Dosen Pembimbing
Drs. Enoh, M.Hum
Disusun oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim penulis mampu
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “Nilai-nilai Pancasila dalam
Upcara Adat Sawer Pengantin”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Orang Tua yang telah
memberikan dukungan serta bantuan baik secara moril maupun materil. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan yang telah memberikan pembekalan materi, sehingga tim
penulis mampu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan serta kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, tim
penulis berharap semoga pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan saran,
serta semoga bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua
pembaca.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan......................................................................................... 13
3.2. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ritual pernikahan ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan oleh
sebagian masyarakat etnik Sunda. Contohnya ritual Ngalamar, Ngeuyeuk
Seureuh, Midadaren, Seserahan, Akad Nikah, Upacara Sawer dan Buka Pintu,
Upacara Huap Lingkung, serta Numbas. Upacara adat pernikahan tersebut
1
dilakukan oleh orang-orang yang masih mempertahankan dan mencintai adat
istiadat orang Sunda.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sawer/didekat teras rumah). Di pangnyaweran, juru rias, juru sawer dan falakiah
sudah siap-siap menyiapkan barang-barang untuk kegiatan sawer. Barang-barang
yang digunakan untuk ritual ini adalah sebagai berikut :
4
masuk lebih dulu dan pengantin laki-laki berdiri didepan pintu yang ditutup.
Karena biasanya pengantin merasa malu, biasanya dari kedua pihak pengantin
memilih wakil untuk bertanya jawab supaya dibukakan pintu untuk pengantin laki
laki (proses ini disebut Buka-Pintu). Wakil dari pengantin laki laki
menembangkan lagu dan dijawab oleh wakil dari pihak pengantin perempuan.
Kira kira masing-masing dua atau tiga bait, kemudian pintu dibukakan.
Ritual sawer itu merupakan adat asli etnik Sunda sejak zaman dahulu.
Ritual swer dilaksanakan maksudnya untuk membuat bahagia kedua mempelai
sekaligus memberi nasihat-nasihat dalam berumah tangga. Isi syair dalam
tembang sawer, patut dijadikan teladan dan ditiru oleh kedua mempelai agar dapat
hidup dengan aman, damai dan sejahtera.
5
Uang, melambangkan kekayaan. Dengan makna supaya kehidupan
pengantin laki-laki dan pengantin perempuan dalam keadaan
berkecukupan, rezekinya dicukupkan dan tidak kekurangan.
Harupat ‘sagar’, artinya untuk memberi tahu kepada pengantin agar jangan
memutuskan segala sesuatu dengan cepat dan amarah, namun harus
dipertimbangkan/dimusyawarahkan lebih dulu. Karena ketika seseorang
sedang dihadapkan dengan suatu permasalahan yang besar, manusia
mudah mengambil keputusan secara cepat dengan amarah yang mengebu-
gebu. Sifat yang keras dan kasar seperti sagar ini harus dihilangkan dengan
cara membakar Harupat ‘sagar’.
Air dalam kendi, digunakan untuk membasuh kaki pengantin laki-laki oleh
pengantin perempuan. Kata orang tua, ini memberi tanda bahwa pengantin
laki-laki dan pengantin perempuan harus sama-sama berhati dingin, seperti
air yang berada dalam kendi. Karena suami dan istri harus memiliki rasa
saling pengertian yang tinggi agar tercipta suasana kehidupan yang aman,
tentram, damai dan sejahtera.
6
wanita pilihan yang tepat dan pandai membuat. Perempuan itu akan
terpuji, apalagi bila menenun untuk dipakai kawin. Oleh karena itu semua
perkakas menjadi perlambang, laki-laki memberi seserahan mengirim
dengan harta benda, perempuan membalasnya dengan seluruh jiwa raga.
Pelita/lampu atau lilin yang dinyalakan, memiliki arti agar pengantin laki-
laki dan pengantin perempuan harus saling menerangi satu sama lain,
harus saling mengingatkan. Jika ada yang salah, harus saling menegur agar
berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
7
Bismillah damel wiwitan
Mugi Gusti nangtayungan
Eulis-Asep nu rendengan
Mugia Kasalametan
Salamet nu pangantenan
Ulah aya kakirangan
Sing tiasa sasarengan
Sangkan jadi kasenangan
8
Ulah ngan pelesir bae
Mending oge boga gawe
Ngarah rapih unggal poe
Repeh rapih nu saimah
Rumah tangga tumaninah
Tapi lamun loba salah
Laki rabi moal genah
Suka-suka ti ayeuna
Da eulis atos laksana
Ngajodo anu sampurna
Ngahiji salamina
9
6. Bait keenam memiliki makna bahwa selain patuh pada suami, ketika
saudara sedang tertimpa kesusahan maka wajib membantunya dan harus
saling membela.
7. Bait ketujuh memiliki makna agar mempunyai pekerjaan sehingga akan
tercipta kehidupan yang sejahtera.
8. Bait kedelapan memiliki makna agar seorang istri harus menghormati
suaminya, jika mempunyai banyak salah haruslah meminta maaf agar
membuat suami merasa nyaman dirumah.
9. Bait kesembilan memiliki makna jika mempunyai perasaan tidak enak
dengan saudara harus segera cepat saling meminta maaf dan saling
memaafkan.
10. Bait kesepuluh memiliki makna bahwa mulai dari saat itu pengantin laki-
laki dan pengantin perempuan harus bahagia, karena sudah hidup bersama
selama-lamanya.
10
lain, harus saling mengingatkan. Jika ada yang salah, harus saling
menegur agar berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Persatuan Indonesia :
11
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia :
12
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA