Oleh :
KASMILAWATI
60800118027
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan, salam serta shalawat bagi
Nabi Muhammad SAW. Sehingga hasil penelitian ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Dengan judul “Pengaruh Pengembangan Kawasan
Agropolitan Di Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba”.
Kasmilawati
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Kasmilawati
Nim : 60800118027
Mengetahui :
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian..........................................................4
D. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................4
E. Sistematika Laporan............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengembangan Kawasan...................................................6
B. Pengertian Umum...............................................................................7
C. Kerangka Pikir Penelitian................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................16
B. Jenis dan Sumber Data......................................................................16
C. Metode Pengumpulan Data...............................................................17
D. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................17
E. Variabel Penelitian............................................................................18
F. Analisis Data.....................................................................................18
G. Definisi Operasional.........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
terdapat pengorganisasian sumber daya tanah, air, mineral, serta modal
dalam berbagai bentuk pengelolaan, mulai dari tenaga kerja untuk
memproduksi dan memasarkan berbagai barang yang diperlukan oleh
manusia. ( Hanafie, 2010)
Terjemahnya :
2
Artinya bahwa langit dan bumi telah Allah ciptakan untuk kita jaga
dan manfaatkan sebagaimana mestinya. Dan mencari rezeky dari
hamparan bumi, sama halnya dengan kawasan agropolitan yang jika
dikembangkan tentu memberi pengaruh terhadap masyarakat.
3
jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 9.198 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 12.192 jiwa
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa potensi wilayah Di Desa Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba dalam pengembangan kawasan
agropolitan?
2. Bagaimana strategi pengembangan kawasan agropolitan di Desa
Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apa saja potensi yang terdapat di Desa Batang
Kecamatan Bontotiro dalam pengembangan kawasan agropolitan
b. Untuk mengetahui bagaimana strategi dalam pengembangan
kawasan agropolitan di Desa Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba.
2. Manfaat Penelitian
5
Desa Caramming, Desa Pakubalaho, Desa Tritiro, Desa Ekatiro, Desa
Buhung Bundang, Desa Dwi Tiro, Desa Bonto Bulaeng, Desa Batang,
Desa Tamalanrea, Desa Bonto Tangnga, Desa Bonto Marannu, Desa
Bonto Barua, Desa Lamanda.
2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dari penelitian ini yaitu membahas tentang
dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya pengembangan
Kawasan agropolitan, dan implementasi kebijakan yang diberikan oleh
pemerintah dengan adanya pengembangan Kawasan agropolitan di
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
E. Sistematika Laporan
Gambaran mengenai isi dari keseluruhan dari penelitian ini yang
terdiri dari rangkuman sub bab dari bab 1-3
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan ruang lingkup
penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
penurunan taraf hidup masyarakat, ketertinggalan pembangunan, atau
adanya kebutuhan yang sangat mendesak (T.Fernandes, 24:2000)
Kebijakan pembangunan yang direncanakan secara jelas dan
terperinci dengan dasar peran aktif masyarakat serta dukungan dari pihak
aparat pelaksana yang baik merupakan suatu awal dari keberhasilan
perencana pembangunan yang akan dicapai. Kebijakan dan strategi yang
diterapkan haruslah bersifat menyeluruh dan terpadu antara sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia. Kebijakan tersebut bertujuan untuk
mengelola dan memanfaatkan seluruh kekayaan perairan. Selain itu,
pemanfaatan perairan adalah sebagai sarana dan media peragangan antar
wilayah maupun antar negara bagi kepentingan bangsa dan negara serta
mewujudkan pertahanan dan keamanan di wilayah perairan di Indonesia
(Sumdiningrat, 1999).
B. Pengertian Umum
1. Pengertian Agropolitan
Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melaya-
ni, mendorong kegiatan pembangunan pertanian atau agrobisnis
(Manik et al., 2013). Agropolitan dapat diartikan sebagai upaya
pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang diharapkan dapat
melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kawasan agropolitan adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
Kawasan Agropolitan, terdiri dari kota pertanian dan desa-desa
sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan Batasan yang
tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tetapi lebih
8
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Kawasan
Agropolitan adalah kawasan terpilih dari Kawasan agribisnis atau
sentra produksi pertanian terpilih di mana pada kawasan tersebut
terdapat kota pertanian (agropolis) yang merupakan pusat pelayanan
agribisnis yang melayani, mendorong, dan memacu pembangunan
pertanian kawasan dan wilayah-wilayah sekitarnya.
Kawasan Agropolitan, terdiri dari kota pertanian dan desa-desa
sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang
tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan, tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada.
2. Pengembangan Kawasan Agropolitan
Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan
ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada
untuk mendorong berkembangnya usaha agribisnis yang berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang
digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang
kegiatan pertanian, baik yang dibutuhkan sebelum proses produksi,
dalam proses produksi, maupun setelah proses produksi. Upaya
tersebut dilakukan melalui pengaturan lokasi permukiman penduduk,
lokasi kegiatan produksi, lokasi pusat pelayanan, dan peletakan
jaringan prasarana.
Dengan kata lain, pengembangan agropolitan merupakan suatu
upaya memperpendek jarak antara masyarakat di kawasan sentra
pertanian dengan pusat-pusat pelayanan konvensional (yang
berkembang tanpa orientasi kuat pada pengembangan kegiatan
pertanian. Dengan demikian pusat-pusat pelayanan baru ini
(agropolitan) adalah pusat pelayanan dengan cakupan pelayanan
terbatas dan lebih berorientasi pada pelayanan kebutuhan masyarakat
9
pertanian. Menurut Estiadi (2008), konsep agropolitan adalah sebuah
pendekatan pengembangan suatu kawasan pertanian perdesaan yang
mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
Masyarakat di kawasan produksi pertanian di sekitarnya, baik
pelayanan yang berhubungan dengan sarana produksi, jasa distribusi,
maupun pelayanan sosial ekonomi.
Pendekatan agropolitan menggambarkan bahwa pembangunan
perdesaan secara beriringan dapat dilakukan dengan pembangunan
wilayah perkotaan pada tingkat lokal. Dalam konteks pengembangan
agropolitan terdapat tiga issu utama yang perlu mendapat perhatian,
yaitu: (1) akses terhadap lahan pertanian dan penyediaan pengairan; (2)
desentralisasi politik dan wewenang administrasi dari tingkat pusat dan
tingkat lokal; (3) perubahan paradigma/kebijakan pembangunan
nasional untuk lebih mendukung diversifikasi produk pertanian.
Melihat kota-kota sebagai site utama untuk fungsi-fungsi politik dan
administrasi, pendekatan pengembangan agropolitan di banyak negara
lebih cocok dilakukan di skala kabupaten.
3. Sistem Kawasan Agropolitan
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta
kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di
kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pen- dekatan pengembangan
kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini
telah mengakibatkan terjadinya urban bias yaitu pengembangan kawasan
perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk mening- katkan kawasan
kesejahteraan masyarakat perdesaan justru berakibat sebaliknya yaitu
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan. (Basuki, 2012)
Kawasan Sentra produksi pangan (agropolitan) bias terdiri atas :
1) Kawasan lahan pertanian (hinterland) berupa kawasan
pengolahan dan kegiatan pertanian yang mencakup kegiatan
pembersihan, budidaya pengelolaan pertanian. Penentuan
hinterland berupa kecamatan/desa didasarkan atas jarak
10
capai/radius keterikatan, ketergantungan kecamatan/desa pada
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) di bidang ekonomi
dan pelayanan lainnya.
2) Kawasan pemukiman merupakan kawasan tempat bermukimnya
para petani dan penduduk kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan).
3) Kawasan pengolahan dan indsutri merupakan kawasan tempat
penyelesaian dan pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan
dan dikirim keterminal agribisnis atau pasar kemudian
diperdagangkan. Dikawasan pengolahan bias berdiri pergudangan
dan industry yang mengolah langsung hasil pertanian menjadi
produk jadi.
4) Kawasan pusat prasarana dan pelayanan umum yang terdiri dari
pasar kawasan perdagangan, lembaga keuangan, terminal
agribisnis dan pusat pelayanan umum lainnya.
5) Keterkaitan antara kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) dengan kawasan lainnya, misalnya kawasan
permukiman, kawsan industry, dan kawasan konservasi alam.
4. Manfaat, Ciri-ciri dan Persyaratan Pembangunan Kawasan
Agropolitan
1) Manfaat Pembangunan Kawasan Agropolitan Manfaat yang
diperoleh melalui pembangunan kawasan agropolitan adalah
terciptnya wawasan agribisnis dan budaya industri (industrial
culture) pada masyarakat:
a) Berkembangnya kegiatan off-farm yang berupa
aktivitasaktivitas pasca panen, pengolahan, pemasaran dan
jasa-jasa.
b) Tumbuhnya industri-industri di pedesaan sehingga dapat
menciptakan nuansa perkotaan di desa.
c) Bertambahnya lapangan kerja.
11
d) Berkurangnya arus urbanisasi dan meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan
produktivitas dan nilai tambah.
2) Ciri-ciri Kawasan Agropolitan, suatu Kawasan agropolitan yang
sedang berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sebagian besar masyarakat di kawasn tersebut
memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian
(agribisnis).
b) Sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut di dominasi
oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk di
dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian,
perdagangan hasil-hasil pertania (termasuk perdagangan
untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu
(sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa
pelayanan.
c) Hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland
(daerahdaerah sekitarnya) di kawasan agropolitan bersifat
interdpendensi/ timbal balik yang harmonis dan saling
membutuhkan, di mana kawasan pertanian
mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk
olahan skala rumah tangga (off farm), sebaliknya kota
menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha
budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana
pertanian, modal, teknologi, informasi pengelolahan hasil
dan penampungan (pemasaran) hasil produksi/produk
pertanian. d) Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan
mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada
di kawasan agropolitan tidak jauh berbeda dengan di kota.
3) Persyaratan Kawasan Agropolitan, suatu wilayah dapat
dikembangkan menjadi suatu Kawasan agropolitan bila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
12
a) Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang
sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang
dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya
disebut komoditi andalan) serta berpotensi atau telah
berkembang diverivikasi usaha dari komoditi andalannya.
b) Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang
memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan
usaha agribisnis.
c) Pasar, baik pasar untuk hasil pertanian, pasar sarana
pertanian, alat dan mesin pertanian, maupun pasar jasa
pelayanan termasuk pasar lelang, gudang tempat
penyimpanan dan pemprosesan hasil pertanian sebelum di
pasarkan.
d) Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan)
sebagai sumber modal untuk kegiatan agribisnis.
e) Memiliki kelembagaan petani (kelompok,koperasi dan
assosiasi) yang dinamis dan terbuka pada inovasi baru,
yang harus berfungsi pula sebagai sentra pembelajaran dan
pengembangan agribisnis (SPPA).
f) Balai penyuluhan pertanian (BPP) yang berfungsi
sebagai klinik konsultasi agribisnis (KKA) yakni sebagai
sumber informasi agribisnis.
g) Percobaan/pengkajian teknologi agribisnis untuk
mengembangkan teknologi tepat guna yang cocok untuk
daerah kawasan agropolitan.
h) Jaringan jalan yang memadai dan aksesbilitas dengan
daerah lainnya serta sarana irigasi yang mendukung usaha
pertanian (agribisnis) yang efisien.
5. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan Agropolitan
Tujuan pengembangan Kawasan agropolitan adalah sebagai
berikut:
13
1) Jangka Panjang Meningkatkan pendapatan dan kesajahteraan
masyarakat khususnya petani di kawasan agropolitan melalui
sinergitas lembaga terkait.
2) Jangka Menengah
a) Menumbuh kembangkan kelembagaan usaha ekonomi
petani (on-farm dan off farm) yang efektif dan efisem dan
berdaya saing tinggi.
b) Menumbuh kembangkan sarana dan prasarana umum
dan sosial yang mendukung kelancaran usaha ekonomi
masyarakat.
c) Menciptkan iklim usaha ekonomi yang mampu
mendoron pertumbuhan dan perkembangan usaha
masyarakat di kawasan agropolitan.
d) Menumbuh kembangkan hubungan senergitas antara
pelaku agribisnis yang bergerak pada industri hulu, tengah
dan hilir.
e) Menciptakan suasana partisipatif dan transparan antara
petani, stakeholder dan pemerintah dalam rangka
mengembangkan usaha agribisnis yang unggu, lestari dan
berdaya saing.
3) Jangka Pendek Tersusunnya dokumen hasil identifikasi kawasan
agribisnis yang unggul mengembangkan kooditas pertanian sebagai
basis pengembangan agropolitan. Sasaran Pengembangan
Agropolitan Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah
untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi
menjadi kawasan agropolitan, meliputi :
a) Pemberdayaan masyarakat melalui pelaku agribisnis agar
mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi
pertanian serta produk- produk olahan pertanian yang
dilakukan dengan mengembangkan sistem dan usaha
14
agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta
berwawasan lingkungan.
b) Penguatan kelembagaan petani.
c) Pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan
terpadu.
d) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan
investasi.
e) Peningkatan sarana dan prasarana meliputi jaringan jalan
termasuk jaringan jalan tani (farm road) irigasi, pasar, air
bersih, pemanfaatan air limbah, dan sampah.
f) Peningkatan sarana prasarana kesejahteraan sosial
meliputi pendidikan, kesehatan, kebudayaan dan sarana
prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan
lain sebagainya.
C. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pertama adalah berjudul
Pengembangan Kawasan Agropolitan yang ditulis oleh Agus Tri
Basuki. Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi
yang memenuhi persyaratan
agropolitan nasional dan daerah, dan membuat rencana
pengembangan agropolitan. Imogiri merupakan kabupaten yang
memiliki potensi di bidang pertanian, peternakan, pertanian,
kehutanan, dan perikanan budidaya. Namun perkembangan zaman
sekarang telah menimbulkan kesenjangan antara perkotaan dan
pedesaan serta bias perkotaan. Kondisi ini ditunjukkan dengan
tingkat urbanisasi yang relatif tinggi dan berdampak pada sektor
pertanian. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif strategi
pembangunan pedesaan, salah satunya melalui pengembangan
agropolitan. Pada divisi Pengembangan Strategis Kasawan
Agropolitan (KSA) kecamatan Imogiri dibagi menjadi 4
15
KSA. KSA adalah fungsi kelembagaan mengembangkan usaha tani
on/off farm yang efektif, efisien, dan berdaya saing.
16
Samosir yang ditulis oleh Damiana Simanjuntak dan Sirojuzilam.
Kesimpulan : Penelitian tentang potensi wilayah dalam
pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Toba Samosir
dapat ditentukan beberapa kesimpulan yaitu: 1. Berdasarkan hasil
perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Location
Quotient dan analisis shift share dari kedua alat analisis
menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan
dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, yaitu sektor pertanian
dan sektor industri. 2. Strategi pengembangan kawasan agropolitan
di Kabupaten Toba Samosir berdasarkan analisis SWOT adalah:
(a)mengembangkan sektor potensial yaitu sektor pertanian dan
sektor industri, dimana sektor pertanian didukung oleh sektor
industri dalam pengembangan agropolitan, (b)membenahi
permodalan dan pendidikan pertanian dengan cara menjalin
hubungan dengan pihak swasta dalam berinvestasi,
(c)memanfaatkan kewenangan pemerintah untuk mengoptimalkan
sumberdaya yang ada dengan membuat kebijakan untuk
mengembangkan potensi pertanian,(d)pemanfaatan lahan secara
optimal melalui pengembangan komoditas pertanian,
(d)membenahi sarana dan prasana dan mengadakan pelatihan atau
penyuluhan pada masyarakat tentang teknologi pertanian serta
pemasaran.
17
Kerangka Pikir Penelitian
Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Pengembangan
Daerah
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
yaitu:
a. Kondisi fisik geografi wilayah penelitian.
b. Kondisi dan jumlah eksisting sarana dan prasarana penunjang
Kawasan agropolitan di Desa Batang Kecamatan Bontotiro.
c. Data aspirasi dan tanggapan masyarakat di wilayah penelitian
menyangkut social, budaya serta ekonomi.
2. Data Sekunder
20
tokoh masyarakat, dan instansi terkait dalam rangka mendapatkan
data penting tentang lokasi penelitian.
b. Metode Observasi Merupakan survey langsung ke lapangan
melalui kegiatan pengamatan, penelitian, dan pengambilan data
atau informasi terhadap aspek-aspek yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung terhadap pengembangan Kawasan
agropolitan.
c. Kuisioner
Sebaran angket (kuesioner), yaitu cara pengumpulan data dengan
jalan membuat daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk
diisi sendiri oleh responden secara tertulis pula.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat berada di lokasi penelitian, sedangkan Sampel penelitian yaitu
seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba.
E. Variabel Penelitian
a. Variabel independent (bebas)
Variabel inependen/variabel utama pada penelitian ini yaitu pengaruh
pengembangan kawasan agropolitan di kecamatan bontotiro kabupaten
Bulukumba.
b. Variabel dependent (terikat)
Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan dari
pengembangan kawasan agropolitan di kecamatan bontotiro.
F. Analisis Data
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini, dilakukan untuk
kemungkinan dapat menjawab rumusan masalah yang ada, dan Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Metode Analisis Location Quotient (LQ)
Dalam Penataan Ruang untuk pembangunan
wilayah, Metode LQ digunakan untuk mengetahui tingkat
21
spesialisasi sketor-sektor pada wilayah studi, atau sector-sektor
apa saja yang merupakan sector basis atau sector unggulan.
Dalam studi ini, analisis LQ digunakan untuk mengetahui
komoditas pertanian unggulan Kawasan Agropolitan
Bulukumba. Analisis sektor basis dengan pendekatan LQ untuk
mengetahui potensi spesialisasi suatu daerah terhadap aktivitas
ekonomi utama atau untuk mengetahui sektor unggulanya.
2. Metode Shift Share
Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui perubahan
dan pergeseran sektor pada perekonomian wilayah Desa
Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Hasil
analisis shift share ini juga mampu menunjukkan keunggulan
kompetitif wilayah Kecamatan Bontotiro melalui kinerja sektor
dalam PDRB dibandingkan Sulawesi Selatan. Kemudian
dilakukan analisis terhadap penyimpangan berdasarkan
perbandingan tersebut. Jika penyimpangan positif maka
wilayah tersebut mempunyai keunggulan kompetitif. Data yang
digunakan untuk analisis shift-share ini adalah PDRB
Kecamatan Bontotiro dan Kabupaten Bulukumba berdasarkan
lapangan usaha atas dasar harga berlaku.
G. Definisi Operasional
1. Komoditas pertanian adalah berbagai produk hasil pertanian yang di
dalamnya terbagi menjadi dua, yaitu hasil pertanian dan juga hasil
perhutanan, komoditas pertanian meliputi gandum, kedelai, beras,
gula, kopi, garam, dll.
2. Pengembangan adalah upaya untuk memacu perkembangan social
ekonomi, mengurangi kesenjangan wilayah dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
3. Kawasan adalah wilayah atau ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
22
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta memiliki ciri
tertentu (spesifik/khusus) dengan fungsi utama lindung dan budi daya.
4. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembanga
untuk memacu berkembangnya agrobisnis di wilayah sekitar.
5. Potensi adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia
yang sangat mungkin untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
6. Komoditi unggulan adalah komoditi andalan yang layak untuk
diusahakan karena memberikan keuntungan bagi petani
7. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan pangan dan tanaman lainnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24