Anda di halaman 1dari 11

PENYEBARAN BERITA HOAX DI MEDIA SOSIAL

(Kajian Fungsi terhadap Media Sosial)

Oleh : Evie Riswanda, Fikri Risang Adi, I. Gelbert Reinaldo Handoyo, Lisa Adrina Pratiwi,
Natanael Sembiring

Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Sudarto, SH., Tembalang, Semarang. Kode Pos : 50239. Tepl./Fax : +62-24-
7460058.
Absrak

Media sosial merupakan sarana efektif dan efisien dalam menyampaikan suatu informasi
kepada pihak lain. Media sosial mempunyai peranan strategis selain sebagai transfer
informasi. Selain digunakan dalam hal yang bermanfaat, media social juga sering
didisalahgunakan. Penyalahgunaan tersebut salah satunya adalah Hoax. Hoax bertujuan
untuk membuat opini publik, menggiring opini publik, membentuk persepsi juga untuk
menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media social. Oleh karna itu kita
harus mengantisipasi penyebaran berita Hoax negatif melalui media social.

A. Pendahuluan
Media sosial adalah suatu alat komunikasi secara online dalam dunia maya atau
internet. Dalam media sosial kita dapat berkomunikasi dalam bentuk visual,seperti dapat
berbincang, berinteraksi, dan melihat aktivitas semua orang baik yang kita kenal maupun
tidak. Saat ini, hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang yang memiliki smartphone,
juga mempunyai akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan
sebagainya. Kondisi seperti ini yang mengubah bagaimana cara berkomunikasi di era
serba digital seperti sekarang. Jika dahulu, perkenalan dilakukan dengan cara saling
tukar kartu nama, sekarang setiap kita bertemu orang baru cenderung untuk bertukar
alamat akun atau membuat pertemanan di media sosial.
Seolah telah menjadi gaya hidup, menggunakan media sosial kini menjadi seperti
sebuah keharusan. Dikatakan demikian karena media sosial memberikan akses
kemudahan bagi kita dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan media sosial,
komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Berkomunikasi menjadi lebih mudah
walaupun adanya perbedaan jarak dan waktu, karena informasi dapat tersebar luas secara
cepat. Tak heran jika keberadaan media sosial sangat dibutuhkan.
Pada era globalisasi ini, masyarakat baik usia tua maupun muda menggunakan
media sosial. Dalam teorinya media sosial digunakan untuk berkomunikasi, berdangang,
bersosialisasi, dan lainnya. Namun dalam praktiknya, terjadi penyimpangan terhadap
penggunaan media sosial. Penyimpangan yang paling sering terjadi adalah terjadinya
penipuan, pembunuhan berencana, penyebaran berita palsu, dan lainnya.
Dewasa ini, permasalah yang timbul dari penggunaan media sosial saat ini adalah
banyaknya informasi hoax yang menyebar luas, bahkan orang terpelajar pun tidak bisa
bedakan mana berita yang benar dan hoax. Penyebaran tanpa dikoreksi maupun dipilah,
pada akhirnya akan berdampak pada penyebaran berita yang tidak sesuai dengan fakta,
dan menimbulkan pandangan baru. Oleh karena berita hoax sangat marak terjadi dalam
penggunaan media sosial sehingga dapat menyesatkan bagi pembaca, maka tujuan
tulisan ini adalah mengungkap sejauh mana peranan media sosial bagi masyarakat,
menganalisa dampak buruk dalam penyebaran berita hoax melalui media sosial, dan
menganalisa antisipasi penyebaran berita hoax melalui media sosial.

B. Media Sosial
Media sosial merupakan sarana efektif dan efisien dalam menyampaikan suatu
informasi kepada pihak lain. Media sosial sebagai media dengan dinamika sosial yang
sangat tinggi dan memungkinkan komunikasi terbuka kepada berbagai pihak dengan
beragam latar belakang dan kepentingan adalah sarana yang tepat untuk membangkitkan
partisipasi warga dalam membangun kota. Seperti yang dikemukan Howard dan Parks
(2012) Media sosial adalah media yang terdiri atas tiga bagian, yaitu : Insfrastruktur
informasi dan alat yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi media,
Isi media dapat berupa pesan-pesan pribadi, berita, gagasan, dan produk-produk budaya
yang berbentuk digital, Kemudian yang memproduksi dan mengkonsumsi isi media
dalam bentuk digital adalah individu, organisasi, dan industri. (Rahadi, 2017, hal. 2-3).
Kotler dan Keller (2009) juga mengemukakan media sosial adalah media yang
digunakan oleh konsumen untuk berbagi teks, gambar, suara, dan video informasi baik
dengan orang lain maupun perusahaan dan vice versa. Pendapat tersebut didukung
pernyataan Carr dan Hayes (2015) dimana media sosial adalah media berbasis internet
yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan
diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan khalayak luas maupun tidak yang
mendorong nilai dari user-generated content dan persepsi interaksi dengan orang lain.
Media sosial digunakan secara produktif oleh seluruh ranah masyarakat, bisnis, politik,
media, periklanan, polisi, dan layanan gawat darurat. Media sosial telah menjadi kunci
untuk memprovokasi pemikiran, dialog, dan tindakan seputar isu-isu sosial. (Rahadi,
2017, hal. 2-3).

C. Peranan Media Sosial


Media sosial mempunyai peranan strategis selain sebagai transfer informasi,
media sosial juga dapat menjadi sarana komunikasi antar sesama masyarakat maupun
antara masyarakat dengan pemerintah dalam menyampaikan keluhan maupun
menyampaikan berbagai aspirasi. Banyaknya media online dan media sosial yang
menawarkan berbagai akses kemudahan akan lebih efektif dan bermanfaat bila dijadikan
sebagai wadah dalam memberikan masukan, kritik maupun saran dalam pembangunan.
Selain digunakan dalam hal yang bermanfaat, media social juga sering didisalahgunakan.
Penyalahgunaan tersebut berakibat munculnya dampak negatif. Penggolongan pengaruh
atau dampak yang ditimbulkan oleh media sosial dibagi menjadi dua, yaitu dampak
positif dan negatif.
Dampak positif yang timbul dari penggunaan situs jejaring sosial adalah sebagai
berikut :
1. Semakin Mudahnya Berinteraksi dengan Orang Lain
Para pengguna jejaring sosial dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang lain.
Bahkan tak lagi terpengaruh oleh jarak yang sangat jauh. Selain itu, dengan adanya
situs jejaring sosial, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat.
2. Sarana Promosi
Kunggulan lainnya media ini dapat digunakan sebagai sarana promosi suatu barang,
komunitas, band dan lain-lain.
3. Sarana Sosialisasi Program Pemerintah
Di negara Indonesia, pemerintah banyak melakukan sosialisasi melalui situs jejaring
sosial dalam berbagai hal pendidikan, kesehatan, politik, penanggulangan bencana,
ekonomi, dan informasi yang lain.
4. Sarana Silaturahmi
Tak dapat dipungkiri jika jejaring sosial merupakan sarana paling efektif untuk
menjalin Komunikasi dan Silaturahmi dengan teman, sahabat maupun keluarga.
Berkomunikasi menjadi lebih mudah walaupun adanya perbedaan jarak dan waktu,
sehingga bisa terus menjalin silaturahmi dengan keluarga, berbagi pengalaman
bahkan bisa merencanakan sebuah acara pertemuan keluarga.
5. Sarana Hiburan
Para pengguna bisa bersenang-senang dan bergaul dengan orang dari seluruh penjuru
dunia. Dari mulai main game dengan teman virtual, sampai kepada saling kirim kartu
ucapan.
Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu :
1. Kurangnya Interaksi dengan Dunia Luar
Kemunculan media sosial ini menyebabkan interaksi dengan cara tatap muka
cenderung menurun. Orang lebih memilih untuk menggunakan situs jejaring sosial
karena lebih praktis. Hal ini menyebabkan orang tersebut menjadi anti-sosial.
2. Membuat Kecanduan
Tidak dapat dipungkiri jika para pengguna jejaring sosial dapat menghabiskan
waktunya seharian di depan komputer karena kecanduan. Hal tersebut membuat
produktifitas menjadi menurun karena sebagian besar waktunya hanya digunakan
untuk jejaring sosial.
3. Pemborosan
Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan orang tersebut tidaklah sedikit untuk
mengaktifkan internet atau membayar warnet. Hal ini tentu saja akan merugikan bagi
penggunanya sendiri karena tidak sedikit biaya yang terbuang sia-sia karena hanya
sekedar menggunakan jejaring sosial.
4. Tergantikannya kehidupan sosial
Jejaring sosial sangat nyaman sekali digunakan. Saking nyamannya sebagian orang
merasa cukup dengan berinteraksi lewat jejaring sosial saja sehingga mengurangi
frekuensi tatap muka dengan orang lain. Bertatap muka tidak seharusnya digantikan
dengan bertemu di dunia maya. Obrolan, tatapan mata, ekspresi muka, dan canda
lewat ketawa tidak bisa tergantikan oleh rentetan kata-kata bahkan video sekalipun.
Tentunya ada sebuah hal yang hilang dari interaksi seperti ini.
5. Pornografi
Sebagaimana situs jejaring sosial lainnya, tentu ada saja yang menyalahgunakan
pemanfaatan dari situs tersebut untuk kegiatan yang berbau pornografi.
6. Kesalahpahaman
Seperti kehidupan nyata, gossip, atau informasi miring dengan cepat juga dapat
berkembang di jaringan ini. Menulis di berbagai aplikasi adalah sama saja seperti
obrolan pada kehidupan nyata, bahkan efeknya mungkin lebih parah karena bahasa
tulisan terkadang menimbulkan salah tafsir.
7. Sarana Kriminal
Tentunya para pengguna jejaring sosial harus waspada karena banyak orang-orang tak
bertanggung jawab yang menggunakan jejaring sosial untuk melancarkan aksinya.
Seperti kasus penculikan. Selain itu juga banyak terjadi kasus-kasus penipuan di
dalam jejaring sosial.
(Muklason, 2010, hal. 6-7)
Dampak yang timbul dari penggunaan media social seringkali menimbulkan
permasalahan. Permasalah yang sering timbul dari penggunaan media sosial saat ini
adalah banyaknya hoax yang menyebar luas, bahkan orang terpelajar pun tidak bisa
bedakan mana berita yang benar, advertorial dan hoax. Penyebaran tanpa dikoreksi
maupun dipilah, pada akhirnya akan berdampak pada hukum dan informasi hoax-pun
telah memecah belah publik. Misal, memastikan terlebih dahulu akurat atau tidaknya
konten yang akan dibagikan, mengklarifikasi kebenarannya, memastikan manfaatnya,
kemudian kita dapat menyebarkannya.

D. Penyebaran Hoax melalui Media Sosial


Hoax dapat diartikan sebagai usaha untuk menipu pembaca atau pendengar
informasi untuk mempercayai sesuatu, padahal sang penulis berita palsu tersebut tahu
bahwa berita tersebut adalah berita palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang
paling umum adalah dampak mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah
diketahui komposisinya dan telah dibuktikan bahwa makanan dan minuman tersebut
tidak berbahaya, namun para penyebar berita hoax tetap menyebarkan berita bahwa
makanan atau minuman tersebut berbahaya, yang kemudian berita tersebut tetap
disebarluaskan, sehingga akan merugikan pihak tertentu. Definisi lain hoax adalah suatu
tipuan yang digunakan untuk mempercayai sesuatu yang salah dan seringkali tidak
masuk akal yang disebarkan melalui media online.
Hoax bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik,
membentuk persepsi juga untuk menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet
dan media sosial. Tujuan penyebaran hoax beragam tapi pada umumnya hoax disebarkan
sebagai bahan lelucon atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign),
promosi dengan penipuan, ataupun ajakan untuk berbuat amalan – amalan baik yang
sebenarnya belum ada dalil yang jelas di dalamnya, meskipun ada manfaat baiknya,
namun berita hoax telah di cap tidak baik oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini
menyebabkan banyak penerima hoax terpancing untuk segera menyebarkan kepada
rekan sejawatnya sehingga akhirnya hoax ini dengan cepat tersebar luas. Orang lebih
cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki
oleh orang tersebut. (Rahadi, 2017, hal. 4).
Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau
keyakinannya mendapat dukungan (dari berita hoax) sehingga cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah saja bagi
mereka untuk menyebarkan kembali informasi tersebut. Hal ini semakin parah jika si
penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan internet guna
mencari informasi lebih dalam.
Informasi Hoax sering disebarluaskan dan bersumber dari kabar bohong dan
dibuat dalam satu jaringan sosial untuk menjaga kepentingan pribadi maupun kelompok.
Seringkali secara sadar pengguna media sosial menyebarkan kebohongan untuk
membantu agenda yang direncanakan. Penyebar Hoax bisa dari kalangan personal dan
komunitas yang kerap membuat propaganda kebohongan agar kepentingan mereka bisa
terjaga. Informasi Hoax dibuat agar masyarakat tak lagi fokus pada masalah sebenarnya
dan selanjutnya akan terjebak pada hal-hal yang bukan jadi permasalahan pokok. Posisi
penyebar informasi Hoax yang dianggap bisa menjadikan pengguna merasa yakin bahwa
informasi itu benar dan menjadikan itu suatu kebenaran dan dapat disebarluaskan tanpa
diperiksa kembali.
Pada dasarnya setiap orang memiliki tanggungjawab terhadap informasi yang
mereka terima. Perilaku pengguna sosial media memiliki perasaaan emosional ketika
memperoleh kabar buruk atau kabar tragedi seseorang dan merasa punya tanggung
jawab moral untuk berbagi. Saat itu tidak lagi mempedulikan apakah itu hoax atau tidak,
di media sosial orang merasa punya beban untuk berbagi agar bisa menjadi pelajaran
bagi pengguna lain ataupun ingin melepaskan beban agar merasa lebih baik. Kebiasaan
perilaku pengguna media sosial untuk tidak mau dipersalahkan apabila informasi
tersebut Hoax, mereka menambahkan kata-kata “dari grup sebelah” sebagai tindakan
pencegahan agar jika berita itu bohong. Hal ini merupakan upaya lari dari tanggung
jawab kebenaran. Informasi dari broadcast sangat susah diverifikasi dan dilacak siapa
penyebar awalnya.
Penyimpangan penggunaan media sosial, seringkali terjadi pada anak remaja
seperti penyebaran berita hoax, hal tersebut dapat terjadi karena beberapa hal sebagai
berikut:

1. Kondisi Psikologis Labil


Contohnya pada remaja, karena remaja adalah saat diantara masa anak-anak dan
dewasa. Sehingga kondisi psikologisnya masih labil.
2. Ingin Mencurahkan Isi Hati
Karena kondisi psikologisnya labil, maka seringkali mencurahkan isi hatinya di
jejaring sosial supaya orang lain tahu isi hatinya.
3. Kondisi lingkungan yang kurang memperhatikannya
4. Misalnya kasih sayang yang kurang dari kedua orangtuanya, atau kondisi lingkungan
tempat tinggal yang kurang peduli dengannya.
5. Ingin mengekspresikan diri
Ada beberapa siswa yang sebenarnya terlihat pendiam, namun di jejaring sosial ia
selalu terlihat kebalikannya, yaitu ekspresif. Bahkan, hal itu dilarang. Karena ia tak
mencerminkan dirinya yang sebenarnya.
6. Coba-coba
Seringkali remaja membuka situs web di jejaring sosial karena coba-coba dan ingin
tahu. Misalnya sebuah iklan di sebuah situs web. Namun, hal ini dapat menjadi
kebiasaan yang buruk.

E. Jenis-jenis Informasi Hoax


Jenis-jenis informasi hoax sebagai berikut :
1. Fake news (Berita bohong)
Berita yang berusaha menggantikan berita yang asli. Berita ini bertujuan untuk
memalsukan atau memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita. Penulis berita
bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori persengkokolan,
makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah komentar humor terhadap suatu
berita.
2. Clickbait (Tautan jebakan)
Tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk
menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta namun
judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar yang menarik untuk memancing
pembaca.
3. Confirmation bias (Bias konfirmasi)
Kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi sebaik bukti
dari kepercayaan yang sudah ada.
4. Misinformation
Informasi yang salah atau tidak akurat, terutama yang ditujukan untuk menipu.
5. Satire
Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-besarkan untuk
mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir dapat dijumpai di
pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This Hour has 22 Minutes”.
6. Post-truth (Pasca-kebenaran)
Kejadian di mana emosi lebih berperan daripada fakta untuk membentuk opini
publik.
7. Propaganda
Aktifitas menyebar luaskan informasi, fakta, argumen, gosip, setengah-kebenaran,
atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini publik.
(Rahadi, 2017, hal. 5)

F. Mengantisipasi penyebaran berita hoax melalui media sosial.


Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com, Minggu (8/1/2016), Ketua
Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah
sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana
berita asli. Berikut penjelasannya:
1. Berhati-hati dengan judul provokatif
Apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari
referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya,
apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
sebaiknya mencermati alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang
belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain
blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
3. Periksa fakta
Sebaiknya memperhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya,
apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri, sebaiknya jangan cepat percaya
apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan
juga keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa
mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan
antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa
dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya
pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk
mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni
dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil
pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet
sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di media sosial Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti
hoax. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi
merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh
orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya
crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Menurut Wijetunge dan Alahakoon (2009, hal. 14) kemampuan melakukan
literasi informasi dengan penelusuran suatu berita hoax dilakukan melalui 8 tahapan
praktik untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi topik/subyek, sasaran audiens, format yang relevan, jenis-jenis


sumber.
b. Eksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik.
c. Seleksi dan merekam informasi yang relevan, dan mengumpulkan kutipan-
kutipan yang sesuai.
d. Organisasi, evaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis,
membedakan antara fakta dan pendapat, dan menggunakan alat bantu visual
untuk membandingkan dan mengkontraskan informasi.
e. Penciptaan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, edit, dan
pembuatan daftar pustaka.
f. Presentasi, penyebaran atau display informasi yang dihasilkan dapat
menunjukkan perbandingan dari kedua kelompok pemberitaan sehingga dinilai
keakurasiannya.
g. Penilaian output, berdasarkan masukan dari penilaian output, berdasarkan
masukan dari orang lain.
h. Penerapan masukan, penilaian, pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang
akan datang, dan penggunaan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai
situasi.
(Juliswara, 2017).
G. Kesimpulan
Masih banyak masyarakat di Indonesia yang tertipu oleh banyaknya Hoax yang
menyebar luar di media sosial masa kini. Dampak negatif dari Hoax yang ada dapat
terlihat jelas di masyarakat, terutama pada remaja remaja yang mendominasi penggunaan
media social di Indonesia. Akibat dari psikologis yang masih labil sehingga mudah
percaya dan dengan mudah menyebarkan Hoax. Sehingga Indonesia masih
membutuhkan antisipasi untuk menghentikan penyebaran berita Hoax dari masyarakat

H. Saran
Sebaiknya masyarakat mau untuk bersikap kritis dan tidak mudah percaya dengan judul
judul yang provokatif, sehingga penyebaran hoax dapat terhindar. Orang tua juga
sebaiknya berperan dalam mendidik anak dalam penggunaan media social supaya tidak
terjerumus dalam berita dan informasi Hoax.

DAFTAR PUSTAKA
Begini Cara Mengidentifikasi Berita "Hoax" di Internet. Kompas.com - 09/01/2017, 12:43
WIB Diakses pada: Rabu, 8 Mei 2018 Pukul: 20.42. https://tekno.kompas.com/read
/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.hoax.di.internet.
Juliswara, Vibriza. 2017. Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinekaan
dalam Menganalisis informasi Berita palsu (Hoax) di Media Sosial. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Muklason, Ahmad, dkk. 2010. Jejaring Sosial dan Dampak Bagi Penggunanya. Surabaya :
Institut Teknologi sepuluh Nopember.
Penyalahgunaan Media Sosial. 18 Mei 2018. Diakses pada : Rabu, 8 Mei 2018 Pukul: 20.28.
https://coretantugas.wordpress.com/2013/05/18/penyalahgunaan-jejaring-sosial/.
Rahadi, Dedi Rianto. 2007. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 5 (1) : 58-70. Bekasi : Universitas
Presiden.

Anda mungkin juga menyukai