Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PPKN

MENGANALISIS KEBERAGAMAN
UPACARA PERNIKAHAN
DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Disusun Oleh :
1. Ahmad Raihan Adiwibowo / 16177002
2. Dony Syah Putra / 16177008
3. Laninta Putri Maharani / 16177022
4. Monica Maharani / 16177024
5. Rafa Orfa Reyvaldo / 16177031

KELAS IX A
SMP NEGERI 1 KLARI
TAHUN AJARAN 2018 / 2019
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan “Menganalisis Keberagaman Upacara
Pernikahan di Lingkungan Masyarakat”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kami Ibu Nurhasanah, S.Pd
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Karawang, 22 Januari 2019

Kelompok Penyusun
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
2. TUJUAN .............................................................................................. 1
BAB II METODE SURVEY ........................................................................ 2
BAB III HASIL SURVEY ............................................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 5
1. ADAT JAWA ..................................................................................... 5
2. ADAT SUNDA ................................................................................... 8
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 11
1. KESIMPULAN .................................................................................. 11
2. SARAN ............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 12
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebudayaan cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa inggris), berasal dari


perkataan latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengubah dan mengolah alam. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata
budaya memiliki arti pikiran akal budi, sedangkan kebudayaan yaitu hasil kegiatan
dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya.
Termasuk dalam hal ini upacara pernikahan masyarakat. Upacara pernikahan
merupakan suatu kebudayaan turun-temurun sesuai dengan daerah asalnya. Pada
zaman modern saat ini, masih banyak ditemui pernikahan yang mengusung adat
serta tradisi sesuai daerah asalnya masing-masing. Terjadinya perpindahan
penduduk menyebabkan pernikahan adat tidak mesti dilaksanakan didaerah
asalnya saja. Pada makalah ini, kami akan membahas keanekaragaman upacara
pernikahan adat di lingkungan masyarakat di Kabupaten Karawang.

2. Tujuan

Tujuan analisis ini adalah untuk menambah pengetahuan akan


Keberagaman Pernikahan adat dan mencari perbedaan untuk menemukan ciri khas
masing-masing daerah.
2

BAB II

METODE SURVEY

1. Jenis Metode Survey


1.1. Wawancara, digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai
pembahasan ruang lingkup dalam proposal kegiatan survey di sekolah.

2. Prosedur Survey
2.1. Tahap - tahap wawancara meliputi :
1. Menentukan narasumber
2. Mempersiapkan bahan wawancara
3. Melakukan wawancara dan memelihara agar wawancara produktif
4. Menghentikan wawancara dan memperoleh rangkuman hasil
wawancara

3. Petugas Survey
Survaiver 1 : Ahmad Raihan Adiwibowo
Survaiver 2 : Dony Syahputra
Survaiver 3 : Laninta Putri Maharani
Survaiver 4 : Monica Maharani
Survaiver 5 : Rafa Orva Reyvaldo

4. Materi Survey
4.1. Indikator pertanyaan yang diajukan ke Narasumber
1. Asal Pengantin
2. Nuansa Pernikahan
3. Adat yang digunakan
4. Tata busana, tata rias, dekorasi yang digunakan
5. Prosesi adat yang dilakukan
6. Ciri khas adat daerah yang dilakukan
3

BAB III
HASIL SURVEY
1. Narasumber 1
Nama : Dea Resty P.
Usia : 30 tahun
Asal pengantin keduanya dari suku Sunda. Nuansa pernikahan yang dilakukan
yakni nuansa adat Sunda Jawa Barat. Tata rias, tata busana dan dekorasinya
mengadopsi adat istiadat Sunda. Prosesi adat yang dilakukan setelah akad nikah
yakni siraman.

2. Narasumber 2
Nama : Nur Fitri Utami
Usia : 27 tahun
Asal pengantin wanita suku Jawa dan pengantin pria dari suku Sunda. Nuansa
pernikahan mengadopsi adat pengantin wanita yakni adat Jawa. Tata rias, tata
busana Jawa ketika akad nikah dan prosesi adat. Resepsi pernikahan
menggunakan busana dan riasan modern sesuai dengan dekorasinya yang
modern. Prosesi adat yang dilakukan adalah siraman, sungkeman dan bebarapa
adat Jawa lainnya.

3. Narasumber 3
Nama : Gina Ambarwati
Usia : 22 tahun
Asal kedua mempelai dari suku Sunda. Nuasa pernikahan berupa adat Sunda.
Tata rias, busana dan dekorasi bertema dan berciri khas suku Sunda. Prosesi
yang telah dilaksanakan berupa siraman, ngaras, ngababakeun, sawer, nincak
endog dan pabetot bakakak hayam.
4

4. Narasumber 4
Nama : Ghina Elvina
Umur : 28 tahun
Kedua mempelai berasal dari suku Sunda. Pernikahan menganut konsep adat
Sunda. Tata rias dan busana bertema berciri khas suku Sunda. Prosesi yang
telah dilakukan berupa siraman, sawer, pabetot bakakak hayam dan tradisi suku
Sunda lainnya.

5. Narasumber 5
Nama : David Algivi
Umur : 28 tahun
Mempelai berasal dari suku Sunda. Tata rias dan busana serta dekorasi
berkonsep tradisi Sunda. Prosesi adat yang dilakukan berupa saweran, pabetot
bakakak hayam dan tradisi suku Sunda lainnya.
5

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil survey dan observasi yang dilakukan, pernikahan paling sering
dilaksanakan di lingkungan Kabupaten Karawang adalah pernikahan adat Sunda
dan Jawa. Tradisi-tradisi tersebut memiliki perbedaan yang terkesan unik dan
berciri khas daerah masing-masing.

1. Adat Jawa
1.1. Prosesi Pranikah
1.1.1. Pasang Tarub, Bleketepe, dan Tuwuhan
Tarub adalah atap sementara di halaman rumah yang dihiasi janur
melengkung sebagai ritual simbolis. Diikuti bleketepe (anyaman daun
kelapa tua oleh orang tua mempelai wanita), serta tuwuhan dipasang di sisi
gerbang berupa tumbuh-tumbuhan bermakna harapan agar calon pengantin
memperoleh keturunan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan, dan selalu
bahagia.
1.1.2. Sungkeman Orangtua
Meminta doa dan restu, mengucap rasa terimakasih dan memohon maaf
atas kesalahan kepada orang tua untuk melaksanakan pernikahan.
1.1.3. Siraman
Dimaknai sebagai penyucian diri agar ketika memasuki hari pernikahan
calon mempelai dalam keadaan suci lahir dan batin. Penyiram ditentukan
dalam jumlah ganjil, umumnya tujuh atau sembilan orang.
1.1.4. Meratus Rambut dan Ngerik
Rambut yang basah disiram dikeringkan dengan diratus. Rambut akan
harum hingga hari pernikahan. Perias akan mulai ngerik menghilangkan
rambut halus yang ada di dahi. Lalu, perias akan mulai membuat pola
cengkorong paes.
6

1.1.5. Midodareni
Calon mempelai wanita berada di dalam kamar sejak pukul 18.00 hingga
24.00 dengan riasan sederhana ditemani ibu juga pinisepuh yang memberi
nasihat untuk hidup berumah tangga dan kerabat wanita. Dilangsungkan
tantingan saat ayah wanita menanyakan kemantapan berumah tangga
dengan pilihannya. Dilakukan prosesi nyantri, calon pengantin pria
ditemani sanak saudara datang ke kediaman calon pengantin putri.
1.1.6. Srah-Srahan
Penyerahan barang-barang dari mempelai pria kepada mempelai wanita.
Karena dilakukan pada malam midodareni, maka penerimaannya diwakili
orang tua mempelai wanita.
1.1 Akad Nikah atau Pemberkatan
1.2.1. Prosesi Pascanikah atau Upacara Panggih
Puncak bertemunya kedua mempelai setelah resmi menjadi suami istri.
Tarian edan-edanan menjadi pembuka dimulainya upacara panggih.
1.2.2. Penyerahan Sanggan
Diserahkan kepada orang tua mempelai wanita sebagai penebus putri
mereka. Terdiri dari satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang di
pohon, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, dan kenanga), serta
benang lawe.
1.2.3. Balangan Gantal
Daun sirih yang diisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau
hitam yang diikat dengan benang lawe. Dari arah berlawanan, mempelai
pria melemparkan gantal ke dahi, dada dan lutut mempelai wanita, dibalas
oleh mempelai wanita yang melempar gantal ke dada dan lutut mempelai
pria. Ritual ini melambangkan kedua mempelai saling melempar kasih.
1.2.4. Wijikan
Mempelai wanita yang membasuhkan air pada kaki mempelai pria
sebanyak tiga kali. Mencerminkan wujud bakti istri kepada suami, dan
menghilangkan halangan menuju rumah tangga bahagia.
7

1.2.5. Kanten Asto


Kedua mempelai berdiri berdampingan, sambil mengaitkan jari
kelingking, berjalan bersama menuju pelaminan.
1.2.6. Tanem Jero
Kedua mempelai masih dalam posisi berdiri menghadap tamu undangan
dan membelakangi kursi pelaminan. Disaksikan ibu mempelai wanita,
ayah dari mempelai wanita memegang dan menepuk bahu kedua mempelai
untuk mendudukkan keduanya di pelaminan.
1.2.7. Tampa Kaya
Menuangkan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, gabah, padi,
beras kuning, jagung ; sejumlah bumbu dapur ; bunga sritaman ; dan uang
logam. Dikucurkan ke atas tikar pandan yang dipangku mempelai wanita.
1.2.8. Dhahar Kalimah
Mempelai pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan diletakkan di atas
piring yang dipegang mempelai wanita. Disaksikan mempelai pria,
mempelai wanita memakan satu per satu kepalan nasi, lalu mempelai pria
memberikan segelas air putih kepada mempelai wanita. Menggambarkan
kerukunan suami istri akan mendatangkan kebahagiaan dalam keluarga.
1.2.9. Ngunjuk Rujak Degan
Minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah.
Dimulai dengan ayah mencicipi rujak degan yang disuapi oleh ibu
mempelai wanita. Kemudian sang ayah menyuapi mempelai pria,
sementara mempelai wanita disuapi oleh sang ibu. Ritual ini mempunyai
pesan bahwa segala sesuatu yang manis wajib dirasakan bersama.
1.2.10. Mapag Besan
Dilakukan karena orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir
selama prosei panggih sampai upacara ngunjuk rejak degan.
8

1.2.11. Sungkeman
Kedua mempelai sembah sungkem kepada kedua pasang orang tua.
Apabila kakek dan nenek turut hadir, urutan sembah sungkem diawali dari
nenek dan kakek, barulah kedua orang tua.
2. Adat Sunda
2.1. Prosesi Pranikah
2.1.1. Neundeun Omong
Keluarga akan menanyakan apakah gadis yang hendak dilamar telah
bertunangan dengan pemuda lain atau tidak. Jika belum, maka penjajakan
untuk melamar anak gadis tersebut dilanjutkan. Kini, tahap ini sudah
jarang dilakukan mengingat keduanya biasanya sudah saling kenal.
2.1.2. Narosan, ngalamar
Keluarga calon mempelai pria beserta kerabat terdekat sengaja membawa
seorang yang sudah lanjut usia untuk mewakili atau sebagai juru bicara.
Pihak keluarga calon pengantin pria menyerahkan sirih lengkap dan uang
pengikat (panyangcang) juga menyerahkan cincin meneng.
2.1.3. Seserahan (mawakeun)
Calon pengantin pria membawakan sejumlah perlengkapan untuk
pernikahan.
2.1.4. Ngebakan atau Siraman Calon Pengantin Wanita
Acara berlangsung pada siang hari di kediaman calon pengantin wanita.
Jika muslim sebelum dimulai acara siraman terlebih dahulu diawali oleh
pengajian atau rasulan dan pembacaan doa khusus kepada calon mempelai
wanita. Hal yang sama dilakukan di kediaman calon pengantin pria.
2.1.5. Ngecakeun Aisan
Calon pengantin wanita keluar dari kamar digendong oleh ibu secara
simbolis. Ayah calon pengantin wanita berjalan di depan membawa lilin
menuju tempat sungkeman.
2.1.6. Ngaras
Berupa permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan
mencuci kaki kedua orang tua.
9

2.1.7. Pencampuran Air Siraman


Kedua orang tua menuangkan air siraman ke dalam bokor dan
mengaduknya. Terdiri dari air bunga setaman (tujuh macam bunga wangi).
2.1.8. Siraman
Diawali musik kecapi suling, calon pengantin wanita dibimbing oleh
perias menuju tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman
calon pengantin wanita dimulai oleh ibu, kemudian ayah, disusul oleh para
sesepuh. Jumlah penyiram harus ganjil 7, 9, atau 11 orang.
2.1.9. Potong Rambut
Rambut calon mempelai wanita dipotong oleh ibu dan ayah. Dilanjutkan
prosesi ngeningan, yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada
wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg dan membuat
kembang turi.
2.1.10. Ngeyeuk Sereuh
Orang tua memberi nasihat melalui benda-benda yang digunakan sebagai
simbol. Prosesi ini dipimpin oleh pangeuyeuk, yaitu tetua yang dipercaya
memimpin acara. Perlengkapan ngeyeuk seureuh terdiri dari 25 macam
barang yang ditutup kain putih. Makna dari barang-barang ini akan
dijelaskan melalui tembang-tembang Sunda yang diiringi kecapi.
2.1.11. Ngababakeun
Pada hari pernikahan, rombongan calon pengantin pria menuju kediaman
calon pengantin wanita disambut panitia penjemputan yang dipimpin Ki
Lengser, penari berkostum unik, diiringi gamelan degung. Ki Lengser
biasanya hadir juga pada resepsi pernikahan yang diselenggarakan pada
waktu yang berbeda dengan akad nikah, menyambut kedua pengantin
memasuki ruang resepsi. rangkaian upacara setelah nikah
2.1.12. Sawer
Setelah akad nikah, orang tua memberi nasihat terakhir kepada pengantin
diiringi kidung. Sebelumnya disediakan bokor berisi uang logam, beras,
kunyit yang diris tipis-tipis, dan permen. Pemberian nasihat diiringi
dengan menaburkan isi bokor kepada pengantin.
10

2.1.13. Meleum Harupat


Pengantin pria memegang harupat / lidi, pengantin wanita membakar
dengan lilin hingga menyala, lalu dipadamkan.
2.1.14. Nincak Endog
Pengantin pria menginjak telur, kemudian pengantin wanita membersihkan
kaki pengantin pria dengan air kendi.
2.1.15. Melepas Merpati
Kedua orang tua melepas merpati putih ke angkasa, sebagai simbol
melepas tanggung Jawab karena pasangansudah mampu mandiri.
2.1.16. Buka Pintu
Percakapan dalam bentuk syair antara pengantin pria yang berada di luar
pintu dengan pengantin wanita yang ada di dalam rumah. Biasanya
diwakili oleh juru mamaos. Melambangkan petuah agar suami istri saling
menghormati.
2.1.17. Huap Lingkup
Pengantin disuapi oleh kedua pasang orang tua, melambangkan kasih
sayang orang tua yang sama besar terhadap anak dan menantu.
2.1.18. Pabetot Bakakak Hayam
Kedua pengantin tarik menarik ayam utuh yang telah dibakar. Yang
mendapat bagian lebih besar harus membagi kepada pasangannya.
Melambangkan rezeki yang diterima harus dinikmati bersama.
11

BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dalam upacara pernikahan, mayoritas masyarakat Indonesia masih


menunjukan Adat istiadat khas daerah masing-masing. Namun, prosesi
adat yang dilakukan kini, hanya beberapa saja yang dianggap mudah
untuk dilakukan. Di Karawang sendiri, upacara adat pernikahan yang
dominan adalah adat Sunda dan Jawa. Setiap daerah memiliki keunikan
dan ciri khas nya masing-masing.

2. SARAN
Keberagaman yang ada di Indonesia ini sudah seharusnya disambut
dengan baik. Jadikan keberagaman ini sebagai pemersatu bangsa Indonesia
Karena Indonesia Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
12

DAFTAR PUSTAKA

https://reskinanda.wordpress.com/2012/09/28/pengertian-kebudayaa-unsur-
kebudayaan-wujud-kebudayaan/
http://residivis-champus.blogspot.com/2011/07/pengertian-kebudayaa-unsur-
kebudayaan.html
https://kbbi.web.id/budaya
https://www.weddingku.com/blog/ritual-pernikahan-adat-jawa
https://www.weddingku.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-sunda

Anda mungkin juga menyukai