kemajuan dalam mencapai tujuan tersebut.
Pada umumnya suatu organisasi atau lembaga menggunakan anggaran sebagai
salah satu langkah awal dalam melaksana-kan aktivitas. Anggaran adalah alat peren-
canaan dan pengendalian yang sangat penting dalam suatu kelembagaan, sehingga proses
penyusunan anggaran merupakan aspek penting dalam pencapaian keberhasil-an suatu
organisasi. Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan dan pengendalian,
tetapi juga sebagai alat koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi serta alat

4
untuk mendelegasikan wewenang atasan kepada bawahan. Lebih lanjut menurut Hanson
pengendalian dalam anggaran mencakup pengarahan dan penga-turan orang-orang dalam
organisasi. Proses penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran, dimana
pihak-pihak yang berkaitan diberi peran untuk melaksanakan kegiatan pencapaian
sasaran yang ditetapkan dalam anggaran

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Penyusunan Anggaran Dalam Islam?
2. Factor-faktor Apa Saja Yang Perlu Dipertombangkan Dalam Penyusunan Anggaran
Dalam Perspektif Islam
3. Bagaimana Penyusunan Anggaran Dalam Perspektif Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Konsep Penyusunan Anggaran Dalam Islam
2. Mengetahui Factor-faktor Apa Saja Yang Perlu Dipertombangkan Dalam Penyusunan
Anggaran Dalam Perspektif Islam
3. Mengetahui Bagaimana Penyusuna Anggaran Dalam Perspektif Islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyusunan Anggaran Dalam Islam


A. Definisi Perencanaan Keuangan dalam Perspektif keuangan Islami
Perencanaan keuangan merupakan hal yang penting dalam mencapai suatu tujuan
finansial. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai perencanaan
keuangan. Perencanaan atau planning adalah kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan
dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat
hasil yang optimal.
Dalam konteks perencenaan keuangan konvensional dikenal dengan sebutan
financial freedom yang identik dengan kebebasan dari bekerja dan pendapatan pasif
yang besar. Menurut Robert Kiyosaki mengatakan bahwa financial freedom itu
diperoleh ketika seseorang sudah bisa men-support berbagai keperluan dirinya hanya
dari passive income, seperti hasil investasi properti atau bisnis. Kebebasan finansial
sebagai suatu keadaan ketika seseorang telah berhasil “menempatkan harta
ditangannya, tetapi tidak dihatinya”. Dengan kata lain, financial freedom diperoleh
ketika sudah muncul sifat qana‟ah dalam hati seseorang atau terbebas dari
kekhawatiran dari hartanya. Artinya, seseorang tidak lagi merasa kekurangan dengan
harta yang sedikit dan tidak pula boros ketika harta sudah banyak.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin sering menemukan istilah
perencanaan keuangan. Definisi perencanaan keuangan menurut Certified Financial
Planner, Board of Standards, Inc. adalah proses mencapai tujuan seseorang melalui
manajemen keuangan secara terencana.
Konsep perencanaan keuangan syariah adalah konsep perencanaan keuangan yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Islam mengajarkan pada para umatnya
untuk melakukan ritual keagamaan yang sering disebut ibadah dan juga mengajarkan
tata cara melakukan kegiatan ekonomi dan pengelolaan harta. Para perencana
keuangan syariah berusaha melakukan eksplorasi yang maksimal agar investasi dan
tata cara pengelolaan keuangan memenuhi hukum-hukum yang telah diatur dalam Al-
Quran dan Hadits.

6
Perencanaan Keuangan Syariah juga dapat didefiniskan sebagai proses
perencanaan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan,
pemilihan serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk
mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan jangka panjang baik di dunia
maupun akhirat.
Perencanaan Keuangan kita tidak hanya berhenti dari sisi duniawi akan tetapi
insya Allah akan terus berlanjut ke akhirat dengan ketika pahala yang terus
bersambung tersebut. Oleh sebab itu, segala sesuai persiapan secara keuangan di
dunia ini. Konsep lain yang berbeda di dalam Islamic Financial Planning, salah
satunya adalah bahwasannya seluruh perbuatan yang kita lakukan di dunia ini
seyogyanya perbuatan yang baik, halal dan memberikan berkah contohnya adalah
dalam mencari rizki. Dari perbuatan yang halal dan membawa berkah ini pun barulah
kita melakukan Perencanaan Keuangan secara Islami yang menyangkuat di antaranya
adalah: Pendapatan secara Islami, Pengeluaran secara Islami, Manajemen Utang,
Perlindungan (Manajemen Resiko) secara Islami, Investasi, serta Zakat, Sedekah,
Amal, dan Wakaf.

B. Tujuan Perencanaan Keuangan Dalam Perspektif Keuangan Islami


Perencanaan keuangan yang baik akan menghasilkan sebuah rencana keuangan
yang jelas dan memudahkan kita untuk mencapai suatu tujuan finansial. Tujuan
perencanaan keuangan adalah untuk mengehemat apapapun menjadikan pengeluaran
menjadi lebih efektif, atau digunakan untuk hal-hal yang perioritas. Artinya kita bisa
mengelola besarnya uang yang masuk dan mengelolanya dengan baik. Tujuan
perencanaan keuangan dalam perspektif Islam adalah perencanaan menjadikan fallah
sebagai tujuan finansial yang berarti mendapat keberuntungan, kemuliaan, dan
ketenangan tidak hanya didunia namun juga diakhirat.

C. Manfaat Perencanaan Keuangan dalam Perspektif Islami


a. Memastikan semua kebutuhan pokok terpenuhi dan sebagai acuan dalam
penyusunan perencanaan keuangan.

7
b. Sebagai evalasi pengelolaan keuangan kita. Salah satu caranya adalah dengan
memeriksa kondisi keuangan kita atau financial chek up dalam mencapai tujuan
finansial.
c. Sebagai pemberi semangat (motivasi).

D. Karakteristik Anggaran
Lima karakteristik anggaran yang memperhatikan perilaku manusia yaitu:
1. Budgetary Participation (partisipasi anggaran). Mengacu pada sejauh mana
manajer berpartisipasi dalam menyusun anggaran dan mempengaruhi sasaran
anggaran untuk pencapaian prestasinya.
2. Budgetary Goal Clarity (kejelasan sasaran anggaran). Mengacu pada sejauh
mana sasaran anggaran dinyatakan secara jelas dan spesifik, juga dimengerti
oleh para manajer yang bertugas mencapai sasaran anggaran.
3. Budgetary Feedback (umpan balik anggaran). Umpan balik tentang tingkat
pencapaian sasaran anggaran adalah variable motivasi yang sangat penting.
4. Budgetary Evaluation (evaluasi anggaran). Evaluasi anggaran mengacu pada
selisih anggaran yang ditelusuri ke manajer pusat pertanggung jawaban dan
dipakai untuk mengevaluasi kinerja.
5. Budget Goal Difficulty (tingkat kesu-litan sasaran anggaran). Sasaran ang-
garan yang sangat mudah dicapai tidak mencerminkan tantangan dan memiliki
pengaruh motivasional yang rendah. Di lain sisi, sasaran yang sangat sulit
untuk dicapai mengakibatkan perasaan gagal, frustasi, penolakan dan aspirasi
yang rendah.

E. Tahapan Penyusunan Anggaran


Menurut Siegel dan Marcony dalam Asnawi, ada tiga tahapan utama dalam proses
penyusunan anggaran, yaitu:
1. Penetapan Tujuan. Perencanaan dimulai dengan men-terjemahkan tujuan
organisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus.
2. Implementasi. Pada tahap implementasi, rencana formal tersebut digunakan
untuk meng komunikasikan tujuan dan strategi orga-nisasi, serta untuk
memotivasi orang secara positif dalam organisasi.

8
3. Pengendalian dan Evaluasi Kinerja. Setelah anggaran diimplementasikan,
maka anggaran tersebut berfungsi sebagai elemen kunci dalam sistem
pengendalian. Anggaran menjadi tolak ukur terhadap manajemen kinerja
actual dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemen
berdasarkan pengecualian.

2.2 PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI ISLAM TERHADAP PERENCANAAN


ANGGARAN
Anggaran didefinisikan oleh Glenn A Welsch sebagai “Profit planning and
control may be broadly as defined as sistematic and formalized approach for
accomplishing the planning, coordinating and control responsibility of management”.
Dengan demikian, anggaran harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen
yang meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen.
Interpretasi dari hal tersebut adalah: (1) Anggaran harus bersifat formal yang
disusun dengan sengaja serta bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis dan teliti, (2)
Anggaran harus sistematis yang disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika, (3)
Setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan,
sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi
tertentu, (4) Keputusan yang diambil oleh manajer tersebut, merupakan pelaksanaan
fungsi manajer dari segi perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan pengawasan.
Melalui anggaran, organisasi mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen
ke semua anggota organisasi, mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian
organisasi, menugaskan tanggung jawab kepada manajer, juga memperoleh komitmen
dari manajer yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer.
Meskipun penyusunan anggaran merupakan tanggung jawab pimpinan tertinggi
organisasi, namun dapat didelegasikan kepada bagian yang terkait seperti bagian
administrasi yang menyimpan seluruh data aktivitas organisasi. Pendelegasian tersebut
dapat juga diberikan kepada panitia anggaran yang terdiri dari pimpinan dan wakil
masing-masing bagian terkait.

9
Fungsi anggaran pada suatu organisasi merupakan alat untuk membantu pimpinan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai
pedoman kerja dalam menjalankan program kerja untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Winardi, perencanaan suatu tindakan yang meliputi tindakan memilih
dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi mengenai
masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktivitas-aktivitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan
demikian, sebelum suatu organisasi melaksanakan aktivitasnya, pimpinan dari organisasi
tersebut lebih dahulu harus merumuskan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masa
mendatang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta mekanisme
pelaksanaannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktivitas akan dapat terlaksana
dengan baik.
Selain berfungsi sebagai perencanaan organisasi, anggaran merupakan salah satu
cara untuk mengadakan pengawasan. Pengawasan tersebut merupakan usaha yang
ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat dicapai. Dengan demikian,
pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan kinerja.
Pengawasan tersebut dilakukan dengan membandingkan antara prestasi kerja dengan
yang dianggarkan. Dari perbandingan tersebut dapat ditemukan perilaku efisiensi, kinerja
yang baik dalam mengelola organisasi. Tujuan pengawasan tersebut bukan untuk mencari
kesalahan, akan tetapi untuk mencegah dan memperbaiki kesalahan serta untuk menjamin
tercapainya tujuan-tujuan dan rencana organisasi.
Adapun fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari
setiap individu atau bagian dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam koordinasi
tersebut diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana
antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam konteks tersebut, anggaran dapat
dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam organisasi, karena
semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah
diatur dengan baik.
Fungsi anggaran yang lain adalah merupakan suatu rencana kerja yang disusun
sistematis sehingga dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam organisasi

10
untuk menjalankan kegiatannya, karena penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman
masa lalu dan prediksi pada masa yang akan datang.
Untuk mencapai tujuan organisasi, fungsi anggaran tersebut perlu
diimplementasikan. Dalam kerangka itulah, anggaran harus disusun berdasarkan pada
prinsip-prinsip anggaran yaitu transparan, akuntabel, disiplin anggaran (efisien, tepat
guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan), keadilan (penggunaannya harus
dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat), efisien dan
efektif (harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan bagi masyarakat).
Kalau dicermati, prinsip-prinsip anggaran tersebut sangat relevan dengan prinsip-
prinsip hukum ekonomi Islam. Oleh karena itu, penyusunan anggaran dengan penerapan
prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam sudah menjadi keniscayaan. Adapun prinsip-
prinsip hukum ekonomi Islam yang dapat diterapkan dalam penyusunan anggaran adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Tauhid
(Unity/Ilahiyah/Ketuhanan) adalah prinsip umum dalam Islam, sehingga hukum
ekonomi Islam pun menganut prinsip tersebut. Prinsip ini menegaskan bahwa semua
manusia ada di bawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang
dinyatakan dalam kalimat La ‘ilaha Illa Allah.
Prinsip ini ditarik dari firman Allah QS. Ali-Imran ayat 64 yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu
kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa
kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang Muslim.”
Berdasarkan atas prinsip tauhid tersebut, maka pelaksanaan hukum ekonomi
Islam merupakan ibadah. Dengan demikian, bagi orang muslim yang bekerja
menyusun anggaran, maka tidak lain karena sedang beribadah dan memenuhi
perintah atau ketetapan Allah, sehingga anggaran yang disusun akan transparan,
akuntabel, disiplin dan dapat dipertanggungjawabkan.

11
2. Prinsip Keadilan
(Equilibrium/Keseimbangan) adalah prinsip yang menuntut terwujudnya
keseimbangan individu dan masyarakat, prinsip tersebut menghendaki jalan lurus
dengan menciptakan tatanan sosial yang menghindari perilaku merugikan. Dalam
penyusunan anggaran harus dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh
kelompok masyarakat.

Prinsip keadilan ini diambil dari:


a. QS. Al-An'am ayat 152 yang artinya: “Dan janganlah kamu dekati harta anak
yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”
b. Al-Maidah ayat 8 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah
kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.”
c. QS. Al-Hujurat.

3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar


Adalah prinsip yang memosisikan anggaran sebagai pedoman kerja, sehingga bagi
yang melakukan penyimpangan (kemungkaran) dapat diberi sanksi, dan yang
berprestasi diberi reward.
Prinsip Amar makruf nahi munkar tersebut ditegaskan dalam:
a. QS. Al-Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang

12
makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”
b. QS. Al-Imran ayat 110 yang artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat)
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang
fasik.”
c. QS. Al-Imran ayat 114 yang artinya: “Mereka beriman kepada Allah dan hari
akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar
dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-
orang saleh.”
4. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility)
Adalah prinsip yang menuntut komitmen mutlak terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan sesama manusia, sehingga penyusunan anggaran harus
mempertanggungjawabkan kebenarannya.
Prinsip pertanggungjawaban tersebut ditegaskan dalam:
a. QS. Al-Isra ayat 36 yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu
yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani,
semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
b. QS. Al-Ahzab ayat 15 yang artinya: “Dan sungguh, mereka sebelum itu telah
berjanji kepada Allah, tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan
perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungjawabannya.”

2.3 PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI ISLAM TERHADAP PERENCANAAN


ANGGARAN
Anggaran didefinisikan oleh Glenn A Welsch sebagai "Profit planning and
contro may be broadly as defined as sistematic and formalized approach for
accomplishing the planning, coordinating and control respon-sibility ofmanagement"
Dengan demikian, anggaran harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang

13
meliputi fungsi perencanaan, koordinasi dan pengawasan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen.
Interpretasi dari hal tersebut adalah:
1) Anggaran harus bersifat formal yang disusun dengan sengaja serta bersungguh-
sungguh dalam bentuk tertulis dan teliti
2) Anggaran harus sistematis yang disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika
3) Setiap manajer dihadapkan pada suatu tanggungjawab untuk mengambil
keputusan, sehingga anggaran merupakan hasil pengambilan keputusan yang
berdasarkan asumsi tertentu
4) Keputusan yang diambil oleh manajer tersebut, merupakan pelaksanaan fungsi
manajer dari segi perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan peng-awasan.

Fungsi anggaran pada suatu organisasi merupakan alat untuk membantu pimpinan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai
pedoman kerja dalam menjalankan program kerja untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Winardi perencanaan suatu tindakan yang meliputi tindakan memilih
dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi mengenai
masa yang akan datang dalam hal memvisualisasi serta merumuskan aktifitas-aktifitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan
demikian sebelum suatu organisasi melaksanakan aktivitasnya, pimpinan dari organisasi
tersebut lebih dahulu harus merumuskan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masa
datang dan hasil yang akan dicapai dari kegiatan-kegiatan tersebut, serta mekanisme
pelaksanaannya. Dengan adanya rencana tersebut, maka aktifitas akan dapat terlaksana
dengan baik.
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan kinerja.
Pengawasan tersebut dilakukan dengan membandingkan antara prestasi kerja dengan
yang dianggarkan. Dari perbandingan tersebut dapat ditemukan perilaku efisiensi, kinerja
yang baik dalam mengelola organisasi. Tujuan pengawasan tersebut bukan untuk mencari
kesalahan, akan tetapi untuk mencegah dan memperbaiki kesalahan serta untuk menjamin
tercapainya tujuan-tujuan dan rencana organisasi.

14
Adapun fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari
setiap individu atau bagian dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Dalam koordinasi
tersebut diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana
antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dalam konteks tersebut anggaran dapat dipakai
sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam organisasi, karena semua
kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur
dengan baik.
Fungsi anggaran yang lain adalah merupakan suatu rencana kerja yang disusun
sistematis sehingga dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam organisasi
untuk menjalankan kegiatannya, karena penyusunan anggaran berdasarkan peng-alaman
masa lalu dan prediksi pada masa yang akan datang.
Prinsip-prinsip anggaran yaitu, transparan, akuntabel, disiplin anggaran (efisien,
tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggung-jawabkan), keadilan (penggunaannya
harus dialokasikan secara adil untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat), efisien
dan efektif (harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan dan
kesejahteraan bagi masyarakat).
Adapun prinsip-prinsip hukum ekonomi Islam yang dapat diterapkan dalam
penyusunan anggaran, sebagai berikut:
1. Prinsip Tauhid (Unity/Ilahiyah/Ketuhanan) adalah prinsip umum dalam Islam,
sehingga hukum ekonomi Islam pun menganut prinsip tersebut. Prinsip ini
menegaskan bahwa semua manusia ada di bawah satu ketetapan yang sama, yaitu
ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat La’ilaha Illa Allah. Prinsip ini
ditarik dari firman Allah QS. Ali Imran ayat 64. Berdasarkan atas prinsip tauhid
tersebut, maka pelaksana-an hukum ekonomi Islam merupakan ibadah. Dengan
demikian, bagi seorang muslim yang bekerja menyusun ang-garan, maka tidak
lain karena sedang beribadah dan memenuhi perintah atau ketetapan Allah,
sehingga anggaran yang disusun akan transparan, akun-tabel, disiplin dan dapat
dipertanggung-jawabkan
2. Prinsip Keadilan (Equilibrium/ Keseim-bangan) adalah prinsip yang menuntut
terwujudnya keseimbangan individu dan masyarakat, prinsip tersebut
menghendaki jalan lurus dengan menciptakan tatanan sosial yang menghindari

15
perilaku merugikan. Dalam penyusunan anggaran harus dialokasikan secara adil
untuk kepentingan seluruh kelompok masyarakat. Prinsip keadilan ini diambil
dari QS. Al An’am ayat 152, QS. Al-Maidah : 8, QS. Al-Hujurat.
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, adalah prinsip yang memposisikan anggaran
sebagai pedoman kerja, sehingga bagi yang melakukan penyimpangan
(kemungkaran) dapat diberi sanksi, dan yang berprestasi diberi reward. Prinsip
amar makruf nahi munkar tersebut ditegaskan dalam QS. Al-Imran : 104, 110,
114.
4. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsi-bility), adalah prinsip yang menuntut
komitmen mutlak terhadap upaya peningkatan kesejahteraan sesama manusia,
sehingga penyusunan anggaran harus mempertanggungjawabkan ke-benarannya.
Prinsip pertanggung-jawaban tersebut ditegaskan dalam QS. Al-Isra ayat 36 dan
surat Al-Ahzab ayat 15.

16
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep perencanaan keuangan syariah adalah konsep perencanaan keuangan yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah Islam. Islam mengajarkan pada para umatnya untuk
melakukan ritual keagamaan yang sering disebut ibadah dan juga mengajarkan tata cara
melakukan kegiatan ekonomi dan pengelolaan harta. Para perencana keuangan syariah
berusaha melakukan eksplorasi yang maksimal agar investasi dan tata cara pengelolaan
keuangan memenuhi hukum-hukum yang telah diatur dalam Al-Quran dan Hadits.
Interpretasi dari hal tersebut adalah: Anggaran harus bersifat formal yang disusun
dengan sengaja serta bersungguh-sungguh dalam bentuk tertulis dan teliti, Anggaran
harus sistematis yang disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika, Setiap manajer
dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan, sehingga anggaran
merupakan hasil pengambilan keputusan yang berdasarkan asumsi tertentu, Keputusan
yang diambil oleh manajer tersebut, merupakan pelaksanaan fungsi manajer dari segi
perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan pengawasan.
Melalui anggaran, organisasi mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen
ke semua anggota organisasi, mengkoordinasikan aktivitas dari berbagai bagian
organisasi, menugaskan tanggung jawab kepada manajer, juga memperoleh komitmen
dari manajer yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja dari manajer.
Fungsi anggaran pada suatu organisasi merupakan alat untuk membantu pimpinan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai
pedoman kerja dalam menjalankan program kerja untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi anggaran yang lain adalah merupakan suatu rencana kerja yang disusun
sistematis sehingga dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam organisasi
untuk menjalankan kegiatannya, karena penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman
masa lalu dan prediksi pada masa yang akan datang.
Dalam kerangka itulah, anggaran harus disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip
anggaran yaitu transparan, akuntabel, disiplin anggaran , keadilan , efisien dan efektif .

17
Anggaran didefinisikan oleh Glenn A Welsch sebagai "Profit planning and contro
may be broadly as defined as sistematic and formalized approach for accomplishing the
planning, coordinating and control respon-sibility ofmanagement" Dengan demikian,
anggaran harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi fungsi
perencanaan, koordinasi dan pengawasan sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen.
Fungsi anggaran pada suatu organisasi merupakan alat untuk membantu pimpinan
dalam pelaksanaan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai
pedoman kerja dalam menjalankan program kerja untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi anggaran yang lain adalah merupakan suatu rencana kerja yang disusun
sistematis sehingga dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam organisasi
untuk menjalankan kegiatannya, karena penyusunan anggaran berdasarkan peng-alaman
masa lalu dan prediksi pada masa yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aidil Akbar, Seputar Perencanaan Keuangan Syariah (Finance Detik.com), Dikutip dari
http://finance.detik.com/read/2013/07/24/070313/2312229/722/masih-seputar-
perencanaan-keuangansyariah diakses pada 17 April 2021
Dwi Suwiknyo, Tarbiyah Finansial, (Yogyakarta: Diva Press, Desember 2009), Hal. 12-
13. Muhaimin Iqbal, Dinar Solution (Dinar Solusi), (Jakarta: Gema Insani,
November, 2008), Hal. 46.
Murniati Mukhlisin, Sakinah Finance (Solusi Mudah Mengatur Keuangan Keluarga
Islami), Cet. Pertama, (Solo: Tinta Medina, Juni 2013), Hal. 24.
Achmad Firdaus, Kajian Islam Tentang Pengelolaan Keuangan Keluarga, dikutip dari
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/03/31/kajian-islam-tentang-
pengelolaan-keuangankeluarga/ diakses pada 17 April 2021

Arno, Abdul Kadir. 2016. Anggaran Perspektif Fiqhi Anggaran Hukum Ekonomi
Syariah. Al-Amwal : Journal of Islamic Economic Law September 2016, Vol. 1,
No. 1.

19

Anda mungkin juga menyukai