Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

POTRET PENDIDIKAN ACEH BARAT

BIDANG KEGIATAN :
PKM-AI
Diusulkan oleh :
Dini Anggraini

07C10104034/2007

Rimada Natanagara

06C10104352/2006

Rahayu utami

08C10104049/2008

UNIVERSITAS TEUKU UMAR


MEULABOH ACEH BARAT
2011

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

:Potret Pendidikan Aceh Barat

2. Bidang kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. Nim
c. Jurusan
d. Universitas
e.
Alamat Rumah dan Telp
f. Alamat email
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan Telp

: PKM-AI
: Dini Angraini
: 07C10104034
: Kesehatan Masyarakat
: Teuku Umar
: Purwodadi Kuala Pesisir Nagan Raya
:
: 2 orang
: Wintah, S.Pd
:
: Jln Meulaboh Tapak Tuan

Meulaboh,
Menyetujui,
Ketua Jurusan Program Studi
Kegiatan mahasiswa

28 Februari 2011

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Hasrah Junaidi)

(Dini Anggraini)
NIM

Wakil Rektor III

Dosen Pendamping

(Ir. Abdul Malik Ali, M.Si)


NIP 131 817 593

(Wintah, S.Pd)
NIDN

POTRET PENDIDIKAN ACEH BARAT


Dini Anggraini, Rimada Natanegara, Rahayu Utami
Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Teuku Umar UTU Meulaboh NAD

Abstrak
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Menyadari
akan hal tersebut, pemerintah seharusnya serius dalam menangani bidang pendidikan,
sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Pendidikan di Aceh Barat mengalami kemerosotan kualitas pendidikan , hal ini
menunjukkan tidak adanya keseriusan pemerintah Aceh Barat dalam menangani
permasalahan dalam bidang pendidikan.
Tujuan Terbentuknya sebuah wadah penampung aspirasi masalah anggaran pendidikan
dalam sebuah komunitas pendidikan yang didalamnya telibat komite sekolah, kepala
sekolah, masyarakat, siswa dan LSM yang peduli dengan pendidikan. Tumbuhnya
kesadaran masyarakat dalam memonitoring anggaran pendidikan.
Dari advokasi pendidikan Aceh Barat sebagai bahan perbandingan antara pendidikan di
perkotaan dan pedesaan, Untuk mengetahui Alokasi Dana pendidikan yang dibutuhkan
di sekolah-sekolah yang bersangkutan dan sebagai masukan untuk pemerintah daerah
dalam mengambil kebijakkan pemerataan guru-guru di sekolah pedesaan.
Dari permasalahan yang ada maka perlu adanya advokasi anggaran pendidikan, dimulai
dari pengajuan kerangka KUA (ketetapan umum anggran) ke dinas pendidikan
kemudian pemantapan KUA yang memihak kepada peningkatan mutu pendidikan,
selanjutnya diajukan ke pihak legislatif untuk pengesahan KUA. Dengan adanya
penetapan KUA yang memihak pada pendidikan sehingga bisa meningkatkan angka
anggaran pendidikan , berangkat dari sini setidaknya pemerintah bisa mengoptimalkan
perannya khususnya untuk peningkatan mutu pendididkan, tetapi tugas masyarakat dan
LSM peduli pendidikan tidak berhenti sampai disini, tetapi perlu adanya pengawalan
atau memotoring jalannya KUA yang telah ditetapkan, sehinggga tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan.
Harapan masyarakat dan komunitas pendidikan menyimpulkan bahwa perlu adanya
peran pemerintah yang lebih optimal dalam peningkatan mutu pendidikan, karena
gambaran permasalahan yang telah di paparkan diatas, hanya sebagian kecil dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di Aceh Barat.
Kata Kunci : Pendidikan, Advokasi, Anggaran, komite sekolah

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Menyadari akan hal tersebut, pemerintah seharusnya serius dalam menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan juga merupakan investasi paling besar yang harus dilakukan bangsa
Indonesia. Negara miskin sumber daya alam, seperti Jepang, Singapura, dan masyarakat
Eropa, menjadi bangsa terhormat bukan karena sumber daya alamnya melainkan
kualitas pendidikan. Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia telah menjadikan
beban berat rakyat saat ini. Menurunnya kualitas pendidikan ini disebabkan karena
pendanaan untuk pendidikan yang tidak memadai. Merosotnya kualitas pendidikan
adalah salah satu kemunduran bangsa Indonesia saat ini.
Anggaran pendidikan yang memadai untuk menjadikan SDM bangsa Indonesia
setara dengan tingkat pelayanan pendidikan di negara maju hanya tinggal impian. Dapat
diperhatikan bahwa alokasi anggaran pendidikan seharusnya menjadi urutan utama
untuk pengembangan sumber daya manusia Indonesia, tetapi kenyataan anggaran
pendidikan selalu terkalahkan unutuk kepentingan pembangunan sektor lain terutama
untuk sektor ekonomi.
Pendidikan di Aceh Barat mengalami kemerosotan kualitas pendidikan , hal ini
menunjukkan tidak adanya keseriusan pemerintah Aceh Barat dalam menangani
permasalahan dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini banyak LSM dan stakeholder
yang peduli pendidikan ingin membantu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Aceh Barat yang di mulai dari peningkatan kesejahteraan guru, karena gurulah orang
utama yang menentukan kualitas pendidikan di Aceh barat. disamping itu penempatan
tugas guru yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, hal
ini juga mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Aceh Barat, karena dalam
peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dibutuhkan di tingkat perkotaan saja, tetapi
ditingkat pedesaan juga perlu, inilah awal dari proses perbaikan kualitas pendididkan di
Aceh Barat.
Gambaran di atas, menunjukkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia memang
begitu dilematis. Artinya, di satu sisi, tuntutan kualitas pendidikan perlu dikatrol
setinggi-tingginya untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.
Sementara disisi lain, dana operasional yang tersedia untuk bidang pendidikan begitu
terbatas. Perlu diakui bahwa pemerintah, sebenarnya telah mengalokasi sejumlah jenis
bantuan untuk dana operasional pendidikan (sekolah). Tetapi bantuan tersebut hanya
cukup untuk menutup biaya minimal bagi kegiatan-kegiatan pendidikan. Sementara
kegiatan yang sifatnya penunjang atau pengembangan, dirasakan belum optimal dan
hal ini berakibat pada upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri, hal
ini di perkuat oleh teorinya Suyanto (2006) : menyatakan bahwa, Kebijakan-kebijakan
pendidikan di Indonesia, kurang menggambarkan rumusan-rumusan permasalahan dan

prioritas yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Hal ini, terutama
berkaitan dengan anggaran pendidikan nasional yang semestinya sebesar minimal
20%, daimbil dari APBN dan APBD (pasal 31 ayat 4 UUD Amandemen keempat).
Tetapi, sampai sekarang kebijakan strategi belum dapat diwujudkan sepenuhnya,
pendidikan nasional masih menyisihkan kegetiran-kegetiran bagi rakyat kecil yang
tidak mampu mengecap pendidikan di sekolah. Teori lain mengatakan Indonesia,
telah memiliki sebuah sistem pendidikan dan telah dikokohkan dengan UU No. 20
tahun 2003.
Pembangunan pendidikan di Indonesia sekurang-kurangnya
menggunakan empat strategi dasar, yakni; pertama, pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, kedua, relevansi pendidikan, ketiga, peningkatan kualitas
pendidikan, dan keempat, efesiensi pendidikan. Sacara umum strategi itu dapat dibagi
menjadi dua dimensi yakni peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijkan pemerataan pendidikan diharapkan
dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua
usia sekolah (Nana Fatah Natsir, dalam Hujair AH. Sanaky, 2003:146). Dari sini,
pendidikan dipandang sebagai katalisator yang dapat menunjang faktor-faktor lain.
Artinya, pendidikan sebagai upaya pengembangan sumberdaya manusia (SDM)
menjadi semakin penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Dua tahun paska tsunami banyak fasilitas pendidikan yang sudah terbangun
namun sekolah masih belum mampu mengoptimalkan fungsinya akibat minimnya
penyediaan pendanaan dari pemerintah. Begitu juga dengan tatanan dunia pendidikan
di Aceh Barat banyak anak korban tsunami yang putus sekolah. Disisi lain, pelayanan
publik untuk sektor pendidikan semakin menurun. Bantuan lembaga nasional maupun
Internasional yang mengalir dari luar Aceh belum mampu memperbaiki kualitas
pendidikan.
Dari anggaran APBD dan APBK untuk sektor pendidikan semakin menurun.
Tahun 2004 jumlah dana pendidikan untuk pelayanan publik setelah dikurangi dengan
gaji-gaji personalia hanya terdapat sejumlah 8,57 %. Sementara untuk 2006 sektor yang
sama hanya dianggarkan 7,10 % dari total APBK Aceh Barat. Sungguh sangat ironis
bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2007 total anggaran untuk sektor
Pendidikan masih tetap tidak beranjak dari persentase lama yang dianggarkan hanya 7,6
% dari total APBK sebanyak Rp. 481,864,410,216. Jadi hanya sekitar Rp.
36,504,248,930 yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.
Jika mengacu pada UUD 1945 maka ini jelas-jelas suatu pelanggaran konstitusi
yang dilakukan oleh Pemda Aceh Barat secara sistematis. Padahal jelas-jelas dalam
UUD 1945 mengamanatkan APBN, APBD wajib dianggarkan sebesar 20 % untuk
sektor pendidikan. Dan lebih ironis lagi jika mengacu pada UUPA, yang
mengamanatkan APBA dan APBK sebesar 30 %. Maka semakin jelas bahwa
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat tidak mau peduli dengan pelayanan publik dalam
sektor pendidikan.

Tujuan
Terbentuknya sebuah wadah penampung aspirasi masalah anggaran pendidikan dalam
sebuah komunitas pendidikan yang didalamnya telibat komite sekolah, kepala sekolah,
masyarakat, siswa dan LSM yang peduli dengan pendidikan. Tumbuhnya kesadaran
masyarakat dalam memonitoring anggaran pendidikan.
Manfaat
Menjadi bahan perbandingan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, Untuk
mengetahui Alokasi Dana pendidikan yang dibutuhkan di sekolah-sekolah yang
bersangkutan dan sebagai masukan untuk pemerintah daerah dalam mengambil
kebijakkan pemerataan guru-guru di sekolah pedesaan.
Penempatan guru tingkat Desa dan Kota
Melihat kenyataan ini merasa perlu untuk mengerahkan segenap sumberdaya
untuk melakukan advokasi anggaran pendidikan dengan harapan tumbuhnya kesadaran
masyarakat dan pengambil kebijakan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945 dan UUPA. Dari paparan diatas maka munculah suatu
permasalahan yang ada di Aceh Barat yaitu ada beberapa faktor yang menyebabkan
pemerintah tidak optimal dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Persentase penempatan guru untuk tingkat SMA/SMK/MA di kota lebih
dominan yaitu mencapai 82,88% dibandingkan dengan di desa hanya 17,12%, ini
disebabkan oleh Penempatan guru PNS pada tingkat SMA/SMK/MA di kota melebihi
kapasitas kebutuhan guru yaitu sebanyak 79 orang, ini disebabkan banyak guru di desa
yang di notadinaskan ke kota, sedangkan penempatan guru PNS pada tingkat
SMA/SMK/MA di desa masih kekurangan guru sebanyak 50 orang, sedangkan pada
tingkat SMP/MTs masih kekurangan 102 orang.
Kebijakan pemerintah yang menotadinaskan guru dari desa ke kota, sehingga
jumlah guru di desa sangat terbatas. Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs persentase
penempatan guru PNS di kota dan di desa yaitu 60,51% dan 39,49%.

Tabel 1. Perbandingan Guru antara di daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan untuk
tingkat SMA/SMK/MAN di Kab. Aceh Barat.
Jumlah Guru Kota
No

Jumlah Guru Desa

Nama Sekolah

SMA Negeri 1 Wayla

27

MAN Suak Timah

25

MAS Babussalam

21

MAN 1 Meulaboh

51

41

SMA Negeri 1 Samatiga


SMA Persiapan Negeri Pante
Cermen

SMAS Sungai Mas

SMA Negeri 1 Meulaboh

SMK Negeri 1Kaway XVI

10

SMA Terpadu Teungku Umar

19

11

SMK Negeri 1 Meulaboh

36

12

SMA s Muhammadiyah

19

13

SMK Negeri 3 Meulaboh

48

14

SMAS Tanjong Meulaboh

12

15

SMK Negeri 2 Meulaboh

71

16

MAS Darul Hikmah

24

17

SMA N 4 Meulaboh

31

18
19

SMA S Arongan Lambalek


SMA Persiapan N 1 Woyla
Barat

20

21

SMK Negri Woyla

14

22

SMAS Woyla Timur

18

23

SMA Kuta Padang

14

24

SMK Perikanan sama Tiga

21

25

SMA N 2 Meulaboh
Jumlah Total

9
8
59
10

20

47
539

126

Tabel 2. Perbandingan Guru antara di daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan untuk
tingkat SMP/MTS di Kab. Aceh Barat.
Guru Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Nama sekolah
SMP Negeri 1 Wayla
SMP Negeri 3 Samatiga
SMP Swasta Reusak
SMP Negeri 1 Samatiga
MTSN Balang Bale
MTSS Serambi Mekah
MTsS Nurul Falah
SMP N 3 Woyla
MTsS Nurul Huda
MTsS Babussalam
MTsN Suak Timah
MTsS Banda Layung
SMP N 2 Wayla
MTsN Model
SMP Negeri 6 Kaway XVI
SMP Gunong Tarok
SMP Negeri 5 Kaway XVI
SMP Negeri 1 Meulaboh
SMP Negeri 2 Meulaboh
SMP Negeri 3 Meulaboh
SMP Muhammadiyah 17
Meulaboh
SMP Negeri 5 Meulaboh
SMP persiapan N 5 Meurebo
SMP Negeri 1 Sungai Mas
MTsS Lambalek
MTsN Peureumeue
SMPN 1 Kaway XVI
SMP Persiapan N 3 Meurebo
SMP TTUA
SMP N 5 Persiapan Meurebo
SMP 4 Kaway XVI
SMPN 2 Sama Tiga
MTs S Darul Hikmah
MTs S Harapan Bangsa
MTsS Meurebo
SMP Negeri 2 Kaway XVI
MTs S Mon Pasung
JUMLAH TOTALUMLAH
TOTAL

Guru Desa

25
23
21
17
31
18
23
15
19
18
20
15
14
36
11
20
17
46
34
47
13
21
13
13
11
27
27
15
10
13
31
30
26
36
21
19
21

517

300

Perbandingan guru PNS dan GTT di tingkat desa dan kota


Prosentase guru PNS dan GTT tingkat SMA/SMK/MA di kota adalah
73,19%:26,80%, sedangkan prosentase guru PNS dan GTT tingkat SMP/MTs di kota
adalah 56,46%:43,53%. Ini disebabkan oleh guru yang dinota dinaskan, sehingga guru
PNS yang berada di kota menumpuk. Sedangkan perbandingan guru PNS dan GTT
tingkat SMA/SMK/MA di desa adalah 41,31%:58,68%, prosentase guru PNS dan GTT
tingkat SMP/MTs di desa adalah 45,84%:54,15%.
Kekurangan guru bidang studi yang masuk dalam ujian nasional
Sejauh ini, perhatian pemerintah mengenai kebutuhan guru secara umum masih
rendah. Guru bidang studi yang masuk dalam ujian nasional baik tingkat
SMA/SMK/MAN dan tingkat SMP/MTs mengalami kekurangan 105 tenaga guru.
Akibat dari itu semua, mutu atau kualitas pendidikan jadi kurang optimal.
Kekurangan sarana dan Prasarana dan tenaga laboratorium
Kebutuhan sarana dan prasarana laboratorium tingkat SMA/MA masih
kekurangan 22%, karena sarana dan prasarana yang kurang bisa menghambat mutu
pendidikan di Aceh Barat. Kebutuhan tenaga laboran biologi, kimia dan fisika mencapai
97,96%, untuk laboran bahasa dan matematika kurang 100%, karena di Aceh Barat
belum mencukupi tenaga teknisi khusus laboran. Kekurangan ruang pustaka untuk
tingkat SMA/MA sebesar 44%, sedangkan pustakawan kurang 100%.
Tingkat kelulusan siswa tahun ajaran 2004/2005 dan tahun ajaran 2006/2007
Penempatan guru belum sesuai dengan poporsi kebutuhan masing-masing
tingkat sekolah. Prosentase tingkat SMA jurusan IPA pada tahun ajaran 2004/2005
dengan tahun ajaran 2006/2007 mata pelajaran bahasa Indonesia menurun sebesar 4,4%,
untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika meningkat sebesar 0,7% dan
3,7%, sedangkan untuk MA jurusan IPA mengalami penurunan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sebesar 9,5% dan 3,6% sedangkan mata pelajaran
matematika meningkat sebesar 13,2%. Prosentase tingkat SMA jurusan IPS pada tahun
ajaran 2004/2005 dengan tahun ajaran 2006/2007 mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris meningkat sebesar 6,3% dan 3%, sedangkan pelajaran ekonomi
mengalami penurunan sebesar 9,4% dan untuk siswa MA jurusan IPS pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia mengalami penurunan 76% sedangkan Bahasa Inggris dan
Ekonomi mengalami peningkatan sebesar 2,6% dan 4,9%, ini disebabkan tidak
meratanya guru bidang studi yang di masukkan dalam ujian nasional di setiap sekolah.
Dari permasalahan yang ada maka perlu adanya advokasi anggaran pendidikan,
dimulai dari pengajuan kerangka KUA (ketetapan umum anggran) ke dinas pendidikan
kemudian pemantapan KUA yang memihak kepada peningkatan mutu pendidikan,
selanjutnya diajukan ke pihak legislatif untuk pengesahan KUA. Dengan adanya
penetapan KUA yang memihak pada pendidikan sehingga bisa meningkatkan angka
anggaran pendidikan , berangkat dari sini setidaknya pemerintah bisa mengoptimalkan
perannya khususnya untuk peningkatan mutu pendididkan, tetapi tugas masyarakat dan

LSM peduli pendidikan tidak berhenti sampai disini, tetapi perlu adanya pengawalan
atau memotoring jalannya KUA yang telah ditetapkan, sehinggga tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan.
Harapan masyarakat dan komunitas pendidikan menyimpulkan bahwa perlu
adanya peran pemerintah yang lebih optimal dalam peningkatan mutu pendidikan,
karena gambaran permasalahan yang telah di paparkan diatas, hanya sebagian kecil
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di Aceh Barat.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Adapun rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
- Persentase Penempatan guru untuk tingkat SMA/SMK/MAN di Kota lebih
dominan yaitu mencapai 82,88 % dibandingkan di desa yang hanya 17,12 %.
- Untuk Tingkat SMP/MTs persentase penempatan guru PNS di kota dan di desa
yaitu 60,51 % dan 39,49%
- Pemda/Dinas Pendidikan dapat menempatkan guru PNS sesuai dengan
kebutuhan.
- Pemda Aceh Barat perlu memprioritaskan pengangkatan guru sesuai dengan
kebutuhan mata pelajaran yang dibutuhkan pada masing-masing jenjang
sekolah.
- Pemerintah seharusnya memenuhi sarana dan prasarana pendidikan sebagai
prioritas perhatian kebijakan.
- Pemerintah perlu memikirkan dan memprioritaskan pengangkatan tenaga
pustakawan dan laboran.
- Pemda Aceh Barat hendaknya menyediakan anggaran untuk pelatihan guru dan
kesejahteraan guru secara memadai.
- Pemda Aceh Barat Melahirkan Regulasi Tentang Keterlibatan dunia usaha,
pejabat publik dan masyarakat terhadap dana pendidikan Kabupaten Aceh Barat
dalam memajukan Dunia Pendidikan.
- Pemda Aceh Barat hendaknya mengalokasikan dana sekolah mandiri bersumber
dari APBK untuk sekolah-sekolah kejuruan di Kabupaten Aceh Barat.

DAFTAR PUSTAKA
Indra Djati Sidi. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Logos. Jakarta
Pemda Aceh Barat. 2004. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2005. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2006. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2007. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Kloang Klede Putra Timur. Jakarta
Sanaky, Hujair AH.2003. Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia. Safiria Insania. Yogyakarta
Soelaiman. A. Darwis.2007. Renstra Pemerintah daerah Provinsi NAD 2012. CV
Guruminda. Banda Aceh.

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Anggota Tim


Ketua
Nama/Nim
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Jabatan dalam PKM
Agama
Hobby
Institusi
Fakultas/Program Studi
Semester
Alamat Asal
Riwayat Pendidikkan
SDN 1 Arongan
SLTPN 1 Padang Panyang
SMAN1 Meulaboh
Universitas Teuku Umar

: Dini Anggraini (07C10104034)


: Purwodadi, 21 Maret 1989
: Perempuan
: Ketua
: Islam
: Membaca Buku
: Universitas Teuku Umar Meulaboh
: Kesehatan Masyarakat
: 8/VIII
: Purwodadi Kec. Kuala Pesisir Kab. Nagan Raya
Lulus Tahun 2001
Lulus Tahun 2004
Lulus Tahun 2007
2007 Sekarang

BIODATA DOSEN PENDAMPING TIM PKM-AI


Nama Lengkap Ketua
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Perguruan Tinggi
Alamat Rumah

:
:
:
:
:

Wintah, S.Pd.
Perempuan
Pekalongan, 17 Desember 1982
Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh
Jl. Cut Mutia N0. 64 a Meulaboh
Telp. 081327038632

PENGALAMAN PENDIDIKAN
NO. PERGURUAN
KOTA/NEGARA
BIDANG STUDI
TINGGI
1.
Universitas
Surakarta/Indonesia Pendidikan Biologi
Muhammadiyah
Surakarta (UNS)

PENGALAMAN PENELITIAN
NO. JUDUL PENELITIAN
1.

2.

TIM PENELITI SUMBER BIAYA


LAIN
PAPAN
Pendampingan Advokasi Wintah, S.Pd
Anggaran
Pendidikan
Wilayah Kabupaten Aceh
Barat
Pengaruh
Penambahan Kiswanto, M.Si, DIKTI
Susu Kedelai Terhadap Giyanto, Wintah,
Pertumbuhan
dan S.Pd
Perkembangan Anak Paud
Desa Mayang Sari Nagan
Raya NAD

TAHUN
LULUS
2005

TAHUN
2007
2008

2010

Anda mungkin juga menyukai