“BERINAI”
DI SUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
IRLINA DEWI
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, shalawat serta salam kita kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini
dapat diselesaikan.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
mencurahkan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat dengan baik dan lancar dalam
menulis makalah ini.
Selanjutnya kami mohon kepada dosen pembimbing khususnya dan para pembaca
pada umumnya bila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, baik dari segi bahasa
maupun kontennya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Berinai ................................................................................................. 3
B. Malam Berinai pada masyarakat Melayu......................................................... 5
C. Paparan Data Kearifan Lokal Tradisi Malam Berinai...................................... 7
D. Nilai dan Norma Tradisi Malam Berinai.......................................................... 11
E. Nilai Tradisi Malam Berinai............................................................................. 12
F. Filosofi Malam Berinai .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam rangka menjalani hidupnya, selalu terikat dengan fasefase kehidupan,
yang pada setiap perubahan fase tersebut selalu dilakukan upacara.1 Sejak janin masih berada
dalam kandungan, kemudian selepas melahirkan, memberikan nama, masa pubertas,
menikah, menjadi warga masyarakatnya, upacara sebagai pemimpin, sampai kematian, dan
juga pascakematian. Dalam siklus hidup tersebut, perkawinan merupakan fase kehidupan
manusia yang bernilai sakral dan sangat penting. Dibandingkan dengan fase kehidupan
lainnya, fase perkawinan sangat khusus. Perhatian pihakpihak yang berkepentingan dengan
acara tersebut banyak tertuju kepadanya, mulai dari memikirkan proses akan menikah,
persiapannya, upacara pada hari perkawinan, hingga setelah upacara usai dilaksanakan. Tidak
saja calon pengantin laki-laki dan perempuan saja yang merencanakan, memikirkan, dan
menjalankannya, tetapi juga termasuk orang tua dan keluarganya, karena perkawinan mau
tidak mau pasti melibatkan mereka sebagai orang-orang tua yang harus dihormati.
Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat perkawinan yang harus
dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengannya. Adat istiadat perkawinan dalam
suatu masyarakat berfungsi sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan upacara
perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu tahap dalam keseluruhan daur kehidupan
manusia yang sangat penting. Melalui perkawinan seseorang akan mengalami perubahan
status, yakni dari status bujangan menjadi berkeluarga (dengan status suami atau istri),
dengan demikian pasangan tersebut diakui dan diperlakukan sebagai anggota penuh dalam
masyarakat.
Dalam sistem kekerabatan, perkawinan seseorang juga akan mempengaruhi sifat
hubungan kekeluargaan, bahkan dapat pula menggeser hak serta kewajiban untuk sementara
anggota kerabat lainnya. Misalnya seorang abang yang tadinya bertanggung jawab atas
adiknya seorang gadis, tetapi dengan terjadinya ikatan tali perkawinan maka hak dan
kewajiban seorang abang sudah berpindah kepada suami sang adik. Setiap upacara
perkawinan itu begitu penting baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota
kekerabatan kedua belah pihak pengantin.
1
Rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat atau agama. Dalam konteks
penelitian ini, upacara tersebut berkaitan dengan upacara adat, yaitu upacara yang berhubungan dengan adat
suatu masyarakat, misalnya upacara adat perkawinan, upacara adat kematian, atau upacara adat menabalkan
nama, dan lain-lain.
1
Upacara malam berinai merupakan tahap dari upacara perkawinan yang dilaksanakan
sebelum acara bersanding dilaksanakan. Dalam realitasnya, penggunaan inai termasuk di
dalam upacara perkawinan adalah sebuah institusi budaya yang berusia relatif tua di dunia
ini.
Inai ini merupakan salah satu bahan untuk mempercantik diri. Inai memegang peran
penting dalam acara khusus seperti upacara pernikahan, kehamilan pada usia tujuh bulan. Di
India, dua atau tiga hari sebelum pernikahan dilangsungkan, mempelai wanita akan
menghadiri pesta inai biasanya malam, yang diselenggarakan bersama keluarga dan teman.
Tangan mempelai wanita akan dihias inai dari ujung jari sampai siku, dan di kaki dari ujung
kaki sampai lutut. Nama mempelai laki laki akan ditulis secara tersembunyi di sela-sela
ukiran cantik inai yang dipasang dan akan dijadikan kuis permainan pencarian nama
calonnya. Pada saat sebelum pernikahan dimulai diadakan permainan, dimana mempelai laki
laki harus menemukan lebih dulu dimana tulisan namanya disembunyikan sambil bernyanyi
dan menari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna dari Berinai?
2. Bagaimana prosesi Malam Berinai pada masyarakat Melayu?
3. Jelaskan Paparan Data Kearifan Lokal Tradisi Malam Berinai!
4. Apa Nilai dan Norma Tradisi Malam Berinai?
5. Bagaimana Nilai Tradisi Malam Berinai?
6. Apa Filosofi Malam Berinai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Makna Berinai
2. Untuk mengetahui Malam Berinai pada masyarakat Melayu
3. Untuk mengetahui Paparan Data Kearifan Lokal Tradisi Malam Berinai
4. Untuk mengetahui Nilai dan Norma Tradisi Malam Berinai
5. Untuk mengetahui Nilai Tradisi Malam Berinai
6. Untuk mengetahui Filosofi Malam Berinai
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Berinai
Kata ―henna berasal dari bahasa latin untuk tanaman Lawsonia Inermis yang diucapkan
oleh orang Arab sebagai Hinna, di Indonesia dikenal dengan inai. Asal tepat dari inai sulit
dikatakan karena seni ini telah berusia hampir 5000 tahun. Beberapa sejarahwan mengatakan
bahwa bangsa Mogul yang membawa inai ke India tetapi sejarahwan lain mengatakan bahwa
asal mula inai adalah India, sedang yang lain mengatakan bahwa asal mula inai adalah Timur
Tengah atau Afrika Utara. Hal ini telah peneliti jelaskan pada bagian pendahuluan.
Tumbuhan inai bisa mencapai ketinggian 4 sampai 6 kaki dan dapat ditemukan di negara-
negara seperti Pakistan, India, Afganistan, Mesir, Suriah, Yaman, Uganda, Maroko, Senegal,
Tanzania, Kenya, Iran dan Palestina. Inai tumbuh cukup baik di iklim panas. 2
Inai adalah nama tumbuhan tertua yang digunakan sebagai kosmetik. Sangat aman
digunakan. Jarang sekali menimbulkan masalah. Jika ragu karena mempunyai kulit sensitif,
ada baiknya konsultasi dengan dokter dan mencobanya dalam kuantitas kecil. Contohnya
dengan mengoleskan sedikit saja inai pada belakang leher atau dibawah lengan, karena kulit
di daerah tersebut tergolong area yang paling sensitif. Inai alami biasanya aman karena tidak
mengandung pewarna sintetis kimia atau bahan tambahan yang berbahaya lainnya. Inai bisa
di pakai pada bagian tubuh dengan membuat pola dan desain yang indah. Inai juga dikenal
khasiatnya untuk penyembuhan dan terapi. Sejak jaman dahulu, inai dipakai untuk
menyehatkan rambut agar makin mengkilap, berfungsi sebagai kondisioner rambut dan baik
untuk kulit kepala.
Di India, inai merupakan salah satu cara mempercantik diri selain memakai make up
atau perhiasan. Bisa dipakai sehari-hari, atau memegang peran penting dalam acara khusus
seperti pernikahan. Dua atau tiga hari sebelum pernikahan dilangsungkan, mempelai
perempuan akan menghadiri pesta mehndi atau berinai yang diselenggarakan bersama
keluarga dan teman. Tangan mempelai perempuan akan dihias inai dari ujung jari sampai
siku, dan di kaki dari ujung kaki sampai lutut. Nama mempelai laki-laki akan dituliskan
secara tersembunyi di sela-sela inai yang dipasang dan akan dijadikan permainan kuis
pencarian nama calonnya. Pada saat sebelum pernikahan dimulai diadakan permainan di
2
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19315/108107015.pdf?sequence=1&isAllowed=y
3
mana mempelai laki-laki harus menemukan lebih dahulu di mana tulisan namanya
disembunyikan. Kadang-kadang mempelai laki-laki pun dihiasi dengan inai juga.
Dalam sejarah pemakaian inai digunakan untuk menangkal kejahatan dan membawa
nasib baik bagi pemakainya. Karenanya inai biasa dipakai sebelum melahirkan (sewaktu
hamil) dan sebelum pernikahan (calon pengantin). Sebagian besar prosesi pernikahan
tradisional di beberapa daerah yang ada di Indonesia memasukan ritual pemakaian daun pacar
sebagai salah satu ritual pernikahan Melayu. Masing-masing daerah memiliki arti dan makna
tersendiri untuk ritual tersebut, meski di masa sekarang ritual ini dianggap oleh sebagian
kalangan masyarakat Indonesia sebagai pelengkap prosesi pernikahan suatu adat semata.
Selain di India dan Pakistan, inai juga masih sering digunakan kaum perempuan di
Afrika, Asia, bahkan Amerika. Di beberapa negara, inai dikenakan di hari pernikahan, baik
itu untuk menghiasi kuku, lengan dan kaki para calon pengantin wanita. Selain untuk
mempercantik penampilan, penggunaan inai juga diyakini dapat melindungi pemakainya dari
berbagai gangguan. Seperti upacara Henna belly, melukis perut yang sedang hamil dengan
daun pacar bukan lagi hal tabu. Selain melestarikan tradisi, mempercantik perut sudah
menjadi bagian dari gaya hidup. Di Indonesia, henna lebih dikenal dengan inai atau paci atau
pacar yaitu bahan pewarna alami dari daun tanaman pacar. 3
Di beberapa tradisi dan adat budaya daerah di Indonesia, pemakaian henna atau inai
adalah bagian dari ritual sebelum prosesi pernikahan. Seperti di Aceh dengan bahgoca,
Padang dan Betawi melalui malam bainai. Di masyarakat Melayu dikenal dengan istilah
malam berinai. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam inai atau wenni mappaci
(Bugis) dan akkorontigi (Makasar). Upacara ini merupakan ritual pemakaian inai ke tangan si
calon mempelai. Maknanya adalah untuk mempersiapkan calon pengantin untuk memasuki
babak kehidupan baru. Meninggalkan hidup menyendiri menuju kepada kehidupan berumah
tangga.
Dalam masyarakat Melayu, pada malam berinai ini, calon pengantin wanita dihias
sedemikian rupa, dipakaikan baju yang indah dan dihias seperti pengantin. Lalu didudukkan
di pelaminan dan ditepungtawari. Maknanya agar calon pengantin perempuan pada keesokan
harinya tidak terkejut lagi bila duduk di pelaminan. Malam ini bisa juga dikatakan sebagai
gladi resik untuk pelaksanaan perkawinan pada esok hari. Selain itu, malam ini adalah malam
terakhir calon pengantin perempuan berada di rumah tersebut, karena setelah pernikahan pada
kesesokan harinya, calon pengantin perempuan bukan lagi milik keluarganya melainkan
sudah menjadi milik suaminya. Setelah diselenggarakan pernikahan, pengantin perempuan
3
Ibid,
4
akan dibawa ke rumah pengantin laki-laki. Adapun makna malam berinai bagi calon
pengantin laki-laki adalah sebagai persiapan untuk pelaksanaan perkawinan. Calon pengantin
laki-laki harus mempersiapkan dirinya untuk melepas masa lajangnya. Pada malam ini, calon
pengantin laki-laki berkumpul dengan teman-teman dan sanak keluarganya. Pada malam ini,
calon pengantin laki-laki bersenda gurau dengan teman-temannya, karena esok hari calon
pengantin laki-laki memasuki babak baru dalam kehidupannya. Dia harus belajar
bertanggung jawab, karena dia sudah menikah dan sudah berkeluarga (memiliki keluarga
sendiri).
Inai yang dipakai oleh calon pengantin laki-laki adalah inai yang dikirimkan oleh calon
pengantin perempuan. Maknanya adalah untuk melihat kesungguhan hati dari kedua calon
pengantin. Calon pengantin perempuan sudah mempersiapkan diri untuk melayani calon
suaminya dengan mengirimkan inai tersebut. Calon pengantin laki-laki juga sudah siap
menerima pelayanan dari calon istrinya. Di samping itu, maksud dari pengiriman inai ini
adalah untuk melihat apakah colon pengantin laki-lakinya siap untuk melaksanakan
pernikahan pada keesokan harinya. Karena dikhawatirkan, jangan-jangan pengantin laki-
lakinya sudah pergi atau melarikan diri.
5
Tata cara berinai ada tiga, yaitu:
a. Berinai curi
Berinai curi dilakukan oleh keluarga tanpa mengundang tamu dan tidak dilakukan di
pelaminan. Berinai ditafsirkan untuk menambah semangat calon pengantin dan
mengusir setan dan roh ghaib. Setelah menikah, inai adalah ikon untuk pengantin
baru.
b. Berinai kecil
Berinai kecil dilakukan calon pengantin dengan memakai pakaian tengkuluk
untuk laki-laki dan untuk perempuan memakai kebaya dan selendang (jilbab). Berinai
ini dilakukan di rumah calon pengantin masing-masing di atas pelaminan yang
dihadap oleh sanak keluarga. Setiap orang menepungtawari dan melekatkan inai di
telapak tangan calon pengantin. Yang diinai adalah jari kaki dan pinggir tapak kaki
serta jari tangan dan telapak tangan. Hiasan inai di telapak tangan bermacam-macam
bentuknya tergantung kepada keahlian si penginai dan permintaan calon pengantin.
Berinai kecil maksudnya adalah menginai calon pengantin laki-laki dan
perempuan sebelum waktu diinaikan. Sedangkan waktu berinai yang sebenarnya
adalah setelah acara tepuk tepung tawar dilaksanakan. Biasanya pelaksanaan berinai
kecil dilakukan sehari sebelum prosesi akad nikah. Pelaksanaannya dilakukan oleh
satu orang atau beberapa orang saudara mara calon pengantin baik laki-laki maupun
perempuan. Maksud berinai kecil ( inai curi atau inai sendi ) adalah sebagai pertanda
bahwa calon penganti telah siap memasuki gerbang pernikahan dan karena itulah
yang diinai hanya pada ujung jari jemari saja dan tidak sampai pada telapak tangan
dan telapak kaki.
c. Berinai besar. Sebelum berinai besar, pihak perempuan mengantar inai kepada pihak
pengantin laki-laki. Dalam upacara ini, calon penantin diinai di rumah masing-
masing. Ditepungtawari dan diinai secara bergantian oleh kaum keluarga terutama
kaum perempuan. Biasanya pesta berinai besar ini dilakukan pada malam sehari
sebelum pesta perkawinan dilakukan. Malam pesta berinai besar ini dimeriahkan oleh
bunyibunyian dan di depan calon pengantin dipersembahkan “Tari Gubang”.
Dahulu, malam berinai dilaksanakan tiga malam berturut-turut untuk menghasilkan warna
inai yang sempurna. Selaras dengan perkembangan zaman, sekarang hanya dilakukan satu
malam saja, yaitu malam berinai besar yang dilaksanakan pada malam sehari sebelum duduk
6
bersanding dilaksanakan. Apalagi sekarang sudah ada inai yang berbentuk gel yang sangat
praktis dalam pemakaiannya dan menghasilkan warna yang sempurna. Sebelum upacara
pemberian inai, biasanya dipersembahkan beberapa pertunjukan dan dimeriahkan dengan
tari-taian, kasidah, dan sinandong. Tari Gubang ditarikan didepan pengantin. Tari Gubang
adalah tarian khusus yang dipersembahkan kepada calon pengantin pada malam berinai yang
dilaksanakan di Tanjungbalai.
Upacara atau acara pemberian inai kepada pengantin ini lazim disebut "malam berinai."
Upacara pemberian inai yang didahulukan oleh Tari Gubang ini sangat khusus. Sebab acara
ini hanya ada dalam malam berinai dan tidak ditemukan dalam acara lain dalam persembahan
seni kepada masyarakat luas. Karena keistimewaan acara itu, maka penyajian Tari Gubang
tidak seperti penyajian tari-tari Melayu lainnya yang dapat ditampilkan dimana saja dan
kapan saja. Tari Gubang memiliki ruang dan alamnya sendiri yang kemudian mengkhususkan
kedudukannya.
Di daerah Melayu lainnya, tari ini disebut tari inai. Tari inai adalah tari yang nyaris ada di
semua daerah Melayu di Sumatera Utara seperti Langkat, Deli, Serdang, Asahan, maupun
Labuhan Batu. Masing-masing masyarakat Melayu di daerah-daerah tersebut membentuk
Tari Inai sesuai dengan alam, ungkapan dan falsafah yang dimilikinya. Oleh karena itu Tari
Inai bisa sangat beragam. Antara daerah Melayu yang satu dengan daerah Melayu lainnya
memiliki persamaan dan perbedaan. Baik penamaan ragamnya, istilah geraknya, garis edar
pola lantainya, sampai kepada properti yang digunakannya. Meski demikian keberadaan Tari
Inai dimanapun tetap sama, yaitu sebagai bagian dari prosesi pemberian tanda kepada
pengantin wanita.
4
Sinar, Tengku Silvana. 2011. Kearifan Lokal Berpantun dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan:
USU Press
7
sinandong dadong (1) ―Sinandong Membuai Anak‖, bait keenam
baris ketiga dan empat. Frasa Kalau boso balaslah jaso, bermakna
‖jika sudah besar, harus pandai membalas jasa kedua orang tua‖.
Membalas jasa orang tua adalah nilai sopan santun seorang anak
terhadap orang tua. Sebagai ucapan rasa syukur karena telah
dibesarkan dan dibekali dengan pengetahuan. Sudah menjadi
kewajiban bagi seorang anak untuk membalas jasa kedua orang
tuanya, jika nantinya dia menjadi orang yang sukses. patuh
terhadap perintah orang tua juga termasuk ke dalam norma sopan
santun. Seorang anak yang pandai membalas jasa, orang tuanya
akan senang dan akan mendoakan anak tersebut agar diberi rezeki
yang melimpah.
2 Kesetiakawanan Kesetiakawanan sosial dapat diilhat dalam tradisi pada malam
sosial berinai ini, yaitu:
1. Apapun permasalahan yang terjadi dalam pesta besar ini
haruslah menjadi beban dan tanggung jawab bersama semua
anggota keluarga untuk mengatasi dan menyelesaikannya.
Kebersamaan dan kesetiaan itu penting untuk menanggung
untung rugi dalam pesta tersebut. Jadi, anggota inti
dalamkeluarga harus ikut merasakannya. Nilai yang ingin
ditunjukkan adalah penyadaran bahwa manusia hendaknya
hidup dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai satu
tujuan yang sama. Nilai ini menghilangkan sikap yang
saling berebut kuasa dan pengaruh, yang sering
mementingkan diri sendiri atau kelompok.
2. Sesuai dengan adat lembaga Peribahasa ini terdapat dalam
sinandong anak atau dadong (1) ―Sinandong Membuai
Anak‖, bait ketiga baris keempat. Nilai yang mengekalkan
adalah rasa kesamaan adat dan budaya, mengentalkan
hubungan antar puak dan suku. Nilai ini juga menyadarkan
orang agar tidak terjebak kepada perbedaanperbedaan adat
dan budaya, tetapi menganggap perbedaan itu sebagai
khasanah budaya bersama yang perlu dijunjung dan
8
dihormati. Nilai yang menumbuhkan rasa kebersamaan yag
saling berbagi senang dan susah dan menjauhkan diri dari
keinginan untuk menang sendiri, kenyang seorang.
Peribahasa ini juga digunakan untuk kesetiakawanan sosial.
Senasib sepenanggungan. Walau tidak ada apaapa untuk
dimakan yang penting berkumpul dan bersatu untuk
merasakan kebahagiaan dan kesedihan bersama. Yakni nilai
yang menyadarkan orang akan kesamaan dan persatuan.
Menumbuhkan rasa bersatu, ada dalam satu rumpun.
3. Kehadiran para undangan dalam upacara malam berinai ini
juga merupakan bentuk kesetiakawanan sosial. Jika para
undangan tidak hadir, maka upacara ini jadi sia-sia
dilakukan. Nilai ini menumbuhkan rasa bertanggung jawab
untuk memelihara tenggang rasa antar sesama anggota
masyarakatnya, menumbuhkan rasa menghargai terhadap
orang yang sudah memberi undangan. Selain itu nilai lain
yang ingin diperjuangkan adalah anjuran untuk
menumbuhkan rasa persaudaraan yang kental, tidak
mementingkan diri sendiri atau kelompok.
3 Rasa syukur Melaksanakan acara pesta perkawinan adalah bentuk salah satu
kearifan lokal dalam mewujudkan rasa bersyukur yang dilakukan
oleh masyarakat Melayu Batubara. Pernikahan bukan hanya
sekedar untuk menjalankan perintah semata tetapi juga
mengharapkan kemurahan rezeki oleh Tuhan dengan cara
bekerja. Suami wajib bekerja untuk menafkahi keluarganya, baik
istri serta anak-anaknya. Anak merupakan amanah bagi orang tua
untuk dijaga, dididik dan dibesarkan agar kehidupannya kelak
bias membawa kebenaran untuk di duni dan akhirat. Bentuk
tepung tawar yang terdapat dalam upacara malam berinai juga
merupakan uangkapan rasa syukur kepada sang pencipta.
4 Gotong royong Gotong-royong juga dapat dilihat dalam pesta perkawinan dan
sunatan. Juga terlihat dalam upacara malam berinai yang
merupakan serentetan kegiatan dalam pesta perkawinan. Sanak
9
saudara dan tetangga terdekat akan berdatangan membantu
pekerjaan dalam perhelatan pesta tersebut. Biasanya mereka
datang dua hari sebelum diadakan pesta. Gotong-royong ini
dilakukan mulai dari mendirikan teratak, memasak makanan
untuk pesta, mencuci piring, sampai membongkar teratak kembali
sehabis pesta. Pekerjaan ini dilakukan secara gotong-royong
selama lebih kurang empat hari. Sebagai imbalan orang yang ikut
dalam gotong-royong ini, biasanya untuk keluarganya (anak-
anaknya) diantarkan rantang ke rumah yang berisi nasi dan lauk-
pauk ke rumahnya selama orang tersebut ikut berpartisipasi
dalam pesta itu.
5 Peduli Penggunaan kata-kata boting Bogak, Siapi-api, Tanjungnapal,
lingkungan Limaumanis, merujuk kepada nama tempat. kopah, korang,
kupang, dan ikan cengcaru, merujuk nama lauk-pauk yang
berasal dari laut. Kedua hal ini menunjukkan bahwa orang
Melayu peduli akan lingkungannya. Bubur sagu, wajik, dan kue
putu, merujuk kepada peduli lingkungan terhadap makanan
pokok. Semua bahan baku dari masakan tersebut merupakan
bahan makanan pokok, seperti sagu, beras, pulut, gula merah, dan
kelapa. Penggunaan kata-kata pucuk paoh, delimo batu, dan
galenggang, adalah tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai
obat. Pucuk pauh untuk awet muda. Delima batu banyak
mengandung oksidan, baik untuk kesehatan tubuh dan kulit. Daun
gelenggang dapat digunakan sebagai obat panu. Begitu juga
dengan penggunaan peralatan dalam upacara tepung tawar yang
berasal dari alam, yang semuanya itu termasuk dalam
pemeliharaan lingkungan. Ketika tumbuh-tumbuhan tersebut
masuk ke dalam perangkat upacara adat, artinya tumbuhan
tersebut harus tetap tumbuh, supaya dapat dipergunakan. Hal ini
menjadi kewajiban bagi orang Melayu untuk melestarikannya,
walaupun tidak dilakukan oleh semua orang Melayu. Begitu juga
dengan hidangan yang disajikan dalam pesta. Bahan bakunya
harus tersedia seperti kelapa dan padi yang juga terdapat dalam
10
sinandong tersebut sebagai komoditi penghasilan utama
masyarakat Melayu selain dari hasil laut.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi pada masyarakat Melayu, tidak boleh sembarangan menggunakan inai. Sebab berinai
memberi isyarat dan pelambangan bercorak tertentu. Pemasangan inai pada calon pengantin
juga dilakukan oleh Mak Andam. Kegiatan ini berbeda suasananya dengan kegiatan
berandam. Menginai calon pengantin dalam suasana santai dan diwarnai kemeriahan.
Khalayak ramai terutama sahabat calon pengantin diperkenankan menyaksikannya. Lain
halnya dengan kegiatan berandam, orang yang menyaksikan terbatas jumlahnya. Berinai
dilakukan pada malam hari, di rumah kediaman calon pengantin laki-laki maupun
perempuan. Dilaksanakan malam hari menurut kepercayaan masyarakat Melayu adalah lebih
baik, karena warna inai akan lebih merah, sebaliknya apabila dilakukan pada siang hari
warnanya akan memudar. Selain itu mengenakan inai tidak boleh mendengar ayam berkokok.
Oleh sebab itulah, kegiatan dilakukan pada malam sebelum jadwal ayam berkokok
menunjukkan waktu. Telah disampaikan di atas, bahwa malam berinai adalah malam suka
cita.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasaan ini kiranya akan dapat diminimalis dengan
partisipasi pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif agar makalah
kedepan dapat lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Alisjahbana, S. Takdir. 2008. Seni dan Sastra di Tengah-tengah Pergolakan Masyarakat dan
Kebudayaan. Jakarta: Dian Rakyat
Al-Hadi, Syed Alwi Sheikh. 1986. Adat Resam dan Adat Istiadat Melayu. Kuala lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka
All About Living with Life. 2009. ―11 Benefits of Positive Thinking‖. Tersedia pada:
http://www.allaboutlivingwithlife.blogspot.com/ 2009/07/11- benefit-of-positive
thingking.html
Avan, Alexander. 2010. Parijs van Soematra. Medan: Rainmaker Publishing House
Azra, Azyumardi. 1999. KonteksBerteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta:
Paramadina.
Bungin, Burhan. 2010a. Penelitian Kualitatif (Komuniasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta: Predana Media Group
Bungin, Burhan. 2010b. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Cartwright, Catherine and Jones. 2008. North African Henna: History and Technique. United
States of America: Henna Page Publications
14