Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Survei Pengetahuan
Sikap dan Perilaku Program Pencegahan Mellaui Transmisi Seksual (PMTS) Paripurna di
Sektor Pelabuhan Kota Cirebon Tahun 2014.
SRI MARYATI, MA
LATAR BELAKANG
FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian adalah meneliti tentang pengetahuan sikap dan
kecenderungan perilaku komunitas laki-laki dan stakeholders pelabuhan untuk persiapan
program Pencegahan Melalui Transmisi Seksual (PMTS) paripurna di Sektor Pelabuhan.
Dalam penelitian ini, fokus pada pengetahuan sikap dan kecenderungan sikap komunitas
laki-laki juga didukung oleh proses mapping situasi yag diliputi kondisi wilayah pelabuhan,
keterlibatan stakeholders dan kondisi komunitas di lingkungan pelabuhan.
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengidentifikasi dan melakukan penjajagan awal situasi dan karakteristik di 5
Pelabuhan
2. Untuk mengetahui respon pemerintah, unsur maritim, swasta dan komunitas di
Pelabuhan tentang pelaksanaan program di Pelabuhan
3. Untuk mendapatkan data/ informasi yang komprehensif tentang pengetahuan sikap dan
perilaku komunitas di pelabuhan (ABK, TKBM, Truckers, dan karyawan perusahaan di
kawasan industri pelabuhan tentang HIV & AIDS
4. Memperoleh data/ informasi untuk persiapan rancangan strategi intervensi yang akan
dilaksanakan di pelabuhan
5. Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan untuk pelaksanaan program PMTS Paripurna di
pelabuhan
6. Dan memperoleh data- data lain yang berfungsi untuk persiapan penguatan dukungan
program PMTS paripurna di Sektor Pelabuhan
SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Signifikansi penelitian ini adalah pembahasan study mengenai pengetahuan
sikap dan perilaku komunitas laki-laki di lingkungan Pelabuhan menjadi penting dan
mendesak dilakukan karena memiliki beberapa alasan, yaitu:
1. Pelabuhan sebagai salah satu wilayah lokasi kerja yang memiliki kelompok lelaki
berisiko tinggi dan mendorong adanya keselamatan kerja bagi kelompok laki-laki
berisiko tinggi.
2. Wilayah pelabuhan sebagai demonstration Site untuk acuan penyusunan model
intervensi/program PMTS Paripurna meliputi 5 pelabuhan besar di Indonesia, yaitu
Tanjung Emas Semarang, Tanjung Perak Surabaya, Muara Jati Cirebon, Batu Ampar
Batam, Soekarno Hatta Makassar.
3. Sebagai acuan untuk menyusun model intervensi/program PMTS Paripurna di sektor
pelabuhan.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di Pelabuhan Muara Jati Kota Cirebon, karena
pelabuan ini merupakan satu-satunya pelabuhan yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, pelabuhan Cirebon ini juga menjadi wilayah pengembangan industri yang sedang
berkembang pesat, terutama untuk melayani perdagangan antar pulau. Oleh karena itu,
aktifitas interaksi manusia juga tinggi di lingkungan pelabuhan karena mencakup berbagai
wilayah.
HASIL PENELITIAN
PEMETAAN CEPAT DEMOGRAFI DAN JEJARING SOSIAL
PELABUHAN MUARA JATI KOTA CIREBON
4. Waktu rapat rutin unsur maritim pelabuhan secara rata-rata adalah sebulan sekali.
5. Kebijakan terkait dengan kesehatan di pelabuhan adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan.
8. Di Pelabuhan Muara jati Cirebon tidak ada kapal nelayan. Kapal nelayan besar berada
di wilayah Kejawanan sedangkan kapal nelayan kecil di wilayah samadikun
semuanya berada di luar area pelabuhan.
9. Frekuensi kapal cargo bersandar di Pelabuhan Muara Jati per tahun sebanyak 40
kapal/bulan x 12 Bulan = 480 kapal
Panda Spa & 10 menit Jumlah WPS TL yang bekerja di hotspot ini
Karaoke (Jl. sekitar 15 – 20 orang. Orang yang dianggap
Ahmad Yani penting dihubungi dalam rangka
menjalankan program kesehatan ini adalah
Bypass)
Mami Ami (Leader PL).
11. Klinik yang berada di wilayah Pelabuhan Muara Jati yaitu Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) serta terdapat Rumah Sakit Umum Pelabuhan yang berada di dekat
area Pelabuhan serta Rumah Sakit Pertamina Klayan yang berada di dekat area pesisir
Kota Cirebon.
13. Layanan kesehatan terkait dengan IMS, VCT dan pengobatan HIV/AIDS belum
tersedia di KKP. Oleh karena itu, KPA Kota Cirebon akan merujuk klien ke klinik
Intan Puskesmas Gunung Sari, Puskesmas Kesunean, atau klinik Seroja RSUD
Gunung Jati.
B. Data Sub Populasi ABK:
1. Estimasi jumlah ABK pada per bulan :
a. Di pelabuhan muara jati tidak ada kapal penumpang yang beroperasi karena sejak
tahun 2007 sudah tidak ada aktivitas transportasi umum yang mengangkut
penumpang.
b. Estimasi kapal cargo yaitu 11-13 orang/kapal. Rata-rata per bulan ada 40 kapal
sehingga bila diestimasikan setiap bulan ada sekitar 440 orang ABK.
c. Di Pelabuhan Muara Jati tidak ada kapal nelayan. Kapal-kapal nelayan besar
berada di wilayah Kejawanan dan kapal nelayan kecil di wialyah Pesisir yang
berada diluar area Pelabuhan. Di wilayah Kejawanan ada sekitar 50 kapal yag
bersandar. Tiap kapal biasanya terdiri dari sekitar 15 orang. Sedangkan kapal-
kapal nelayan kecil yang biasanya dimiliki penduduk setempat kira-kira berkisar
30 – 40 kapal. Tiap kapal biasanya terdiri sekitar 3-5 orang.
G. Komunitas lain yang terkait dan ketergantungan baik secara ekonomi dan sosial
di pelabuhan
Diantaranya pedagang seperti pedangang kaki lima, warung makan, dll dan juga
komunitas WPS yang beroperasi di area sekitar pelabuhan.
H. Media yang sering diakses oleh komunitas laki-laki di pelabuhan:
Akses Media
1. Media yang diakses di pelabuhan Muara jati yaitu media cetak maupun elektronik.
2. Media yang sering diakses
a. Media massa cetak yaitu koran daerah Kota Cirebon meliputi Radar Cirebon,
Kabar Cirebon dengan bagian yang diakses yaitu kolom olahraga, dan
ekonomi karena hobi sepak bola.
b. Media massa elektronik yang bekerjasama dengan pelabuhan diantaranya
Radar TV,
c. Internet yang sering diakses yaitu website www.insa.or.id , www.maritim-
database.com , www.cirebonport.com ,
d. Media KIE tidak ada yang diakses.
3. Akses terhadap media di kelompok ini hanya sedikit.
4. Belum ada sumber informasi HIV-AIDS yang selama ini diakses oleh komunitas
laki-laki di wilayah Pelabuhan Muara Jati Cirebon.
Survei ini memfokuskan kepada kelompok sasaran yang berjumlah 110 orang
yang terdiri dari :
1. Trucker = 20 Orang
2. Karyawan Perusahaan (Laki-laki) = 20 Orang
3. Anak Buah Kapal (ABK) = 20 Orang
4. TKBM = 20 Orang
5. Nelayan = 20 Orang
6. Management Pelabuhan (Stakeholders) = 10 Orang
Ya
Tidak
30% Tidak Tahu
70%
6%
Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Tidak
Ya
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Untuk perilaku seks responden dengan pasangan seks tetap, dari 20 responden
hanya 1 orang yang menggunakan kondom, itu pun pemakaiannya hanya sesekali. Sisanya
tidak pernah menggunakan kondom dalam berhubungan seks dengan pasangan tetap.
12 dari 20 responden menjawab pernah melakukan hubungan seks dengan
penjaja seks/WPS. Per responden rata-rata pernah melakukan hubungan seks dengan 1
sampai 15 orang WPS. Untuk tariff yang pernah dibayarkan responden ke WPS pun beragam,
muali dari Rp. 20.000 sampai Rp. 500.000 per WPS.
Setelah berhubungan seks dengan pacar tetap salah satu dari responden
menjawab memberikan uang sebagai “imbalan” untuk pacar tetapnya. Sementara sisanya
tidak pernah memberikan apa-apa.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Ya
Tidak
Tidak Tahu
10
0
%
Sasaran kelompok ABK terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara 19
sampai 47 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 1 orang, SLTP/Sederajat 3 orang
dan SLTA sederajat 16 orang. Dari 20 orang tersebut 11 orang diantaranya berasal dari
Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 7 responden berstatus kawin, 12 responden
belum kawin dan 1 responden berstatus cerai hidup.
Setelah berhubungan seks dengan wanita lain (selain istri, WPS dan Pacar
Tetap), 2 responden mengatakan memberikan uang, 2 responden memberikan barang, 1
responden member uang dan barang 1 responden tidak memberikan apa-apa dan 2 responden
menjawab tidak ingat.
Sasaran kelompok TKBM terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara
26 sampai 67 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 7 orang, SLTP/Sederajat 1 orang
dan SLTA sederajat 9 orang dan akademi/perguruan tinggi 3 orang. Dari 20 orang tersebut 18
orang diantaranya berasal dari Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 1 responden
berstatus belum kawin dan sisanya berstatus kawin.
Dari hasil survey, pengetahuan 20 responden mengenai HIV/AIDS bisa
dikatakan cukup mengetahui karena walaupun sebagian besar menganggap HIV/AIDS
adalah penyakit kelamin. Selain itu ada juga yang beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan bahkan ada salah satu responden yang mengatakan
HIV/AIDS adalah hubungan gelap. Berikut diagram mengenai pengetahuan responden
tentang HIV/AIDS:
JAWABAN
20%
Ya
Tidak
Tidak Tahu
80%
Pemahaman responden tentang HIV/AIDS dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
10%
5%
Perilaku seks dengan penjaja seks, dari 3 dari 20 responden menjawab pernah
melakukan hubungan seks dengan penjaja seks/WPS. Per responden rata-rata pernah
melakukan hubungan seks dengan 1 sampai 5 orang WPS. Untuk tariff yang pernah
dibayarkan responden ke WPS pun beragam, muali dari Rp. 500.000 sampai Rp. 700.000
per WPS. Dari ke 3 responden yang pernah berhubungan seks dengan WPS hanya 2 orang
yang menggunakan kondom (dengan merk Sutra). Sisanya tidak menggunakan kondom
dengan alasan bahwa penggunaan kondom dalam berhubungan seks mengurangi
kenikmatan. Hal ini menunjukkan pula bahwa seluruh responden tidak memiliki pacar tetap,
karena terbiasa dengan melakukan hubungan seks bukan dengan pasangannya.
Berkaitan dengan perilaku seksual dengan wanita lain (selain istri, WPS, dam
pacar tetap), 9 dari 20 responden menyatakan pernah berhubungan serta penggunaan
kondom dalam berhubungan seks hanya dilakukan 2 dari 9 responden dengan alasan
penggunaan kondom mengurangi kenikmatan. Selain itu, 20 responden menyatakan tidak
pernah melakukan hubungan seks anal/sodomi serta 20 responden menyatakan tidak pernah
mengalami gejala luka luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol
disekitar kelamin.
Sasaran kelompok nelayan terdiri dari 20 orang yang umurnya berkisar antara
17 sampai 62 tahun dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat 8 orang, SLTP/Sederajat 6
orang, SLTA sederajat 5 orang dan akademi/perguruan tinggi 1 orang. Dari 20 orang tersebut
12 orang diantaranya berasal dari Cirebon dan sisanya berasal dari luar Cirebon. 14
responden berstatus kawin, 5 responden belum kawin dan 1 responden berstatus cerai hidup.
20%
JAWABAN
Ya Tidak
80%
Tidak Tahu
19%
Setelah berhubungan seks dengan pacar tetap salah satu dari responden
menjawab memberikan uang dan barang sebagai “imbalan” untuk pacar tetapnya. Sementara
1 responden tidak pernah memberikan apa-apa dan 1 responden lain menjawab tidak ingat.
Setelah berhubungan seks dengan wanita lain (selain istri, WPS dan Pacar
Tetap), 2 responden mengatakan memberikan uang, 1 responden memberikan barang, 1
responden member uang dan barang 3 responden tidak memberikan apa-apa dan 1 responden
menjawab tidak ingat. Perilaku seks kelompok nelayan juga dilihat dari perilaku seks melalui
anal/sodomi, dari 20 responden menyatakan tidak pernah melakukan hubungan seks
anal/sodomi serta ke 20 responden menyatakan tidak pernah mengalami gejala luka
luka/koreng di kelamin, kencing nanah ataupun nyeri, sakit/benjol disekitar kelamin.
Ya
Tidak
100%
QUESTIONERS Menurut Anda, apa itu
HIV/AIDS?
Penyakit kelamin
Penyakit yang tidak bisa
30% disembuhkan
Tidak Tahu
Tidak Menjawab
Lainnya :
60%
10%
KESIMPULAN
1. Aktifitas kegiatan di Pelabuhan Muara Jati Cirebon tidak lagi padat seperti 7 tahun
silam, di mana dulu masih beroperasi kapal penumpang dan kegiatan bongkar. Kini,
keiatan bongkar muat mulai sepi. Aktifitas di Pelabuhan Muara jati Cirebon meliputi
aktifitas pelayaran kapal-kapal cargo (angkutan barang berupa batu bara, dan minyak).
2. Respon pemerintah, unsur maritim dan komunitas yang berada di wilayah Pelabuhan
Muara Jati belum menyadari penuh bahwa wilayah Pelabuhan sebagai wilayah sektor
kerja yang berisiko tertular HIV/AIDS karena terdapatnya aktifitas tinggi pekerja laki-
laki berisiko tinggi di wilayah tersebut.
3. Belum adanya pemahaman mendalam di lingkungan pemerintah dan unsur maritim
(trucker, ABK, nelayan, TKBM, karyawan perusahaan, management perusahaan) di
wilayah Pelabuhan Muara Jati terkait dengan HIV/AIDS.
4. Aktifitas perilaku kelompok laki-laki dalam minum minuman alkohol cukup tinggi di
wilayah pelabuhan. Berdasarkan hasil survei, ditemukan adanya aktifitas hubungan
seksual bukan dengan istrinya atau pasangan tetap sehingga menjadi potensi risiko
adanya penularan HIV/AIDS di lingkungan pelabuhan.