BIDANG KEGIATAN :
PKM-AI
Diusulkan oleh :
Dini Anggraini
07C10104034/2007
Rimada Natanagara
06C10104352/2006
Rahayu utami
08C10104049/2008
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan
2. Bidang kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. Nim
c. Jurusan
d. Universitas
e.
Alamat Rumah dan Telp
f. Alamat email
4. Anggota Pelaksana Kegiatan
5. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan Telp
: PKM-AI
: Dini Angraini
: 07C10104034
: Kesehatan Masyarakat
: Teuku Umar
: Purwodadi Kuala Pesisir Nagan Raya
:
: 2 orang
: Wintah, S.Pd
:
: Jln Meulaboh Tapak Tuan
Meulaboh,
Menyetujui,
Ketua Jurusan Program Studi
Kegiatan mahasiswa
28 Februari 2011
(Hasrah Junaidi)
(Dini Anggraini)
NIM
Dosen Pendamping
(Wintah, S.Pd)
NIDN
Abstrak
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Menyadari
akan hal tersebut, pemerintah seharusnya serius dalam menangani bidang pendidikan,
sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Pendidikan di Aceh Barat mengalami kemerosotan kualitas pendidikan , hal ini
menunjukkan tidak adanya keseriusan pemerintah Aceh Barat dalam menangani
permasalahan dalam bidang pendidikan.
Tujuan Terbentuknya sebuah wadah penampung aspirasi masalah anggaran pendidikan
dalam sebuah komunitas pendidikan yang didalamnya telibat komite sekolah, kepala
sekolah, masyarakat, siswa dan LSM yang peduli dengan pendidikan. Tumbuhnya
kesadaran masyarakat dalam memonitoring anggaran pendidikan.
Dari advokasi pendidikan Aceh Barat sebagai bahan perbandingan antara pendidikan di
perkotaan dan pedesaan, Untuk mengetahui Alokasi Dana pendidikan yang dibutuhkan
di sekolah-sekolah yang bersangkutan dan sebagai masukan untuk pemerintah daerah
dalam mengambil kebijakkan pemerataan guru-guru di sekolah pedesaan.
Dari permasalahan yang ada maka perlu adanya advokasi anggaran pendidikan, dimulai
dari pengajuan kerangka KUA (ketetapan umum anggran) ke dinas pendidikan
kemudian pemantapan KUA yang memihak kepada peningkatan mutu pendidikan,
selanjutnya diajukan ke pihak legislatif untuk pengesahan KUA. Dengan adanya
penetapan KUA yang memihak pada pendidikan sehingga bisa meningkatkan angka
anggaran pendidikan , berangkat dari sini setidaknya pemerintah bisa mengoptimalkan
perannya khususnya untuk peningkatan mutu pendididkan, tetapi tugas masyarakat dan
LSM peduli pendidikan tidak berhenti sampai disini, tetapi perlu adanya pengawalan
atau memotoring jalannya KUA yang telah ditetapkan, sehinggga tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan.
Harapan masyarakat dan komunitas pendidikan menyimpulkan bahwa perlu adanya
peran pemerintah yang lebih optimal dalam peningkatan mutu pendidikan, karena
gambaran permasalahan yang telah di paparkan diatas, hanya sebagian kecil dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di Aceh Barat.
Kata Kunci : Pendidikan, Advokasi, Anggaran, komite sekolah
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Menyadari akan hal tersebut, pemerintah seharusnya serius dalam menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan juga merupakan investasi paling besar yang harus dilakukan bangsa
Indonesia. Negara miskin sumber daya alam, seperti Jepang, Singapura, dan masyarakat
Eropa, menjadi bangsa terhormat bukan karena sumber daya alamnya melainkan
kualitas pendidikan. Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia telah menjadikan
beban berat rakyat saat ini. Menurunnya kualitas pendidikan ini disebabkan karena
pendanaan untuk pendidikan yang tidak memadai. Merosotnya kualitas pendidikan
adalah salah satu kemunduran bangsa Indonesia saat ini.
Anggaran pendidikan yang memadai untuk menjadikan SDM bangsa Indonesia
setara dengan tingkat pelayanan pendidikan di negara maju hanya tinggal impian. Dapat
diperhatikan bahwa alokasi anggaran pendidikan seharusnya menjadi urutan utama
untuk pengembangan sumber daya manusia Indonesia, tetapi kenyataan anggaran
pendidikan selalu terkalahkan unutuk kepentingan pembangunan sektor lain terutama
untuk sektor ekonomi.
Pendidikan di Aceh Barat mengalami kemerosotan kualitas pendidikan , hal ini
menunjukkan tidak adanya keseriusan pemerintah Aceh Barat dalam menangani
permasalahan dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini banyak LSM dan stakeholder
yang peduli pendidikan ingin membantu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Aceh Barat yang di mulai dari peningkatan kesejahteraan guru, karena gurulah orang
utama yang menentukan kualitas pendidikan di Aceh barat. disamping itu penempatan
tugas guru yang tidak seimbang antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, hal
ini juga mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Aceh Barat, karena dalam
peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya dibutuhkan di tingkat perkotaan saja, tetapi
ditingkat pedesaan juga perlu, inilah awal dari proses perbaikan kualitas pendididkan di
Aceh Barat.
Gambaran di atas, menunjukkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia memang
begitu dilematis. Artinya, di satu sisi, tuntutan kualitas pendidikan perlu dikatrol
setinggi-tingginya untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara lain.
Sementara disisi lain, dana operasional yang tersedia untuk bidang pendidikan begitu
terbatas. Perlu diakui bahwa pemerintah, sebenarnya telah mengalokasi sejumlah jenis
bantuan untuk dana operasional pendidikan (sekolah). Tetapi bantuan tersebut hanya
cukup untuk menutup biaya minimal bagi kegiatan-kegiatan pendidikan. Sementara
kegiatan yang sifatnya penunjang atau pengembangan, dirasakan belum optimal dan
hal ini berakibat pada upaya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan itu sendiri, hal
ini di perkuat oleh teorinya Suyanto (2006) : menyatakan bahwa, Kebijakan-kebijakan
pendidikan di Indonesia, kurang menggambarkan rumusan-rumusan permasalahan dan
prioritas yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Hal ini, terutama
berkaitan dengan anggaran pendidikan nasional yang semestinya sebesar minimal
20%, daimbil dari APBN dan APBD (pasal 31 ayat 4 UUD Amandemen keempat).
Tetapi, sampai sekarang kebijakan strategi belum dapat diwujudkan sepenuhnya,
pendidikan nasional masih menyisihkan kegetiran-kegetiran bagi rakyat kecil yang
tidak mampu mengecap pendidikan di sekolah. Teori lain mengatakan Indonesia,
telah memiliki sebuah sistem pendidikan dan telah dikokohkan dengan UU No. 20
tahun 2003.
Pembangunan pendidikan di Indonesia sekurang-kurangnya
menggunakan empat strategi dasar, yakni; pertama, pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, kedua, relevansi pendidikan, ketiga, peningkatan kualitas
pendidikan, dan keempat, efesiensi pendidikan. Sacara umum strategi itu dapat dibagi
menjadi dua dimensi yakni peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijkan pemerataan pendidikan diharapkan
dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua
usia sekolah (Nana Fatah Natsir, dalam Hujair AH. Sanaky, 2003:146). Dari sini,
pendidikan dipandang sebagai katalisator yang dapat menunjang faktor-faktor lain.
Artinya, pendidikan sebagai upaya pengembangan sumberdaya manusia (SDM)
menjadi semakin penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Dua tahun paska tsunami banyak fasilitas pendidikan yang sudah terbangun
namun sekolah masih belum mampu mengoptimalkan fungsinya akibat minimnya
penyediaan pendanaan dari pemerintah. Begitu juga dengan tatanan dunia pendidikan
di Aceh Barat banyak anak korban tsunami yang putus sekolah. Disisi lain, pelayanan
publik untuk sektor pendidikan semakin menurun. Bantuan lembaga nasional maupun
Internasional yang mengalir dari luar Aceh belum mampu memperbaiki kualitas
pendidikan.
Dari anggaran APBD dan APBK untuk sektor pendidikan semakin menurun.
Tahun 2004 jumlah dana pendidikan untuk pelayanan publik setelah dikurangi dengan
gaji-gaji personalia hanya terdapat sejumlah 8,57 %. Sementara untuk 2006 sektor yang
sama hanya dianggarkan 7,10 % dari total APBK Aceh Barat. Sungguh sangat ironis
bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Pada tahun 2007 total anggaran untuk sektor
Pendidikan masih tetap tidak beranjak dari persentase lama yang dianggarkan hanya 7,6
% dari total APBK sebanyak Rp. 481,864,410,216. Jadi hanya sekitar Rp.
36,504,248,930 yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.
Jika mengacu pada UUD 1945 maka ini jelas-jelas suatu pelanggaran konstitusi
yang dilakukan oleh Pemda Aceh Barat secara sistematis. Padahal jelas-jelas dalam
UUD 1945 mengamanatkan APBN, APBD wajib dianggarkan sebesar 20 % untuk
sektor pendidikan. Dan lebih ironis lagi jika mengacu pada UUPA, yang
mengamanatkan APBA dan APBK sebesar 30 %. Maka semakin jelas bahwa
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat tidak mau peduli dengan pelayanan publik dalam
sektor pendidikan.
Tujuan
Terbentuknya sebuah wadah penampung aspirasi masalah anggaran pendidikan dalam
sebuah komunitas pendidikan yang didalamnya telibat komite sekolah, kepala sekolah,
masyarakat, siswa dan LSM yang peduli dengan pendidikan. Tumbuhnya kesadaran
masyarakat dalam memonitoring anggaran pendidikan.
Manfaat
Menjadi bahan perbandingan antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan, Untuk
mengetahui Alokasi Dana pendidikan yang dibutuhkan di sekolah-sekolah yang
bersangkutan dan sebagai masukan untuk pemerintah daerah dalam mengambil
kebijakkan pemerataan guru-guru di sekolah pedesaan.
Penempatan guru tingkat Desa dan Kota
Melihat kenyataan ini merasa perlu untuk mengerahkan segenap sumberdaya
untuk melakukan advokasi anggaran pendidikan dengan harapan tumbuhnya kesadaran
masyarakat dan pengambil kebijakan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang telah
diamanatkan oleh UUD 1945 dan UUPA. Dari paparan diatas maka munculah suatu
permasalahan yang ada di Aceh Barat yaitu ada beberapa faktor yang menyebabkan
pemerintah tidak optimal dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Persentase penempatan guru untuk tingkat SMA/SMK/MA di kota lebih
dominan yaitu mencapai 82,88% dibandingkan dengan di desa hanya 17,12%, ini
disebabkan oleh Penempatan guru PNS pada tingkat SMA/SMK/MA di kota melebihi
kapasitas kebutuhan guru yaitu sebanyak 79 orang, ini disebabkan banyak guru di desa
yang di notadinaskan ke kota, sedangkan penempatan guru PNS pada tingkat
SMA/SMK/MA di desa masih kekurangan guru sebanyak 50 orang, sedangkan pada
tingkat SMP/MTs masih kekurangan 102 orang.
Kebijakan pemerintah yang menotadinaskan guru dari desa ke kota, sehingga
jumlah guru di desa sangat terbatas. Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs persentase
penempatan guru PNS di kota dan di desa yaitu 60,51% dan 39,49%.
Tabel 1. Perbandingan Guru antara di daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan untuk
tingkat SMA/SMK/MAN di Kab. Aceh Barat.
Jumlah Guru Kota
No
Nama Sekolah
27
25
MAS Babussalam
21
MAN 1 Meulaboh
51
41
10
19
11
36
12
SMA s Muhammadiyah
19
13
48
14
12
15
71
16
24
17
SMA N 4 Meulaboh
31
18
19
20
21
14
22
18
23
14
24
21
25
SMA N 2 Meulaboh
Jumlah Total
9
8
59
10
20
47
539
126
Tabel 2. Perbandingan Guru antara di daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan untuk
tingkat SMP/MTS di Kab. Aceh Barat.
Guru Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama sekolah
SMP Negeri 1 Wayla
SMP Negeri 3 Samatiga
SMP Swasta Reusak
SMP Negeri 1 Samatiga
MTSN Balang Bale
MTSS Serambi Mekah
MTsS Nurul Falah
SMP N 3 Woyla
MTsS Nurul Huda
MTsS Babussalam
MTsN Suak Timah
MTsS Banda Layung
SMP N 2 Wayla
MTsN Model
SMP Negeri 6 Kaway XVI
SMP Gunong Tarok
SMP Negeri 5 Kaway XVI
SMP Negeri 1 Meulaboh
SMP Negeri 2 Meulaboh
SMP Negeri 3 Meulaboh
SMP Muhammadiyah 17
Meulaboh
SMP Negeri 5 Meulaboh
SMP persiapan N 5 Meurebo
SMP Negeri 1 Sungai Mas
MTsS Lambalek
MTsN Peureumeue
SMPN 1 Kaway XVI
SMP Persiapan N 3 Meurebo
SMP TTUA
SMP N 5 Persiapan Meurebo
SMP 4 Kaway XVI
SMPN 2 Sama Tiga
MTs S Darul Hikmah
MTs S Harapan Bangsa
MTsS Meurebo
SMP Negeri 2 Kaway XVI
MTs S Mon Pasung
JUMLAH TOTALUMLAH
TOTAL
Guru Desa
25
23
21
17
31
18
23
15
19
18
20
15
14
36
11
20
17
46
34
47
13
21
13
13
11
27
27
15
10
13
31
30
26
36
21
19
21
517
300
LSM peduli pendidikan tidak berhenti sampai disini, tetapi perlu adanya pengawalan
atau memotoring jalannya KUA yang telah ditetapkan, sehinggga tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan.
Harapan masyarakat dan komunitas pendidikan menyimpulkan bahwa perlu
adanya peran pemerintah yang lebih optimal dalam peningkatan mutu pendidikan,
karena gambaran permasalahan yang telah di paparkan diatas, hanya sebagian kecil
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di Aceh Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Indra Djati Sidi. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Logos. Jakarta
Pemda Aceh Barat. 2004. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2005. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2006. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Pemda Aceh Barat. 2007. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sekretariat
Daerah. Meulaboh
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Kloang Klede Putra Timur. Jakarta
Sanaky, Hujair AH.2003. Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia. Safiria Insania. Yogyakarta
Soelaiman. A. Darwis.2007. Renstra Pemerintah daerah Provinsi NAD 2012. CV
Guruminda. Banda Aceh.
:
:
:
:
:
Wintah, S.Pd.
Perempuan
Pekalongan, 17 Desember 1982
Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh
Jl. Cut Mutia N0. 64 a Meulaboh
Telp. 081327038632
PENGALAMAN PENDIDIKAN
NO. PERGURUAN
KOTA/NEGARA
BIDANG STUDI
TINGGI
1.
Universitas
Surakarta/Indonesia Pendidikan Biologi
Muhammadiyah
Surakarta (UNS)
PENGALAMAN PENELITIAN
NO. JUDUL PENELITIAN
1.
2.
TAHUN
LULUS
2005
TAHUN
2007
2008
2010