Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENELITIAN

Survei Pengetahuan Sikap & Perilaku


Program PMTS Paripurna Sektor Pelabuhan
Kota Cirebon
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Survei Pengetahuan
Sikap dan Perilaku Program Pencegahan Mellaui Transmisi Seksual (PMTS) Paripurna di
Sektor Pelabuhan Kota Cirebon Tahun 2014.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, epidemi HIV/AIDS telah melanda


Indonesia selama 30 tahun, dan jumlah orang yang terinfeksi serta keluarga yang berdampak
terus-menerus meningkat. Kota Cirebon merupakan salah satu kota dari 151 kab/kota
prioritas program penanggulangan HIV/AIDS. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota
Cirebon, kasus HIV/AIDS di Kota Cirebon secara kumulatif sampai dengan April 2014
tercatat sebanyak 678 kasus, diantaranya 58 orang telah meninggal dunia.

Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dimaksudkan untuk


menekan laju epidemi HIV/AIDS pada populasi kunci dan populasi umum, melalui
penyediaan dan penyebarluasan informasi serta menciptakan suasana kondusif, penyediaan
pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan kepada ODHA secara menyeluruh, dengan
meningkatkan peran masyarakat dan mengembangkan kemitraan salah satunya tempat kerja.

Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional dan demi


terciptanya kualitas manusia yang diharapkan, maka diperlukan upaya peningkatan
penanggulangan HIV/AIDS yang melibatkan semua sektor pembangunan nasional melalui
program yang terarah, terpadu dan menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan daerah sehingga
Pemerintah Kota Cirebon memandang perlu untuk mengembangkan program di tempat kerja
termasuk pelabuhan. Maka sebabgai langkah awal perlu dilakukan survey pengetahuan sikap
dan perilaku serta pemetaan kilat untuk mengetahui karakteristik pengetahuan sikap dan
perilaku penerimamanfaat program dan karakteristik wilayah demografi wilayah pelabuhan
yang akan dilakukan program.

Akhirnya ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Kantor Kesyahbandaran


dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Cirebon, Kantor Kesehatan Pelabunan Kelas II Cirebon,
Perusahaan-perusahaan di Pelabuhan Cirebon dan pihak-pihak lain yang telah berkenan untuk
bekerjasama sehingga berjalannya kegiatan survey ini.

An. KETUA KPA KOTA CIREBON


Sekretaris,

SRI MARYATI, MA
LATAR BELAKANG

Upaya Penanggulangan AIDS di Indonesia telah dilaksanakan hampir dua


dekade, data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2011, tentang prevalensi HIV
menurut populasi menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi pada Lelaki seks
dengan lelaki (LSL), yaitu dari 5% pada tahun 2007 menjadi 12% pada tahun 2011, begitu
juga pada Lelaki Berisiko Tinggi (LBT) dari 0,1% pada tahun 2007 menjadi 0,7% pada tahun
2011.
Sedangkan prevalensi sifilis pada LSL tahun 2011 mengalami kenaikan bila
dibandingkan tahun 2007, yaitu dari 4% menjadi 13%, begitu juga pada penasun, dari 1%
menjadi 3%. STBP 2011 juga melaporkan bahwa perilaku membeli seks dalam satu tahun
terakhir paling banyak dilakukan oleh Waria sebesar 26%, disusul oleh LBT, 23%,
sedangkan pada penasun dan LSL masing-masing 19%.
Situasi tersebut tentu saja amat mengkhawatirkan, apalagi diperkirakan saat ini
terdapat 4,2 juta laki-laki yang memiliki risiko tinggi di Indonesia. Untuk itu diperlukan
sebuah upaya penanganan yang efektif dan komprehensif untuk mendorong populasi ini
berperilaku aman. Intervensi ini berorientasi pada perubahan perilaku, terutama pada laki-
laki. Karena laki- laki sebagai kelompok populasi kunci mempunyai pengaruh sangat besar
pada populasi yang lain termasuk pada isteri, anak, serta masyarakat umum. Hal yang
mendasar adalah zero infection pada laki-laki akan berakibat pada zero infection pada
perempuan dan anak
Untuk itu dalam hal ini perlu didorong adanya intervensi dengan prioritas
tinggi pada LBT, yang sasarannya tidak hanya laki- laki yang ditemui di lokalisasi, tapi juga
di tempat dimana laki- laki secara jumlah besar berkumpul. Termasuk laki- laki yang berada
di tempat kerja dan di sektor pelabuhan yang dalam pelaksanaannya juga mengacu pada
kebijakan yang telah ada, yaitu UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan
Keputusan Menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. 68/ IV/2004 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja, serta Instruksi Menteri Perhubungan No 3
Tahun 2005.
Untuk mengembangkan program di pelabuhan dengan bekerjasama dengan
NGO/ CBO di daerah, Setelah dilakukan proses assessment CBO/ NGO untuk mencari mitra
pelaksana program PMTS paripurna di Sektor pelabuhan, maka langkah selanjutnya perlu
dilakukan survey pengetahuan sikap dan perilaku serta pemetaan kilat untuk mengetahui
karakteristik pengetahuan sikap dan perilaku penerimamanfaat program dan karakteristik
wilayah demografi wilayah pelabuhan yang akan dilakukan program.

FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian adalah meneliti tentang pengetahuan sikap dan
kecenderungan perilaku komunitas laki-laki dan stakeholders pelabuhan untuk persiapan
program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS) paripurna di Sektor Pelabuhan.
Dalam penelitian ini, fokus pada pengetahuan sikap dan kecenderungan sikap komunitas
laki-laki juga didukung oleh proses mapping situasi yag diliputi kondisi wilayah pelabuhan,
keterlibatan stakeholders dan kondisi komunitas di lingkungan pelabuhan.
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengidentifikasi dan melakukan penjajagan awal situasi dan karakteristik di 5
Pelabuhan
2. Untuk mengetahui respon pemerintah, unsur maritim, swasta dan komunitas di
Pelabuhan tentang pelaksanaan program di Pelabuhan
3. Untuk mendapatkan data/ informasi yang komprehensif tentang pengetahuan sikap dan
perilaku komunitas di pelabuhan (ABK, TKBM, Truckers, dan karyawan perusahaan di
kawasan industri pelabuhan tentang HIV & AIDS
4. Memperoleh data/ informasi untuk persiapan rancangan strategi intervensi yang akan
dilaksanakan di pelabuhan
5. Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan untuk pelaksanaan program PMTS Paripurna di
pelabuhan
6. Dan memperoleh data- data lain yang berfungsi untuk persiapan penguatan dukungan
program PMTS paripurna di Sektor Pelabuhan

SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Signifikansi penelitian ini adalah pembahasan study mengenai pengetahuan
sikap dan perilaku komunitas laki-laki di lingkungan Pelabuhan menjadi penting dan
mendesak dilakukan karena memiliki beberapa alasan, yaitu:
1. Pelabuhan sebagai salah satu wilayah lokasi kerja yang memiliki kelompok lelaki
berisiko tinggi dan mendorong adanya keselamatan kerja bagi kelompok laki-laki
berisiko tinggi.
2. Wilayah pelabuhan sebagai demonstration Site untuk acuan penyusunan model
intervensi/program PMTS Paripurna meliputi 5 pelabuhan besar di Indonesia, yaitu
Tanjung Emas Semarang, Tanjung Perak Surabaya, Muara Jati Cirebon, Batu Ampar
Batam, Soekarno Hatta Makassar.
3. Sebagai acuan untuk menyusun model intervensi/program PMTS Paripurna di sektor
pelabuhan.

LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di Pelabuhan Muara Jati Kota Cirebon, karena
pelabuan ini merupakan satu-satunya pelabuhan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, pelabuhan Cirebon ini juga menjadi wilayah pengembangan industri yang sedang
berkembang pesat, terutama untuk melayani perdagangan antar pulau. Oleh karena itu,
aktifitas interaksi manusia juga tinggi di lingkungan pelabuhan karena mencakup berbagai
wilayah.
HASIL PENELITIAN
PEMETAAN CEPAT DEMOGRAFI DAN JEJARING SOSIAL
PELABUHAN MUARA JATI KOTA CIREBON

A. Data Umum Pelabuhan


1. Nama Pelabuhan : Pelabuhan Muara Jati
2. Peta Fisik Area Pelabuhan

Pelabuhan Muara Jati Cirebon merupakan salah satu pelabuhan penting di


wilayah Jawa Barat yang saat ini merupakan wilayah pengembangan industri yang sedang
berkembang pesat, terutama untuk melayani perdagangan antar pulau. Selain itu, pelabuhan
Muara Jati Cirebon sebagai titik temu dan salah satu mata rantai transportasi antar moda
angkutan laut dan angkutan darat dalam sistem global barang perdagangan. Pelabuhan
Muara Jati Cirebon juga memiliki peran aktif dan dinamis bagi kelancaran arus barang,
hewan dan mobilitas manusia yang menggunakan kedua moda angkutan tersebut.

3. Unsur Maritim dan Tugas Fungsinya

Nama Anggota Unsur Tugas dan Fungsinya di Pelabuhan Keterangan


Maritim Pelabuhan
POLSEK KPC Membantu Administrator Pelabuhan Jumlah anggota 50
(KAWASAN Cirebon untuk menciptakan keamanan orang
PELABUHAN CIREBON) dan ketertiban umum dalam rangka
pendayagunaan dan pengusahaan
Pelabuhan Cirebon.

LANAL ( PANGKALAN Kedudukan di Pelabuhan Cirebon selaku Jumlah anggota 240


TNI ANGKATAN LAUT ) koordinator KAMLA dan unsur TNI AL. orang
CIREBON

DIREKTORAT POLAIR Menyelenggarakan keamanan dan Jumalah anggota 295


POLDA JAWA BARAT ketertiban khususnya di wilayah perairan orang
menurut batas-batas wewenangnya dari
sebelah timur pantai Losari berbatasan
dengan Jawa Tengah dan sebelah barat
Tanjung Karawang berbatasan dengan
Propinsi DKI Jakarta.

PT. (PERSERO) Sebagai unsur pelaksana dari Direktorat


PELABUHAN Jendral perhubungan laut dalam tugas
INDONESIA II CABANG pengusaha pelabuhan, mewujudkan
CIREBON pengintegrasian antara unsur pemberi dan
unsur penerima jasa.

KANTOR Instansi kesyahbandaran adalah instansi


KESYAHBANDARAN pemerintah penegak hukum ( ICW )
DAN OTORITAS merupakan instansi pusat di daerah
PELABUHAN KELAS II sebagai pelaksana utama pemerintahan
CIREBON (KSOP) dalam bidang pengawasan dan
pembinaan atas jaminan keselamatan
serta keamanan pelayaran yaitu semua
aspek yang menyangkut “ Keselamatan
kapal seisinya “ sampai ke tempat
tujuan dengan lancar, aman, tertib dan
selamat.
Instansi kesyahbandaran sebagai unsur
operasional yang berada dibawah
pembinaan dan administratif Direktorat
Perkapalan dan Dirjen Perhubungan
Laut.

KANTOR PENJAGAAN  Membantu KSOP Cirebon Jumlah anggota 57


DAN PENYELAMATAN menyelenggarakan keamanan di orang
( GAMAT ) Pelabuhan Cirebon yang dikoordinir
oleh KPPP Cirebon;
 Menyelenggarakan keamanan
pelayaran termasuk memberikan
pertolongan ( SAR LAUT ) khususnya
kecelakaan di laut atau sungai;
 Mengadakan patroli pantai dan laut,
mencegah semua bentuk kejahatan dan
pelanggaran untuk menjamin
kelancaran dan keamanan pelayaran
baik di laut atau sungai.

WILAYAH KERJA  Usaha pencegahan terhadap masuknya Jumlah anggota 4


KARANTINA serta tersebarnya penyakit / hama orang
TUMBUHAN KELAS I tanaman dari luar negeri;
CIREBON  Mengusahakan pencegahan
tersebarnya penyakit / hama tanaman
dalam rangka tata hubungan antar
pulau;
 Tata hubungan kerja sama dengan luar
negeri termasuk sertivikasi pertanian
eksport, import dan antar bea;
 Pada garis besarnya mengadakan
pemeriksaan tanaman (tumbu-
tumbuhan) yang dapat menyebabkan
penyakit / hama / OPT / OPTK
( Organisme Pengganggu Tumbuhan ).

KANTOR BEA DAN Menyelenggarakan sebagian tugas pokok Jumlah anggota 37


CUKAI Departemen Keuangan di bidang orang
Kepabeandan Cukai berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Menteri yaitu :
(1)
yang masuk atau keluar daerah
kepabeanan;
(2)
(3)
(Barang Kena Cukai);
(4)
ditugaskan pada Direktorat Jendral
Bea dan Cukai (UU Perpajakan);
(5)
Internasional (persetujuan
perdagangan Internasional).

KEPPRES RI No. 144 tahun 1964 yang Jumlah anggota 39


antara lain sebagai berikut : orang
KANTOR IMIGRASI Direktorat Imigrasi RI bertugas
CIREBON melaksanakan peraturan-peraturan
keimigrasian untuk melindungi
kepentingan Negara dan masyarakat
Indonesia serta menyelami segala
kepentingan atau hal ikhwal lalu lintas
orang antar negara serta beradanya orang
asing di Indonesia guna mengamankan
tujuan revolusi Indonesia di bidang
politik, keamanan , sosial kebudayaan
dan sebagainya.

KARANTINA IKAN  Memeriksa dokumen dari hewan,


tumbuh-tumbuhan dan ikan hidup.
 Memeriksa kesehatan hewan,
tumbuh-tumbuhan dan ikan hidup.

KANTOR KESEHATAN  Mencegah keluar masuknya karantina  Tugas pokok


PELABUHAN (KKP) dan penyakit menular potensial KKP diatur dalam
CIREBON wabah; Peraturan Menteri
 Memberikan pelayanan kesehatan Kesehatan
terbatas; Republik
 Pengendalian resiko lingkungan. Indonesia Nomor
356/Menkes/Per/I
V/2008 Tentang
Organisasi Dan
Tata Kerja Kantor
Kesehatan
Pelabuhan pasal 2
 16 Fungsi KKP
diatur dalam
Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor
356/Menkes/Per/I
v/2008 Tentang
Organisasi Dan
Tata Kerja Kantor
Kesehatan
Pelabuhan pasal 3
 Jumlah anggota
28 orang
INSTALASI STASIUN 
Menjalankan tugasn sebagai alat
RADIO PANTAI komunikasi antar kapal dengan darat
(pelabuha) tersedia stasiun radio
pantai (cirebon pantai) yang memiliki
call sign PKZ 2 dengan jam dinas
hari kerja biasa 12 jam.
SARANA BANTU Untuk keselamatan keluar masuk kapal
NAVIGASI dari dan ke pelabuhan Muara Jati Cirebon
pada malam hari.

PERUSAHAAN  Melayani kepentingan pemilik dan


PELAYARAN agen kapal
 Menyiapkan dokumen kapal dan
barang
 Mencari muatan

PERUSAHAAN  Melaksanakan kegiatan bongkar muat


BONGKAR MUAT  Menyiapkan dokumen barang
 Melakukan pencatatan barang,
memindahkan barang dari dermaga ke
gudang
 Mengawasi buruh (TKBM)
 Membuat Delivery Order kepada
pemilik (EMKL)
 Membuat laporan
pemuatan/pembongkaran

Perusahaan EMKL  Menyediakan dokumen bea dan cukai


 Menyiapkan alat angkutan dan
mengngkut muat keluar pelabuhan

4. Waktu rapat rutin unsur maritim pelabuhan secara rata-rata adalah sebulan sekali.
5. Kebijakan terkait dengan kesehatan di pelabuhan adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.

6. Pendanaan program terkait kesehatan di wilayah pelabuhan dilakukan oleh Kantor


Kesehatan Pelabuhan. Untuk kegiatan pelayanan kesehatan termasuk sosialisasi
tentang HIV-AIDS dan VCT ada dalam seksi UKLW ( Upaya Kesehatan dan Lintas
Wilayah) yang salah satu fungsinya adalah melaksanakan upaya penanggulangan
penyakit menular langsung yang dikendalikan di pelabuhan / bandara. Sedangkan
dana penyelenggaraan kegiatan semuanya berasa dari APBN Kementerian Kesehatan.

7. Jumlah rerata kapal bersandar perbulan sebanyak 40 kapal barang.

8. Di Pelabuhan Muara jati Cirebon tidak ada kapal nelayan. Kapal nelayan besar berada
di wilayah Kejawanan sedangkan kapal nelayan kecil di wilayah samadikun
semuanya berada di luar area pelabuhan.

9. Frekuensi kapal cargo bersandar di Pelabuhan Muara Jati per tahun sebanyak 40
kapal/bulan x 12 Bulan = 480 kapal

10. Jarak antara pelabuhan dengan tempat transaksi seks komersil

Nama Hotspot Perkiraan Perkiraan Keterangan


jarak waktu Tempuh
Ayano Karaoke 10 menit Jumlah WPS TL (Pemandu lagu) yang
(Jl. Yos bekerja di hotspot ini sebanyak 7 - 15 orang.
Sudarso) Orang yang dianggap penting dihubungi
dalam rangka menjalankan program
kesehatan ini adalah mami Dede (Leader
PL).

Panda Spa & 10 menit Jumlah WPS TL yang bekerja di hotspot ini
Karaoke (Jl. sekitar 15 – 20 orang. Orang yang dianggap
Ahmad Yani penting dihubungi dalam rangka
menjalankan program kesehatan ini adalah
Bypass)
Mami Ami (Leader PL).

Warung 10 menit Hotspot yang merupakan warung remang-


remang-remang remang yang terletak di pusat perkotaan,
(di depan Hotel yakni di jalan sepanjang jalan Kalibaru.
Asia sepanjang Warung ini terletak di sepanjang sungai
Jalan Kalibaru) kalibaru seperti Warung Rokok Kumis
Warung Bu Eti, Warung Pak Kamid,
Warung Pak Aung. Didepannya terdapat
beberapa hotel melati, yakni Hotel Melati
dan Hotel Baru. Untuk mengakses lokasi ini
sangatlah mudah karena lokasinya nya yang
sangat strategis. lokasi ini juga terdapat
warung rokok yang dimanfaatkan untuk
berkumpulnya para WPS. Jumlah WPS
yang berada di hotspot ini terdapat 10
orang. Tempat nongkrong mereka biasanya
warung yang berada di sekitar jalan
kalibaru. Ada sekitar 5 - 12 orang WPS yang
beroperasi.

Warung Bu 5 menit Hotspot yang merupakan warung yang


Sarni (Pos III berada dekat dengan pintu masuk pos 3
Pelabuhan) pelabuhan. Tidak jauh dari tempat wisata
Taman ade irma Suryani. Ada sekitar 3 WPS
yang beroperasi disitu. Jarak dengan hotel
beberapa hotel melati tidaak terlalu jauh
sehingga sangat mudah jika mereka telah
sepakat untuk melakukan transaksi seks
langsung menuju hotel – hotel yang ada di
sekitarnya. Yang didepannya terdapat
beberapa hotel melati yakni Hotel Cahaya
murni dan Hotel Tidar.

Salon Ayu 10 menit Hotspot WPS tidak langsung berupa salon


(Kel. plus
Pegambiran)

11. Klinik yang berada di wilayah Pelabuhan Muara Jati yaitu Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) serta terdapat Rumah Sakit Umum Pelabuhan yang berada di dekat
area Pelabuhan serta Rumah Sakit Pertamina Klayan yang berada di dekat area pesisir
Kota Cirebon.

12. Komunitas laki-laki di pelabuhan mengakses layanan kesehatan melalui Kantor


Kesehatan Pelabuhan, jika dibutuhkan tindakan rawat inap maka akan dirujuk ke RS.
Pelabuhan atau layanan kesehatan lainnya.

13. Layanan kesehatan terkait dengan IMS, VCT dan pengobatan HIV/AIDS belum
tersedia di KKP. Oleh karena itu, KPA Kota Cirebon akan merujuk klien ke klinik
Intan Puskesmas Gunung Sari, Puskesmas Kesunean, atau klinik Seroja RSUD
Gunung Jati.
B. Data Sub Populasi ABK:
1. Estimasi jumlah ABK pada per bulan :
a. Di pelabuhan muara jati tidak ada kapal penumpang yang beroperasi karena sejak
tahun 2007 sudah tidak ada aktivitas transportasi umum yang mengangkut
penumpang.
b. Estimasi kapal cargo yaitu 11-13 orang/kapal. Rata-rata per bulan ada 40 kapal
sehingga bila diestimasikan setiap bulan ada sekitar 440 orang ABK.
c. Di Pelabuhan Muara Jati tidak ada kapal nelayan. Kapal-kapal nelayan besar
berada di wilayah Kejawanan dan kapal nelayan kecil di wialyah Pesisir yang
berada diluar area Pelabuhan. Di wilayah Kejawanan ada sekitar 50 kapal yag
bersandar. Tiap kapal biasanya terdiri dari sekitar 15 orang. Sedangkan kapal-
kapal nelayan kecil yang biasanya dimiliki penduduk setempat kira-kira berkisar
30 – 40 kapal. Tiap kapal biasanya terdiri sekitar 3-5 orang.

C. Data Jejaring Sosial ABK


1. Rerata on/off ABK
b. Jumlah waktu bekerja di kapal cargo per periodik berdasarkan jarak dan
waktu perjalanan. Biasanya kapal bersandar di pelabuhan selama 2-4 hari dan
ketika melebihi waktu tersebut akan dikenakan sanksi berupa biaya dan lain
sebagainya.
c. Jumlah waktu off berkunjung ke keluarga masing-masing.
2. Orang yang berpengaruh bagi ABK selama dalam perjalanan yaitu kapten kapal.
Karena ABK berfokus pada instruksi kapten kapal selama dalam perjalanan.
3. Orang yang berpengaruh bagi ABK selama kapal bersandar yaitu kapten kapal,
keluarga jika dapat mengunjungi serta agen pelayaran, perusahaan bongkar muat,
syahbandar, Pandu Pellindo (yang mebawa kapal dari dan keluar dermaga). Selain
itu, keterlibatan KKP juga berpengaruh besar pada ABK selama kapal bersandar
untuk pengecekan kondisi kesehatan ABK.
4. Kebiasaan ABK ketika bersandar yaitu berada di wilayah pelabuhan atapun
mengunjungi kerabat. Tetapi, adapula ABK yang memanfaatkan waktunya selama
kapal bersandar untuk jalan-jalan di luar wilayah pelaabuhan dengan keperluan
belanja ataupun lain sebagainya. Hal ini dikarenakan, ketika ABK sudah keluar
wilayah pelabuhan maka sudah menjadi tanggungjawab ABK sendiri dan pilihan
ABK sendiri.

D. Data Sub Populasi TKBM:


1. Jumlah anggota TKBM sebanyak 1800 orang
2. Jumlah mandor di TKBM sebanyak 700 orang
3. Rata-rata status pendidikan anggotaa TKBM adalah lulusan SMA
4. Rata-rata status pernikahan anggota TKBM adalah menikah
5. Jumlah staff management TKBM sebanyak 14 orang
6. Waktu bekerja TKBM selamatergantung adanya pengerjan bongkar muat. Dari
seluruh anggota TKBM saat ini hanya sekitar 30% saja sedangkan 70% nya tidak
digunakan lagi karena sejak tahun 2007 lebih banyak menggunakan TKBM dari
luar (yang profesional) karena kapal yang masuk di pelabuhan Muara Jati Cirebon
lebih banyak kapal batu bara dari perusahaan asing
7. Waktu istirahat TKBM selama sejak kondisi Pelabuhan seperti diatas, jam kerja,
waktu istirahat tidak tentu tergantung adanya pekerjaan bongkar muat
8. Waktu libur TKBM selamasejak kondisi Pelabuhan seperti diatas, jam kerja,
waktu istirahat tidak tentu tergantung adanya pekerjaan bongkar muat
9. Kebiasaan yang dilakukan TKBM ketika libur yaitu TKBM lebih banyak berasal
dari wilayah Cirebon sehingga diwaktu libur lebih banyak menghabiskan waktu
bersama keluarga
10. Sistem penggajian/upah TKBM yaitu per sekali bongkar muat
11. Pendapatan rata-rata perbulan sebanyak sekitar 200 - 300 per sekali bongkar muat
12. Pertemuan yang dilakukan di koperasi TKBM cukup rutin.
13. Aktor yang berpengaruh pada TKBM adalah pimpinan koperasi TKBM,
perusahaan-perusahaan.
14. Rata-rata tempat tinggal anggota TKBM berada di sekitar wilayah Cirebon
15. Tidak ada peraturan khusus yang mengatur tentang kesehatan TKBM, secara
umum mengacu pada UU tentang kesehatan dan keselamatan kerja dan UU
tentang perburuhan.
16. Aktivitas TKBM secara umum melakukan bongkar muatan kapal cargo, dan
beristirahat di area sekitar pelabuhan. Mayoritas buruh TKBM adalah penduduk
wilayah Cirebon sehingga aktivitas selain di wilayah Pelabuhan, mereka di tempat
tinggal.

E. Sub Populasi Truckers yang ada di Pelabuhan:


1. Nama organisasi Truckers yaitu EMKL dengan jumlah populasinya yaitu 600
supir dengan 17 perusahaan yag memiliki 600 dermaga.
2. Rata-rata pendidikan yaitu pendidikan terakhir SMA.
3. Rata-rata ststus pernikahannya yaitu menikah.
4. Stakeholders yang berpengaruh pada Truckers yaitu EMKL karena sebelum
berangkat para sopir langsung interaksi dengan EMKL untu mendapatkan surat
jalan.
5. Mobilitas kerja truckers ketika bekerja yaitu membawa barang dari Cirebon-
Bandung, Cirebon-purwakarta, dan cirebon-kerawang.
6. Kebiasaan truckers ketika senggang yaitu kumpul dengan truckers lainnya sambl
menunggu arahan perusahaan untuk membawa barang.
7. Pendapatan rata-rata yaitu 700-800 per rit.
8. Dalam sehari, supir menunggu arahan dari perusahaan untuk mengirim barang,
setelah bongkar muat selesai, supir menghadap ke EMKL untuk mengambil surat
jalan pengiriman barang. Setelah mendapat surat dari EMKL, supir membawa
kiriman keluar pelabuhan menuju daerah yang dituju. Selama ini, pengiriman
barang menuju Kota Bandung, Kerawang, dan Purwakarta. Setelah pengiriman
selesai, supir diberikan waktu istirahat sebelum kembali ke Pelabuhan Cirebon.

F. Perusahan di Kawasan industri Pelabuhan:


1. Perusahaan besar di pelabuhan yang memperkerjakan karyawan laki-laki dengan
jumlah besar:
PT. Prima Lestari Segara Pratama bergerak di pelayaran dengan jumlah pegawai
laki-laki sebanyak 38 orang. Layanan kesehatan bagi para pekerja di perusahaan
ini bekerjasama dengan PT. Jamsostek.

2. Demografi Dasar Pekerja


Informasi Umum
1. Usia rata-rata pekerja di sini adalah 22-58 tahun.
2. Ststus pernikahan mayoritas pekerja di sini adalah telah menikah.
3. Tingkat pendidikan pekerjanya yaitu lulusan SMA hingga sarjana.
4. Pendapatan rata-rata pekerja per bulan sebesar Rp.5.000.000
5. Mayoritas pekerja di perusahaan ini adalah orang Cirebon asli maupun dari
Sumatra Utara.
Aktivitas Utama
1. Aktivitas harian karyawan pelabuhan secara umum, jam kerja dari jam 08.00 –
17.00 WIB. Namun dalam prakteknya mereka siap bekerja selama 24 jam jika
dibutuhkan karena keperluan terkait kapal tidak bisa menunggu.
2. Di waktu senggang, mereka menghabiskan waktu untuk mencari hiburan atau
mengunjungi sanak keluarga.
Mobilitas Pekerja
1. Divisi perusahaan yang paling mobile yaitu divisi operasional karena yang
mengurus perusahaan secara administrastif.
2. Frekuensinya tinggi karena divisi ini yang mengurus administrastif kapal
ketika bersandar di pelabuhan..
3. Divisi operasional melakukan mobile ke kantor-kantor seperti kantor imigrasi,
KKP, dermaga, Pellindo.
4. Jumlah orang yang mobile tidak menentu karena tergantung kondisi situasi
pelabuhan.
5. Alasan umum mobile untuk mengurus administratif persoalan kapal.
6. Aktivitas harian karyawan pelabuhan secara umum, jam kerja dari jam 08.00 –
17.00 WIB. Namun dalam prakteknya mereka siap bekerja selama 24 jam jika
dibutuhkan karena keperluan terkait kapal tidak bisa menunggu. Untuk divisi
operasional biasanya mereka mengurus administrasi perkapalan seperti ke
kantor imigrasi, bea cukai, dsb namun masih di wilayah Cirebon.
7. Di waktu senggang, mereka menghabiskan waktu untuk mencari hiburan atau
mengunjungi sanak keluarga.

G. Komunitas lain yang terkait dan ketergantungan baik secara ekonomi dan sosial
di pelabuhan
Diantaranya pedagang seperti pedangang kaki lima, warung makan, dll dan juga
komunitas WPS yang beroperasi di area sekitar pelabuhan.
H. Media yang sering diakses oleh komunitas laki-laki di pelabuhan:
Akses Media
1. Media yang diakses di pelabuhan Muara jati yaitu media cetak maupun elektronik.
2. Media yang sering diakses
a. Media massa cetak yaitu koran daerah Kota Cirebon meliputi Radar Cirebon,
Kabar Cirebon dengan bagian yang diakses yaitu kolom olahraga, dan
ekonomi karena hobi sepak bola.
b. Media massa elektronik yang bekerjasama dengan pelabuhan diantaranya
Radar TV,
c. Internet yang sering diakses yaitu website www.insa.or.id , www.maritim-
database.com , www.cirebonport.com ,
d. Media KIE tidak ada yang diakses.
3. Akses terhadap media di kelompok ini hanya sedikit.
4. Belum ada sumber informasi HIV-AIDS yang selama ini diakses oleh komunitas
laki-laki di wilayah Pelabuhan Muara Jati Cirebon.

HASIL SURVEI PENGETAHUAN SIKAP & PERILAKU


Program PMTS Paripurna Sektor Pelabuhan Muara Jati Cirebon

Survei Pengetahuan Sikap & Perilaku (Program PMTS Paripurna Sektor


Pelabuhan) dilakukan di Pelabuhan Kota Cirebon yang terletak di Kecamatan
Lemahwungkuk Kabupaten Cirebon. Adapun tujuan dari survei ini adalah untuk
mengumpulkan data demography dan jejaring social ABK guna memperoleh gambaran yang
sedikit lebih detail dimana hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
menyusun model intervensi/program PMTS Paripurna di Sektor Pelabuhan dan penguatan
program untuk kemandirian program di pelabuhan.

Survei ini memfokuskan kepada kelompok sasaran yang berjumlah 110 orang
yang terdiri dari :

1. Trucker = 20 Orang
2. Karyawan Perusahaan (Laki-laki) = 20 Orang
3. Anak Buah Kapal (ABK) = 20 Orang
4. TKBM = 20 Orang
5. Nelayan = 20 Orang
6. Management Pelabuhan (Stakeholders) = 10 Orang

SASARAN KELOMPOK : TRUCKER

Sasaran kelompok trucker terdiri dari 20 responden yang umurnya berkisar


antara 36 sampai 62 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 9 orang, SLTP/Sederajat
3 orang dan SLTA sederajat 9 orang. Dari 20 orang tersebut 14 orang diantaranya berasal dari
Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. Semua responden berstatus kawin.

Dari hasil survey, pengetahuan 20 responden mengenai HIV/AIDS masih


tergolong rendah karena sebagian besar menganggap HIV/AIDS adalah penyakit kelamin.
Selain itu ada juga yang beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang tidak bisa
disembuhkan. Hal ini dapat dilihat dari diagram di bawah ini:

Pengetahuan Trucker tentang


HIV/AIDS JAWABAN

Ya
Tidak
30% Tidak Tahu
70%

Setelah pendalaman melalaui pengetahuan Truker tentang HIV/AIDS,


kemudian pendalaman mengenai HIV-AIDS yang mendalam dapat dilihat dari diagram
berikut ini:
QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu
HIV/AIDS?
Penyakit kelamin Penyakit yang tidak
bisa disembuhkan
25%
Tidak Tahu Tidak Menjawab
50% Lainnya :
19%

6%

Berdasarkan diagram di atas, dapat diketahui bahwa sebagian dari responden


tidak menjawab pertanyaan tersebut dan hanya 25% responden yang menjawab bahwa
HIV/AIDS adalah penyakit kelamin. Hal ini menunjukkan bahwa, secara umum truker di
pelabuhan cirebon belum memiliki pengetahuan dasar mengenai HIV/AIDS.

Tentang cara pencegahan HIV/AIDS 20 responden mengutarakan jawaban


yang beragam. Mulai dari meminum jamu tradisonal sebalum berhubungan seks,
menghindari gigitan nyamuk sampai tidak menggunakan pakaian dan alat makan secara
bersamaan. Selain itu, 3 dari 20 responden menganggap bahwa menggunakan kondom saat
behubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS. Menggunakan jarum suntik
secara bersamaan menurut 5 dari 20 orang dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Terakhir, 9
dari 20 responden menganggap untuk menghindari penularan HIV/AIDS dapat dilakukan
dengan tidak melakukan seks bebas/berganti-ganti pasangan.

Selanjutnya, 2 dari 20 responden merasa beresiko tertular HIV/AIDS dengan


alasan karena sering berganti pasangan seks. Dan ke 20 responden tersebut 1 responden
menyataka pernah melakukan tes HIV/AIDS, 17 responden menjawab tidak pernah dan
melakukan tes HIV/AIDS dan 2 responden menjawab tidak tahu.

Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Tidak
Ya

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Untuk perilaku seks responden dengan pasangan seks tetap, dari 20 responden
hanya 1 orang yang menggunakan kondom, itu pun pemakaiannya hanya sesekali. Sisanya
tidak pernah menggunakan kondom dalam berhubungan seks dengan pasangan tetap.
12 dari 20 responden menjawab pernah melakukan hubungan seks dengan
penjaja seks/WPS. Per responden rata-rata pernah melakukan hubungan seks dengan 1
sampai 15 orang WPS. Untuk tariff yang pernah dibayarkan responden ke WPS pun beragam,
muali dari Rp. 20.000 sampai Rp. 500.000 per WPS.

Dari ke 12 responden yang pernah berhubungan seks dengan WPS hanya 3


orang yang menggunakan kondom (dengan merk Sutra). Sisanya tidak menggunakan kondom
dengan alas an bahwa penggunaan kondom dalam berhubungan seks mengurangi
kenikmatan. Bahkan salah satu dari responden menuturkan alasan tidak menggunakan
kondom karena kondom susah diperoleh.

Dari 20 responden, 3 orang diantaranya menjawab mamiliki pacar tetap. 2


orang pernah berhubungan seks dan 1 orang tidak. Dalam berhubungan dengan pacar tetap ke
2 orang responden tersebut tidak menggunakan kondom dengan alasan mengurangi
kenikmatan.

Setelah berhubungan seks dengan pacar tetap salah satu dari responden
menjawab memberikan uang sebagai “imbalan” untuk pacar tetapnya. Sementara sisanya
tidak pernah memberikan apa-apa.

5 dari 20 responden menyatakan pernah berhubungan seks dengan wanita lain


(selain istri, WPS dan pacar tetap). Serta 1 responden yang tidak menjawab. Penggunaan
kondom dalam berhubungan seks hanya dilakukan 2 dari 5 responden dengan alasan
penggunaan kondom mengurangi kenikmatan. Sementara 2 orang responden sisanya memilih
untuk menggunakan kondom.

Ke 20 responden menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks


anal/sodomi.Dari 20 responden hanya 1 responden yang menyatakan pernah mengalami
luka/koreng di daerah sekitar kelamin. Sisanya menyatakan tidak pernah mengalami gejala
luka luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol disekitar kelamin.Ke
20 responden semuanya menyatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. 15
responden diantaranya pernah sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman beralkohol.
Sementara sisanya tidak. Selain itu, dari 20 responden hanya 1 responden yang menyatakan
pernah mengkonsumsi narkotika dan bukan jenis narkotika suntik.Ke semua responden yang
berjumlah 20 orang menyatakan tidak pernah menghadiri pertemuan atau diskusi dengan
petugas yang membahas pencegahan dan penularan HIV/penyakit kelamin.

SASARAN KELOMPOK : KARYAWAN PERUSAHAAN LAKI-LAKI

Sasaran kelompok karyawan perusahaan terdiri dari 20 responden yang


umurnya berkisar antara 23 sampai 65 tahun dengan tingkat pendidikan SLTP/Sederajat 2
orang dan SLTA sederajat 13 orang akademi/perguruan tinggi 5 orang. Dari 20 orang tersebut
14 orang diantaranya berasal dari Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. Dari 20
responden 18 diantaranya berstatus kawin dan 2 sisanya belum kawin.
Tidak Tahu
Ya

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Dari hasil survey, pengetahuan 20 responden mengenai HIV/AIDS bisa


dikatakan cukup mengetahui karena sebagian besar menganggap HIV/AIDS adalah penyakit
kelamin ada juga yang beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang tidak bisa
disembuhkan dan bahkan ada salah satu responden yang mengatakan HIV/AIDS adalah
hubungan gelap, berikut diagram tentang pengetahuan karyawan mengenai HIV/AIDS di
bawah ini :

Pengetahuan Karyawan tentang


HIV/AIDS JAWABAN

Ya
Tidak
Tidak Tahu
10
0
%

Tentang cara pencegahan HIV/AIDS 20 responden mengutarakan jawaban


yang beragam. Hanya sedikit dari 20 responden yang menjawab bahwa meminum jamu
tradisonal sebelum berhubungan seks, menghindari gigitan nyamuk sampai tidak
menggunakan pakaian dan alat makan secara bersamaan dapat mencegah penularan
HIV/AIDS. Selain itu, 8 dari 20 responden menganggap bahwa menggunakan kondom saat
berhubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS. Menghindari penggunaan
jarum suntik secara bersamaan menurut 14 dari 20 orang dapat mencegah penularan
HIV/AIDS. Terakhir, 18 dari 20 responden menganggap untuk menghindari penularan
HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak melakukan seks bebas/berganti-ganti pasangan.

Selanjutnya, 3 dari 20 responden merasa beresiko tertular HIV/AIDS dengan


alasan karena sering berganti pasangan seks, 10 orang tidak merasa beresiko dan 7 orang
menjawab tidak tahu. Dan ke 19 responden tidak pernah melakukan tes HIV/AIDS dan 1
responden pernah melakukan tes HIV/AIDS.2 dari 20 responden yang belum kawin, 1
responden menyatakan pernah melakukan hubungan seks dan 1 orang responden lainnya
belum pernah melakukan hubungan seks.
Perilaku seks karyawan perusahaan menunjukkan responden dengan pasangan
seks tetap, dari 198responden yang berstatus kawin, 15 responden diantaranya tidak pernah
menggunakan kondom saat berhubungan seks serta 2 responden lainnya menjawab terkadang
menggunakan kondom. Selain itu, mengenai hubungan seks dengan wanita penajaja seks,
seluruh responden menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks dengan wanita penjaja
seks. Selain tidak dengan wanita penjaja seks, seluruh responden juga menyatakan tidak
memiliki pacar tetap.

Berkaitan dengan perilaku seksual, seluruh responden karyawan perusahaan


menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks secara anal/sodomi serta tidak pernah
mengalami gejala luka luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol
disekitar kelamin.

Perilaku responden karyawan perusahaan dalam hal minuman beralkohol dan


penggunaan narkotika, 9 dari 20 responden manyatakan pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol, 2 responden diantaranya pernah sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman
beralkohol. Sementara sisanya tidak. Dalam penggunaan narkotika, dari 20 responden, 2
responden menyatakan pernah menggunakan narkotika dan sisanya tidak. 15 responden
mengatakan pasangannya tidak menggunakan narkotika, 2 responden tidak tahu dan 3
responden tidak menjawab.

Untuk informasi tambahan, 9 dari 20 responden manyatakan pernah


menghadiri pertemuan atau diskusi dengan petugas yang membahas pencegahan penularan
HIV/Penyakit kelamin baik yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, KPA, Syahbandar
maupun oleh Perusahaan. Dari 9 responden tersebut 3 responden mengatakan tidak pernah
dihubungi peugas lapangan LSM (PO) untuk mendiskusikan cara melindungi diri dan
pasangannya dari virus HIV/AIDS dan IMS, 1 responden mengatakan pernah 1 kali dan
sisanya tidak ingat. Sementara itu, 2 dari 9 responden tersebut menyatakan tidak pernah
mengunjungi klinik IMS untuk mengecek kesehatan dan masalah IMS, 1 responden
mengatakan pernah 1 kali dan sisanya tidak ingat.

SASARAN KELOMPOK : ANAK BUAH KAPAL (ABK)

Sasaran kelompok ABK terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara 19
sampai 47 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 1 orang, SLTP/Sederajat 3 orang
dan SLTA sederajat 16 orang. Dari 20 orang tersebut 11 orang diantaranya berasal dari
Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 7 responden berstatus kawin, 12 responden
belum kawin dan 1 responden berstatus cerai hidup.

Dari hasil survey, pengetahuan 20 responden mengenai HIV/AIDS masih


tergolong rendah bahkan 4 dari responden tidak pernah mendengar tentang HIV/AIDS.
Sebagian besar menganggap HIV/AIDS adalah penyakit kelamin. Selain itu ada juga yang
beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan 5
responden diantaranya menyatakan tidak tahu. Berikut diagram hasil survei pengetahuan
mengenai HIV/AIDS :
Pengetahuan ABK tentang HIV/AIDS
JAWABAN
20%
Ya
Tidak
Tidak Tahu
80%

QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu


HIV/AIDS?
Penyakit kelamin
Penyakit yang tidak bisa
25% disembuhkan
Tidak Tahu
50% Tidak Menjawab
6% Lainnya :
6%
13%

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa sebagian responden ABK


tidak menjawab, dan 5 responden menjawab bahwa HIV/AIDS sebagai penyakit kelamin.
Selain itu, mengenai cara pencegahan HIV/AIDS 20 responden mengutarakan jawaban yang
beragam. Mulai dari menghindari gigitan nyamuk sampai tidak menggunakan pakaian dan
alat makan secara bersamaan. Selain itu, 8 dari 20 responden menganggap bahwa
menggunakan kondom saat behubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS.
Menggunakan jarum suntik secara bersamaan menurut 7 dari 20 orang dapat mencegah
penularan HIV/AIDS. Terakhir, 10 dari 20 responden menganggap untuk menghindari
penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak melakukan seks bebas/berganti-ganti
pasangan.

Berkaitan dengan perilaku seks, 12 dari 20 responden yang belum kawin


menyatakan pernah melakukan hubungan seks, 9 orang tidak pernah dan sisanya tidak
menjawab, sedangkan, perilaku seks responden dengan pasangan seks tetap, dari 7
responden yang berstatus kawin semuanya tidak pernah menggunakan kondom ketika
berhubungan seks.

Perilaku seks dengan wanita penjaja seks, 4 dari 20 responden menjawab


pernah melakukan hubungan seks dengan penjaja seks/WPS. Untuk tariff yang pernah
dibayarkan responden ke WPS pun beragam, muali dari Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000 per
WPS. Selain itu, dari 20 responden, 2 orang diantaranya menjawab mamiliki pacar tetap dan
keduanya pernah berhubungan seks. Dalam berhubungan dengan pacar tetap hanya 1 orang
responden tersebut menggunakan kondom sementara 1 responden lainnya tidak
menggunakan kondom dengan alasan mengurangi kenikmatan.

Sedangkan perilaku seks responden dengan wanita lain yaitu 8 dari 20


responden menyatakan pernah berhubungan seks dengan wanita lain (selain istri, WPS dan
pacar tetap)dan sisanya tidak pernah. Penggunaan kondom dalam berhubungan seks hanya
dilakukan oleh 6 dari 8 responden dengan alasan penggunaan kondom mengurangi
kenikmatan. Bahkan salah seorang responden menuturkan bahwa kondom sukar diperoleh.

Setelah berhubungan seks dengan wanita lain (selain istri, WPS dan Pacar
Tetap), 2 responden mengatakan memberikan uang, 2 responden memberikan barang, 1
responden member uang dan barang 1 responden tidak memberikan apa-apa dan 2 responden
menjawab tidak ingat.

Berkaitan dengan perilaku seks dengan anal/sodomi, ke 20 responden


menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks anal/sodomi serta tidak pernah
mengalami gejala luka luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol
disekitar kelamin.

12 dari 20 responden manyatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol,


6 responden diantaranya pernah sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman beralkohol.
Sementara sisanya tidak.

Perilaku responden terhadap minuman alkohol dan penggnaan narkotika yaitu


20 responden menyatakan tidak pernah menggunakan narkotika. 11 responden mengatakan
pasangannya tidak menggunakan narkotika, 3 responden tidak tahu dan 6 responden tidak
menjawab.Untuk informasi tambahan, 3 dari 20 responden manyatakan pernah menghadiri
pertemuan atau diskusi dengan petugas yang membahas pencegahan penularan HIV/Penyakit
kelamin baik yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Sosial maupun oleh
Perusahaan. Namun ke 3 responden tersebut mengatakan tidak pernah dihubungi peugas
lapangan LSM (PO) untuk mendiskusikan cara melindungi diri dan pasangannya dari virus
HIV/AIDS dan IMS. Sementara itu, 2 responden tersebut menyatakan tidak pernah
mengunjungi klinik IMS untuk mengecek kesehatan dan masalah IMS dan 1 responden
sisanya tidak menjawab.

SASARAN KELOMPOK : TKBM

Sasaran kelompok TKBM terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara
26 sampai 67 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 7 orang, SLTP/Sederajat 1 orang
dan SLTA sederajat 9 orang dan akademi/perguruan tinggi 3 orang. Dari 20 orang tersebut 18
orang diantaranya berasal dari Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 1 responden
berstatus belum kawin dan sisanya berstatus kawin.
Dari hasil survey, pengetahuan 20 responden mengenai HIV/AIDS bisa
dikatakan cukup mengetahui karena walaupun sebagian besar menganggap HIV/AIDS
adalah penyakit kelamin. Selain itu ada juga yang beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan bahkan ada salah satu responden yang mengatakan
HIV/AIDS adalah hubungan gelap. Berikut diagram mengenai pengetahuan responden
tentang HIV/AIDS:

Pengetahuan TKBM tentang HIV/AIDS

JAWABAN
20%
Ya
Tidak
Tidak Tahu

80%

Pemahaman responden tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu


HIV/AIDS?
Penyakit kelamin
Penyakit yang tidak bisa
disembuhkan
35% Tidak Tahu
50% Tidak Menjawab
Lainnya :

10%

5%

Berdasarkan gambar di atas, sebagaian responden TKBM memahami


HIV/AIDS sebagai penyakit kelamin. Sedangkan tentang cara pencegahan HIV/AIDS, 10
responden mengutarakan jawaban yang beragam. Hanya sedikit dari 20 responden yang
menjawab bahwa meminum jamu tradisonal sebelum berhubungan seks, menghindari gigitan
nyamuk sampai tidak menggunakan pakaian dan alat makan secara bersamaan dapat
mencegah penularan HIV/AIDS. Selain itu, 12 dari 20 responden menganggap bahwa
menggunakan kondom saat berhubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS.
Menghindari penggunaan jarum suntik secara bersamaan menurut 10 dari 20 orang dapat
mencegah penularan HIV/AIDS. Terakhir, 12 dari 20 responden menganggap untuk
menghindari penularan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak melakukan seks
bebas/berganti-ganti pasangan.

Selanjutnya, 4 dari 20 responden merasa beresiko tertular HIV/AIDS dengan


alasan karena tidak pernah menggunakan kondom serta kontak fisik. Dari ke 20 responden
18 diantaranya menyatakan tidak pernah melakukan tes HIV/AIDS dan sisanya menjawab
tidak tahu. Berkaita dengan perilaku seks, 1 dari 20 responden yang belum kawin
menyatakan belum pernah melakukan hubungan seks. Sedangkan, perilaku seks responden
dengan pasangan seks tetap, dari 19 responden yang berstatus kawin 17 responden
diantaranya tidak pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks. 2 responden lainnya
menjawab terkadang menggunakan kondom.

Perilaku seks dengan penjaja seks, dari 3 dari 20 responden menjawab pernah
melakukan hubungan seks dengan penjaja seks/WPS. Per responden rata-rata pernah
melakukan hubungan seks dengan 1 sampai 5 orang WPS. Untuk tariff yang pernah
dibayarkan responden ke WPS pun beragam, muali dari Rp. 500.000 sampai Rp. 700.000
per WPS. Dari ke 3 responden yang pernah berhubungan seks dengan WPS hanya 2 orang
yang menggunakan kondom (dengan merk Sutra). Sisanya tidak menggunakan kondom
dengan alasan bahwa penggunaan kondom dalam berhubungan seks mengurangi
kenikmatan. Hal ini menunjukkan pula bahwa seluruh responden tidak memiliki pacar tetap,
karena terbiasa dengan melakukan hubungan seks bukan dengan pasangannya.

Berkaitan dengan perilaku seksual dengan wanita lain (selain istri, WPS, dam
pacar tetap), 9 dari 20 responden menyatakan pernah berhubungan serta penggunaan
kondom dalam berhubungan seks hanya dilakukan 2 dari 9 responden dengan alasan
penggunaan kondom mengurangi kenikmatan. Selain itu, 20 responden menyatakan tidak
pernah melakukan hubungan seks anal/sodomi serta 20 responden menyatakan tidak pernah
mengalami gejala luka luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol
disekitar kelamin.

Perilaku minuman alkohol dan penggunaan narkotika, dari 12 dari 20


responden manyatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, 6 responden
diantaranya pernah sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman beralkohol. Sementara
sisanya tidak. Dari 19 responden menyatakan tidak pernah menggunakan narkotika dan 1
responden menjawab tidak tahu. 18 responden mengatakan pasangannya tidak menggunakan
narkotika, 1 responden tidak tahu dan 1 responden tidak menjawab.

Untuk informasi tambahan, 1 dari 20 responden manyatakan pernah


menghadiri pertemuan atau diskusi dengan petugas yang membahas pencegahan penularan
HIV/Penyakit kelamin baik yang dilakukan oleh Departemen Sosial . Namun responden
tersebut mengatakan tidak pernah dihubungi peugas lapangan LSM (PO) untuk
mendiskusikan cara melindungi diri dan pasangannya dari virus HIV/AIDS dan IMS.
Sementara itu, tersebut menyatakan tidak pernah mengunjungi klinik IMS untuk mengecek
kesehatan dan masalah IMS.
SASARAN KELOMPOK : NELAYAN

Sasaran kelompok nelayan terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara
17 sampai 62 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 8 orang, SLTP/Sederajat 6
orang, SLTA sederajat 5 orang dan akademi/perguruan tinggi 1 orang. Dari 20 orang tersebut
12 orang diantaranya berasal dari Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 14
responden berstatus kawin, 5 responden belum kawin dan 1 responden berstatus cerai hidup.

Pengetahuan mengenai HIV/AIDS di kelompok nelayan dapat dilihat pada


gambar di bawah ini:

Pengetahuan Nelayan tentang HIV/AIDS

20%
JAWABAN

Ya Tidak
80%
Tidak Tahu

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa 80% responden nelayan


mengetahui tentang HIV/AIDS dan sisanya tidak mengetahui. Akan tetapi, pemahaman
tentang HIV/AIDS di kalangan nelayan belum mendalam. Hal ini dapat dilihat dari gambar
di bawah ini:

QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu


HIV/AIDS?
Penyakit kelamin
13% Penyakit yang tidak
bisa disembuhkan
44% Tidak Tahu
25% Tidak Menjawab
Lainnya :

19%

Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa pemahaman mengenai


HIV/AIDS masih tergolong rendah karena sebanyak 44% menganggap HIV/AIDS adalah
penyakit kelamin. Selain itu ada 19 %juga yang beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bahkan salah seorang responden mengatakan bahwa
HIV/AIDS adalah penyakit metabolisme tubuh.
Sedangkan, tentang cara pencegahan HIV/AIDS 20 responden mengutarakan
jawaban yang beragam. Mulai dari meminum jamu tradisonal sebalum berhubungan seks,
menghindari gigitan nyamuk sampai tidak menggunakan pakaian dan alat makan secara
bersamaan. Selain itu, 5 dari 20 responden menganggap bahwa menggunakan kondom saat
behubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS. Menggunakan jarum suntik
secara bersamaan menurut 6 dari 20 orang dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Terakhir, 8
dari 20 responden menganggap untuk menghindari penularan HIV/AIDS dapat dilakukan
dengan tidak melakukan seks bebas/berganti-ganti pasangan.

Selanjutnya, 11 dari 20 responden merasa tidak beresiko tertular HIV/AIDS


dengan alasan karena tidak sering berganti pasangan seks, menggunakan kondom ketika
berhubungan seks, tidak pernah berhubungan seks dengan WPS dan yakin bahwa
pasangannya bersih dari HIV/AIDS. Dan 15 responden belum pernah melakukan tes
HIV/AIDS, 4 responden menjawab tidak tahu dan 1 responden tidak menjawab.

Berkaitan dengan perilaku seks, 5 dari 20 responden yang belum kawin


menyatakan belum pernah melakukan hubungan seks. Untuk perilaku seks responden dengan
pasangan seks tetap, dari 15 responden yang berstatus kawin 13 responden diantaranya tidak
pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks. 2 responden lainnya menjawab
terkadang menggunakan kondom.

Perilaku seks dengan penjaja seks, 5 dari 20 responden menjawab pernah


melakukan hubungan seks dengan penjaja seks/WPS. Per responden rata-rata pernah
melakukan hubungan seks dengan 1 sampai 6 orang WPS. Untuk tariff yang pernah
dibayarkan responden ke WPS pun beragam, muali dari Rp. 10.000 sampai Rp. 100.000 per
WPS.Dari ke 5 responden yang pernah berhubungan seks dengan WPS 4 orang diantaranya
menggunakan kondom (dengan merk Sutra). Sisanya tidak menggunakan kondom dengan
alasan ditipu teman.

Dari 20 responden, 3 orang diantaranya menjawab mamiliki pacar tetap dan


pernah berhubungan seks. Dalam berhubungan dengan pacar tetap ke 2 orang responden
tersebut tidak menggunakan kondom dengan alasan harga kondom mahal.

Setelah berhubungan seks dengan pacar tetap salah satu dari responden
menjawab memberikan uang dan barang sebagai “imbalan” untuk pacar tetapnya. Sementara
1 responden tidak pernah memberikan apa-apa dan 1 responden lain menjawab tidak ingat.

10 dari 20 responden menyatakan pernah berhubungan seks dengan wanita


lain (selain istri, WPS dan pacar tetap)dan sisanya tidak pernah. Penggunaan kondom dalam
berhubungan seks hanya dilakukan oleh 5 dari 10 responden dengan alasan penggunaan
kondom mengurangi kenikmatan.

Setelah berhubungan seks dengan wanita lain (selain istri, WPS dan Pacar
Tetap), 2 responden mengatakan memberikan uang, 1 responden memberikan barang, 1
responden member uang dan barang 3 responden tidak memberikan apa-apa dan 1 responden
menjawab tidak ingat. Perilaku seks kelompok nelayan juga dilihat dari perilaku seks melalui
anal/sodomi, dari 20 responden menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks
anal/sodomi serta ke 20 responden menyatakan tidak pernah mengalami gejala luka
luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol disekitar kelamin.

Perilaku minuman alkohol dan penggunaan narkotika, 14 dari 20 responden


manyatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, 10 responden diantaranya pernah
sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman beralkohol. Sementara sisanya tidak. Dalam
penggunaan narkotika, 4 responden menyatakan pernah mengkonsumsi narkotika (bukan
narkotika suntuik) dan 16 responden menyatakan tidak pernah. 15 responden mengatakan
pasangannya tidak menggunakan narkotika, 2 responden tidak tahu dan 3 responden tidak
menjawab.

Untuk informasi tambahan, 3 dari 20 responden manyatakan pernah


menghadiri pertemuan atau diskusi dengan petugas yang membahas pencegahan penularan
HIV/Penyakit kelamin baik yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan maupun oleh
Perusahaan. 1 responden tersebut mengatakan pernah dihubungi peugas lapangan LSM (PO)
untuk mendiskusikan cara melindungi diri dan pasangannya dari virus HIV/AIDS dan IMS
sementara 2 responden sisanya tidak pernah. Sementara itu, 2 responden tersebut menyatakan
tidak pernah mengunjungi klinik IMS untuk mengecek kesehatan dan masalah IMS dan 1
responden sisanya menjawab tidak ingat.

SASARAN KELOMPOK : MANAGEMENT PERUSAHAAN

Sasaran kelompok stakeholders terdiri dari 10 orang yang umurnya berkisar


antara 28 sampai 56 tahun dengan tingkat pendidikan SLTA sederajat 5 orang dan
akademi/perguruan tinggi 5 orang. Dari 10 orang tersebut 3 orang diantaranya berasal dari
Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. Semua responden berstatus kawin.

Pengetahuan mengenai HIV-AIDS di kalangan management perusahaan dapat


dilihat pada gambar di bawah ini:

Pengetahuan Stakeholders tentang


HIV/AIDS
JAWABAN

Ya
Tidak
100%
QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu
HIV/AIDS?
Penyakit kelamin
Penyakit yang tidak bisa
30% disembuhkan
Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Lainnya :
60%
10%

Berdasarkan gambar di atas, menunjukkan bahwa pengetahuan 10 responden


mengenai HIV/AIDS bisa dikatakan cukup mengetahui karena seluruh responden mengetahui
tentang HIV/AIDS. Akan tetapi, mengenai pemahaman stakeholders tentang HIV/AIDS
ditemukan bahwa 60% menjawab HIV/AIDS sebagai penyakit kelamin dan 10% menjawab
HIV-AIDS sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Tentang cara pencegahan HIV/AIDS 10 responden mengutarakan jawaban


yang beragam. Hanya sedikit dari 10 responden yang menjawab bahwa meminum jamu
tradisonal sebelum berhubungan seks, menghindari gigitan nyamuk sampai tidak
menggunakan pakaian dan alat makan secara bersamaan dapat mencegah penularan
HIV/AIDS. Selain itu, 4 dari 10 responden menganggap bahwa menggunakan kondom saat
berhubungan seks dapat mengurangi resiko tertular HIV/AIDS. Menghindari penggunaan
jarum suntik secara bersamaan menurut 6 dari 10 orang dapat mencegah penularan
HIV/AIDS. Terakhir, 8 dari 10 responden menganggap untuk menghindari penularan
HIV/AIDS dapat dilakukan dengan tidak melakukan seks bebas/berganti-ganti pasangan.

Selanjutnya, 3 dari 10 responden merasa beresiko tertular HIV/AIDS dengan


alasan karena tidak pernah menggunakan kondom serta kontak fisik. Dan hanya 1 dari 10
responden yang pernah melakukan tes HIV/AIDS, 8 responden mengatakan tidak pernah dan
1 responden menjawab tidak tahu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran dari
kalangan management perusahaan bahwa melakukan hubungan seks yang berisiko tanpa
menggunakan kondom dapat berbahaya.

Berkaitan dengan perilaku seks, 2 dari 20 responden yang belum kawin, 1


responden menyatakan pernah melakukan hubungan seks dan 1 orang responden lainnya
belum pernah melakukan hubungan seks.Untuk perilaku seks responden dengan pasangan
seks tetap,semua responden mengatakan tidak pernah menggunakan kondom dalam
berhubungan seks dengan pasangan tetap. Dan salah satu dari 10 responden mengatakan
pernah berhubungan seks dengan wanita lain selain dengan istri/pacar tetap. Selain itu, 2 dari
10 responden menjawab pernah melakukan hubungan seks dengan penjaja seks/WPS. Untuk
tarif yang pernah dibayarkan responden ke WPS mulai dari Rp. 130.000 sampai Rp. 300.000
per WPS.Dari ke 2 responden yang pernah berhubungan seks dengan WPS hanya 1 orang
yang menggunakan kondom. Sisanya tidak menggunakan kondom dengan alasan bahwa
penggunaan kondom dalam berhubungan seks mengurangi kenikmatan.

Terkait dengan pasangan, seluruh responden stakeholder menyatakan tidak


memiliki pacar tetap. Tetapi, 1 dari 10 responden menyatakan pernah berhubungan seks
dengan wanita lain (selain istri, WPS dan pacar tetap, sisanya tidak pernah). Penggunaan
kondom dalam berhubungan seks dilakukan oleh 1 responden tersebut.Ke 10 responden
menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks anal/sodomi.

Perilaku meminum minuman alkohol dan penggunaan narkotika dapat dilihat


dari, 6 dari 10 responden manyatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, 2
responden diantaranya pernah sampai mabuk dalam mengkonsumsi minuman beralkohol.
Sementara sisanya tidak. Sedangkan penggunaan narkotika, 9 responden manyatakan tidak
pernah menggunakan narkotika dan 1 orang responden menjawab tidak tahu.

Untuk informasi tambahan, 4 dari 10 responden manyatakan pernah menghadiri


pertemuan atau diskusi dengan petugas yang membahas pencegahan penularan HIV/Penyakit
kelamin baik yang dilakukan oleh KKP maupun kantor kesehatan. Namun ke 4 responden
tersebut mengatakan tidak pernah dihubungi peugas lapangan LSM (PO) untuk
mendiskusikan cara melindungi diri dan pasangannya dari virus HIV/AIDS dan IMS.
Sementara itu, 4 responden tersebut menyatakan tidak pernah mengunjungi klinik IMS untuk
mengecek kesehatan dan masalah IMS.

KESIMPULAN

1. Aktifitas kegiatan di Pelabuhan Muara Jati Cirebon tidak lagi padat seperti 7 tahun
silam, di mana dulu masih beroperasi kapal penumpang dan kegiatan bongkar. Kini,
keiatan bongkar muat mulai sepi. Aktifitas di Pelabuhan Muara jati Cirebon meliputi
aktifitas pelayaran kapal-kapal cargo (angkutan barang berupa batu bara, dan minyak).
2. Respon pemerintah, unsur maritim dan komunitas yang berada di wilayah Pelabuhan
Muara Jati belum menyadari penuh bahwa wilayah Pelabuhan sebagai wilayah sektor
kerja yang berisiko tertular HIV/AIDS karena terdapatnya aktifitas tinggi pekerja laki-
laki berisiko tinggi di wilayah tersebut.
3. Belum adanya pemahaman mendalam di lingkungan pemerintah dan unsur maritim
(trucker, ABK, nelayan, TKBM, karyawan perusahaan, management perusahaan) di
wilayah Pelabuhan Muara Jati terkait dengan HIV/AIDS.
4. Aktifitas perilaku kelompok laki-laki dalam minum minuman alkohol cukup tinggi di
wilayah pelabuhan. Berdasarkan hasil survei, ditemukan adanya aktifitas hubungan
seksual bukan dengan istrinya atau pasangan tetap sehingga menjadi potensi risiko
adanya penularan HIV/AIDS di lingkungan pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai